• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.5.5.1Pengertian Angkutan Kota

Menurut Warpani (2002 : 44 ) angkutan kota adalah angkutan dalam wilayah administrasi kota. Angkutan kota merupakanjenis moda angkutan umum di wilayah perkotaan yang beroperasi dan bergerak di darat, yang melayanidan mengangkut penumpang dari tempat asal ke tempat tujuan, angkutan kota tidak dapat dipisahkan dari sistem kegiatan perkotaan, khususnya bagi masyarakat pengguna angkutan umum yang tidak mempunyai pilihan moda lain untuk melaksanakan kegiatan. Sedangkan menurut Setijowarno dan Frazila (2001: 211) angkutan kota adalah angkutan dari suatu tempat ke tempat lain dalam wilayah suatu kota dengan

trayek tetap dan teratur.Karakteristik angkutan kota di indonesia adalah sebagai berikut :

1. Trayek sudah di tentukan.

2. Setiap tujuan ataupun jurusan yang akan di tempuh di bedakan melalui warna armada ataupun melalui angka.

3. Armada yang di gunakan adalah bus kecil

4. Tarifnya di tentukan oleh pemerintah dan penyedia jasa angkutan.

Keuntungan memilih angkutan kota sebagai moda angkutan umum untuk wilayah perkotaan antara lain adalah sebagai berikut :

1. Biaya Rendah (Low Cost)

2. Membantu mengurangi kemacetan

3. Memungkinkan untuk mengubah tujuan di tengah perjalanan

4. Intensitas keberangkatan yang lebih sering, angkutan kota tidak mempunyai jadwal keberangkatan yang tetap, karena keberangkatan angkutan kota biasanya ditentukan oleh jumlah penumpang

5. Angkutan kota mempunyai mobilitas yang tinggi sehingga dapat bergerak kapan saja.

Kelemahannya adalah :

1. Pelayanan yang kurang bagus, kondisi tempat duduk kurang begitu nyaman 2. Angkutan kota dapat menaikkan dan menurunkan penumpang disepanjang

1.5.5.2Aktivitas Operasional Angkutan Kota

Menurut Wells (1975:23) pelayanan angkutan kota dalam mengangkut penumpang dibagi dalam 3 (tiga) aktivitas operasional antara lain yaitu :

1. Kolektor, dari wilayah permukiman yang tersebar luas atau tempat kerja dan tempat perbelanjaan, karakteristik operasinya sering berhenti untuk menaikturunkan penumpang, berpenetrasi ke kawasan perumahan.

2. Line Haul, antara wilayah permukiman dan tempat kerja dan tempat

perbelanjaan (dari kota ke kota) operasinya bergerak dengan kecepatan yang tinggi dan jarang berhenti, karena melakukan perhentian di tengah-tengah operasi maka daya tarik dan efektifitas operasinya akan berkurang, meskipun tentu saja beberapa perhentian yang penting tetap dilakukan.

3. Distribusi, ke tempat kerja dan tempat perbelanjaan atau wilayah permukiman. Karakteristik operasinya melakukan perhentian tetapi tidak terlalu sering.

Pelayanan angkutan secara umum terdiri dari tiga macam aktivitas operasionalyang meliputi:

1. Tahapan pengumpulan

Pengumpulan penumpang merupakan proses akumulasi penumpang di dalam kendaraan, pada bagian ini diperlukan akses yang tinggi, melaluidaerah tangkapan penduduk seperti daerah perumahan, pemukiman,perdagangan maupun pendidikan.

2. Tahap pengangkutan

kecepatan relatif tinggi, dengan melakukan perhentiansesedikit mungkin. Semakin banyak angkutan ini berhenti maka daya tarikdan efektifitas operasinya akan semakin berkurang.

3. Tahap penyebaran

Merupakan bagian penyebaran para penumpang di tempat tujuan masing-masing yang merupakan kebalikan dari tahap pengumpulan penumpang dengan karakteristik melakukan perhentian namun tidak terlalu sering, kepentingan yang diutamakan di kawasan perbelanjaan dan tempat kerja. Esensi dari operasional angkutan kota adalah memberikan layanan angkutan yang baik dan layak bagi masyarakat dalam menjalankan kegiatannya, baik untuk masyarakat yang mampu memiliki kendaraan pribadi sekalipun (Choice), dan terutama bagi masyarakat yang terpaksa harus menggunakan angkutan umum (Captive), ukuran pelayanan angkutan umum yang baik adalah pelayanan yang aman, cepat, murah, dan nyaman.

Beberapa fungsi angkutan kota yaitu :

a. melancarkan arus barang dan manusia

b. menunjang perkembangan dan pembangunan kawasan kota (the promoting sector) penunjang dan perangsang pemberian jasa bagi perkembangan perekonomian (the service sector)

Selain dapat memenuhi kebutuhan penduduk di kota, keberhasilan pembangunan di sektor transportasi dapat memenuhi peekembangan wilayah. Seiring dengan meningkatnya jumlah habitat, dan semakin majunya peradaban komunitas manusia, selanjutnya wilayah-wilayah pusat kegiatannya berkembang mengekspansi ke pinggiran-pinggiran wilayah, sedangkan kawasan-kawasan terisolir semakin berkurang, dan harak antar kota semakin pendek dalam hal waktu, lebih dari itu kuantitas dan kualitas baik perkotaan besar maupun perkotaan kecil tumbuh, dimana

kota kecil ditumbuh kembangkan sementara kota besar semakin berkembang, sehingga area perkotaan semakin meluas.

1.5.5.3Sarana Dan Prasarana Angkutan Kota

Angkutan kota umum nya terdiri dari sekumpulan sarana dan prasarana, dan kedua komponen pendukung ini bekerja sama dalam suatu sistem pengoperasian dimana menggunakan jalan sebagai medianya, komponen–komponen tersebut dapat dibagi sebagai berikut :

1. Komponen Sarana Angkutan kotameliputi:Jenis Kendaraan yang digunakan, biasa di kota kota besar di Indonesia jenis kendaraan yang di gunakan adalah bus kecil.

2. Dimensi dan Desaian Kendaraan, berupa warna, ataupun nomor sebagai penanda dan pembeda angkutan satu dengan angkutan lain.

3. Komponen Prasarana angkutan kota, meliputi :

a. Trayek, trayek adalah lintasan kendaraan umum untuk pelayanan jasa angkutan orang dengan menggunakan alat angkutan yang mempunyai asal dan tujuan tetap

b. Halte. c. Terminal

1.5.5.4Kualitas Operasional Angkutan Kota

MenurutWells (1975 : 45 )tujuan dasar dari penyediaan angkutan umum,adalah menyediakanpelayanan angkutan yang baik andal, nyaman, aman, cepat dan murah, untuk umum.Faktor yang mempengaruhi kualitas operasi angkutan umum, antara lain:

a. Load factor, yaitu perbandingan jumlah penumpang dengan kapasitas tempat

duduk mobil penumpang. Misalnya load factor 50 %, ini berarti jumlah tempat duduk yang kosong adalah setengah dari kapasitas yang ditetapkan. Load factor cenderung tinggi pada jam-jam sibuk, apabila tidak diimbangi dengan peningkatan frekuensi pelayanan akan menimbulkan kelebihan muatan sehingga tingkat pelayanan menurun hal ini akan menimbulkanpenurunan tingkat kepuasan penumpang dan terjadi perpindahan moda, persepsi negatif terhadap sistem, dan gangguan terhadap keamanan. b. Waktu tempuh rute, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menempuh suatu rute

secara utuh dari asal sampai ke akhir tujuan rute.

c. Frekuensi pelayanan, yaitu jumlah perjalanan kendaraan dalam satuan waktu tertentu.

Dokumen terkait