• Tidak ada hasil yang ditemukan

Angkutan Umum Kota Bandung

Dalam dokumen BAB IV SISTEM TRANSPORTASI WILAYAH (Halaman 36-40)

D. Sistem Transportasi Kota Bandung 1. Jaringan Jalan Kota Bandung

2. Angkutan Umum Kota Bandung

Di Kota Bandung terdapat sejumlah terminal yang terdiri dari terminal, sub terminal, dan pangkalan. Terminal hanya terdapat 1 buah yaitu Terminal Leuwi Panjang yang berfungsi sebagai terminal angkutan umum AKDP dan AKAP. Sub Terminal di Kota Bandung terdapat 9 buah yaitu :

a) Sub Terminal Cicaheum; b) Sub Terminal Abdul Muis; c) Sub Terminal Ciroyom; d) Sub Terminal St. Hall; e) Sub Terminal Dago;

f) Sub Terminal Ujung Berung; g) Sub Terminal Gede Bage; h) Sub Terminal Moh. Toha; i) Sub Terminal Ledeng.

Tabel 4.19. Identifikasi Terminal Di Kota Bandung

No. Nama terminal Tipe Luas (m2) Instansi pengelola

1. Leuwi Panjang A 40.000 Dishub Kota Bandung 2. Cicaheum A 11.000 Dishub Kota Bandung

3. Ledeng B 2.350 Dishub Kota Bandung

4. Ciroyom B 1.253 Dishub Kota Bandung

4. Stasiun Hall C 4.236 Dishub Kota Bandung

6. Dago C 2.449 Dishub Kota Bandung

7. Ujung Berung C 1.675 Dishub Kota Bandung

8. Antapani C 3.200 Dishub Kota Bandung

9. Abdul Muis C 500 Dishub Kota Bandung

10 Tegal Lega C 3.000 Dishub Kota Bandung 11. Sadang serang C 3.000 Dishub Kota Bandung 12. Gedebage C 2.000 Dishub Kota Bandung

13. Cibaduyut C 700 Dishub Kota Bandung

14. Ciwastra C 3.200 Dishub Kota Bandung

14. Sederhana C 500 Dishub Kota Bandung

Sumber: BAPPEDA Kota Bandung (2009)

Jumlah trayek angkutan umum resmi di Kota Bandung berjumlah 38 trayek dan 4.695 kendaraan. Angkutan kota yang beroperasi di Kota Bandung beberapa tahun terakhir belum pernah mengalami penambahan baik dari sisi jumlah kendaraan maupun jumlah trayek. Hal ini tidak sejalan dengan perkembangan kota dan pertumbuhan demand yang cukup pesat. Dampaknya adalah tumbuhnya angkutan tidak resmi serta ojeg khususnya pada daerah-daerah yang baru berkembang.

Dari data yang dikumpulkan dari dinas terkait didapatkan angka yang berbeda antara SK Walikota serta operasi di lapangan. SK Walikota menunjukkan jumlah ijin trayek angkutan kota sebesar 4.436 ijin sementara dari jumlah ijin trayek yang dikeluarkan tersebut hanya sekitar 4.695 kendaraan yang beroperasi di lapangan.

Tabel 4.20. Trayek Angkutan Kota Bandung

No Trayek Panjang

Trayek (km)

Jumlah Kendaraan

Koperasi SK Wali kota Beroperasi

1 Abdul Muis - Cicaheum via

Binong 32 427 325 Kobanter Baru

2 Abdul Muis - Cicaheum via Aceh 22 100 86 Kobanter Baru

3 Abdul Muis – Dago 22 275 244 Kobanter Baru

4 Abdul Muis – Ledeng 26 245 223 Kobanter Baru

5 Abdul Muis – Elang 20 101 91 Kobanter Baru

6 Cicaheum – Ledeng 30 214 159 Kobanter Baru

7 Cicaheum – Ciroyom 30 206 191 Kobanter Baru 8 Cicaheum - Ciwastra – Derwati 34 200 169 Kobutri 9 Cicaheum – Cibaduyut 36,8 150 110 Kobutri 10 Stasiun Hall – Dago 22 52 43 Kobanter Baru 11 Stasiun Hall – Sadang Serang 18 150 108 Kobanter Baru 12 St. Hall - Ciumbuleuit via

Eyckman 18 53 49 Kobutri

13 St.Hall-Ciumbuleuit via

Cihampelas 16 30 27 Kobutri

14 Stasiun Hall – Gede Bage 42 200 173 Kobanter Baru 15 Stasiun Hall – Sarijadi 15,4 60 54 Kopamas 16 Stasiun Hall – Gunung Batu 16 40 37 Kopamas 17 Margahayu Raya – Ledeng 46 125 117 Kobanter Baru 18 Dago - Riung Bandung 42 201 173 Kobanter Baru 19 Pasar Induk Caringin – Dago 44 125 107 Kobanter Baru 20 Panghegar P. – Dipati Ukur –

Dago 37.8 155 149 Kobanter Baru

21 Ciroyom – Sarijadi 24 88 79 Kobutri

22 Ciroyom - Bumi Asri 18 115 96 Kobanter Baru 23 Ciroyom – Cikudapateuh 30 125 120 Kobanter Baru 24 Sederhana – Cipagalo 27,8 275 256 Kobanter Baru

25 Sederhana – Cijerah 16 62 53 Kobutri

26 Sederhana – Cimindi 18 45 42 Kopamas

27 Ciwastra - Ujung Berung 35,8 27 26 Kobutri 28 Cisitu – Tegallega 21,4 82 71 Kobanter Baru 29 Cijerah - Ciwastra – Derwati 40 200 188 Kobanter Baru 30 Elang – Gede Bage - Ujung

Berung 44 100 86

Kobanter Baru & Kobutri 31 Abdul Muis – Mengger 12 25 19 Kobanter Baru

32 Cicadas – Elang 38 300 255 Kobanter Baru

33 Antapani – Ciroyom 30 150 137 Kobanter Baru

Saat ini yang dapat dikatakan sebagai angkutan massal di Kota

Bandung hanya KA commuter

Cicalengka-Bandung-Padalarang dengan total kapasitas pelayanan mencapai 25,000 orang per hari. Trans Metro Bandung (TMB) yang dioperasikan September 2009 di jalur Soekarno Hatta dengan jumlah armada 10 bus sedang, maksimal hanya mampu mengangkut 5000-6000 orang per hari.

Selain itu perlu upaya restrukturisasi trayek angkutan umum eksisting. Saat ini diperkirakan kapasitas angkut seluruh moda angkutan umum di Kota Bandung hanya sekitar 1,53- 1,87 juta penumpang per hari. Jika diperkirakan tingkat permintaan perjalanan di Kota Bandung Tahun 2008 saja mencapai 3 juta orang per hari, maka kapasitas tersebut harus ditingkatkan hingga dua kali lipat untuk dapat mengakomodasi lebih dari 2/3 permintaan perjalanan di tahun 2030. Tentu saja target kapasitas angkutan tersebut tidak dapat dipenuhi dengan moda-moda angkutan eksisting saat ini.

Survai yang dilakukan Bappeda Kota Bandung (2008)1 menunjukkan secara umum bahwa untuk perjalanan door-to-door: biaya transportasi menggunakan angkutan umum masih sangat mahal Rp. 6918/trip, waktu perjalanan rata-rata masih lama (hampir 1 jam) mencapai 53,4 menit untuk jarak sekitar 4,31 km, dengan kecepatan perjalanan sekitar 4,84 km/jam. Angka tingkat pelayanan tersebut tidak berimbang dengan kinerja sepeda motor: dimana biaya perjalanannya hanya sekitar Rp 1498/trip dan kecepatan perjalanan mencapai 23,35 km/jam.

Tabel 4.21. Harapan masyarakat terhadap kinerja angkutan umum di masa datang

No Item Harapan/Keinginan

1. Jarak maksimum untuk mencapai fasilitas pemberhentian busway/halte/stasiun

663,6 meter

2. Biaya maksimum yang sanggup dikeluarkan

jika menggunakan angkutan umum

Rp. 2205/trip

3. Waktu maksimum untuk menempuh

perjalanan

17,73 km/jam

4. Waktu maksimum untuk menunggu 5,55 menit

5. Kenyamanan apa saja yang diinginkan di dalam angkutan umum

• Keamanan dan keselamatan

1 Bappeda Kota Bandung (2008) Analisis Tingkat Kebutuhan Sarana Angkutan Massal di Kota Bandung

No Item Harapan/Keinginan

• AC (bebas asap rokok) • Tidak berdesakan dan

semua duduk • Tidak ada pengamen • Tidak ngetem

• Nyaman, bersih dan rapi • Waktu cepat dan tepat

Salah satu yang menghambat masyarakat untuk menggunakan moda angkutan umum adalah diharuskannya dilakukan perpindahan moda (setidaknya berjalan kaki) untuk mencapai tujuan perjalanan. . Umumnya moda pra dan purna angkutan yang digunakan adalah ojek, becak (selain jalan kaki). Berdasarkan hal tersebut, biaya pra/purna angkutan sangat mahal, sehingga penyediaan angkutan umum bertrayek yang mampu menjangkau kawasan perumahan perlu diprioritaskan. Permasalahan lain, adalah penyediaan fasilitas terminal, halte dan fasilitas pejalan kaki, saat ini jumlah trotoar hanya 10% dari total panjang jalan, jumlah terminal 15 buah (1 tipe A, 4 tipe B, dan 10 tipe C), halte yang tersedia di Kota Bandung hanya sekitar 89 lokasi.

Dengan jumlah simpul angkutan umum yang terbatas tersebut, menyulitkan masyarakat untuk mengakses angkutan umum. Bahkan di sekitar simpul-simpul moda lain (bandara, stasiun KA) umumnya tidak tersedia halte angkutan umum, ini menandakan integrasi antar moda masih menjadi permasalahan yang perlu dituntaskan di kota Bandung.

Peningkatan kinerja sistem pelayanan prasarana dan sarana angkutan umum, terdiri dari:

a) Peremajaan moda angkutan umum

b) Penerapan laik fungsi kendaraan angkutan umum dengan uji emisi gas buang

c) Penertiban dan Pengendalian Angkutan Lingkungan (ojeg dan becak)

d) Peningkatan kinerja operasional taksi dengan mengatur jumlah taksi yang beroperasi sesuai dengan demand e) Program sertifikasi pengemudi angkutan kota f) Pemenuhan kebutuhan prasarana terminal g) Penertiban dan peningkatan fungsi halte

h) Penertiban pergerakan angkutan AKAP (Angkutan Kota Antar Propinsi) dan AKDP (Angkutan Kota Dalam Propinsi).

Penerapan angkutan massal saat ini perlu diintegrasikan satu sama lain sehingga adanya keterpaduan bagi sistem trasnportasi yang ada. Penggunanan tipe dan jenis angkutan umum sangat ditentukan oleh kondisi geografi dan lebar jalan yang ada.

E. Sistem Transportasi Kota Semarang

Dalam dokumen BAB IV SISTEM TRANSPORTASI WILAYAH (Halaman 36-40)

Dokumen terkait