• Tidak ada hasil yang ditemukan

Estimasi umur harapan hidup waktu lahir untuk penduduk Indonesia berdasarkan BPS tahun 2008 sebesar 67,7. Sedangkan untuk Umur Harapan Hidup

1. Angka kematian Neonatus

Angka kematian balita dibagi tiga yaitu kematian neonatus (0-28 hari), kematian bayi (1

bulan - < 1 tahun) dan kematian anak balita (1 – 5 tahun). Kematian neonatal adalah

kematian bayi yang lahir hidup dalam rentang waktu 28 hari sejak kelahiran. Kematian neonatal terdiri dari sebagai berikut :

a. Kematian neonatal dini ; Yaitu kematian seorang bayi yang dilahirkan hidup dalam waktu 7 hari setelah lahir.

b. Kematian neonatal lanjut ;Yaitu kematian seorang bayi yang dilahirkan hidup setelah 7 hari, atau sebelum 29 hari

Berdasarkan laporan dari Seksi Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kota Metro, pada Tahun 2016 terdapat kematian 13 orang dari 2740 kelahiran hidup ( Diperkirakan 5 per 1000 KH), tahun 2015 terdapat kematian 17 orang dari 2888 kelahiran hidup (diperkirakan 6 per 1000 KH) ,tahun 2014 terdapat kematian neonatal 16 orang (diperkirakan 4,7 per 1000 KH ) dan tahun 2013 terdapat kematian Neonatal 9 bayi dari 3.365 kelahiran hidup (diperkirakan 2,7 per 1000 KH), dan tahun 2012 yaitu terdapat kematian neonatal sebanyak 24 orang dari 3.251 kelahiran hidup (diperkirakan 7,4 per 1000 kelahiran hidup), Kecenderungan angka kematian Neonatal di Kota Metro selama 5 tahun terakhir tergambar seperti pada gambar berikut:

Gambar 5

Perkiraan Angka Kematian Neonatal per 1000 Kelahiran Hidup Kota Metro tahun 2012-2016

Sumber: Seksi Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kota Metro

Adapun proporsi penyebab Kematian Neonatal selama tahun 2016 seperti tampak

pada gambar berikut:

Gambar 6

Prosentase Penyebab Kematian Neonatal Kota Metro tahun 2016

BBLR merupakan penyebab terbesar kasus kematian Neonatal di Kota Metro (62,5 %). Menurut WHO, kejadian BBLR terkait erat dengan kekurangan gizi ataupun kejadian sakit ada saat kehamilan. Untuk mencegah terjadinya BBLR, identifikasi dinii terhadap ibu hamil KEK (kurang energi kalori) kemudian diikuti dengan pemberian suplemen gizi kepada ibu pada masa kehamilan mutlak dilakukan (Bang, Abhay et al, 2009). Penyebab kedua adalah kelainan konenital & asfiksia. Asfiksia ( kesulitan bernafas sesaat setelah lahir. Menurut UNICEF, Kejadian Asfiksia bisa dicegah dengan meningkatkan kualitas proses persalinan dan perawatan terhadap bayi baru lahir. Petugas Kesehatan (terutama bidan) dituntut untuk bisa mendeteksi asfiksia dan dapat melakukan resusitasi terhadap bayi baru lahir apabila terjadi asfiksia (UNICEF REPORT, 2009). Penyebab kematian bayi < 1 tahun adalah penyakit infeksi dan penyebab lain .Dari penyebab kematian bayi di atas, dapat disimpulkan bahwa upaya menurunkan angka kematian neonatus perlu difokuskan pada kegiatan pemeriksaan neonatus pada saat bayi baru lahir, terutama bayi Asfiksia dan BBLR.

2.

Angka Kematian Bayi (AKB)

Angka kematian bayi (AKB) atau Infant Mortalitiy Rate (IMR) merupakan salah satu indikator penting yang sangat sensitif untuk mengetahui permasalahan kesehatan yang berkaitan dengan penyebab kematian dan tingkat keberhasilan program kesehatan. kelahiran hidup. Angka kematian Bayi (AKB) adalah jumlah yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. AKB merupakan indikator yang biasanya digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu banyak upaya kesehatan yang dilakukan dalam rangka menurunkan AKB.

Dalam hal kematian, Indonesia mempunyai komitmen untuk mencapai sasaran

Millenium Development Goals (MDG) untuk menurunkan Angka Kematian Anak sebesar dua per tiga dari angka di tahun 1990 atau menjadi 20 per 1000 kelahiran bayi pada tahun 2015, Angka Kematian Bayi menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat dimana angka kematian itu dihitung. Kegunaan Angka Kematian Bayi untuk pengembangan perencanaan berbeda antara kematian neo-natal dan kematian bayi yang lain. Karena kematian neo-natal disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan kehamilan maka program-program untuk mengurangi angka kematian neo-natal adalah yang bersangkutan dengan program pelayanan kesehatan Ibu hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan anti tetanus.

Berdasarkan laporan dari Seksi Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kota Metro, tidak terjadi peningkatan kematian bayi pada tahun 2016, dengan kematian bayi 5 orang dari 2.888 kelahiran hidup (2 per 1000 KH), sama dengan tahun 2015 sedangkan tahun 2014 kematian bayi 3 orang dari 3427 kelahiran hidup (0,9 per 1000 KH) dan tahun 2013 terdapat kematian bayi 3 bayi dari 3.365 kelahiran hidup (diperkirakan 0,9 per 1000 KH), tahun 2012 yaitu terdapat kematian bayi sebanyak 3 orang dari 3.251 kelahiran hidup (diperkirakan 0,9 per 1000 kelahiran hidup) sedangkan pada tahun 2011 terdapat kematian bayi sebanyak 1 orang dari 3.239 kelahiran hidup ( diperkirakan 0,3 per 1000 kelahiran hidup). Kecenderungan angka kematian bayi di Kota Metro selama 5 tahun terakhir tergambar seperti pada gambar berikut:

Gambar 7

Perkiraan Angka Kematian Bayi per 1000 Kelahiran Hidup Kota Metro tahun 2012-2016

Sumber: Seksi Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kota Metro

Kota Metro sudah mencapai target Kematian bayi pada MDGs, tetapi dari grafik terlihat angka kematian bayi pada tahun 2015 dan tahun 2016, masih sama belum ada penurunan , untuk itu perlu penanganan lebih intensif lagi.

Adapun proporsi penyebab Kematian bayi selama tahun 2016 seperti tampak pada gambar berikut:

Gambar 8

Prosentase Penyebab Kematian bayi Kota Metro tahun 2016

Sumber: Seksi Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kota Metro

Pada tahun 2016 di Kota Metro terdapat 5 kasus kematian bayi (1 bulan - < 1 tahun) yang disebabkan karena jantung bawaan 2 kasus (Puskesmas Yosomulyo dan Mulyojati), Vomitus 1 kasus (Puskesmas Yosomulyo), ISPA 1 kasus (Puskesmas Yosomulyo) dan 1 kasus kematian karena kelenjar paru.

Jika dilihat dari proporsi kematian bayi berdasarkan umur, maka didapatkan grafik sebagai berikut.

Gambar 9

Proporsi Kematian Bayi Berdasarkan Umur Kota Metro tahun 2016

Sumber: Seksi Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kota Metro

Kematian bayi di Kota Metro umumnya terjadi pada masa neonatal (0-28 hari). Hampir 77 % dari seluruh angka kematian bayi di Kota Metro terjadi pada masa

neonatal. Sedangkan 23 % pada umur 1 bl – 1th.

Dari hasil pengkajian kasus kematian neonatal di Kota Metro antara lain karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang tanda bahaya pada bayi baru lahir, kurangnya pengetahuan dan keterampilan bidan dalam mendeteksi dan menangani kasus neonatal resiko tinggi.

Kemampuan tenaga kesehatan dan adanya fasilitas dalam hal perawatan neonatal esensial adalah suatu keharusan dalam upaya penurunan angka kematian bayi Kemampuan dan fasilitas tersebut meliputi persalinan yang bersih dan aman, stabilitas suhu, inisiasi pernapasan spontan, inisiasi menyusui ASI dini, dan pencegahan infeksi serta pemberian imunisasi. Dari hasil pengkajian kasus kematian banyak faktor yang mempengaruhi bertambahnya kasus kematian neonatal di Kota Metro antara lain karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang tanda bahaya pada bayi baru lahir, kurangnya pengetahuan dan ketrampilan bidan dalam mendeteksi dan menangani kasus neonatal resiko tinggi sedangkan di tingkat pelayanan rujukan kurangnya kolaborasi di ruang operasi dengan dokter spesialis anak dan kurangnya ruang neonatus yang tersedia baik di Rumah Sakit Umum Daerah maupun Rumah Sakit Swasta.

Dokumen terkait