Peraturan Perundang-undangan
tentang
Buku 4
Peraturan Bupati Sidoarjo Nomor 54 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Pengadaan Barang/Jasa Di Desa
Peraturan Bupati Sidoarjo Nomor 11 Tahun 2015 Tentang Penghasilan Tetap, Tunjangan Dan Penerimaan Lain Yang Sah Bagi Kepala Desa Dan Perangkat Desa Di Kabupaten Sidoarjo
Peraturan Bupati Sidoarjo Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Daftar Kewenangan Desa Berdasarkan Hak
Asal Usul Dan Kewenangan Lokal Berskala Desa Di Kabupaten Sidoarjo
Peraturan Bupati Sidoarjo Nomor 15 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Penyaluran Alokasi Dana Desa, Bagi Hasil Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Dan Dana Desa
Peraturan Bupati Sidoarjo Nomor 23 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Pembagian Dan Penetapan Rincian Dana Desa Di Kabupaten Sidoarjo
Peraturan Bupati Sidoarjo Nomor 27 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa
DESA
Dikompilasikan Oleh :
ANDINA CHRISNAWATI, SH
Andina
Menerima :
-
Service (Printer, Laptop, PC, Handphone)
-
Jual Beli Computer / Laptop
-
Sparepart Printer, Laptop, PC, Handphone
-
Networking
Hubungi :
Bluru Kidul RT.01 RW.02
Telp. 08564162595 / 081235559483
Andina
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ... 1
PERBUP SIDOARJO NOMOR 54 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA ... 5
KETENTUAN UMUM ... 7
RUANG LINGKUP, PRINSIP DAN ETIKA PENGADAAN BARANG/JASA... 9
ORGANISASI PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA ... 10
Pejabat Pengelola Kegiatan /Tim Pengelola Kegiatan ... 10
Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan /Panitia Penerima Hasil Pekerjaan 11 PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA ... 12
Swakelola ... 12
Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia Barang/Jasa ... 14
PERUBAHAN RUANG LINGKUP PEKERJAAN ... 16
PELAPORAN DAN SERAH TERIMA ... 17
PEMBAYARAN ... 18
PENGAWASAN DAN SANKSI ... 18
Pengawasan ... 18
Sanksi ... 19
KETENTUAN LAIN-LAIN ... 20
KETENTUAN PENUTUP ... 21
PERBUP SIDOARJO NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGHASILAN TETAP, TUNJANGAN DAN PENERIMAAN LAIN YANG SAH BAGI KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA DI KABUPATEN SIDOARJO ... 24
Andina
PERBUP SIDOARJO NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG DAFTAR
KEWENANGAN DESA BERDASARKAN HAK ASAL USUL DAN KEWENANGAN
LOKAL BERSKALA DESA DI KABUPATEN SIDOARJO ... 35
KETENTUAN UMUM ... 38
RUANG LINGKUP ... 40
PENETAPAN KEWENANGAN DESA ... 46
KETENTUAN PENUTUP ... 47
PERBUP SIDOARJO NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENYALURAN ALOKASI DANA DESA, BAGI HASIL PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DAN DANA DESA ... 51
KETENTUAN UMUM ... 54
PENGANGGARAN ... 57
PENYALURAN ... 58
PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ... 61
PEMANTAUAN DAN EVALUASI ... 62
KETENTUAN PENUTUP ... 63
PERBUP SIDOARJO NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBAGIAN DAN PENETAPAN RINCIAN DANA DESA DI KABUPATEN SIDOARJO ... 64
KETENTUAN UMUM ... 67
TATA CARA PEMBAGIAN DANA DESA ... 69
PENYALURAN DANA DESA ... 70
PENGGUNAAN DANA DESA ... 71
PRIORITAS PENGGUNAAN DANA DESA UNTUK PEMBANGUNAN DESA . 71 PRIORITAS PENGGUNAAN DANA DESA UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA ... 74
PELAPORAN ... 75
Andina
PEMANTAUAN DAN EVALUASI ... 75
KETENTUAN PENUTUP ... 77
PERBUP SIDOARJO NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA ... 78
KETENTUAN UMUM ... 81
ASAS PENGELOLAAN KEUANGAN DESA ... 84
KEKUASAAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA ... 84
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA ... 86
Umum ... 86
Pendapatan ... 87
Belanja ... 89
Pembiayaan ... 92
Kode Rekening Penganggaran ... 96
PENGELOLAAN ... 97
Perencanaan ... 97
Pelaksanaan ... 98
Penatausahaan ... 104
Pelaporan ... 105
PENGHASILAN PEMERINTAH DESA ... 107
PEMBANGUNAN DESA ... 108
Perencanaan Pembangunan Desa ... 108
Pelaksanaan Pembangunan Desa ... 111
PENGELOLAAN, PENGGUNAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN BAGI HASIL PAJAK/RETRIBUSI DAERAH, ALOKASI DANA DESA DAN DANA DESA ... 112
Pengelolaan ... 112
Andina
Penggunaan ... 112
Pertanggungjawaban ... 113
Pelaporan ... 113
PEMANTAUAN DAN EVALUASI ... 113
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ... 115
KETENTUAN PENUTUP ... 116
Andina
PERBUP SIDOARJO NOMOR 54 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA
PERATURAN BUPATI SIDOARJO
NOMOR 54 TAHUN 2014
TENTANG
TATA CARA
PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA
Andina
PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 54 TAHUN 2014
TENTANG
TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 105 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa perlu menetapkan Peraturan Bupati Sidoarjo tentang Tata Cara Pengadaan Barang/Jasa di Desa;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten/ Kotamadya dalam lingkungan Propinsi Jawa-Timur juncto Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotapraja Surabaya dan Daerah Tingkat II Surabaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2730);
2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
Andina
4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495) ;
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5589);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 168, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5558);
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah;
9. Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 13 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pengadaan Barang/Jasa di Desa.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Andina
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :
1. Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Sidoarjo. 2. Bupati adalah Bupati Sidoarjo.
3. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam system pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan berada di Daerah Kabupaten Sidoarjo.
4. Pemerintahan Desa adalah Penyelenggaraan urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Pemerintahan Kabupaten Sidoarjo.
5. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa.
6. Lembaga Kemasyarakatan Desa adalah lembaga yang dibentuk oleh Masyarakat Desa sesuai dengan kebutuhan dan Mitra Pemerintah Desa dalam memberdayakan masyarakat yaitu Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD), Tim Penggerak PKK Desa, RT - RW, Karang Taruna dan Lembaga Kemasyarakatan lainnya.
7. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang selanjutnya disebut APBDesa, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa, dan ditetapkan dengan peraturan desa. 8. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa yang selanjutnya
PKPKDes adalah Kepala Desa yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan Desa.
9. Pengadaan Barang/Jasa Desa yang selanjutnya disebut dengan pengadaan barang/jasa adalah kegiatan untuk memperoleh barang/jasa oleh Pemerintah Desa, baik dilakukan dengan cara swakelola maupun melalui penyedia barang/jasa.
10. Penyedia Barang/Jasa adalah badan usaha atau perorangan yang menyediakan barang/jasa.
11. Swakelola adalah kegiatan pengadaan barang/jasa yang direncanakan, dikerjakan dan/atau dilaksanakan sendiri oleh Tim Pengelola Kegiatan.
Andina
12. Tim Pengelola Kegiatan adalah tim yang ditetapkan oleh Kepala Desa, terdiri dari unsur Pemerintah Desa dan unsur Lembaga Kemasyarakatan Desa untuk melaksanakan pengadaan barang/jasa di Desa.
13. Pejabat Pengelola Kegiatan adalah salah satu anggota Tim Pengelola Kegiatan dari unsur Pemerintah Desa yang ditetapkan oleh Kepala Desa untuk melaksanakan kegiatan Pengadaan Barang/Jasa di Desa.
14. Panitia Penerima Hasil Pekerjaan adalah Panitia yang ditetapkan oleh Kepala Desa dengan Surat Keputusan terdiri dari unsur Pemerintah Desa dan unsur Lembaga Kemasyarakatan Desa untuk memeriksa dan menerima hasil pekerjaan pengadaan barang/jasa di Desa.
15. Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan adalah salah satu anggota Panitia Penerima Hasil pekerjaan dari unsur Pemerintah Desa yang ditetapkan oleh Kepala Desa dengan Surat Keputusan untuk memeriksa dan menerima hasil perkerjaan Pengadaan Barang/Jasa di Desa.
BAB II
RUANG LINGKUP, PRINSIP DAN ETIKA PENGADAAN BARANG/JASA
Pasal 2
Ruang lingkup Peraturan Bupati ini mengatur Pengadaan Barang/Jasa di Desa yang pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa).
Pasal 3
Pengadaan Barang/Jasa di Desa menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Efisien, berarti Pengadaan Barang/Jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang minimum untuk mencapai kualitas dan sasaran dalam waktu yang ditetapkan atau menggunakan dana yang telah ditetapkan untuk mencapai hasil dan sasaran dengan kualitas yang maksimum ;
b. Efektif, berarti Pengadaan Barang/Jasa harus sesuai dengan kebutuhan dan sasaran yang telah ditetapkan serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya ;
Andina
c. Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai Pengadaan Barang/Jasa bersifat jelas dan dapat diketahui secara luas oleh masyarakat dan Penyedia Barang/Jasa berminat ;
d. Pemberdayaan Masyarakat berarti Pengadaan Barang/Jasa harus dijadikan sebagai wahana pembelajaran bagi masyarakat untuk dapat mengelola pembangunan desanya ;
e. Gotong-royong, berarti penyediaan tenaga kerja secara cuma-cuma oleh masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan di desa; dan
f. Akuntabel, berarti harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang terkait dengan Pengadaan Barang/Jasa sehingga dapat dipertanggungjawabkan.
Pasal 4
Tim Pengelola Kegiatan/Pejabat Pengelola Kegiatan, Panitia Penerima Hasil Pekerjaan/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan dan Penyedia Barang/Jasa dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa harus mematuhi etika meliputi bertanggung jawab, mencegah kebocoran dan pemborosan keuangan desa, serta patuh terhadap ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Pasal 5
Tim Pengelola Kegiatan/Pejabat Pengelola Kegiatan dan Penyedia Barang/Jasa dilarang mengadakan ikatan perjanjian atau menandatangani Surat Perjanjian dengan Penyedia Barang/Jasa apabila belum tersedia anggaran.
Pasal 6
Pengadaan Barang/Jasa di Desa dilarang menggunakan bahan, material, dan/atau barang/alat yang dapat merusak lingkungan sekitar.
BAB III
ORGANISASI PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA
Bagian Pertama
Pejabat Pengelola Kegiatan /Tim Pengelola Kegiatan
Pasal 7
Andina
Pengadaan Barang/Jasa di Desa dilaksanakan oleh Pejabat Pengelola Kegiatan/Tim Pengelola Kegiatan yang ditetapkan oleh Kepala Desa.
Pasal 8
(1) Tim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 berjumlah gasal dan maksimal berjumlah 5 (lima) orang yang terdiri dari ketua dan sekretaris merangkap anggota berasal dari unsur pemerintah desa, sedangkan anggota berasal dari unsur lembaga kemasyarakatan. (2) Unsur Lembaga Kemasyarakatan Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), adalah anggota aktif Lembaga Kemasyarakatan Desa dan memiliki kompetensi dibidangnya.
(3) Susunan keanggotaan Tim Pengelola Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari :
a. Ketua merangkap anggota, b. Sekretaris merangkap anggota, c. Anggota.
Pasal 9
(1) Pejabat Pengelola Kegiatan melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa di Desa sampai dengan nilai Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). (2) Tim Pengelola Kegiatan melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa di Desa
di atas Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). Bagian Kedua
Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan /Panitia Penerima Hasil Pekerjaan
Pasal 10
Penerimaan dan pemeriksaan hasil pekerjaan pengadaan barang/jasa di desa dilaksanakan oleh Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan/Panitia Penerima Hasil Pekerjaan yang ditetapkan oleh Kepala Desa.
Pasal 11
(1) Panitia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 berjumlah 3 (tiga) orang yang terdiri dari ketua dan sekretaris merangkap anggota berasal dari
Andina
unsur pemerintah desa, sedangkan anggota berasal dari unsur lembaga kemasyarakatan.
(2) Unsur Lembaga Kemasyarakatan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah anggota aktif Lembaga Kemasyarakatan Desa dan memiliki kompetensi dibidangnya.
(3) Susunan keanggotaan Panitia Penerima Hasil Pekerjaan terdiri dari : a. Ketua merangkap anggota,
b. Sekretaris merangkap anggota, c. Anggota.
Pasal 12
(1) Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan memeriksa dan menerima hasil perkerjaan Pengadaan Barang/Jasa di Desa sampai dengan nilai Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
(2) Panitia Penerima Hasil Pekerjaan memeriksa dan menerima hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa di Desa di atas Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
Pasal 13
Pejabat Pengelola Kegiatan/Tim Pengelola Kegiatan dan Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan/Panitia Penerima Hasil Pekerjaan bertugas selama 1 (satu) tahun anggaran.
Pasal 14
Bendahara Desa dilarang merangkap sebagai Pejabat Pengelola Kegiatan/Tim Pengelola Kegiatan dan Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan/Panitia Penerima Hasil Pekerjaan.
BAB IV
PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA
Bagian Pertama
Swakelola
Pasal 15
(1) Pengadaan Barang/Jasa pada prinsipnya dilakukan secara Swakelola dengan memaksimalkan penggunaan material/bahan dari wilayah setempat, dilaksanakan secara gotong-royong dengan melibatkan
Andina
partisipasi masyarakat setempat, untuk memperluas kesempatan kerja, dan pemberdayaan masyarakat setempat.
(2) Pelaksanaan Swakelola oleh Tim Pengelola Kegiatan meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pelaporan dan pertanggungjawaban hasil pekerjaan.
Pasal 16 Rencana Pelaksanaan Swakelola meliputi : a. Jadwal pelaksanaan pekerjaan;
b. Rencana penggunaan tenaga kerja, kebutuhan bahan, dan peralatan; c. Gambar rencana kerja untuk pekerjaan konstruksi;
d. Spesifikasi teknis; dan
e. Perkiraan biaya (Rencana Anggaran Biaya/RAB). Pasal 17
Swakelola dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Pelaksanaan Swakelola dilakukan berdasarkan rencana pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa melalui swakelola;
b. Kebutuhan barang/jasa termasuk didalamnya bahan/material untuk mendukung kegiatan swakelola yang tidak dapat disediakan dengan cara swadaya, dilakukan oleh Penyedia Barang/Jasa yang dianggap mampu oleh Tim Pengelola Kegiatan ;
c. Khusus untuk pekerjaan konstruksi :
1. ditunjuk satu orang penanggungjawab teknis pelaksanaan pekerjaan dari anggota Tim Pengelola Kegiatan yang dianggap mampu atau mengetahui teknis kegiatan atau pekerjaan;
2. dapat dibantu oleh personil yang ditunjuk dari dinas teknis terkait atau tenaga ahli /teknis yang berasal dari Non PNS sesuai dengan keahlian dibidangnya; dan atau
3. dapat dibantu oleh pekerja (tenaga tukang dan/atau mandor).
Pasal 18
Pejabat Pengelola Kegiatan/Tim Pengelola Kegiatan menyusun rencana pelaksanaan pengadaan meliputi :
Andina
a. rencana anggaran biaya (RAB) berdasarkan data harga pasar setempat atau harga pasar terdekat dari desa tersebut.
b. dalam penyusunan RAB dapat memperhitungkan pajak, ongkos kirim atau ongkos pengambilan atas barang/jasa yang akan diadakan.
c. khusus untuk pekerjaan konstruksi, disertai gambar rencana kerja. Pasal 19
Tim Pengelola Kegiatan wajib melakukan pengawasan dan melaporkan kemajuan fisik semua kegiatan pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya secara periodik.
Bagian Kedua
Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia Barang/Jasa
Pasal 20
(1) Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia Barang/Jasa dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan barang/jasa dalam rangka mendukung pelaksanaan Swakelola maupun memenuhi kebutuhan barang/jasa secara langsung di Desa.
(2) Penyedia Barang/Jasa yang dianggap mampu dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa harus memenuhi persyaratan memiliki tempat/lokasi usaha kecuali tukang batu, tukang kayu dan sejenisnya. (3) Selain dimaksud pada ayat 2, penyedia Barang/Jasa untuk pekerjaan
konstruksi mampu menyediakan tenaga ahli dan/atau peralatan yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.
Pasal 21
(1) Pengadaan Barang/Jasa dengan nilai sampai dengan Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) dengan mekanisme :
a. pejabat pengelola kegiatan membeli langsung barang/jasa kepada 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa.
b. pembelian sebagaimana dimaksud pada huruf a, tanpa permintaan penawaran tertulis dan Penyedia Barang/Jasa tidak memberikan penawaran tertulis.
c. pejabat pengelola kegiatan melakukan negosiasi (tawar-menawar) dengan Penyedia Barang/Jasa untuk memperoleh harga yang lebih murah.
Andina
d. penyedia barang/jasa memberikan bukti transaksi berupa nota, faktur pembelian atau kuitansi untuk dan atas nama Pejabat Pengelola Keuangan.
(2) Pengadaan Barang/Jasa dengan nilai di atas Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) dengan mekanisme :
a. tim pengelola kegiatan mengundang dan meminta 2 (dua) penawaran secara tertulis dari 2 (dua) Penyedia Barang/Jasa yang dianggap mampu (diutamakan yang berada di desa setempat) dilampiri dengan daftar barang/jasa (rincian barang/jasa atau ruang lingkup pekerjaan, volume, dan satuan) dan spesifikasi teknis barang/jasa.
b. penyedia barang/jasa menyampaikan penawaran tertulis yang berisi daftar barang/jasa (rincian barang/jasa atau ruang lingkup pekerjaan, volume dan satuan) dan harga.
c. tim pengelola kegiatan menilai pemenuhan spesifikasi teknis barang/jasa terhadap kedua Penyedia Barang/Jasa yang memasukkan penawaran.
d. apabila spesifikasi teknis barang/jasa yang ditawarkan :
1. dipenuhi oleh kedua Penyedia Barang/Jasa, maka dilanjutkan dengan proses negosiasi (tawar-menawar) secara bersamaan. 2. dipenuhi oleh salah satu Penyedia Barang/Jasa, maka Tim
Pengelola Kegiatan tetap melanjutkan dengan proses negosiasi (tawar-menawar) kepada Penyedia Barang/Jasa yang memenuhi spesifikasi teknis tersebut.
3. tidak dipenuhi oleh kedua Penyedia Barang/Jasa, maka Tim Pengelola Kegiatan membatalkan proses pengadaan.
e. apabila spesifikasi teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d angka 3, maka Tim Pengelola Kegiatan melaksanakan kembali proses pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a.
f. negosiasi (tawar-menawar) sebagaimana dimaksud pada huruf d angka 1 dan huruf d angka 2 untuk memperoleh harga yang lebih murah.
Andina
g. Hasil negosiasi dicantumkan dalam surat perjanjian antara Tim Pengelola Kegiatan dan Penyedia Barang/Jasa yang berisi sekurang-kurangnya :
1. tanggal dan tempat dibuatnya surat perjanjian; 2. para pihak;
3. ruang lingkup pekerjaan; 4. nilai pekerjaan;
5. hak dan kewajiban para pihak; 6. jangka waktu pelaksanaan pekerjaan; 7. ketentuan keadaan kahar; dan 8. sanksi.
Pasal 23
Tim Pengelola Kegiatan mengumumkan data pekerjaan dan penyedia barang/jasa terpilih di papan pengumuman Kantor Desa dan papan/tempat berkumpulnya warga (pos ronda/kamling, pos RT/RW, pos karang taruna, dan sejenisnya) sekurang-kurangnya terdiri dari :
a. nama barang/jasa atau pekerjaan yang diadakan; b. nama dan alamat penyedia barang/jasa;
c. harga akhir hasil negosiasi (tawar menawar);
d. jangka waktu penyerahan barang/jasa atau pelaksanaan; e. tanggal diumumkan.
BAB V
PERUBAHAN RUANG LINGKUP PEKERJAAN
Pasal 24
(1) Apabila diperlukan, atas persetujuan Kepala Desa Tim Pengelola Kegiatan dan Penyedia dapat melakukan perubahan ruang lingkup pekerjaan yang meliputi :
1. Menambah atau mengurangi volume pekerjaan; 2. Mengurangi jenis pekerjaan;
3. Mengubah spesifikasi teknis dan gambar rencana.
(2) Perubahan ruang lingkup pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara tertulis kepada Kepala Desa atas usul Tim Pengelola Kegiatan dan/atau Penyedia Barang/Jasa.
Andina
(3) Perubahan ruang lingkup pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Tim Pengelola Kegiatan melakukan negosiasi (tawar-menawar) dengan Penyedia Barang/Jasa untuk memperoleh harga yang lebih murah.
(4) Perubahan ruang lingkup pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk nilai Pengadaan Barang/Jasa di atas Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah), dilakukan addendum surat perjanjian yang memuat perubahan ruang lingkup dan total nilai pekerjaan yang disepakati. (5) Besaran perubahan ruang lingkup pekerjaan konstruksi maksimal 10 %
(sepuluh prosen) dari RAB kegiatan dan tidak melebihi APBDesa. BAB VI
PELAPORAN DAN SERAH TERIMA
Pasal 25
Kemajuan pelaksanaan Pengadaan barang/jasa dilaporkan oleh Tim Pengelola Kegiatan/Pejabat Pengelola Kegiatan kepada Kepala Desa.
Pasal 26
Setelah pelaksanaan pengadaan barang/jasa selesai 100% (sasaran akhir pekerjaan telah tercapai), penyedia barang/jasa menyerahkan hasil pengadaan barang/jasa kepada Panitia Penerima Hasil Pekerjaan/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan dengan Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan.
Pasal 27
(1) Untuk membantu pelaksanaan tugas, Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan dapat menggunakan tenaga ahli/teknis yang berasal dari Pegawai Negeri Sipil atau Non PNS sesuai dengan keahlian dibidangnya. (2) Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan untuk kegiatan sampai dengan
Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
(3) Panitia Penerima Hasil Pekerjaan untuk kegiatan di atas Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
(4) Dalam hal salah seorang anggota Panitia Penerima Hasil Pekerjaan tidak turut serta menadatangani Berita Acara Hasil Pekerjaan/Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan, wajib memberikan penjelasan tertulis.
Andina
(5) Panitia Penerima Hasil Pekerjaan/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan menyerahkan hasil pemeriksaan Barang/Jasa kepada Kepala Desa.
BAB VII
PEMBAYARAN
Pasal 28
Tata cara pembayaran atas pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa di desa baik secara swakelola maupun melalui penyedia barang/jasa sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 29
Khusus pekerjaan konstruksi yang dilakukan secara Swakelola, Tim Pengelola Kegiatan mengajukan pencairan dana sesuai dengan mekanisme keuangan desa yang terbagi tiga tahap yaitu :
a. tahap pertama senilai 60% (enam puluh per seratus) merupakan uang dimuka dari nilai pekerjaan untuk membiayai persiapan pelaksanaan kegiatan;
b. tahap kedua senilai 30% (tiga puluh per seratus) setelah Tim Pengelola Kegiatan mempertanggungjawabkan 100% (seratus per seratus) dari nilai uang dimuka yang telah dipergunakan; dan
c. tahap ketiga senilai 10% (sepuluh per seratus) setelah Tim Pengelola Kegiatan mempertanggungjawabkan 100% (seratus per seratus) dari nilai uang yang diminta pada tahap kedua yang telah dipergunakan.
Pasal 30
Tim Pengelola Kegiatan dan Panitia Penerima Hasil Pekerjaan diberikan honorarium setiap paket pekerjaan sesuai dengan kemampuan anggaran desa dan mempertimbangkan prinsip efisiensi anggaran.
BAB VIII
PENGAWASAN DAN SANKSI
Bagian Pertama
Pengawasan
Pasal 31
(1) Camat wajib melakukan pengendalian Pengadaan Barang/Jasa di Desa.
Andina
(2) Inspektorat Kabupaten Sidoarjo sebagai Aparat Pengawas Internal Pemerintah wajib melakukan pengawasan terhadap proses Pengadaan Barang/Jasa di Desa.
(3) Setiap pengaduan tentang pengadaan barang/jasa di Desa wajib ditindaklanjuti oleh Kepala Desa, Camat dan Inspektorat.
Bagian Kedua
Sanksi
Pasal 32
(1) Penyedia Barang/Jasa dapat diberikan sanksi jika terbukti melakukan dengan sengaja perbuatan atau tindakan sebagai berikut :
a. Berusaha mempengaruhi Tim Pengelola Kegiatan atau pihak lain yang berwenang dalam bentuk dan cara apapun, baik langsung maupun tidak langsung guna memenuhi keinginannya yang bertentangan dengan ketentuan dan prosedur yang telah ditetapkan dalam Dokumen Perjanjian Kerja, dan/ atau ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. melakukan persekongkolan dengan Penyedia Barang/ Jasa lain untuk mengatur Harga Penawaran diluar prosedur Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa, sehingga mengurangi/ menghambat memperkecil dan/atau meniadakan persaingan yang sehat dan/atau merugikan orang lain;
c. membuat dan/atau menyampaikan dokumen dan/ atau keterangan lain yang tidak benar untuk memenuhi persyaratan Pengadaan Barang/ Jasa;
d. mengundurkan diri dari pelaksanaan Perjanjian Kerja dengan alasan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan dan/atau tidak dapat diterima oleh Tim Pengelola Kegiatan;
e. tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan Surat Perjanjian Kerja.
(2) Perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikenakan sanksi berupa :
a. sanksi administratif, berupa peringatan/ teguran tertulis; b. gugatan secara perdata; dan/atau
c. pelaporan secara pidana kepada pihak yang berwenang.
Andina
(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dan huruf c, dilakukan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. (4) Apabila ditemukan penipuan/pemalsuan atas informasi yang
disampaikan Penyedia Barang/Jasa, dikenakan sanksi pembatalan sebagai calon pemenang.
(5) Apabila terjadi pelanggaran dan/atau kecurangan dalam proses Pengadaan Barang/Jasa, maka Tim Pengelola Kegiatan/Pejabat Pengelola Kegiatan/Panitia Penerima Hasil Pekerjaan/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan :
a. dikenakan sanksi administratif; b. dituntut ganti rugi; dan/atau c. dilaporkan secara pidana.
(6) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf a berupa teguran/peringatan tertulis dan apabila terjadi pelanggaran dan/atau kecurangan yang dilakukan dengan sengaja oleh anggota Tim Pengelola Kegiatan/Pejabat Pengelola Kegiatan/Panitia Penerima Hasil Pekerjaan/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan dalam proses Pengadaan Barang/Jasa di Desa maka dapat diberhentikan sebagai anggota Tim Pengelola Kegiatan/Pejabat Pengelola Kegiatan/Panitia Penerima Hasil Pekerjaan/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan oleh Kepala Desa.
Pasal 33
Penyedia Jasa Konsultan perencana yang tidak cermat dan mengakibatkan kerugian dikenakan sanksi berupa keharusan menyusun kembali perencanaan dengan beban biaya dari Penyedia Jasa Konsultan yang bersangkutan, dan/atau dituntut dengan ganti rugi sesuai Perjanjian Kerja yang telah disepakati bersama.
BAB IX
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 34
Bentuk dokumen pengadaan barang/jasa sebagaimana tercantum dalam lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
BAB X
Andina
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 35
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2015.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Sidoarjo.
Ditetapkan di S I D O A R J O Pada tanggal 20 Nopember 2014
BUPATI SIDOARJO,
ttd
H. SAIFUL ILAH
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SIDOARJO, Diundangkan di Sidoarjo
pada tanggal 24 Nopember 2014 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SIDOARJO,
ttd
VINO RUDY MUNTIAWAN
BERITA DAERAH KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2014 NOMOR 56
LAMPIRAN PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 54 TAHUN 2014 TANGGAL 20 Nopember 2014
Andina
A. CONTOH KEBUTUHAN BARANG DALAM RANGKA PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA
1. Pelaksanaan Swakelola :
- Pembelian material pada swakelola pembangunan jembatan desa.
- Sewa peralatan untuk swakelola pembangunan balai desa. - Penyediaan tukang batu dan tukang kayu untuk swakelola
pembangunan Posyandu. - Dan sebagainya.
2. Kebutuhan Barang/Jasa Langsung :
- Pembelian komputer, printer dan kertas. - Langganan internet.
- Pembelian meja, kursi dan alat kantor. - Dan sebagainya
3. Spesifikasi Teknik Barang/Jasa :
- Kapasitas mesin (cc) dan transmisi (automatic atau manual) untuk kendaraan roda 2 (dua).
- Kapasitas memori dan kecepatan prosesor (RAM) komputer. - Bandwidth (kecepatan transfer data) untuk langganan internet. - Dimensi, jenis dan kualitas material untuk pembangunan
gelanggang olah raga. - Dan sebagainya.
B. DOKUMEN YANG DIPERGUNAKAN DALAM PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA
CONTOH SPESIFIKASI TEKNIS Tidak disertakan dalam buku ini
• CONTOH SURAT PERMINTAAN PENAWARAN Tidak disertakan dalam buku ini
• CONTOH SURAT PENAWARAN Tidak disertakan dalam buku ini
DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA/
REKAPITULASI RINCIAN HARGA SATUAN PEKERJAAN KONSTRUKSI Tidak disertakan dalam buku ini
Andina
ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN KONSTRUKSI Tidak disertakan dalam buku ini
SPESIFIKASI TEKNIS Tidak disertakan dalam buku ini
• CONTOH BERITA ACARA PENILAIAN PEMENUHAN SPESIFIKASI DAN NEGOSIASI
Tidak disertakan dalam buku ini
• CONTOH SURAT UNDANGAN PENANDATANGANAN PERJANJIAN KOP TIM PENGELOLA KEGIATAN
Tidak disertakan dalam buku ini
• CONTOH PERJANJIAN
Tidak disertakan dalam buku ini
• CONTOH PEMBERITAHUAN PENYELESAIAN PEKERJAAN Tidak disertakan dalam buku ini
• CONTOH BERITA ACARA PENELITIAN HASIL PEKERJAAN Tidak disertakan dalam buku ini
• CONTOH BERITA ACARA PEMBAYARAN Tidak disertakan dalam buku ini
• CONTOH SURAT LAPORAN PERKEMBANGAN/PENYELESAIAN TERIMA PEKERJAAN
Tidak disertakan dalam buku ini
• CONTOH BERITA ACARA SERAH TERIMA PEKERJAAN Tidak disertakan dalam buku ini
Andina
PERBUP SIDOARJO NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGHASILAN TETAP, TUNJANGAN DAN PENERIMAAN LAIN YANG SAH BAGI KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA DI KABUPATEN SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO
PERATURAN BUPATI SIDOARJO
NOMOR 11 TAHUN 2015
TENTANG
PENGHASILAN TETAP, TUNJANGAN
DAN PENERIMAAN LAIN YANG SAH
BAGI KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA
DI KABUPATEN SIDOARJO
Andina
PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 11 TAHUN 2015
TENTANG
PENGHASILAN TETAP, TUNJANGAN DAN PENERIMAAN LAIN YANG SAH BAGI KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA
DI KABUPATEN SIDOARJO
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 81 ayat (5) dan Pasal 82 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, perlu menetapkan Penghasilan Tetap, Tunjangan dan Penerimaan Lain Yang Sah Bagi Kepala Desa dan Perangkat Desa dengan Peraturan Bupati;
\
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten/ Kotamadya dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur Juncto Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotapraja Surabaya dan Daerah Tingkat II Surabaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Negara Republik Indonesia Nomor 2730);
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495)
Andina
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5558);
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa;
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 32);
9. Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 7 Tahun 2014 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Sidoarjo Tahun 2014 Nomor 13 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 54);
MEMUTUSKAN :
Andina
Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PENGHASILAN TETAP, TUNJANGAN DAN PENERIMAAN LAIN YANG SAH BAGI KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA DI KABUPATEN SIDOARJO.
Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini, yang dimaksud dengan : 1. Bupati adalah Bupati Sidoarjo.
2. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Sidoarjo. 3. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dibantu Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
5. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD, adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa.
6. Perangkat Desa adalah Sekretaris Desa, Pelaksana Teknis Desa, dan Unsur kewilayahan yang membantu tugas Kepala Desa dalam menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan desa sesuai kewenangannya.
7. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang selanjutnya disingkat APBDes, adalah rencana keuangan tahunan Pemerintah Desa yang dibahas dan disepakati bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD yang ditetapkan dengan Peraturan Desa.
Pasal 2
(1) Penghasilan Kepala Desa dan Perangkat Desa terdiri dari : a. penghasilan tetap;
b. tunjangan; dan
c. Penerimaan Lain yang Sah.
(2) Penghasilan tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah penghasilan yang diterima setiap bulan oleh Kepala Desa dan Perangkat Desa.
Andina
(3) Tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berupa: a. tunjangan jabatan;
b. tunjangan kesehatan; dan c. tunjangan purna bhakti.
(4) Selain penghasilan tetap dan tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3), Kepala Desa dan Perangkat Desa dapat diberikan penerimaan lain yang sah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kinerja, yang terdiri dari :
a. honor kepanitiaan dan/ atau pengelola keuangan/ barang desa ; dan
b. perjalanan dinas.
Pasal 3
(1) Penghasilan tetap (siltap) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2), dianggarkan dalam APBDes yang bersumber dari Alokasi Dana Desa (ADD).
(2) Pengalokasian Alokasi Dana Desa (ADD) untuk penghasilan tetap Kepala Desa dan Perangkat Desa menggunakan penghitungan sebagai berikut:
a. ADD yang berjumlah kurang dari Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) digunakan maksimal 60% (enam puluh perseratus); b. ADD yang berjumlah Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
sampai dengan Rp. 700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah) digunakan maksimal 50% (lima puluh perseratus);
c. ADD yang berjumlah lebih dari Rp. 700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah) sampai dengan Rp. 900.000.000,00 (sembilan ratus juta rupiah) digunakan maksimal 40% (empat puluh perseratus); dan d. ADD yang berjumlah lebih dari Rp, 900.000.000,00 (sembilan ratus
juta rupiah) digunakan maksimal 30% (tiga puluh perseratus). (3) Pengalokasian batas maksimal sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan dengan mempertimbangkan efisiensi, jumlah perangkat, kompleksitas tugas pemerintahan, dan letak geografis.
(4) Pengalokasian ADD sebagaimana dimaksud ayat (3) mempertimbangkan :
Andina
a. kebutuhan penghasilan tetap kepala desa dan Perangkat Desa ; dan
b. jumlah penduduk Desa, angka kemiskinan Desa, luas wilayah Desa, dan tingkat kesulitan geografis Desa.
Pasal 4
(1) Kepala Desa dan Perangkat Desa yang berhak mendapatkan penghasilan tetap wajib memenuhi ketentuan :
a. memenuhi persyaratan administratif; b. belum habis masa jabatannya.
(2) Dalam hal alokasi APBDes tahun anggaran berjalan tidak mencukupi untuk membayar penghasilan tetap Kepala Desa dan Perangkat Desa yang baru diangkat, maka pemberian penghasilan tetap diusulkan pada perubahan anggaran tahun berjalan dan/atau pada tahun anggaran berikutnya.
(3) Perangkat Desa yang telah habis masa jabatannya tetapi belum diberhentikan oleh pejabat yang berwenang dan masih menerima penghasilan tetap, maka yang bersangkutan harus mengembalikan seluruh penghasilan tetap yang diterima terhitung sejak habis masa jabatannya ke rekening kas Pemerintah Desa.
Pasal 5
(1) Besaran penghasilan tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, diberikan secara berjenjang kepada Kepala Desa, Sekretaris Desa dan Perangkat Desa dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. (2) Penghasilan tetap (siltap) Perangkat Desa selain Sekretaris Desa paling
sedikit 50 % (lima puluh per seratus) dari penghasilan tetap Kepala Desa perbulan.
(3) Penghasilan tetap Sekretaris Desa non PNS paling sedikit 70 % (tujuh puluh per seratus) dari Penghasilan Tetap (siltap) Kepala Desa.
(4) Besaran penghasilan tetap (siltap) Kepala Desa dan Perangkat Desa adalah sebagai berikut:
a. Kepala Desa, sebesar Rp.3.500.000,00 (tiga juta lima ratus ribu rupiah) perbulan;
b. Sekretaris Desa, sebesar Rp. 2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah) perbulan;
Andina
c. Perangkat Desa, sebesar Rp. 2.190.000,00 (dua juta seratus Sembilan puluh ribu rupiah) perbulan.
Pasal 6
(1) Kepala Desa dan Perangkat Desa yang diberhentikan sementara diberikan penghasilan tetap sebesar 50% (lima puluh per seratus) dari penghasilan tetap.
(2) Penjabat Kepala Desa hanya diberikan tunjangan dan penerimaan lain yang sah dengan memperhatikan azas kepatutan dan kewajaran sesuai kemampuan keuangan desa bersumber dari APBDes.
Pasal 7
(1) Tunjangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3), dapat diberikan kepada Kepala Desa dan Perangkat Desa atas beban APBDes berdasarkan azas kepatutan dan kewajaran, sesuai dengan kemampuan keuangan desa.
(2) Tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada Kepala Desa dan Perangkat Desa atas beban APBDes, diatur dalam Peraturan Kepala Desa dan disesuaikan dengan kemampuan keuangan desa.
Pasal 8
(1) Tunjangan Jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf a, diberikan sesuai jabatan, berdasarkan Struktur Organisasi Pemerintah Desa.
(2) Pemberian Tunjangan Jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dianggarkan dalam APBDes dan disesuaikan dengan kewajaran dan kemampuan keuangan desa.
(3) Tunjangan Jabatan Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan dengan besaran sebagai berikut : a. Kepala Desa, paling sedikit sebesar Rp. 540.000,00 (lima ratus
empat puluh ribu rupiah) perbulan;
b. Sekretaris Desa, paling sedikit sebesar Rp. 450.000,00 (empat ratus lima puluh ribu rupiah) perbulan;
c. Perangkat Desa, paling sedikit sebesar Rp. 350.000,00 (tiga ratus lima puluh ribu rupiah) perbulan.
Andina
Pasal 9
(1) Pemerintah Desa memberikan tunjangan kesehatan dalam bentuk Jaminan Pemeliharaan Kesehatan kepada Kepala Desa dan Perangkat Desa, yang dianggarkan dalam APBDes sesuai dengan kemampuan keuangan desa.
(2) Jaminan pemeliharaan kesehatan dilaksanakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
Pasal 10
(1) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, diberikan kepada Kepala Desa dan Perangkat Desa non PNS beserta keluarganya.
(2) Keluarga Kepala Desa dan Perangkat Desa non PNS yang mendapat Jaminan Pemeliharaan Kesehatan yaitu 1 (satu) orang istri/ suami non PNS dan 2 (dua) orang anak yang belum kawin atau belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun kecuali bagi anak yang masih menempuh pendidikan dan berumur sampai dengan 25 (dua puluh lima) tahun dengan dibuktikan Surat Pernyataan dari Perguruan Tinggi.
(3) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Kepala Desa dan Perangkat Desa non PNS beserta keluarganya dibayar berdasarkan pengajuan
permintaan pembayaran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atas pelayanan yang diberikan.
(4) Pembayaran Jaminan Pemeliharaan Kesehatan dibebankan pada APBDes.
Pasal 11
(1) Kepala Desa dan Perangkat Desa lainnya yang meninggal dunia atau mengundurkan diri atau mengakhiri masa baktinya dengan hormat, diberikan Tunjangan Purna Bhakti berupa uang jasa pengabdian yang dianggarkan dalam APBDes.
(2) Besaran tunjangan Purna Bhakti berupa jasa pengabdian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut :
a. Kepala Desa, sebesar Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah); b. Perangkat Desa sebesar Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah). (3) Pencairan Tunjangan Purna Bhakti dilakukan setelah Kepala Desa
membuat Laporan Pertanggungjawaban akhir masa jabatan.
Andina
(4) Khusus bagi Sekretaris Desa non PNS yang mengakhiri masa baktinya karena diberhentikan dengan hormat atau mengundurkan diri atau meninggal dunia diberikan kompensasi.
(5) Pemberian uang jasa pengabdian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disesuaikan dengan masa bakti Kepala Desa atau Perangkat Desa lainnya dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Kepala Desa :
1. masa bakti kurang dari (1) tahun, diberikan uang Jasa Pengabdian sebesar 10 % (sepuluh perseratus) dari besarnya uang jasa pengabdian;
2. masa bakti 1 (satu) sampai dengan 2 (dua) tahun, diberikan uang Jasa Pengabdian sebesar 20 % (dua puluh perseratus) dari besarnya uang jasa pengabdian;
3. masa bakti lebih dari 2 (dua) sampai dengan 3 (tiga) tahun, diberikan uang Jasa Pengabdian sebesar 40 % (empat puluh perseratus) dari besarnya uang jasa pengabdian;
4. masa bakti lebih dari 3 (tiga) sampai dengan 4 (empat) tahun, diberikan uang Jasa Pengabdian sebesar 60 % (enam puluh perseratus) dari besarnya uang jasa pengabdian;
5. masa bakti lebih dari 4 (empat) sampai dengan sampai dengan 5 (lima) tahun, diberikan uang Jasa Pengabdian sebesar 80 % (delapan puluh perseratus) dari besarnya uang jasa pengabdian;
6. masa bakti lebih dari 5 (lima) sampai dengan 6 (enam) tahun, diberikan uang Jasa Pengabdian sebesar 100 % (seratus perseratus) dari besarnya uang jasa pengabdian.
b. Perangkat Desa lainnya :
1. masa bakti kurang dari (1) tahun, dihitung 1 (satu) tahun penuh dan diberikan uang Jasa Pengabdian sebesar 20 % (dua puluh perseratus) dari besarnya uang jasa pengabdian;
2. masa bakti 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun, diberikan uang Jasa Pengabdian sebesar 40 % (empat puluh perseratus) dari besarnya uang jasa pengabdian;
Andina
3. masa bakti lebih dari 5 (lima) sampai dengan 10 (sepuluh) tahun, diberikan uang Jasa Pengabdian sebesar 80 % (delapan puluh perseratus) dari besarnya uang jasa pengabdian;
4. masa bakti lebih dari 10 (sepuluh) sampai dengan 15 (lima) tahun atau lebih, diberikan uang Jasa Pengabdian setinggi-tingginya 100 % (seratus perseratus) dari besarnya uang jasa pengabdian.
(6) Dalam hal Kepala Desa dan/ atau Perangkat Desa meninggal dunia, Uang Jasa Pengabdian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan kepada ahli warisnya.
(7) Pembayaran Uang Jasa Pengabdian dilakukan setelah yang bersangkutan dinyatakan diberhentikan secara hormat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 12
Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku, Peraturan Bupati Sidoarjo Nomor 40 Tahun 2010 tentang Pemberian Penghasilan dan/atau Tunjangan Kepala Desa dan Perangkat Desa di Kabupaten Sidoarjo (Berita Daerah Kabupaten Sidoarjo Tahun 2010 Nomor 40) dan Peraturan Bupati Nomor 51 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Bupati Nomor 40 Tahun 2010 tentang Pemberian Penghasilan dan/ atau Tunjangan Kepala Desa dan Perangkat Desa di Kabupaten Sidoarjo (Berita Daerah Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013 Nomor 51), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 13
Peraturan Bupati ini mulai berlaku sejak APBDes Tahun Anggaran 2015. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Sidoarjo.
Ditetapkan di Sidoarjo pada tanggal 6 Maret 2015
BUPATI SIDOARJO,
ttd
H. SAIFUL ILAH
Andina
Diundangkan di Sidoarjo
pada tanggal 2015
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SIDOARJO,
TTD
VINO RUDY MUNTIAWAN
BERITA DAERAH KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2015 NOMOR 11
Andina
PERBUP SIDOARJO NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG DAFTAR KEWENANGAN DESA BERDASARKAN HAK ASAL USUL DAN KEWENANGAN LOKAL BERSKALA DESA DI KABUPATEN SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO
PERATURAN BUPATI SIDOARJO
NOMOR 13 TAHUN 2015
TENTANG
DAFTAR KEWENANGAN DESA
BERDASARKAN HAK ASAL USUL DAN
KEWENANGAN LOKAL BERSKALA DESA
DI KABUPATEN SIDOARJO
Andina
PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 13 TAHUN 2015
TENTANG
DAFTAR KEWENANGAN DESA BERDASARKAN HAK ASAL USUL DAN KEWENANGAN LOKAL BERSKALA DESA DI KABUPATEN SIDOARJO
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO,
Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 37 Ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan Pasal 18 Ayat (1) Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa, perlu disusun daftar kewenangan desa berdasarkan hak asal-usul dan kewenangan Lokal Berskala Desa;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, serta sebagai upaya untuk mewujudkan pengembangan otonomi desa dan peningkatan pelayanan serta pemberdayaan masyarakat, perlu menetapkan Peraturan Bupati Sidoarjo tentang Daftar Kewenangan Desa Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa di Kabupaten Sidoarjo;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten di Propinsi Jawa Timur juncto Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1965 tentang Perubahan Bentuk Daerah Kota Praja Surabaya dan Daerah Tingkat II Surabaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950
Andina
Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2730);
2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587 ), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5657 );
6. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601 );
Andina
7. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539);
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 Pembentukan Produk Hukum Daerah;
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 111 Tahun 2014 Tentang Pedoman Teknis Peraturan di Desa; 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun
2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa;
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pembangunan Desa; 12. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa; 13. Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 7
Tahun 2014 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Sidoarjo Tahun 2014 Nomor 13 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 54);
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG DAFTAR KEWENANGAN DESA BERDASARKAN HAK ASAL USUL DAN KEWENANGAN LOKAL BERSKALA DESA DI KABUPATEN SIDOARJO
BAB I
KETENTUAN UMUM
Andina
Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:
1. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Pemerintah Propinsi adalah Gubernur beserta Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
3. Pemerintah Kabupaten adalah Bupati beserta Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
4. Bupati adalah Bupati Sidoarjo.
5. Camat adalah pimpinan Satuan Kerja Perangkat daerah Kecamatan. 6. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat daerah
Kabupten Sidoarjo.
7. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Kabupaten Sidoarjo.
8. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara P.emerintahan Desa.
9. Kewenangan Desa berdasarkan hak asal usul adalah hak yang merupakan warisan yang masih hidup dan prakarsa Desa atau prakarsa masyarakat Desa sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat. 10. Kewenangan Lokal Berskala Desa adalah kewenangan untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat Desa yang telah dijalankan oleh Desa atau mampu dan efektif dijalankan oleh Desa atau yang muncul karena perkembangan Desa dan prakasa masyarakat Desa.
11. Aset Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli Desa, dibeli atau diperoleh atas beban APB Desa atau perolehan hak lainnya yang sah.
12. Badan Usaha Milik Desa, selanjutnya disebut BUM Desa, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa
Andina
melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa. 13. Barang Milik Desa adalah kekayaan milik Desa berupa barang bergerak
dan barang tidak bergerak.
14. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang bersifat strategis. 15. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang
ditetapkan oleh kepala desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa.
16. Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, ketrampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat desa.
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2
Daftar Kewenangan desa yang diatur dalam Peraturan Bupati ini meliputi: a. Kewenangan berdasarkan hak asal usul;
b. Kewenangan lokal berskala desa. Pasal 3
Kewenangan Desa berdasarkan hak asal usul sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a meliputi :
a. sistem organisasi perangkat Desa; b. pembinaan kelembagaan masyarakat; c. pengelolaan tanah kas Desa;
d. pengelolaan tanah Desa atau tanah hak milik Desa yang menggunakan sebutan setempat;
e. pengelolaan tanah bengkok;
Andina
f. pengelolaan tanah titisara; dan
g. pengembangan peran masyarakat Desa. Pasal 4
Kewenangan lokal berskala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b dengan kriteria :
a. kewenangan yang mengutamakan kegiatan pelayanan dan pemberdayaan masyarakat;
b. kewenangan yang mempunyai lingkup pengaturan dan kegiatan hanya didalam wilayah dan masyarakat Desa yang mempunyai dampak internal Desa;
c. kewenangan yang berkaitan dengan kebutuhan dan kepentingan sehari-hari masyarakat Desa;
d. kegiatan yang telah dijalankan oleh Desa atas dasar prakarsa Desa; e. program kegiatan pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota dan pihak ketiga yang telah diserahkan dan dikelola oleh Desa; dan
f. kewenangan lokal berskala Desa yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan tentang pembagian kewenangan pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota.
Pasal 5
Pihak ketiga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf e meliputi: a. individu;
b. organisasi kemasyarakatan; c. perguruan tinggi;
d. lembaga swadaya masyarakat; e. lembaga donor; dan
f. perusahaan.
Pasal 6
Kewenangan Lokal Berskala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b meliputi:
a. bidang pemerintahan Desa, b. pembangunan Desa; c. kemasyarakatan Desa; dan
Andina
d. pemberdayaan masyarakat Desa. Pasal 7
Kewenangan lokal berskala Desa di bidang pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a antara lain meliputi:
a. penetapan dan penegasan batas Desa;
b. pengembangan sistem administrasi dan informasi Desa; c. pengembangan tata ruang dan peta sosial Desa;
d. pendataan dan pengklasifikasian tenaga kerja Desa;
e. pendataan penduduk yang bekerja pada sektor pertanian dan sektor non pertanian;
f. pendataan penduduk menurut jumlah penduduk usia kerja, angkatan kerja, pencari kerja, dan tingkat partisipasi angkatan kerja;
g. pendataan penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan pekerjaan jenis pekerjaan dan status pekerjaan;
h. pendataan penduduk yang bekerja di luar negeri; i. penetapan organisasi Pemerintah Desa;
j. pembentukan Badan Permusyaratan Desa; k. penetapan perangkat Desa;
l. penetapan BUM Desa; m. penetapan APB Desa; n. penetapan peraturan Desa; o. penetapan kerja sama antar-Desa;
p. pemberian izin penggunaan gedung pertemuan atau balai Desa; q. pendataan potensi Desa;
r. pemberian izin hak pengelolaan atas tanah Desa;
s. penetapan Desa dalam keadaan darurat seperti kejadian bencana, konflik, rawan pangan, wabah penyakit, gangguan keamanan, dan kejadian luar biasa lainnya dalam skala Desa;
t. pengelolaan arsip Desa; dan
u. penetapan pos keamanan dan pos kesiapsiagaan lainnya sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sosial masyarakat Desa.
Pasal 8
Kewenangan lokal berskala Desa di bidang pembangunan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b meliputi:
Andina
a. pelayanan dasar Desa; b. sarana dan prasarana Desa;
c. pengembangan ekonomi lokal Desa; dan
d. pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan Desa. Pasal 9
Kewenangan lokal berskala Desa di bidang pelayanan dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a antara lain meliputi:
a. pengembangan pos kesehatan Desa dan Polindes; b. pengembangan tenaga kesehatan Desa;
c. pengelolaan dan pembinaan Posyandu melalui: 1. layanan gizi untuk balita;
2. pemeriksaan ibu hamil;
3. pemberian makanan tambahan; 4. penyuluhan kesehatan;
5. gerakan hidup bersih dan sehat; 6. penimbangan bayi; dan
7. gerakan sehat untuk lanjut usia.
d. pembinaan dan pengawasan upaya kesehatan tradisional;
e. pemantauan dan pencegahan penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif di Desa;
f. pembinaan dan pengelolaan pendidikan anak usia dini;
g. pengadaan dan pengelolaan sanggar belajar, sanggar seni budaya, dan perpustakaan Desa; dan
h. fasilitasi dan motivasi terhadap kelompok-kelompok belajar di Desa. Pasal 10
Kewenangan lokal berskala Desa di bidang sarana dan prasarana Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b antara lain meliputi:
a. pembangunan dan pemeliharaan kantor dan balai Desa; b. pembangunan dan pemeliharaan jalan Desa;
c. pembangunan dan pemeliharaan jalan usaha tani; d. pembangunan dan pemeliharaan embung Desa; e. pembangunan energi baru dan terbarukan; f. pembangunan dan pemeliharaan rumah ibadah; g. pengelolaan pemakaman Desa dan petilasan;
Andina
h. pembangunan dan pemeliharaan sanitasi lingkungan; i. pembangunan dan pengelolaan air bersih berskala Desa; j. pembangunan dan pemeliharaan irigasi tersier;
k. pembangunan dan pemeliharaan lapangan Desa; l. pembangunan dan pemeliharaan taman Desa;
m. pembangunan dan pemeliharaan serta pengelolaan saluran untuk budidaya perikanan; dan
n. pengembangan sarana dan prasarana produksi di Desa. Pasal 11
Kewenangan lokal berskala Desa di bidang pengembangan ekonomi lokal Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf c antara lain meliputi: a. pembangunan dan pengelolaan pasar Desa dan kios Desa;
b. pembangunan dan pengelolaan tempat pelelangan ikan milik Desa; c. pengembangan usaha mikro berbasis Desa;
d. pendayagunaan keuangan mikro berbasis Desa;
e. pembangunan dan pengelolaan keramba jaring apung dan bagan ikan; f. pembangunan dan pengelolaan lumbung pangan dan penetapan
cadangan pangan Desa;
g. penetapan komoditas unggulan pertanian dan perikanan Desa;
h. pengaturan pelaksanaan penanggulangan hama dan penyakit pertanian dan perikanan secara terpadu;
i. penetapan jenis pupuk dan pakan organik untuk pertanian dan perikanan;
j. pengembangan benih lokal;
k. pengembangan ternak secara kolektif;
l. pembangunan dan pengelolaan energi mandiri; m. pendirian dan pengelolaan BUM Desa;
n. pembangunan dan pengelolaan tambatan perahu; o. pengelolaan padang gembala;
p. pengembangan wisata Desa di luar rencana induk pengembangan pariwisata kabupaten/kota;
q. pengelolaan balai benih ikan;
r. pengembangan teknologi tepat guna pengolahan hasil pertanian dan perikanan; dan
Andina
s. pengembangan sistem usaha produksi pertanian yang bertumpu pada sumberdaya, kelembagaan dan budaya lokal.
Pasal 12
Kewenangan lokal berskala Desa di bidang kemasyarakatan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf c meliputi:
a. membina keamanan, ketertiban dan ketenteraman wilayah dan masyarakat Desa;
b. membina kerukunan warga masyarakat Desa;
c. memelihara perdamaian, menangani konflik dan melakukan mediasi di Desa; dan
d. melestarikan dan mengembangkan gotong royong masyarakat Desa. Pasal 13
Kewenangan lokal berskala Desa di bidang pemberdayaan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf d antara lain meliputi:
a. pengembangan seni budaya lokal;
b. pengorganisasian melalui pembentukan dan fasilitasi lembaga kemasyarakatan dan lembaga adat;
c. fasilitasi kelompok-kelompok masyarakat melalui: 1. kelompok tani;
2. kelompok nelayan;
3. kelompok seni budaya; dan 4. kelompok masyarakat lain di Desa.
d. pemberian santunan sosial kepada keluarga fakir miskin;
e. fasilitasi terhadap kelompok-kelompok rentan, kelompok masyarakat miskin, perempuan, masyarakat adat, dan difabel;
f. pengorganisasian melalui pembentukan dan fasilitasi paralegal untuk memberikan bantuan hukum kepada warga masyarakat Desa;
g. analisis kemiskinan secara partisipatif di Desa;
h. penyelenggaraan promosi kesehatan dan gerakan hidup bersih dan sehat;
i. pengorganisasian melalui pembentukan dan fasilitasi kader pembangunan dan pemberdayaan masyarakat;
j. peningkatan kapasitas melalui pelatihan usaha ekonomi Desa; k. pendayagunaan teknologi tepat guna; dan
Andina
l. peningkatan kapasitas masyarakat melalui: 1. kader pemberdayaan masyarakat Desa; 2. kelompok usaha ekonomi produktif; 3. kelompok perempuan;
4. kelompok tani;
5. kelompok masyarakat miskin; 6. kelompok nelayan;
7. kelompok pengrajin;
8. kelompok pemerhati dan perlindungan anak; 9. kelompok pemuda; dan
10. kelompok lain sesuai kondisi Desa. BAB III
PENETAPAN KEWENANGAN DESA
Pasal 14
(1) Pemerintah Desa mengadakan musyawarah desa untuk memilih dari daftar kewenangan desa masing-masing sesuai Peraturan Bupati ini dengan mempertimbangkan situasi, kondisi, dan kebutuhan lokal. (2) memilih dari daftar kewenangan desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus dilengkapi dengan Berita Acara yang ditandatangani oleh seluruh yang hadir dan diketahui oleh Kepala Desa dan Ketua BPD. (3) Format Berita Acara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
(4) Hasil memilih dari daftar kewenangan desa oleh masing-masing desa disusun dalam Rancangan Peraturan Desa tentang Kewenangan berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa. (5) Rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dilakukan penetapan oleh Kepala Desa menjadi Peraturan Desa setelah mendapat kesepakatan bersama antara Kepala Desa dengan pimpinan Badan Permusyawaratan Desa.
(6) Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada Ayat (5) di disampaikan kepada Sekretaris Desa untuk diundangkan.
BAB IV
Andina
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 15
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Sidoarjo.
Ditetapkan di Sidoarjo
pada tanggal 27 Maret 2015
BUPATI SIDOARJO,
Ttd
H. SAIFUL ILAH
Diundangkan di Sidoarjo
Pada tanggal 2015 SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN SIDOARJO
VINO RUDY MUNTIAWAN
BERITA DAERAH KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2015 NOMOR 13
Andina
LAMPIRAN PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR : 13 TAHUN 2015 TANGGAL : 27 Maret 2015
FORMAT BERITA ACARA :
KOP NASKAH DINAS PEMERINTAH DESA
BERITA ACARA MUSYAWARAH DESA TENTANG
HASIL MEMILIH DAFTAR KEWENANGAN DESA BERDASARKAN HAK ASAL USUL DAN KEWENANGAN LOKAL BERSKALA DESA
Pada hari i i ta ggal ………. ula ……… tahu ………..,
bertempat di Balai Desa ... telah dilaksanakan rapat pengkajian dan memilih terhadap Kewenangan Desa berdasarkan hak asal usul desa dan kewenangan lokal berskala desa di Kabupaten Sidoarjo yang dapat laksanakan di Desa ... berdasarkan Peraturan Bupati Sidoarjo Nomor ...Tahun ... tentang Daftar Kewenangan Desa Berdasarkan Hak Asal Usul Dan Kewenangan Lokal Berskala Desa Di Kabupaten Sidoarjo, dengan kegiatan sebagai berikut :
A. Materi Rapat
Melakukan pemilihan Kewenangan Desa berdasarkan hak asal usul desa dan kewenangan lokal berskala desa di Kabupaten Sidoarjo berdasarkan Peraturan Bupati Sidoarjo Nomor ...tanggal... .tentang...dengan mempertimbangkan situasi, kondisi dan kebutuhan lokal.
B. Keputusan Rapat
Rincian Kewenangan desa berdasarkan hak asal usul desa dan kewenangan lokal berskala desa ..., , adalah sebagai berikut :
Andina
KEWENANGAN DESA BERDASARKAN HAK ASAL USUL DESA DAN KEWENANGAN LOKAL BERSKALA DESA DI DESA...KECAMATAN ...KABUPATEN SIDOARJO
A. Kewenangan Desa berdasarkan hak asal usul, meliputi : a. sistem organisasi perangkat Desa;
b. pembinaan kelembagaan masyarakat; c. pengelolaan tanah kas Desa;
d. pengelolaan tanah Desa atau tanah hak milik Desa yang menggunakan sebutan setempat;
e. pengelolaan tanah bengkok; f. pengelolaan tanah titisara; dan
g. pengembangan peran masyarakat Desa.
B. Kewenangan lokal berskala desa, meliputi : a. bidang pemerintahan Desa,
b. pembangunan Desa; c. kemasyarakatan Desa; dan d. pemberdayaan masyarakat Desa.
Keterangan : *)
Rincian kewenangan Terpilih Berdasarkan Hasil Rapat
C. Penutup
Rapat pengkajian dan memilih Daftar Kewenangan Desa Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa oleh Pemerintah Desa ...dan BPD ... terhadap kesiapan
desa ……… dala ra gka elaksa aka kewe a ga
berdasa