• Tidak ada hasil yang ditemukan

angkutan dengan cara sewa dan angkutan pariwisata

Dalam dokumen Kepmenhub KM No 84 Tahun 1999 (Halaman 45-51)

PERIZINAN ANGKUTAN

2) angkutan dengan cara sewa dan angkutan pariwisata

b. Gubernur / Kepala Daerah Propinsi bagi angkutan taksi yang melayani lebih dari satu daerah kota/daerah kabupaten dalam satu propinsi;

c. Gubernur / Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta, bagi angkutan taksi yang melayani angkutan pada Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

d. Gubernur / Kepala Daerah Propinsi Riau, bagi angkutan taksi yang melayani angkutan pada daerah kota Batam;

e. Walikotamadya bagi angkutan taksi yang melayani wilayah kota.

(3) Permohonan izin operasi diajukan kepada pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2).

(4) Permohonan izin operasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) untuk angkutan taksi yang melayani lebih dari satu daerah propinsi, angkutan sewa dan pariwisata, harus dilengkapi pertimbangan dari Kepala Kantor Wilayah Departemen Perhubungan menurut domisili perusahaan.

(5) Pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4), meliputi :

a. pendapat tentang diterima atau ditolaknya terhadap permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4);

b. data faktor penggunaan kendaraan.

Pasal 79

(1) Untuk angkutan sewa dan angkutan pariwisata yang karena beberapa faktor hanya dapat beroperasi pada suatu wilayah tertentu, Direktur Jenderal dapat mendelegasikan wewenang pemberian izin operasi kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Perhubungan sesuai domisili perusahaan angkutan. (2) Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam pendelegasian

a. kondisi dan kendala geografis; b. permintaan angkutan;

c. jasa pelayanan yang tersedia.

(3) Permintaan angkutan dan jasa pelayanan yang tersedia sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf b dan huruf c, harus didasarkan atas hasil survei lapangan.

(4) Penentuan wilayah pelayanan yang didelegasikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ditetapkan oleh Direktur Jenderal.

Pasal 80

(1) Pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 ayat (5) disampaikan kepada pejabat yang berwenang memberi izin, selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja sejak permohonan diterima oleh Direktur Jenderal.

(2) Permohonan izin operasi dapat diterima atau ditolak setelah memperhatikan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja.

Pasal 81

(1) Untuk menjaga kualitas pelayanan dan kesinambungan pengawasan terhadap perusahaan angkutan pariwisata, sewa, dan taksi, dilakukan penilaian kinerja secara berkala setiap 1 (satu) tahun.

(2) Penilaian kinerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi : a. pemenuhan terhadap persyaratan teknis dan laik jalan

kendaraan bermotor;

b. jumlah kecelakaan yang terjadi;

c. pemenuhan pelayanan angkutan sesuai dengan izin operasi yang telah diberikan;

d. ketaatan terhadap peraturan tata cara berlalu lintas;

e. pemenuhan ketentuan hubungan kerja antara pengemudi dengan perusahaan.

(3) Pelaksanaan penilaian kinerja perusahaan angkutan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilakukan oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Perhubungan setempat sesuai domisili perusahaan. (4) Hasil penilaian kinerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (3),

wajib dilaporkan kepada pejabat pemberi izin operasi.

(5) Bentuk laporan penilaian kinerja, sebagaimana tercantum dalam Contoh 1 sampai dengan Contoh 3 Lampiran VI Keputusan ini.

Bagian Kesebelas Kewajiban Pemegang Izin

Operasi Angkutan

Pasal 82

(1) Perusahaan angkutan taksi, sewa dan pariwisata yang telah mendapatkan izin operasi diwajibkan untuk :

a. mengoperasikan kendaraan sesuai dengan jenis pelayanan berdasarkan izin operasi yang dimiliki;

b. mengoperasikan kendaraan yang memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan;

c. awak kendaraan yang beroperasi harus memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan merupakan pengemudi serta pegawai tetap perusahaan serta mematuhi waktu kerja dan waktu istirahat bagi pengemudi, kecuali kendaraan sewa tanpa pengemudi;

d. membawa kartu pengawasan dalam operasinya;

e. memiliki tanda bukti pembayaran iuran wajib asuransi pertanggungan kecelakaan penumpang sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 33 Tahun 1964 beserta peraturan pelaksanaannya;

f. memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada penumpang yang diangkut;

h. menaikkan dan menurunkan penumpang di tempat-tempat yang telah ditentukan;

i. melaporkan apabila terjadi perubahan pemilikan perusahaan atau domisili perusahaan;

j. meminta pengesahan dari pejabat pemberi izin operasi, apabila akan mengalihkan izin operasi;

k. melaporkan secara tertulis kepada pejabat pemberi izin operasi apabila terjadi perubahan alamat selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah perubahan;

l. awak kendaraan dilengkapi dengan pakaian seragam yang menggunakan tanda pengenal perusahaan, kecuali kendaraan sewa tanpa pengemudi;

m. mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku yang berkaitan dengan bidang usaha angkutan.

(2) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), untuk angkutan taksi diwajibkan pula :

a. argometer taksi disegel oleh instansi yang berwenang dan dapat berfungsi dengan baik;

b. melakukan tera ulang argometer taksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Keduabelas Persyaratan dan Masa Berlaku

Izin Operasi Angkutan

Pasal 83

(1) Untuk memperoleh izin operasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78, pemohon wajib memenuhi :

a. persyaratan administratif; b. persyaratan teknis.

(2) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, meliputi :

b. memiliki atau menguasai kendaraan bermotor yang laik jalan yang dibuktikan dengan surat tanda nomor kendaraan bermotor dan buku uji atau fotokopinya;

c. memiliki atau menguasai fasilitas penyimpanan/pool kendaraan bermotor yang dibuktikan dengan gambar lokasi dan bangunan serta surat keterangan mengenai pemilikan atau penguasaan;

d. memiliki atau bekerjasama dengan pihak lain yang mampu menyediakan fasilitas pemeliharaan kendaraan bermotor sehingga dapat merawat kendaraannya untuk tetap dalam kondisi laik jalan.

(3) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, meliputi :

a. pada wilayah operasi yang dimohon masih memungkinkan untuk penambahan jumlah kendaraan;

b. prioritas diberikan bagi perusahaan angkutan yang mampu memberikan pelayanan angkutan yang terbaik.

Pasal 84

Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 ayat (3) huruf a, didasarkan atas :

a. survey faktor penggunaan kendaraan pada wilayah operasi dimaksud; dan/atau

b. laporan realisasi angkutan dari pengusaha yang melayani wilayah operasi dimaksud.

Pasal 85

Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 oleh pejabat pemberi izin operasi, menjadi dasar pertimbangan terhadap pengembangan izin operasi.

(1) Perusahaan yang telah mendapatkan izin operasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78, diberikan kartu pengawasan bagi setiap kendaraan yang dioperasikan.

(2) Pemberian kartu pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilakukan secara bersamaan dengan pemberian izin operasi yang bersangkutan.

Pasal 87

(1) Izin operasi angkutan berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang.

(2) Dalam jangka waktu waktu 6 (enam) bulan sejak berakhirnya masa berlaku izin operasi tidak diperpanjang, maka izin operasi akan dicabut setelah diberikan surat peringatan.

(3) Kartu pengawasan yang merupakan turunan izin operasi angkutan, merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan izin operasi dan ditandatangani oleh pejabat pemberi izin operasi sesuai kewenangan masing-masing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 ayat (2).

Pasal 88

(1) Dasar pertimbangan penentuan kebutuhan jumlah kendaraan taksi, angkutan pariwisata, angkutan sewa, angkutan antar jemput karyawan, antar jemput tamu hotel, dan antar jemput kawasan permukiman, meliputi :

a. potensi permintaan penumpang; b. potensi ekonomi wilayah;

c. jumlah penduduk;

d. rencana tata ruang dan potensi kawasan; e. keterpaduan intra dan antar moda.

(2) Penetapan keputusan penentuan kebutuhan jumlah kendaraan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ditetapkan oleh :

a. Direktur Jenderal, untuk angkutan yang memiliki wilayah operasi lebih dari satu daerah propinsi;

b. Gubernur / Kepala Daerah Propinsi, untuk angkutan yang memiliki wilayah operasi lebih dari satu wilayah kabupaten;

c. Walikota / Bupati, untuk angkutan yang memiliki wilayah operasi dalam satu wilayah kota/kabupaten.

(3) Pemberitahuan keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), dilaksanakan oleh pejabat yang berwenang melakukan penetapan kebutuhan jumlah kendaraan dan diumumkan secara luas agar dapat diketahui oleh masyarakat.

Pasal 89

Bentuk permohonan izin operasi, formulir pertimbangan izin operasi, izin operasi, kartu pengawasan, surat peringatan tertulis, surat pembekuan dan pencabutan izin operasi, serta laporan kegiatan operasi angkutan, sebagaimana tercantum dalam Contoh 1 sampai dengan Contoh 7 Lampiran VII Keputusan ini.

BAB V

Dalam dokumen Kepmenhub KM No 84 Tahun 1999 (Halaman 45-51)

Dokumen terkait