• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA

Dalam dokumen Perundang undangan Desa Buku 4 (Halaman 88-109)

PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA

Bagian Kesatu

Umum

Andina

Pasal 8 (1) APBDesa, terdiri atas:

a.

Pendapatan Desa;

b.

Belanja Desa; dan

c.

Pembiayaan Desa.

(2) Pendapatan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diklasifikasikan menurut kelompok dan jenis.

(3) Belanja Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diklasifikasikan menurut kelompok, kegiatan, jenis dan obyek.

(4) Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c diklasifikasikan menurut kelompok dan jenis.

Bagian Kedua

Pendapatan

Pasal 9

(1) Pendapatan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf a, meliputi semua penerimaan uang melalui rekening desa yang merupakan hak desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh desa.

(2) Pendapatan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas kelompok:

a. Pendapatan Asli Desa (PADesa); b. Transfer; dan

c. Pendapatan Lain-Lain.

(3) Kelompok PADesa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, terdiri atas jenis:

a. Hasil usaha; b. Hasil aset;

c. Swadaya, partisipasi dan Gotong royong; dan d. Lain-lain pendapatan asli desa.

(4) Hasil usaha desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a antara lain hasil Badan Usaha Milik Desa, tanah kas desa dan tanah desa. (5) Hasil aset sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b antara lain

hasil pasar desa, pasar hewan, tambatan perahu, bangunan desa,

Andina

pelelangan ikan, tempat pemandian umum dan jaringan irigasi.

(6) Swadaya, partisipasi dan gotong royong sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c adalah membangun dengan kekuatan sendiri yang melibatkan peran serta masyarakat berupa tenaga, barang yang dinilai dengan uang.

(7) Lain-lain pendapatan asli desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d antara lain hasil pungutan desa.

Pasal 10

(1) Kelompok transfer sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) huruf b, terdiri atas jenis :

a. Dana Desa;

b. Bagian dari Hasil Pajak Daerah c. Bagian dari Hasil Retribusi Daerah; d. Alokasi Dana Desa (ADD);

e. Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi; dan f. Bantuan Keuangan APBD Kabupaten.

(2) Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi dan Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e dan f dapat bersifat umum dan khusus. (3) Bantuan keuangan yang bersifat umum sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) peruntukan dan penggunaannya diserahkan sepenuhnya kepada Desa penerima bantuan dalam rangka membantu pelaksanaan tugas pemerintah daerah di Desa.

(4) Bantuan keuangan yang bersifat khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) peruntukan dan pengelolaannya ditetapkan oleh pemerintah daerah pemberi bantuan dalam rangka percepatan pembangunan Desa dan pemberdayaan masyarakat.

(5) Bantuan Keuangan bersifat khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dikelola dalam APBDesa tetapi tidak diterapkan dalam ketentuan penggunaan paling sedikit 70% (tujuh puluh perseratus) dan paling banyak 30% (tiga puluh perseratus).

Pasal 11

(1) Kelompok pendapatan lain-lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) huruf c, terdiri atas jenis:

Andina

a. Hibah dan Sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat; dan b. Lain-lain pendapatan Desa yang sah.

(2) Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah pemberian berupa uang dari pihak ketiga.

(3) Lain-lain pendapatan Desa yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, antara lain pendapatan sebagai hasil kerjasama dengan pihak ketiga dan bantuan perusahaan yang berlokasi di desa.

Bagian Ketiga

Belanja

Pasal 12

(1) Belanja desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf b, meliputi semua pengeluaran dari rekening desa yang merupakan kewajiban desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh desa.

(2) Belanja desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipergunakan dalam rangka mendanai penyelenggaraan kewenangan Desa.

(3) Penggunaan belanja desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan ketentuan:

a. paling sedikit 70% (tujuh puluh perseratus) dari jumlah anggaran belanja Desa digunakan untuk mendanai penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa; dan b. paling banyak 30% (tiga puluh perseratus) dari jumlah anggaran

belanja Desa digunakan untuk :

1. penghasilan tetap dan tunjangan kepala Desa dan perangkat Desa;

2. operasional Pemerintah Desa;

3. tunjangan dan operasional Badan Permusyawaratan Desa; dan 4. insentif rukun tetangga dan rukun warga

Pasal 13

(1) Klasifikasi belanja desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3), terdiri atas kelompok:

Andina

a. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa; b. Pelaksanaan Pembangunan Desa; c. Pembinaan Kemasyarakatan Desa; d. Pemberdayaan Masyarakat Desa; dan e. Belanja Tak Terduga.

(2) Kelompok belanja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibagi dalam kegiatan sesuai dengan kebutuhan Desa yang telah dituangkan dalam RKPDesa.

(3) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas jenis belanja :

a. Pegawai;

b. Barang dan Jasa; dan c. Modal.

(4) Jenis belanja pegawai, barang/jasa dan belanja modal sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dibagi dalam obyek belanja sesuai dengan kebutuhan desa.

(5) Obyek belanja sebagaimana dimaksud pada ayat (4), tercantum dalam lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari peraturan ini.

Pasal 14

(1) Jenis belanja pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3) huruf a, dianggarkan untuk pengeluaran penghasilan tetap dan tunjangan bagi Kepala Desa dan Perangkat Desa serta tunjangan BPD. (2) Belanja Pegawai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dianggarkan

dalam kelompok Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, kegiatan pembayaran penghasilan tetap dan tunjangan.

(3) Belanja pegawai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pelaksanaannya dibayarkan setiap bulan.

Pasal 15

(1) Belanja Barang dan Jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3) huruf b digunakan untuk pengeluaran pembelian/pengadaan barang/ jasa yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (dua belas) bulan.

(2) Belanja barang/jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain:

Andina

a. alat tulis kantor; b. benda pos; c. bahan/material; d. pemeliharaan; e. cetak/penggandaan; f. sewa kantor desa;

g. sewa perlengkapan dan peralatan kantor; h. makanan dan minuman rapat;

i. pakaian dinas dan atributnya; j. perjalanan dinas;

k. upah kerja;

l. honorarium narasumber/ahli; m. operasional Pemerintah Desa; n. operasional BPD;

o. insentif Rukun Tetangga /Rukun Warga; dan

p. pemberian barang pada masyarakat/kelompok masyarakat.

(3) Insentif Rukun Tetangga /Rukun Warga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf o adalah bantuan uang untuk operasional lembaga RT/RW dalam rangka membantu pelaksanaan tugas pelayanan pemerintahan, perencanaan pembangunan, ketentraman dan ketertiban, serta pemberdayaan masyarakat desa.

(4) Pemberian barang pada masyarakat/kelompok masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf p dilakukan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan.

Pasal 16

(1) Belanja Modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3) huruf c, digunakan untuk pengeluaran dalam rangka pembelian/pengadaan barang atau bangunan yang nilai manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan.

(2) Pembelian/ pengadaan barang atau bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk kegiatan penyelenggaraan kewenangan desa.

Andina

Pasal 17

(1) Dalam keadaan darurat dan/ atau Keadaan Luar Biasa (KLB), pemerintah Desa dapat melakukan belanja yang belum tersedia anggarannya.

(2) Keadaan darurat dan/ atau KLB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan keadaan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang dan/ atau mendesak.

(3) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu antara lain dikarenakan bencana alam, sosial, kerusakan sarana dan prasarana.

(4) Keadaan luar biasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) karena KLB/wabah.

(5) Keadaan darurat dan luar biasa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan (4) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

(6) Kegiatan dalam keadaan darurat/atau KLB sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dianggarkan dalam belanja tidak terduga.

Bagian Keempat

Pembiayaan

Pasal 18

(1) Pembiayaan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf c meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

(2) Pembiayaan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas kelompok:

a. Penerimaan Pembiayaan; dan b. Pengeluaran Pembiayaan.

(3) Penerimaan Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, mencakup:

a. Sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya; b. Pencairan Dana Cadangan;

c. Hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan; dan d. Penerimaan Pinjaman Desa

Andina

(4) SiLPA sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a antara lain pelampauan penerimaan pendapatan, penghematan belanja, dan sisa dana kegiatan lanjutan.

(5) SiLPA sebagaimana dimaksud pada ayat (4) merupakan penerimaan pembiayaan yang digunakan untuk:

a. menutupi defisit anggaran apabila realisasi pendapatan lebih kecil dari pada realisasi belanja;

b. mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan; dan

c. mendanai kewajiban lainnya yang sampai dengan akhir tahun anggaran belum diselesaikan.

(6) Pencairan dana cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b digunakan untuk menganggarkan pencairan dana cadangan dari rekening dana cadangan ke rekening kas Desa dalam tahun anggaran berkenaan.

(7) Hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c digunakan antara lain untuk menganggarkan hasil penjualan perusahaan milik desa/ BUMDes dan penjualan aset milik pemerintah desa yang dikerjasamakan dengan pihak ketiga, atau hasil divestasi penyertaan modal pemerintah desa. (8) Penerimaan pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d

digunakan untuk menganggarkan penerimaan pinjaman desa. Pasal 19

Pengeluaran Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf b, terdiri dari :

a. Pembentukan Dana Cadangan; dan b. Penyertaan Modal Desa.

c. Pembayaran Pokok Utang.

Pasal 20

(1) Pemerintah Desa dapat membentuk dana cadangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a untuk mendanai kegiatan yang penyediaan dananya tidak dapat sekaligus/ sepenuhnya dibebankan dalam satu tahun anggaran.

(2) Pembentukan dana cadangan ditetapkan dengan peraturan desa. (3) Peraturan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit

Andina

memuat:

a. penetapan tujuan pembentukan dana cadangan;

b. program dan kegiatan yang akan dibiayai dari dana cadangan; c. besaran dan rincian tahunan dana cadangan yang harus

dianggarkan;

d. sumber dana cadangan; dan

e. tahun anggaran pelaksanaan dana cadangan.

(4) Pembentukan dana cadangan dapat bersumber dari penyisihan atas penerimaan Desa, kecuali dari penerimaan yang penggunaannya telah ditentukan secara khusus berdasarkan peraturan perundang- undangan.

(5) Pembentukan dana cadangan ditempatkan pada rekening tersendiri. (6) Penganggaran dana cadangan tidak melebihi tahun akhir masa

jabatan Kepala Desa.

(7) Dana cadangan tidak dapat digunakan untuk membiayai kegiatan lain selain yang telah ditetapkan dalam peraturan desa tentang pembentukan dana cadangan.

(8) Kegiatan yang ditetapkan berdasarkan peraturan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan apabila dana cadangan telah mencukupi untuk melaksanakan kegiatan.

(9) Untuk pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) dana cadangan dimaksud terlebih dahulu dipindahbukukan ke rekening kas desa.

(10) Dalam hal dana cadangan yang ditempatkan pada rekening dana cadangan belum digunakan sesuai dengan peruntukannya, dapat ditempatkan dalam deposito yang memberikan hasil tetap dengan resiko rendah.

(11) Penerimaan jasa giro/hasil bunga rekening dana cadangan atas penempatan dalam deposito sebagaimana dimaksud pada ayat (10) menambah jumlah dana cadangan.

Pasal 21

(1) Penyertaan Modal Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf b digunakan untuk menganggarkan kekayaan pemerintah desa yang diinvestasikan baik dalam jangka pendek maupun jangka

Andina

panjang.

(2) Penyertaan Modal Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Desa.

(3) Investasi jangka pendek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam bentuk deposito pada bank umum dianggarkan dalam pengeluaran pembiayaan pada jenis penyertaan modal pemerintah desa.

(4) Investasi jangka pendek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup deposito berjangka waktu lebih dari 3 (tiga) bulan sampai dengan 12 (duabelas) bulan yang dapat diperpanjang secara otomatis, pembelian Surat Utang Negara (SUN), Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Perbendaharaan Negara (SPN).

(5) Investasi jangka panjang merupakan investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki lebih dari 12 (duabelas) bulan yang terdiri dari investasi permanen dan non permanen.

Pasal 22

(1) Investasi permanen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (5) bertujuan untuk dimiliki secara berkelanjutan dan atau tidak untuk diperjualbelikan / tidak ditarik kembali, seperti kerjasama desa dengan pihak ketiga dalam bentuk penggunausahaan/pemanfaatan aset desa, penyertaan modal desa pada BUMDes dan/atau badan usaha lainnya dan investasi permanen lainnya yang dimiliki pemerintah desa untuk menghasilkan pendapatan atau meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

(2) Investasi non permanen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (5) bertujuan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan atau ada niat untuk diperjualbelikan atau ditarik kembali, seperti pembelian obligasi atau surat utang jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki sampai dengan tanggal jatuh tempo, dana yang disisihkan pemerintah desa dalam rangka pelayanan/pemberdayaan masyarakat seperti bantuan modal kerja, pembentukan dana secara bergulir kepada kelompok masyarakat, pemberian fasilitas pendanaan kepada usaha mikro dan menengah.

Andina

Pasal 23

(1) Penyertaan modal awal dan penambahan modal dicatat pada rekening penyertaan modal desa.

(2) Penerimaan hasil atas penyertaan modal desa dianggarkan dalam pendapatan asli desa pada rekening hasil pengelolaan kekayaan desa yang dipisahkan.

Pasal 24

Pembayaran pokok utang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf c digunakan untuk menganggarkan pembayaran kewajiban atas pokok utang dan bunga yang dihitung berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

Bagian Kelima

Kode Rekening Penganggaran

Pasal 25

(1) Setiap Kelompok dan Kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintahan desa yang dicantumkan dalam APBDes dan RAB menggunakan kode akun Kelompok dan Kegiatan.

(2) Kode pendapatan, kode belanja dan kode pembiayaan yang digunakan dalam penyusunan APBDes menggunakan kode akun pendapatan, kode akun belanja, dan kode akun pembiayaan.

(3) Untuk tertib penganggaran kode sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dihimpun menjadi satu kesatuan kode anggaran yang disebut kode rekening.

(4) Penyusunan Kode rekening pengganggaran dalam penyusunan APBDesa dan Rencana Angaran Biaya (RAB) dimulai dari kode kelompok, kode kegiatan, kode akun, kode jenis, kode obyek.

(5) Kode rekening sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2) dan (3) tercantum dalam Lampiran Peraturan Bupati ini.

Pasal 26

(1) Penggunaan kode rekening sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (5), disesuaikan dengan kebutuhan obyektif dan nyata sesuai

karakteristik desa.

(2) Dalam rangka mengakomodir perkembangan kebutuhan desa dalam

Andina

melaksanakan kewenangan, Pemerintah Desa dapat menambah kode kegiatan, kode jenis dan kode obyek selain sebagaimana tercantum dalam lampiran, setelah mendapat persetujuan dari Bupati.

(3) Penambahan kode rekening sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

BAB V

PENGELOLAAN

Bagian Kesatu

Perencanaan

Pasal 27

(1) Sekretaris Desa menyusun Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa berdasarkan RKPDesa tahun berkenaan.

(2) Penyusunan Rancangan Peraturan Desa tentang APBDes sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersamaan dengan penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB) sebagai dasar pelaksanaan anggaran desa.

(3) Sekretaris Desa menyampaikan rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa dan Rencana Anggaran Biaya (RAB) kepada Kepala Desa. (4) Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa dan Rencana Anggaran

Biaya (RAB) sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan oleh Kepala Desa kepada BPD untuk dibahas dan disepakati bersama. (5) Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa disepakati bersama

sebagaimana dimaksud pada ayat (4) paling lambat bulan Oktober tahun berjalan.

(6) Pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), menitikberatkan pada kesesuaian dengan RKPDesa.

Pasal 28

(1) Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa yang telah disepakati bersama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (4) disampaikan oleh Kepala Desa kepada Camat paling lambat 3 (tiga) hari sejak disepakati untuk dievaluasi.

Andina

(2) Penyampaian Rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB).

(3) Camat menetapkan hasil evaluasi Rancangan APBDesa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa.

(4) Dalam hal Camat tidak memberikan hasil evaluasi dalam batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Peraturan Desa tersebut berlaku dengan sendirinya.

(5) Dalam hal Camat menyatakan hasil evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa tidak sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, Kepala Desa melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.

Pasal 29

(1) Apabila hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (5) tidak ditindaklanjuti oleh Kepala Desa dan Kepala Desa tetap menetapkan Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa menjadi Peraturan Desa, Camat membatalkan Peraturan Desa dengan Keputusan Camat.

(2) Pembatalan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekaligus menyatakan berlakunya pagu APBDesa tahun anggaran sebelumnya.

(3) Dalam hal Pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Kepala Desa hanya dapat melakukan pengeluaran terhadap operasional penyelenggaraan Pemerintah Desa.

(4) Kepala Desa memberhentikan pelaksanaan Peraturan Desa Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan selanjutnya Kepala Desa bersama BPD mencabut peraturan desa dimaksud.

Bagian Kedua

Pelaksanaan

Andina

Pasal 30

(1) Semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam rangka pelaksanaan kewenangan desa dilaksanakan melalui rekening kas desa.

(2) Rekening kas desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah rekening atas nama pemerintah desa pada bank umum yang ditunjuk oleh Pemerintah Desa.

(3) Penunjukan bank umum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa dan diberitahukan kepada BPD.

(4) Pencairan dana dalam Rekening Kas Desa ditandatangani oleh Kepala Desa dan Bendahara.

(5) Program dan kegiatan yang masuk desa merupakan sumber penerimaan dan pendapatan desa dan wajib dicatat dalam APBDes. (6) Program dan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) adalah

program dan kegiatan yang dibiayai oleh pihak lain dan dilaksanakan oleh Pemerintah Desa.

(7) Semua penerimaan dan pengeluaran desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah.

Pasal 31

(1) Pemerintah desa dilarang melakukan pungutan sebagai penerimaan desa selain yang ditetapkan dalam peraturan desa.

(2) Kepala desa wajib mengintensifkan pemungutan pendapatan desa yang menjadi wewenang dan tanggung jawabnya.

(3) Pengembalian atas kelebihan pendapatan desa dilakukan dengan membebankan pada pendapatan desa yang bersangkutan untuk pengembalian pendapatan desa yang terjadi dalam tahun yang sama. (4) Untuk pengembalian kelebihan pendapatan desa yang terjadi pada

tahun-tahun sebelumnya dibebankan pada belanja tidak terduga. (5) Pengembalian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan (4), harus

didukung dengan bukti yang lengkap dan sah.

(6) Bendahara dapat menyimpan uang dalam Kas Desa pada jumlah tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan operasional pemerintah desa.

Andina

(7) Jumlah uang dalam kas desa sebagaimana dimaksud pada ayat (6) paling banyak 5.000.000,00 (lima juta) rupiah.

Pasal 32

(1) Setiap Pengeluaran belanja atas beban APBDesa harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah.

(2) Bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapat pengesahan oleh Sekretaris Desa atas kebenaran material yang timbul dari penggunaan bukti dimaksud.

(3) Pengeluaran desa yang mengakibatkan beban APBDesa tidak dapat dilakukan sebelum rancangan peraturan desa tentang APBDesa ditetapkan menjadi peraturan desa.

(4) Pengeluaran desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak termasuk untuk belanja pegawai yang bersifat mengikat dan operasional perkantoran yang ditetapkan dalam Peraturan Kepala Desa.

(5) Pengeluaran belanja pegawai dan operasional perkantoran sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dilaksanakan setiap bulan sebesar seperduabelas APBDesa tahun anggaran sebelumnya.

(6) Apabila Rancangan APBDesa tidak disepakati bersama antara kepala desa dengan BPD, maka kepala desa melaksanakan program dan kegiatan menggunakan APBDes tahun anggaran sebelumnya yang ditetapkan dengan Peraturan Kepala Desa.

(7) Peraturan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan (6) dapat dilaksanakan setelah memperoleh pengesahan dari Camat. (8) Pengesahan Peraturan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat

(7) ditetapkan dengan keputusan camat paling lambat 20 (dua puluh) hari kerja, setelah Peraturan Kepala Desa diterima oleh Camat. (9) Penggunaan biaya tak terduga terlebih dulu harus dibuat Rincian

Anggaran Biaya yang telah disahkan oleh Kepala Desa. Pasal 33

Pelampuan terhadap pengeluaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (5) dan ayat (6), hanya diperkenankan apabila :

a. berdasarkan kebijakan dari pemerintah daerah;

Andina

b. penyediaan dana pendamping atas program dan kegiatan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah.

Pasal 34

(1) Pelaksana Kegiatan dalam mengajukan pendanaan untuk melaksanakan kegiatan harus disertai dengan dokumen antara lain Rencana Anggaran Biaya.

(2) Rencana Anggaran Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diverifikasi oleh Sekretaris Desa dan disahkan oleh Kepala Desa.

(3) Pelaksana Kegiatan bertanggung jawab terhadap tindakan pengeluaran yang menyebabkan atas beban anggaran belanja kegiatan dengan mempergunakan Buku Pembantu Kas Kegiatan sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan didesa.

Pasal 35

(1) Berdasarkan Rencana Anggaran Biaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1), Pelaksana Kegiatan mengajukan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) kepada Kepala Desa.

(2) Surat Permintaan Pembayaran (SPP) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh dilakukan sebelum barang dan/ atau jasa diterima.

Pasal 36

Pengajuan SPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) terdiri atas: a. Surat Permintaan Pembayaran (SPP);

b. Pernyataan tanggung jawab belanja; dan c. Lampiran bukti transaksi.

Pasal 37

(1) Dalam pengajuan SPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36, Sekretaris Desa berkewajiban untuk:

a. meneliti kelengkapan permintaan pembayaran yang diajukan oleh Pelaksana Kegiatan;

b. menguji kebenaran perhitungan tagihan atas beban APBDesa yang tercantum dalam permintaan pembayaran;

c. menguji ketersedian dana untuk kegiatan dimaksud; dan

d. menolak pengajuan permintaan pembayaran oleh pelaksana kegiatan apabila tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

Andina

(2) Berdasarkan SPP yang telah diverifikasi Sekretaris Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Desa menyetujui permintaan pembayaran dan bendahara melakukan pembayaran.

(3) Bendahara melakukan pencatatan pengeluaran atas pembayaran yang telah dilakukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

Pasal 38

Bendahara desa sebagai wajib pungut pajak penghasilan (PPh) dan pajak lainnya, wajib menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak yang dipungutnya ke rekening kas negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 39

Pengadaan barang dan/atau jasa di Desa berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 40

(1)

Perubahan Peraturan Desa tentang APBDesa dapat dilakukan apabila terjadi:

a. keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran antar jenis belanja;

b. keadaan yang menyebabkan sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya harus digunakan dalam tahun berjalan; c. terjadi penambahan dan/atau pengurangan dalam pendapatan

desa pada tahun berjalan;

d. terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, krisis politik, krisis ekonomi, dan/atau kerusuhan sosial yang berkepanjangan; dan

e. perubahan mendasar atas kebijakan Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

(2) Pergeseran anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan melalui Peraturan Desa tentang Perubahan APBDesa. (3) Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun

sebelumnya harus digunakan dalam tahun anggaran berjalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dapat berupa:

Andina

a. membayar bunga dan pokok utang dan/atau obligasi desa yang melampaui anggaran yang tersedia;

b. melunasi seluruh kewajiban bunga dan pokok utang;

c. mendanai program dan kegiatan baru dengan kriteria harus diselesaikan sampai dengan batas akhir penyelesaian pembayaran dalam tahun anggaran berjalan; dan

d. mendanai kegiatan-kegiatan yang capaian target kinerjanya ditingkatkan dari yang telah ditetapkan semula dalam penjabaran APBDes tahun anggaran berjalan yang dapat diselesaikan sampai dengan batas akhir penyelesaian pembayaran dalam tahun anggaran berjalan.

(4) Terjadi penambahan dan/atau pengurangan dalam pendapatan desa pada tahun berjalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan keadaan yang menyebabkan estimasi penerimaan dan/atau pengeluaran dalam APBDes mengalami kenaikan atau penurunan lebih besar dari 50% (lima puluh persen).

(5) Persentase 50% (lima puluh persen) sebagaimana dimaksud pada ayat (4) merupakan selisih (gap) kenaikan atau penurunan antara

pendapatan dan belanja dalam APBDes.

(6) Yang dimaksud dengan terjadi peristiwa khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, sekurang-kurangnya memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. bukan merupakan kegiatan normal dari aktivitas pemerintah desa dan tidak dapat diprediksikan sebelumnya;

b. tidak diharapkan terjadi secara berulang;

c. berada diluar kendali dan pengaruh pemerintah desa; dan d. memiliki dampak yang signifikan terhadap anggaran dalam

rangka pemulihan yang disebabkan oleh keadaan darurat. (7) Dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (6),

pemerintah desa dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia anggarannya, yang selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APBDes.

(8) Perubahan APBDesa hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun anggaran.

Andina

(9) Tata cara pengajuan perubahan APBDesa adalah sama dengan tata cara penetapan APBDesa.

Pasal 41

(1) Dalam hal Bantuan keuangan dari APBD Provinsi dan APBD Kabupaten serta hibah dan bantuan pihak ketiga yang tidak mengikat ke desa disalurkan setelah ditetapkannya Peraturan Desa tentang Perubahan APB Desa, perubahan diatur dengan Peraturan Kepala Desa tentang perubahan APBDesa.

(2) Perubahan APBDesa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diinformasikan kepada BPD.

Bagian Ketiga

Penatausahaan

Pasal 42 (1) Penatausahaan dilakukan oleh Bendahara.

(2) Bendahara wajib melakukan pencatatan setiap penerimaan dan pengeluaran serta melakukan tutup buku setiap akhir bulan secara tertib.

(3) Bendahara wajib mempertanggungjawabkan uang melalui laporan pertanggungjawaban.

(4) Laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan setiap bulan kepada Kepala Desa dan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

(5) Laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilampiri :

a. Surat Pengantar; b. Buku Kas Umum; c. Buku Bantu Pajak; d. Buku Bantu Bank; e. Buku Bantu Kas Tunai; f. Buku Bantu Panjar.

g. Buku Bantu Perobyek Penerimaan. h. Register SPP;

i. Kwitansi;

Andina

j. Nota Barang;

k. Surat Setoran Pajak; dan l. Register Penutupan Kas.

Pasal 43

Penatausahaan penerimaan dan pengeluaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2), menggunakan:

a. Buku Kas Umum; b. Buku Bantu Pajak; c. Buku Bantu Bank; d. Buku Bantu Kas Tunai; e. Buku Bantu Panjar;

f. Buku Bantu per obyek penerimaan; g. Register SPP; dan

h. Register Penutupan Kas.

Bagian Keempat

Pelaporan

Pasal 44

(1) Kepala Desa menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan APBDesa

Dalam dokumen Perundang undangan Desa Buku 4 (Halaman 88-109)

Dokumen terkait