• Tidak ada hasil yang ditemukan

Anggaran adalah salah satu alat yang sering digunakan sebagai alat pengawasan, karena jika anggaran disusun dengan baik, maka akan memudahkan penilaian tingkat efisiensi setiap pekerjaan. Yang termaksud dalam anggaran biaya produksi adalah:

a. Anggaran biaya bahan baku b. Anggaran tenaga kerja langsung c. Anggaran biaya overhead pabrik

Pengawasan berdasarkan anggaran dilakukan dengan memperbandingkan anggaran dengan realisasinya, dari perbandingan tersebut dapat diketahui sebab-

sebab penyimpangan antara anggaran dengan realisasi. Dari hasil analisis tersebut maka akan tampak kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan dan menjadi masukan bagi pihak manajemen untuk mengambil tindakan selanjutnya yang sekaligus menjadi bahan masukan untuk menyusun anggaran periode berikutnya.

Dengan terlaksananya pengawasan biaya produksi, maka kegiatan- kegiatan produksi akan terkoordinasi dengan baik dari kuantitas maupun kualitas produk serta waktu pengerjaannya yang ditetapkan untuk dicapai. Pengawasan biaya produksi secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Pengawasan biaya bahan baku 2. Pengawasan upah langsung 3. Pengawasan biaya tidak langsung Ad. 1. Pengawasan biaya bahan baku

Pengawasan biaya bahan baku mencakup penyediaan bahan baku dengan kuantitas dan kualitas yang diperlukan pada waktu dan tempat yang diperlukan dalam proses produksi. Ini berarti bahwa bahan baku yang diperoleh tidak boleh berlebihan jumlahnya dan dipertanggungjawabkan secara penuh serta digunakan sesuai dengan anggaran. Pengawasan biaya bahan baku bertujuan untuk:

a. Menghindari pemborosan bahan baku.

Dengan adanya anggaran biaya produksi maka dapat diperoleh suatu standar yang kemudian digunakan sebagai suatu acuan dalam penggunaan bahan baku dalam proses produksi.

b. Mengurangi atau mencegah penundaan produksi karena kekurangan bahan.

Anggaran biaya produksi menjadi proteksi penggunaan bahan baku dalam suatu periode, sehingga perusahaan dapat memprediksi kebutuhan bahan baku dimasa yang akan datang.

c. Mengurangi resiko kerugian atau kecurangan.

Anggaran biaya produksi sebagai alat pengawasan berperan sebagai acuan (benchmark) yang dapat mengidentifikasi adanya ketidakberesan yang mungkin disebabkan oleh kecurangan sehingga dapat meminimalisasi resiko kerugian yang mungkin timbul.

Ad. 2. Pengawasan tenaga kerja langsung

Pengawasan terhadap tenaga kerja langsung memerlukan suatu standar atau kriteria untuk menilai suatu prestasi dan untuk mengukur kemampuan hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan dengan melihat perbedaan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang dicapai. Umumnya standar atau kriteria yang digunakan adalah output per jam kerja buruh yang ditetapkan telebih dahulu. Pengawasan tenaga kerja langsung bertujuan untuk menetapkan secara tepat upah yang dibayarkan kepada karyawan.

Ad. 3. Pengawasan biaya overhead pabrik

Biaya overhead mencakup berbagai jenis biaya, seperti biaya bahan penolong, biaya upah tidak langsung, biaya penyusutan, biaya reparasi dan sebagainya. Biasanya pengawasan biaya overhead pabrik dilakukan dengan cara:

a. Menetapkan unsur-unsur biaya pabrikasi tidak langsung.

b. Menetapkan besarnya biaya pabrikasi tidak langsung untuk setiap unit produk atau seluruh produk.

Biaya overhead pabrik mencakup berbagai jenis biaya yang tidak terkait dengan volume produksi, sehingga sedikit menyulitkan pengawasannya. Meskipun demikian pendekatan dasar bagi pengawasan biaya overhead pabrik sama seperti yang diterapkan terhadap biaya langsung yaitu penetapan standar dan tindakan perbaikan-perbaikan.

Sebagaimana yang telah uraikan sebelumnya bahwa kegunaan anggaran adalah sebagai pedoman kerja, perencanaan, dan pengawasan. Dari kegunaan anggaran tersebut dapat dilihat kaitan-kaitan antara perencanaan dan pengawasan. Rencana dalam hal ini adalah anggaran yang telah disetujui, hal ini berarti bahwa perusahaan akan berusaha mencapai apa yang telah ditetapkan dalam anggaran tersebut dan sekaligus mengawasi jalannya kegiatan dalam mencapai apa yang telah ditetapkan tersebut.

Pengawasan harus dilakukan secara terus-menerus, bukan hanya penilaian terhadap hasil kerja, tetapi juga harus dilakukan terhadap kegiatan yang sedang berjalan. Ada tiga fase yang perlu diperhatikan dalam melakukan fungsi pengawasan suatu anggaran yaitu:

1. Standar

Merupakan hal yang diingini, yang menjadi dasar perhitungan- perhitungan.

Hasil dari perbandingan ini dinilai dilaporkan pada orang yang bertanggung jawab memberikan penilaian atas hasil yang dicapai.

3. Pelaporan

Perencanaan tanpa pengawasan akan menjadi sia-sia, sebaliknya suatu pengawasan tidak akan dapat terlaksana tanpa adanya perencanaan. Perencanaan dan pengawasan merupakan sebahagian dari fungsi-fungsi manajemen serta berperan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sebelum pembahasan mencapai pada hal-hal yang mendalam, Penulis terlebih dahulu akan membahas tentang hubungan antara anggaran perusahaan dengan biaya standar.

Biaya Standar

Dalam akuntansi biaya, selain konsep biaya historis yang lebih dominan dipergunakan dalam akuntansi keuangan, terhadap konsep lain yang disebut dengan konsep biaya standar. Biaya standar adalah biaya yang ditetapkan terlebih dahulu sehingga dapat diukur sampai seberapa jauh hasil pelaksanaan operasi yang seharusnya. Biaya yang diperlukan untuk suatu satuan produk tertentu ditetapkan terlebih dahulu, kemudian menyesuaikan terhadap satuan produk yang sebenarnya dicapai pada suatu periode.

Dengan biaya standar, suatu patokan ukuran mengenai bahan baku, tenaga kerja langsung dan biaya tidak langsung, biaya umum dan biaya penjualan tercipta, yang akan berguna sebagai suatu alat pengawasan biaya-biaya tersebut. Biaya standar juga merupakan biaya yang telah ditentukan lebih dahulu untuk masa yang akan datang.

Standar tersebut merupakan biaya target yaitu biaya yang harus dicapai. Biaya standar membantu untuk menyusun anggaran, menilai prestasi kerja, menghitung harga pokok produksi dan menghemat biaya pembukuan. Demikian juga dapat dikemukakan bahwa, biaya standar merupakan alat yang diciptakan manajemen untuk mengevaluasi hasil pelaksanaan kerja. Biaya standar dapat juga dipergunakan untuk keperluan perusahaan yang menggunakan sistem biaya produksi berdasarkan pesanan maupun berdasarkan proses.

Biaya standar merupakan biaya yang direncanakan untuk suatu produk tertentu. Biaya standar harus mempunyai dua komponen yaitu standar fisik (misalnya standar kuantitas input untuk setiap unit output) dan standar harga (misalnya biaya standar tingkat harga per unit).

Agar biaya standar dapat dipakai dengan baik, maka penyusunannya harus diserahkan kepada sejumlah karyawan atau sekelompok karyawan yang diberi wewenang dan tanggung jawab atas penentuan standar tersebut, untuk lebih efektifnya standar, maka wewenang dari badan yang menentukan standar tersebut hendaknya sederajat dengan pihak-pihak yang harus bertanggung jawab atas selisih biaya yang timbul.

Badan yang diberi wewenang menetapkan standar dapat membentuk komite anggaran, dalam komite memerlukan kerjasama dan koordinasi antara bagian produksi (khususnya desain produk dan teknik produksi), bagian pembelian, bagian akuntansi, bagian personalia dan bagian lain.

Kalkulasi biaya standar berdasarkan standar fisik mempunyai dua tipe yaitu standar dasar (basic standard) dan standar yang berlaku saat ini (current

standard). Standar dasar merupakan tolak ukur yang dipergunakan untuk memperbandingkan baik yang diharapkan maupun yang sesungguhnya terjadi. Standar yang berlaku (current standard) terdiri dari tiga jenis, yaitu:

a. Standar aktual yang diharapkan

Standar ini didasarkan atas suatu tingkat pelaksanaan dan efisiensi yang diharapkan. Estimasi standar ini cukup wajar untuk hasil aktual karena memperhitungkan penyimpangan yang tidak dapat dihindari.

b. Standar normal.

Penetapan standar didasarkan pada keadaan ekonomi, tingkat pelaksanaan dan efisiensi yang normal. Standar ini merupakan suatu tantangan yang bisa dicapai.

c. Standar teoritis.

Disini standar ditetapkan untuk suatu tingkat pelaksanaan dan efisiensi yang ideal dan maksimum. Standar ini lebih merupakan sasaran dan bukan sebagai prestasi kerja yang harus dicapai.

Penetapan biaya standar membutuhkan data biaya historis yang umumnya bersifat teknis maupun ekonomis. Data tersebut hendaknya merupakan data mutakhir yang mendekati masa penetapan suatu standar. Dengan mengkombinasikan data histories tersebut ramalan keadaan yang akan datang, akan terciptalah suatu standar.

Cara penetapan standar bisa dengan mengambil data periode sebelumnya atau ditentukan bagian perekayasaan industri secara cermat. Penetapan teori ini di

lapangan masih membutuhkan penjabaran yang lebih spesifik lagi. Langkah- langkah yang harus ditempuh dalam menetapkan suatu biaya standar adalah: a. Menginventarisasi pengalaman-pengalaman masa lalu.

Langkah ini berarti meneliti data biaya yang telah lalu, yang mana data tersebut seyogianya dapat diperbandingkan. Catatan-catatan mengenai biaya pada periode sebelumnya akan menjadi sumber utama dari data tersebut. Sebagai suatu dasar yang digunakan pada langkah peramalan perubahan-perubahan biaya, data komparatif ini akan sangat bermanfaat untuk mengikuti perkembangan biaya selanjutnya.

b. Menanyakan (menyusun) rencana pimpinan pada masa yang akan datang. Langkah ini merupakan pengidentifikasian setiap rencana termasuk kebijakan pimpinan pada masa yang akan datang. Bagaimanapun perubahan rencana maupun kebijaksanaan pimpinan secara otomatis akan mempengaruhi penetapan biaya standar, misalnya perubahan biaya produksi akan mempengaruhi jumlah bahan yang akan diperlukan, jam kerja buruh dan lain-lain.

c. Meramalkan perubahan yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang. Langkah ini merupakan langkah yang lebih sulit dalam menetapkan biaya standar, sebab disamping mempertimbangkan faktor-faktor intern, perusahaan juga harus mempertimbangkan faktor-faktor ekstern yang merupakan faktor- faktor otoritas manajemen perusahaan. Namun langkah ini penting artinya demi kerealitaan suatu standar. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan antara lain faktor kebijaksanaan pemerintah dan keadaan perekonomian. Salah satu faktor

yang menentukan keberhasilan sistem biaya standar ialah tingkat realibilitas, akurasi dan keakseptabilan dari biaya standar yang ditetapkan.

Jika dilihat dari hubungannya dengan anggaran, maka biaya standar memiliki hubungan yang erat dengan anggaran. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa anggaran adalah merupakan biaya taksiran untuk menghasilkan sejumlah produksi, Sedangkan biaya standar merupakan taksiran biaya untuk menghasilkan satu unit produksi. Dengan demikian dalam penyusunan anggaran terlebih dahulu harus dihitung biaya standar, dan lebih jelasnya bahwa biaya standar merupakan dasar untuk menentukan anggaran.

Penyusunan anggaran tanpa biaya standar tidak akan memungkinkan untuk mencapai sistem pengawasan yang memadai. Standar berfungsi sebagai alat pengukur hasil yang dicapai dari semua kegiatan atau fungsi tetapi penulis menekankan standar pada biaya produksi yaitu standar untuk bahan baku, upah langsung dan biaya tidak langsung.

BAB III

Dokumen terkait