• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANESTESIA BEDAH ANAK No. Dokumen :

Dalam dokumen SPO OK (Halaman 35-40)

028/SPO/OK/RSSAK/III/2015 No. Revisi : 01 Halaman : 1/5 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) Tanggal Terbit : 28 Maret 2015 Ditetapkan, dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA

Direktur RSSA Karawaci

PENGERTIAN Anestesia Bedah Anak adalah anestesia yang dilakukan pada pediatri pasien usia

 12 tahun. yang termasuk pediatri adalah : neonatus, infant, toddler, preschool children.

TUJUAN 1. Membantu menciptakan kondisi optimal

untuk prosedur bedah yang akan dijalani.

2. Mencegah terjadi morbiditas dan mortalitas selama pembedahan dan paska bedah.

KEBIJAKAN 1. Peraturan direktur nomor 002/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang kebijakan pelayanan Rumah Sakit

2. Peraturan Direktur nomor 029/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang Pedoman Pelayanan Kamar Operasi

PROSEDUR Peralatan :

 Persiapan kamar operasi :

a. Sirkuit anestesia : sirkuit terbuka Mapleson D (Jackson Ress) dengan aliran gas segar 2,5 – 3 x ventilasi semenit untuk mencegah rebreathing. b. Volume kantung sesuai besar kapasitas vital.

c. Anak dengan BB : 10 – 20 kg dapat menggunakan sirkuit setengah tertutup yang berdiameter kecil.

 Sarana kamar operasi :

a. Obat – obat anestesia termasuk obat resusitasi.

b. Monitor berupa EKG, tekanan darah, pulse oksimeri, stetoskop prekordial. c. Mesin anestesi beserta kelengkapan pasokan gas.

d. Peralatan jalan napas : sungkup muka, ETT, guedel. e. Laringoskop dengan bilah anak, stylet dan laryngeal mask. f. Peralatan penghangat tubuh anak dan alat pemantau suhu. g. Alat untuk pemberian cairan intravena termasuk kanulasi vena. h. Alat penghisap (suction).

 Bilah laringoskop :

a. Dianjurkan bilah lurus (miller) untuk usia <2 tahun. b. Standar ukuran bilah laringoskop :

Prematur dan Neonatus Miller 0 Bayi s/d 6 – 8 bulan Miller 0 – 1 9 bulan s/d 2 tahun Miller 1 2 s/d 5 tahun Macintosh 1

Miller 1 – 1,5

ANESTESIA BEDAH ANAK

No. Dokumen : 028/SPO/OK/RSSAK/III/2015 No. Revisi : 01 Halaman : 2/5 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) Tanggal Terbit : 28 Maret 2015 Ditetapkan, dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA

Direktur RSSA Karawaci

PROSEDUR  Endo Tracheal Tube

a. Tanpa cuff dapat digunakan sampai usia 10 tahun. (tergantung jenis operasi). b. Prematur. : 2,5 – 3,0 mm c. Neonatus s/d 6 bulan : 3,0 – 3,5 mm d. 6 bulan s/d 1 tahun : 3,5 – 4 mm e. 1-2 tahun : 4,0 - 5,0 mm f. >2 tahun : 4,0 – 5,0 mm g. Kedalaman tube dari mulut : 10+ usia(tahun)/2  Pengaturan suhu kamar operasi :

a. Suhu optimal antara 26 – 32 C.

b. Terpasang penghambat alas (blanket rol).

c. Cairan infus, darah dan cairan irigasi harus dihangatkan.

 Peralatan pemberian cairan intravena :

a. BB  10 kg menggunakan buret atau infus pump untuk mencegah pemberian cairan berlebih.

b. BB  10 kg digunakan set infus anak, 1 cc = 60 tetes. c. Hindari udara yang masuk intravena.

d. Dapat menggunakan three way untuk memberi obat suntik jarak jauh.

Prosedur :

1. Lakukan kunjungan pre anestesia sebelum operasi sesuai dengan kesempatan dan waktu yang tersedia.

2. Meminta informed consent sebelum tindakan anestesia dilakukan. 3. Pada pre operatif sudah didapat data mengenai :

a. Riwayat usia kehamilan dan berat badan. b. Proses persalinan (APGAR SCORE). c. Riwayat perawatan di rumah sakit.

d. Ada kelainan bawaan atau metabolik. e. Ada kelainan jalan napas.

4. Pemeriksaan fisik yang mencakup :

b. Keadaan umum, tanda vital, berat badan.

c. Keadaan mulut, rongga mulut, gigi yang dapat mempersulit intubasi. d. Keadaan jalan napas, respirasi dan sistem kardiovaskuler.

e. Tempat pemasangan kanulasi perifer.

ANESTESIA BEDAH ANAK

No. Dokumen : 028/SPO/OK/RSSAK/III/2015 No. Revisi : 01 Halaman : 3/5 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) Tanggal Terbit : 28 Maret 2015 Ditetapkan, dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA

Direktur RSSA Karawaci

PROSEDUR 5. Laboratorium rutin yang harus ada : Hb, Ht, Lekosit, Trombosit, masa perdarahan dan masa pembekuan. Untuk keadaan khusus dapat diperiksa foto thorak, EKG, tes fungsi hati, ginjal dan gula darah.

6. Persiapan preanestesi : a. Puasa :

Usia (Bulan) Susu/makan padat Cairan jernih

 6 4 jam 2 jam

6 – 36 6 jam 3 jam > 36 8 jam 3 jam

Bila memungkinkan pada saat puasa pasien sudah terpasang jalur intravena dengan infus (N2/N4/RL sesuai umur) atau bila jadwal operasi tertunda. 7. Premedikasi dan teknik induksi :

7.1. Premedikasi

a. Tidak perlu pada anak  18 bulan, anak > 18 bulan dapat diberikan midazolam atau diazepam per oral.

b. Tidak perlu diberikan pada anak dengan kelainan mental atau gangguan jalan napas.

c. Terapi penyakit kronis harus tetap diberikan.

d. Obat sedatif, narkotik, antiemetik dan antikolinergik dapat diberikan sesuai indikasi.

7.2 Tehnik Induksi

Bayi  8 bulan atau BB <7 kg masuk kamar operasi tanpa sedasi dan induksi dengan tehnik inhalasi.

7.3. Induksi Inhalasi

Dapat dilakukan bila belum terpasang jalur intravena. Anak usia 8 bulan – 5 tahun atau anak yang tidak kooperatif dapat dilakukan induksi inhalasi setelah disedasi dengan midazolam. Dekatkan sungkup muka ke wajah dengan aliran gas rendah (1-3 lt/mnt) N2O dan O2. Konsentrasi volatile anestesi ditingkatkan bertahap. Saat reflek bulu mata hilang letakkan sungkup muka dan angkat rahang. Naikan aliran gas segar 2,5 – 3 kali volume semenit.

Untuk anak yang tidak kooperatif atau retardasi mental dapat diinduksi dengan ketamin 3 – 5 mg/kgBB im.

7.5. Induksi Intravena

Untuk anak yang sudah terpasang jalur intravena dapat diinduksi dengan propofol 3-4 mg/kgBB IV atau thiopental 4-6 mg/kgBB IV. Propofol tidak dianjurkan digunakan pada anak < 3 tahun.

ANESTESIA BEDAH ANAK

No. Dokumen : 028/SPO/OK/RSSAK/III/2015 No. Revisi : 01 Halaman : 4/5 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) Tanggal Terbit : 28 Maret 2015 Ditetapkan, dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA

Direktur RSSA Karawaci

PROSEDUR 7.6. Anak dengan lambung penuh

Prinsip sama dengan pasien dewasa dengan tambahan : a. Atropin 0,02 mg/kg diberikan untuk mencegah bradikardia.

b. Lakukan dekompresi dengan pemasangan pipa naso – gastrik atau orogastrik.

c. Berikan ranitidine 2 mg/kg/hari IV dibagi 3 dosis. Untuk mengurangi volume lambung dan meningkatkan PH.

d. Intubasi sadar merupakan pilihan pada bayi sakit berat atau dengan kelainan jalan napas hebat.

8. Intubasi dan pemeliharaan anestesia. 8.1. Intubasi

a. Pemilihan ETT atau laryngeal mask sesuai kebutuhan.

b. Pemasangan ETT atau LM bisa dilakukan dengan atau tanpa pelumpuh otot.

c. Penggunaan ETT dengan cuff sesuai indikasi (misal : operasi dirongga mulut).

8.2. Pemeliharaan anestesia

a. Dalam dilakukan dengan inhalasi (halotan, isofluran, sevofluran). b. Pemeliharaan obat intravena dan pelumpuh otot sesuai indikasi dan

kebutuhan. 9. Pemberian cairan

a. Diberikan cairan dengan rumus 4-2-1 : 10 kg pertama : 4 cc/kgBB/jam 10 kg kedua : 2 cc/kgBB/jam Kenaikan BB berikutnya : 1 cc/kgBB/jam

b. Cairan yang digunakan adalah ringer laktat dan dapat ditambahkan cairan yang mengandung glukosa untuk mencegah hipoglikemia.

c. Bila diperlukan cairan infus atau tranfusi sesuai dengan perhitungan kebutuhan cairan perioperatif.

10. Proses pemulihan dan perawatan 10.1. Proses pemulihan

dipertimbangkan pemberian penawar pelumpuh otot.

b. Ekstubasi dilakukan setelah pernapasan adekuat dan mulut bersih dari cairan atau bekuan darah.

c. Pada pasien dengan kelainan jalan napas atau tidak puasa maka ekstubasi dilakukan setelah pasien sadar.

d. Laringospasme dapat terjadi selama proses bangun. e. Gunakan oropharingeal airway bila pasien belum sadar. f. Paska anestesia diberikan O2 100%.

g. Observasi pernapasan selama transportasi ke ruang pulih.

ANESTESIA BEDAH ANAK

No. Dokumen :

028/SPO/OK/RSSAK/III/2015 No. Revisi :01 Halaman :5/5 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) Tanggal Terbit : 28 Maret 2015 Ditetapkan, dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA

Direktur RSSA Karawaci

PROSEDUR 10.2. Perawatan paska pembiusan

a. Ada supervisi oleh dokter spesialis anestesiologi.

b. Ada perawat anestesia yang mampu mengenali tanda – tanda kegawatan pada anak paska anestesia.

c. Tanda vital harus segera dinilai setiba diruang pemulihan dan dibuat laporan tertulis yang akurat selama diruang pemulihan. d. Tersedia alat monitoring, oksigen dan alat penghisap untuk setiap

setiap pasien.

e. Pasien dapat pindah keruang rawat jika sudah sadar, tanda – tanda vital baik.

---ANESTESI PADA BEDAH SARAF

Dalam dokumen SPO OK (Halaman 35-40)

Dokumen terkait