• Tidak ada hasil yang ditemukan

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

RASIO PER 100.000 PENDUDUK

Kota Metro TH 2016 Renstra DEPKES TH 2015-2019 1 Dokter Spesialis 79 49 11 2 Dokter Umum 76 47 45 3 Dokter Gigi 13 8 13 4 Perawat 693 431 180 5 Bidan 192 119 120 6 Apoteker 17 11 18 7 Sarjana Kesmas 14 9 15 8 Sanitarian 23 14 18 9 Gizi 29 18 14 10 Teknisi Medis 110 68 16

Sumber: Subbag Kepegawaian Dinas Kesehatan Kota Metro, 2016

Bila dilihat dari rasio masing-masing jenis tenaga kesehatan per 100.000 penduduk menunjukkan bahwa rasio jenis tenaga terbesar adalah rasio tenaga perawat yaitu sebesar 431 per 100.000 penduduk (target nasional 2014 adalah 65 per 100.000 penduduk). Sedangkan rasio terendah adalah profesi dokter gigi dengan rasio 8 per 100.000 penduduk ( Target nasional 4 per 100.000 penduduk).

Dari tabel rasio di atas dapat disimpulkan bahwa ketersediaan dan kecukupan tenaga kesehatan sudah memenuhi target. Tetapi dalam pelaksanaan di lapangan masih kekurangan tenaga, hal ini dikarenakan rasio sarana kesehatan sangat tinggi sehingga perlu tenaga kesehatan yang yang lebih agar jumlah tenaga kesehatan di sarana kesehatan seperti puskesmas sesuai dengan jumlah yang ada.

5

5..33 Pembiayaan Kesehatan

Pembiayaan program pembangunan kesehatan di Kota Metro tahun 2015 berasal dari berbagai sumber antara lain; alokasi anggaran pembangunan Departemen Kesehatan (APBN), Alokasi APBD Provinsi untuk kesehatan dan alokasi APBD Kota untuk kesehatan serta pinjaman/hibah luar negeri (PHLN), untuk tingkat perkembangan pembiayaan tahun 2010-2014dapat dilihat pada tabel 7 berikut:

Tabel 7

Perkembangan Pembiayaan Kesehatan Kota Metro Tahun 2011-2016

No. SUMBER PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN (Rp) 2011 2012 2013 2014 2015 2016 1. 2. 3. 4. 5. APBD II APBD I APBN BLN/Hibah Sumber lain 24.051.140.088 140.161.956 14.367.831.700 405.796.818 - 37,740,924,234 140.794.580 4.757.390.000 50.997.000 413457100 50.148.051.340 215.880.000 17.031.587.357 52.265.500 600.173.000 70.325.119.149 24.301.250 5.608.504.546 36.325.700 5.135.325.500 143.608.446.953 92.927.000 6.190.107.000 32.603.000 5.596.982.500 201.404.065.867 268.315.736 7.112.249.000 20.683.500 8.377.532.580 Jumlah 18.527.197.311 43.103.562.914 68.047.977.197 81.129.576.145 155.521.066.453 217.182.846.683

Sumber: Subbag Perencanaan & Informasi Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Metro

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa anggaran kesehatan pada tahun 2016 meningkat dari tahun sebelumnya.. APBD II masih menjadi sumber utama pendanaan kesehatan di Kota Metro. Pada tahun 2016 Pengeluaran per kapita untuk pembiayaan kesehatan yang bersumber dari pemerintah pada periode 2011-2016 dapat dilihat dari grafik berikut:

Gambar 68

Perkembangan Anggaran Kesehatan Perkapita Kota Metro Tahun 2011-2016

Sumber: Subbag Perencanaan Dinas Kesehatan Kota Metro

Tahun 2011-2016 anggaran kesehatan perkapita meningkat dan 2016 mencapai angka tertinggi yaitu sebesar Rp.1.351.236/penduduk (tidak termasuk gaji dan tunjangan). Selain pembiayaan yang bersumber dari pemerintah dan PHLN, dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembiayaan kesehatannya, sejak lama sudah dikembangkan berbagai cara untuk memberikan kesehatan bagi masyarakat.

BAB VI

K

KEESSIIMMPPUULLAANN

6

6..11 Kesimpulan

Dari uraian tersebut di atas secara umum dapat disimpulkan bahwa indikator derajat kesehatan di Kota Metro cukup baik dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini ditandai dengan turunnya beberapa indikator mortalitas dan morbiditas. Membaiknya derajat kesehatan masyarakat Kota Metro selain dipengaruhi oleh banyak faktor di luar bidang kesehatan, juga berkaitan erat dengan tercapainya cakupan penyelenggaraan program kesehatan. Adapun gambaran derajat kesehatan dan cakupan program kesehatan yang dicapai pada tahun 2016, adalah sebagai berikut :

1. Angka Kematian Neonatal diperkirakan sebesar 5 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2016 menurun dari Angka Kematian Neonatal tahun 2015 sebesar 6 per 1000 kelahiran hidup.

2. Angka Kematian Bayi ( AKB ) diperkirakan sebesar 2 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2016 sama dengan Angka Kematian Bayi tahun 2015 sebesar 2 per 1000 kelahiran hidup.

3. Angka Kematian Balita ( AKABA ) diperkirakan sebesar 0,7 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2016 meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 0,3 per 1000 kelahiran hidup.

4. Angka Kematian Ibu ( AKI ) diperkirakan sebesar 73 per 100.000 KH pada tahun 2016 mengalami peningkatan dengan Angka Kematian Ibu tahun 2015 sebesar 0 per 100.000 kelahiran hidup.

5. Angka kesakitan beberapa penyakit pada tahun 2016 mengalami penurunan dan peningkatan, diantaranya:

a) Incidence rate DBD 145 per 100.000 penduduk, mengalami penurunan dibandingkan tahun 2015 yaitu 267 per 100.000 penduduk.

b) Incidence rate diare pada balita

214 per 1000 balita sama dengan tahun 2015 yaitu 214 per 1000 balita.

c) Incidence rate campak yaitu 0 per 1000 balita sama dengan tahun 2015 yaitu 0 per 1000 balita.

d) Incidence rate TB Paru 53,92 per 100.000 penduduk, meningkat dibandingkan tahun 2015 yaitu 48,54 per 100.000 penduduk

6. Angka 10 penyakit terbesar di Kota Metro yang berobat di Puskesmas sudah mengarah ke penyakit tidak menular seperti penyakit darah tinggi urutan ke 1 dan penyakit hiperkolesterol urutan ke 10.

7. Status gizi cenderung pada tahun 2016 cenderung menurun ditandai dengan:

a) Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) sebanyak 239 kasus sama dengan tahun 2015 yaitu 239 kasus.

b) Balita bawah garis merah (BGM) sebanyak 146 kasus mengalami penurunan dibandingkan tahun 2015 yaitu 169 kasus.

c) Balita gizi buruk sebanyak 5 kasus meningkat dari tahun 2015 sebanyak 4 kasus 8. Cakupan penyelenggaraan program kesehatan banyak yang belum mencapai target

sehingga berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat. Cakupan program yang belum mencapai target dan berhubungan erat dengan derajat kesehatan masyarakat diantaranya:

a) Bayi mendapat Asi Eklusif 33,5% mengalami penurunan dari tahun 2015 yaitu 45,5%

b) Penjaringan kesehatan siswa SD mencapai target 100%.

c) Cakupan Neonatus dengan komplikasi yang ditangani 55,62% dengan target nasional 80%.

d) Penemuan penderita pneumonia balita 15,4% target nasional 100%. e) Penemuan Pasien TB BTA Positif 34% target nasional 85%.

f) Cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin 75,83 target

nasional 100%.

Meskipun ada beberapa indikator yang belum tercapai, namun ada beberapa prestasi yang patut dipertahankan pada tahun-tahun mendatang, diantaranya adalah:

1. Angka kematian bayi (AKI), angka kematian balita (AKABA) dan angka kematian ibu (AKI) masih berada di bawah angka nasional.

2. Cakupan kunjungan bayi 102,33% telah mencapai target Nasional sebesar 90%. 3. Cakupan pelayanan JPK pra bayar 57,63 % dari target Nasional 100%.

4. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan 100% sudah melampaui target 90%. 5. Cakupan K4 99,21 % sudah melampaui target nasional sebesar 95%.

7. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 83,33% dari target Nasional sebesar 80%.

8. Cakupan penyakit AFP 1 per 100.000 penduduk <15 Th target 1. 9. Cakupan kelurahan UCI telah mencapai target SPM 2008 90%. 10. Cakupan balita gizi buruk telah mendapat perawatan 100%.

11. Posyandu purnama 35 %, mandiri 57%, madya 7%, dan pratama 1%.

12. Cakupan Desa Siaga sudah mencapai 100%, ditandai dengan sudah terbangunnya Pos Kesehatan Kelurahan (Poskeskel) di 22 kelurahan.

13. Pemanfaatan puskesmas dengan kunjungan pasien rawat jalan puskesmas sebesar 99,64% dari jumlah penduduk .

14. Rasio sarana kesehatan terhadap penduduk, rasio petugas kesehatan terhadap penduduk, anggaran kesehatan per kapita, dan ketersediaan obat di puskesmas sudah memenuhi standar.

6

6..22 Saran

Untuk menindak lanjuti hasil yang telah dicapai selama periode tahun 2016, perlu dilakukan upaya-upaya yang lebih intensif, antara lain :

1. Adanya inovasi program dalam meningkatkan target terutama target SPM dan target SDGs.

2. Penajaman program-program kesehatan dengan cara menyusun program didasarkan pada masalah kesehatan dan pencapaian program tahun sebelumnya.

3. Peningkatan pemanfaatan puskesmas oleh masyarakat hendaknya diikuti dengan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan.

4. Meningkatkan kemampuan manajemen program dengan mengintensifkan PWS sebagaii instrument menajemen di lapangan.

5. Revitalisasi Sistem Pelayanan Kesehatan Dasar,dengan meningkatkan integritas seluruh subsistem yang ada, memperbaiki manajemen pelayanan kesehatan, mobilisasi sumber daya manusia, meningkatkan kualitas pelayanan & memperkuat pemberdayaan masyarakat.

Dokumen terkait