• Tidak ada hasil yang ditemukan

Terima kasih, Yang Mulia. Ndak, ini tadi karena yang ditertulis sama yang dibaca tentang buktinya ini lain karena ini penting menurut saya.

Coba halaman 25 ... halaman 25, Saudara Termohon, yang paling atas, halaman 25. Yang Saudara baca tadi itu, yang benar itu bukti TF-3 atau TF-4? Karena tadi yang dibaca di anu ... saya dengar TF-4. Yang mana?

48. KUASA HUKUM TERMOHON PERKARA NOMOR 16/PHP.BUP-XV/2017: ADI MANSAR

Maaf, Yang Mulia, TF-3.

49. HAKIM ANGGOTA: I DEWA GEDE PALGUNA

TF-3?

50. KUASA HUKUM TERMOHON PERKARA NOMOR 16/PHP.BUP-XV/2017: ADI MANSAR

51. HAKIM ANGGOTA: I DEWA GEDE PALGUNA

Oh, itu yang benar, ya? Ya, ini satu lagi di halaman 4. Jawaban Saudara itu di sini tertulis ... paling atas, huruf C. 0401, tapi Saudara baca tadi 1601, tanpa menyebutkan renvoi, ya. Maksudnya itu direnvoi, begitu?

52. KUASA HUKUM TERMOHON PERKARA NOMOR 16/PHP.BUP-XV/2017: ADI MANSAR

Maaf, Yang Mulia. Itu pukul 04.00 WIB maksudnya, Yang Mulia, bukan 16.00.

53. HAKIM ANGGOTA: I DEWA GEDE PALGUNA

Oh, tadi dibaca 16 tadi.

54. KUASA HUKUM TERMOHON PERKARA NOMOR 16/PHP.BUP-XV/2017: ADI MANSAR

Ya, salah baca, Yang Mulia.

55. HAKIM ANGGOTA: I DEWA GEDE PALGUNA

Oh.

56. KUASA HUKUM TERMOHON PERKARA NOMOR 16/PHP.BUP-XV/2017: ADI MANSAR

16.00 itu salah baca. Maaf, Yang Mulia.

57. HAKIM ANGGOTA: I DEWA GEDE PALGUNA

Baik, baik, terima kasih.

58. KETUA: ANWAR USMAN

Silakan, Pihak Terkait.

59. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT PERKARA NOMOR 16/PHP.BUP-XV/2017: BASRUN YUSUF

60. KETUA: ANWAR USMAN

Ya, langsung pada pokok-pokonya saja.

61. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT PERKARA NOMOR 16/PHP.BUP-XV/2017: BASRUN YUSUF

Izinkan, Yang Mulia, Pihak Terkait melalui Kuasa Hukum menyampaikan Keterangan dalam Perkara a quo sebagai berikut.

Terutama dalam Eksepsi tentang Kewenangan Mahkamah Konstitusi. Bahwa berdasarkan Pasal 157 ayat (3) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 yang menentukan perkara perselisihan penetapan perolehan suara terhadap tahap akhir hasil pemilihan diperiksa dan diadili oleh Mahkamah Konstitusi sampai dibentuknya badan peradilan khusus.

Bahwa yang dimaksud sengketa perselisihan hasil pemilu adalah pada hakikatnya keberatan Pemohon terhadap penetapan hasil pemilu oleh KPU atau KIP dengan medasari alasannya … alasan (...)

62. KETUA: ANWAR USMAN

Itu langsung to the point aja, itu kan penjelasan.

63. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT PERKARA NOMOR 16/PHP.BUP-XV/2017: BASRUN YUSUF

Baik. Kami lanjutkan bahwa setelah Pihak Terkait mempelajari dan meneliti alasan permohonan yang disampaikan oleh Pemohon dalam Perkara a quo, maka Pihak Terkait dapat mengonstatir alasan Pemohon tersebut dalam bentuk sebagai berikut.

a. Kejadian dan bentuk-bentuk pelanggaran mengenai politik uang yang dilakukan secara terstruktur, sistematis, dan masif oleh Pihak Terkait yang berpengaruh terhadap perolehan suara Pemohon.

b. Tindakan Termohon secara melawan hukum meloloskan Paslon H. Saifannur, S.Sos., H. Muzakkar, S.H., M.Si. atau Pihak Terkait yang tidak memenuhi syarat sebagaimana ditentukan dalam Pasal 7 huruf f Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016, akan tetapi hanya mendasari pada Putusan Mahkamah Agung Nomor 556, dan seterusnya.

c. Alasan tentang Panitia Pengawas Pemilihan Bireun tidak mengambil tindakan hukum terhadap adanya kegiatan pratik money politics. d. Alasan tentang adanya teror terhadap atau ancaman yang dilakukan

oleh Paslon Nomor Urut 6 atau Pihak Terkait terhadap Panwaslih Kabupaten Bireun.

e. Alasan tentang panwaslih telah memalsukan nomor laporan dugaan praktik politik uang dengan tujuan untuk tidak dapat melanjutkan

perkara politik uang itu kepada sentra Gakkumdu karena tidak cukup bukti.

f. Panwaslih tidak menindaklanjuti laporan yang disampaikan oleh pihak lainnya.

g. Panitia pemungutan suara tidak menempelkan formulir C1-KWK pada papan pengumuman.

Bahwa dari alasan permohonan sengketa perselisihan yang disampaikan Pemohon dalam surat Permohonan a quo, ternyata tidak ditemukan satu pun uraian alasan yang berkenaan dengan hasil perhitungan perolehan suara yang ditetapkan oleh Termohon, berbeda dengan perhitungan hasil perolehan suara menurut Pemohon.

Yang kedua, tidak ada satu alasan tentang adanya kesalahan antara hasil rekapitulasi perhitungan suara yang diumumkan Termohon, berbeda dengan hasil rekapitulasi perhitungan yang benar menurut Pemohon.

Pihak Terkait menilai, jika Pemohon mengajukan Permohonan a quo meminta pembatalan keputusan Termohon tentang penetapan rekapitulasi, dan seterusnya adalah semata-mata mendasari permohonannya pada alasan tersebut di atas, maka Pemohon sengketa a quo belum memenuhi alasan substansial permohonan perselisihan hasil perolehan suara, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 75 Undang-Undang Mahkamah Konstitusi dan belum memenuhi ketentuan Nomor 156 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua dan Undang-Undang dan Peraturan Mahkamah Agung … Mahkamah Konstitusi Nomor 1 Tahun 2016.

Bahwa Pihak Terkait menilai Mahkamah tidak berwenang memeriksa dan mengadili Perkara Perselisihan a quo karena semuanya berada … yang didalilkan adalah berada di luar kewenangan Mahkamah. Akan tetapi merupakan kewenangan dari panwas, Pengadilan Tata Usaha Negara, kewenangan KPU, kewenangan DKPP, dan kewenangan Mahkamah Agung.

Dua. Keberatan tentang Kedudukan Hukum atau Legal Standing. Bahwa oleh karena jumlah penduduk Kabupaten Bireun adalah 450.554 jiwa, maka berdasarkan Pasal 158 ayat (2) huruf b juncto Pasal 7 ayat (2) huruf b Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 1 Tahun 2016, ambang batas untuk dapat mengajukan permohonan perkara PHP ini ke Mahkamah, jika terdapat perbedaan perolehan suara paling banyak 1,5% dari total suara sah hasil perhitungan suara tahap akhir yang ditetapkan oleh KPU atau oleh Termohon.

Antara Pemohon dengan pasangan calon peraih suara terbanyak atau Pihak Terkait berdasarkan penetapan hasil perhitungan suara Termohon dimana secara matematis, perhitungan tersebut dapat dilihat sebagai berikut.

Berdasarkan perhitungan matematis, 1,5% dari jumlah total suara sah yang ditetapkan oleh Termohon adalah 200, maaf kami hanya

menyebutkan jumlah perolehan suara yang disebut oleh pak ... apa … oleh Pemohon, yaitu H. M. Yusuf Abdul Wahab dan dr. Purnama Setiabudi Sp.Og, yaitu 61.186 suara.

Sementara Pasangan Pihak Terkait, H. Saifannur, S.Sos., Dr. H. Muzakkar A. Gani, S.H=74.292 suara. Berdasarkan perhitungan matematis 1,5% dari jumlah total suara sah yang ditetapkan oleh Termohon adalah 212.885 suara. Maka angka selisih suara paling banyak yang menjadi ambang batas untuk dapat mengajukan Permohonan Sengketa Perselisihan Hasil Pemilihan a quo ke Mahkamah adalah apabila angka selisih kurang dari=3.193,27 suara.

Bahwa besaran konkret selisih suara antara Pemohon dengan pasangan calon peraih terbanyak, yaitu Pihak Terkait dalam sengketa a quo berdasarkan penetapan hasil penghitungan suara Termohon adalah 74.292 suara Pasangan Terkait dikurangi 61.186 suara Pemohon=13.106 suara atau setara dengan 6%.

Bahwa oleh karena selisih suara Pemohon dengan Pihak Terkait sebesar 13.106 suara atau melebihi kurang dari 3.193,27 suara yang disyaratkan oleh ketentuan Pasal 5 ... 158 ayat (2) huruf b juncto Pasal 7 ayat (2) huruf b Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 1 Tahun 2016, maka secara hukum, meskipun Pemohon sah sebagai Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati beserta Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Bireun Tahun 2017. Namun, berdasarkan Pasal 158 ayat (2) huruf b juncto Pasal 7 ayat (2) huruf b, Pasal 7 ayat (2) huruf b Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 1 Tahun 2016, Pemohon bukanlah subjek hukum yang telah memenuhi persyaratan legal standing, mengajukan Permohonan Perkara a quo kepada Mahkamah. Sehingga jelas cukup alasan yuridis bagi Mahkamah untuk menyatakan menerima Eksepsi Pihak Terkait dan menyatakan Permohonan Pemohon dinyatakan tidak dapat diterima.

Bahwa berkaitan dengan pendapat dan pandangan Pemohon pada Angka 3 yang menyandarkan pendapatnya pada beberapa pertimbangan hukum putusan Perkara PUU dan PHPU Mahkamah Konstitusi tahun 2010, 2004, tahun 2008, tahun 2009 agar Mahkamah memperluas penerapan Pasal 158 dalam memeriksa, mengadili Perkara a quo, Pihak Terkait menilai pendapat Pemohon tersebut sangat tidak relevansi diterapkan dalam memeriksa, mengadili, dan memutuskan Perkara PHP a quo karena terdapat perbedaan mendasar antara penghitung … antara pengaturan hukum positif pilkada serentak nomor ... dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 dengan pengaturan pemilihan kepala daerah sebelumnya di dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007. Sehingga Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tersebut dipandang perlu untuk dilakukan perubahan dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016.

Penerapan rumusan Pasal 158 secara luas dalam memeriksa, mengadili, dan memutuskan perkara PHP yang diselenggarakan dengan

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 sama halnya dengan ... sama halnya dengan Mahkamah telah melakukan degradasi keberadaan Undang-Undang Nomor 10 dari sebuah regulasi pelaksanaan pemilihan gubernur, bupati, dan walikota yang telah diterapkan secara utuh termasuk Pasal 158 dalam dua even pilkada serentak di negeri ... di negara yang berdasarkan hukum itu sendiri.

Jika Mahkamah tidak menggunakan ambang batas, Pasal 158 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 dalam Perkara PHP a quo, maka akan melahirkan keputusan yang disparitas dengan putusan Mahkamah dalam perkara pilkada serentak tahun 2015 dan menimbulkan ketidakpastian hukum secara yudikatif.

5. Pendapat Pemohon tersebut hanya menghipnotis tupoksi Mahkamah untuk mundur kembali sebagai lembaga negara superbody satu-satunya yang berwenang memeriksa, mengadili, dan memutuskan semua jenis perkara pelanggaran pemilu ke rezim pemilu sebelumnya. Padahal dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016, Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 1 Tahun 2016, yang terakhir diubah dengan Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 1 Tahun 2017, telah dengan tegas menentukan baik jenis pelanggaran sengketa pilkada serentak maupun kompetensi absolut kepada lembaga pemerintah lainnya untuk menyelesaikan sengketa pemilihan gubernur, bupati, dan walikota sesuai tingkatan.

Menurut Pihak Terkait, Mahkamah Konstitusi adalah sebuah lembaga yang dibentuk oleh negara untuk melaksanakan fungsi kewenangan konstitusional sebagai pengawal Undang-Undang Dasar 1945. Dan dalam melaksanakan kewenangan konstitusional tersebut, sebagaimana diatur ... Mahkamah Konstitusi harus memperhatikan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan Peraturan hukum positif lainnya termasuk Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 1 Tahun 2016.

Dalam Pilkada serentak, sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 157 ayat (3) yang menyatakan, ”Perkara perselisihan penetapan perolehan suara tahap akhir, hasil pemilihan diperiksa dan diadili oleh Mahkamah Konstitusi, sampai dibentuknya badan peradilan khusus.”

Dan di dalam Pasal 157 ayat (4) disebutkan bahwa peserta pemilihan dapat mengajukan permohonan pembatalan penetapan hasil penghitungan perolehan suara oleh KPU provinsi dan KPU kabupaten/kota kepada Mahkamah Konstitusi.

Dari kedua norma hukum di atas, dapat dipahami bahwa Mahkamah Konstitusi memiliki dua sifat kewenangan dalam memeriksa, mengadili, dan memutuskan Perkara a quo. Yang pertama adalah kompetensi nonperm ... nonpermanen transisional sampai dengan terbentuknya pengadilan khusus.

Yang kedua adalah kewenangan accessoire atau tambahan yang diberikan oleh amanat Undang-Undang Pasal 24 huruf c ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Bahwa Mahkamah Konstitusi dalam melaksanakan kewenangan tambahan dimaksud haruslah tunduk dan sepenuhnya kepada ketentuan perundang-undangan Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota sebagai sumber dan landasan kewenangan Mahkamah yang diwajibkan oleh negara untuk melaksanakan Undang-Undang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota bermakna … bukan bermaksud bermakna, Mahkamah adalah mengubah kedudukan dan fungsinya sebagai lembaga konstitusional pemerintah pengawal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Akan tetapi, pada hakikatnya Mahkamah sedang melaksanakan kewenangan tambahan yang bersifat transisional yang diamanatkan oleh undang-undang dan sejalan sesuai dengan kewajiban dan sumpah Mahkamah itu sendiri melaksanakan kewajiban dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya dengan memegang teguh pada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan menjalankan seluruh peraturan hukum positif sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 21 Undang-Undang Mahkamah Konstitusi itu sendiri.

Pihak Terkait … Bahwa menurut Pihak Terkait, Mahkamah Konstitusi untuk menjalankan kewenangan nonpermanen dan kewenangan accessoire yang kami sebutkan di atas, mutlak dan tidak ada pilihan hukum, kecuali untuk memperhatikan syarat kumulatif yang harus dipenuhi Pemohon sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 157 ayat (3) dan (4) dan dapat menga … untuk dapat mengajukan sebuah perkara PHP Ke Mahkamah Konstitusi, yaitu harus memenuhi alasan permohonannya dengan alasan-alasan tolak ukur yang menjadi Kewenangan Mahkamah Konstitusi yang ditentukan dalam Pasal 75 tersebut. Mahkamah Konstitusi … 75, yaitu tentang tenggat waktu pengajuan permohonan yang ditentukan dalam 157 ayat (5) dan Pasal 5 ayat (1) Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 1 Tahun 2016 dan kedudukan hukum legal standing Pemohon yang memenuhi ambang batas pengajuan permohonan yang diamanatkan oleh 158 ayat (2) Nomor 10 Tahun 2016 dan Pasal 7 ayat (2) Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 1 Tahun 2016.

Pihak Terkait memohon kepada Mahkamah agar dalam memeriksa, mengadili, dan memutuskan Perkara PHP a quo, tidak mengambil alih atau menafikkan kewenangan lembaga-lembaga lain yang telah diberikan kompetensi absolut untuk menyelesaikan perkara pelanggaran dalam pilkada serentak (…)

64. KETUA: ANWAR USMAN

65. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT PERKARA NOMOR 16/PHP.BUP-XV/2017: BASRUN YUSUF

Baik.

66. KETUA: ANWAR USMAN

Lewat itu saja.

67. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT PERKARA NOMOR 16/PHP.BUP-XV/2017: BASRUN YUSUF

Baik, kami lewatkan.

68. KETUA: ANWAR USMAN

Begini, begini. Apa yang di … jadi jangan terlalu jauh itu!

69. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT PERKARA NOMOR 16/PHP.BUP-XV/2017: BASRUN YUSUF

Baik. 9. Bahwa regulasi pembatasan syarat formil ambang batas dalam Pasal 158 ayat (2) Nomor 10 Tahun 2016 telah diakui dan ditindaklanjuti oleh Mahkamah sesuai dengan kewenangan yang diberikan Pasal 86 Undang-Undang Nomor … Peraturan Mahkamah Konstitusi di dalam Pasal 7 ayat (2).

Bahwa pendapat dan pandangan Pemohon yang menawarkan opsi kepada Mahkamah untuk menyandarkan sikap Mahkamah pada pertimbangan hukum putusan perkara PUU dan PHP Mahkamah Konstitusi Tahun 2010, 2004, 2008, 2009 rezim pemilu Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 dan mengenyampingkan penerapan ambang batas 158 ayat (2) dalam Pasal 7 ayat (2) Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 1 Tahun 2016 dalam Perkara PHP a quo adalah sama halnya mengajak Mahkamah sebagai pengawal konstitusi untuk melanggar perundang-undangan dan peraturan Mahkamah Konstitusi itu sendiri.

Dua, Tenggang Waktu Pengajuan Permohonan.

70. KETUA: ANWAR USMAN

71. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT PERKARA NOMOR 16/PHP.BUP-XV/2017: BASRUN YUSUF

Baik. Baik. Baik.

72. KETUA: ANWAR USMAN

Apa yang disanggah?

73. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT PERKARA NOMOR 16/PHP.BUP-XV/2017: BASRUN YUSUF

Bahwa oleh karena Pemohon dalam menentukan … ini tiga hari kerja yang diberikan oleh perundang-undangan untuk mengajukan Permohonan a quo ke Mahkamah didasarkan pada ikan indikator penghitungannya, yaitu sejak diberikan salinan rekapitulasi hasil perhitungan suara pada keesokan harinya tanggal 23 Februari 2017, pukul 10.15 WIB, bukan dihitung sejak hari diumumkan rekapitulasi hasil perhitungan suara Termohon, hari Rabu, tanggal 22 Februari 2017.

Dihubungkan dengan fakta pengakuan Pemohon bahwa sengketa ini diajukan secara online yang didaftarkan pada tanggal 25 Februari 2017, pukul 04.01 WIB dini hari, maka secara hukum terbukti.

a. Pemohon telah salah dalam menghitung dan menentukan tiga hari kerja.

b. Pemohon sengketa a quo telah diajukan … telah diajukan Pemohon … permohonan sengketa a quo telah diajukan Pemohon kepada Mahkamah di luar tenggat waktu tiga hari kerja.

c. Permohonan sengketa ini diajukan dini hari di luar batas jam kerja hari ketiga, yaitu hari Jumat, mulai dari 07.00 pagi sampai dengan jam 24.00 WIB.

d. Permohonan sengketa a quo didaftarkan oleh Pemohon secara online pukul 04.01 WIB dini hari melebihi 4 jam 1 menit di luar tenggat waktu tiga hari kerja yang disediakan oleh perundang-undangan.

Bahwa oleh karena ternyata Permohonan Pemohon diajukan kepada Mahkamah di luar tenggat waktu pengajuan permohonan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 157 ayat (5) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 dan Pasal 5 ayat (1) dan ayat (4) Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 1 Tahun 2017.

Kemudian, sebagaimana Pihak Terkait kemukakan di atas, maka secara yuridis formil telah cukup alasan bagi Mahkamah untuk menyatakan menerima Eksepsi Pihak Terkait dan menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima.

Kemudian Dalam Pokok Perkara ... Dalam Perkara Pokok. Bahwa pada prinsipnya, Pihak Terkait menolak seluruh dalil posita Permohonan dalam Perkara Pokok dan tidak ada hal yang dapat kami akui di sini.

Dengan mendasari pada uraian-uraian yang telah kami sebutkan di atas, pada prinsipnya, uraian dalam Pokok Perkara ini untuk menghindari pengulangan, kami berpedoman kepada alasan dan keberatan eksepsi kami yang terdahulu.

Oleh karena itu, berkaitan dengan ... yang perlu kami di sini bacakan adalah yang berkaitan dengan menurut Pemohon bahwa Pihak Terkait belum memenuhi ketentuan syarat menurut Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016.

Bahwa berkaitan dengan alasan Pemohon tetap berpegang teguh untuk membatalkan Pihak Terkait sebagai paslon karena belum memenuhi syarat formal, syarat sehat jasmani, rohani, dan bebas narkoba adalah alasan Pemohon yang harus ditolak oleh Mahkamah karena terhadap Paslon Pihak Terkait telah dilakukan pemeriksaan kesehatan jasmani, rohani, dan bebas narkoba pada rumah sakit yang ditunjuk oleh Termohon. Di mana terhadap hasil pemeriksaan kesehatan tersebut, oleh tim dokter pemeriksa kesehatan paslon terkait telah melakukan kesalahan dalam diagnosa dan menyimpulkan kesehatan Paslon Pihak Terkait, yang selanjut ... tidak memenuhi syarat. Yang selanjutnya, telah digunakan oleh Termohon menjadi dokumen dalam menentukan bahwa Paslon Pihak Terkait belum memenuhi syarat atau TMS.

Kesimpulan dan diagnosa tim kesehatan dan Termohon tersebut telah Pihak Terkait uji secara hukum ke Panwaslih Kabupaten Bireun, Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Medan, dan berujung kepada kasasi Mahkamah Agung Republik Indonesia yang pada akhirnya Mahkamah Agung berkesimpulan dalam pertimbangan hukumnya bahwa hasil tes kesehatan yang dilakukan oleh tim dokter pemeriksa Paslon Pihak Terkait tidak dapat diyakini objektivitas dan tidak relevan dengan kondisi objektif Pihak Terkait. Atas nama H. Saifannur, S.Sos. Sehingga Mahkamah Agung telah mengabulkan kasasi Paslon Pihak Terkait dengan Putusannya Nomor 566/TUN/Pilkada/2016, tanggal 16 Desember 2016, tidak kami bacakan lagi karena ini adalah paralel dengan yang disampaikan oleh Termohon.

Bahwa diloloskannya Pasangan Calon Nomor Urut 6, Pihak Terkait menjadi paslon bupati dan wakil bupati peserta Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Bireun Tahun 2017 oleh Termohon adalah berdasarkan.

Satu. Perintah Hukum. Amar Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 566/pilkada/2016 yang bersifat final dan mengikat, serta tidak dapat dilakukan upaya hukum peninjauan kembali, sebagai ditentukan dalam Pasal 154 ayat (10) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016.

Dua. Perintah hukum Pasal 154 ayat (11) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 yang menegaskan KPU provinsi dan/atau KPU kabupaten/kota wajib menindaklanjuti putusan pengadilan tinggi tata

usaha negara, sebagaimana dimaksud pada ayat (6) atau Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia (...)

74. KETUA: ANWAR USMAN

Begini. Sebenarnya hal-hal yang diungkapkan itu porsinya Termohon. Sebenarnya, Terkait itu apa yang dulu diungkap oleh Pemohon.

75. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT 16/PHP.BUP-XV/2017: BASRUN

Dokumen terkait