• Tidak ada hasil yang ditemukan

Total Kebutuhan Fasilitas Perlengkapan Paku di Jalan Propinsi

B. Angkutan Sungai Dan Danau

Angkutan Sungai dan Danau hingga sekarang belum ada pemberdayaan sebagai transportasi. Karena itu, dalam hal ini belum ada pembahasan angkutan sungai dan danau.

C. Penyeberangan

1. Jaringan Pelayanan Angkutan Penyeberangan

Angkutan penyeberangan adalah angkutan yang dilakukan untuk melayani lintas penyeberangan yang berfungsi sebagai jembatan bergerak yang menghubungkan jaringan jalan dan/atau jaringan jalur kereta api yang terputus karena adanya perairan untuk mengangkut penumpang dan kendaraan berserta muatannya 52. Defenisi operasionalnya dalam konteks perhitungan kinerja angkutan penyeberangan adalah tersedianya jaringan pelayanan angkutan penyeberangan adalah prosentase jumlah angkutan

51 Undang – Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada Pasal 1 ayat (6 ) 52 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat No. SK. 242/HK.104/DRJD/1210 tentang Pedoman

Konsep Laporan Akhir VI-59 antarkabupaten/kota dalam propinsi yang menghubungkan jalan propinsi yang terputus

oleh perairan 53

Berdasarkan informasi dari Dinas Perhubungan & Informatika. Cq. Bidang Program Propinsi Bengkulu, lintas penyeberangan hanya satu (1) yaitu dengan jaringan Bengkulu ( P.Baai-Bengkulu ) dengan P.Kahyapu ( Pulau Enggano ). Rencana pengembangan jaringanpun hingga sekarang belum ada. Untuk lebih jelasnya jaringan lintas penyeberangan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6.23

Berdasarkan data tersebut di atas, nilaia capaian tersedianya jaringan pelayanan angkutan penyeberangan yang beroperasi pada lintas antarkabupaten/kota dalam propinsi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut;

% Pelayanan Angkutan Penyeberangan

∑ Jaringan Lintas Yang Telah Terlayani Angkutan Penyeberangan

= x 100 %

∑ total Jaringan Lintas Angkutan Penyeberangan Dalam Suatu propinsi

1

= --- x 100 %

1

= 100 %

Target pencapaian standar pelayanan minimal tersedianya jaringan pelayanan angkutan penyeberangan untuk yang beroperasi pada lintas antarkabupaten/kota dalam propinsi yang menghubungkan jalan propinsi yang terputus oleh perairan adalah 75 % 54 . Sementara capaian standar di Propinsi Bengkulu sudah mencapai 100 %. Hal ini artinya, keberhasilan Propinsi Bengkulu dalam capayan standar pelayanan sudah mencapai 100 %

53 Peraturan Menteri Perhubungan No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Penerapan dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota pada hal 17.

54 Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota Dalam Lampiran I

Jumlah Kapal yg

Pelabuhan 1 Pelabuhan 2 Melayani

Bengkulu - Kahyapu - Bengkulu P. Baai, Bengkulu Kahyapu - P.Enggano 1 Kapal Sumber : Dinas Perhubungan & Informatika. Cq. Bidang Perencanaan.

Bengkulu, 2013 No

1

Lokasi Penyeberangan Jaringan Lintas Penyeberangan

Konsep Laporan Akhir VI-60 2. Jaringan Prasarana Angkutan Penyeberangan

Pelabuhan Penyeberangan adalah pelabuhan umum untuk kegiatan angkutan penyeberangan 55. Angkutan penyeberangan adalah angkutan yang berfungsi sebagai jembatan yang menghubungan jaringan jalan dan/atau jaringan jalur kereta api yang dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut penumpang dan kendaraan berserta muatannya 56. Sementara definisi operasional menekankan tersedianya jaringan prasarana angkutan penyeberangan adalah prosentase tersedianya pelabuhan penyeberangan pada setiap ibukota propinsi dan pada ibukota kabupaten/kota yang memiliki pelayanan angkutan penyeberangan yang memiliki pelayanan angkutan penyeberangan dan yang beroperasi pada lintas antarkabupaten/kota dalam propinsi dan tidak ada alternative jalan terhadap total kebutuhan pelabuhan penyeberangan d alam suatu propinsi 57. Jumlah pelabuhan di Propinsi Bengkulu hanya terdapat dua (2) unit sebagai pasarana yang menghubungkan Bengkulu dengan Pulau Enggano, dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6.24

Berdasarkan informasi dari Dinas Perhubungan & Informatika c.q Bidang Program Propinsi Bengkulu, rencana pengembangan dan/atau penambahan pelabuhan penyeberangan hinga sekarang belum ada. Kebutuah hanya dua ( 2 ) pelabuhan tersebut untuk melayani kebutuhan penduduk yang berada di Pulau Enggano. Berkenaan dengan itu, nilaia capaian tersedianya pelabuhan penyeberangan pada setiap ibukota propinsi pada ibukota kabupaten/kota yang memiliki pelayanan angkutan penyeberangan yang beroperasi pada lintas antarkabupaten/kota dalam propinsi dan tidak ada alternative jalan dihitung dengan menggunakan rumus;

% Prasarana Pelabuhan Penyeberangan

∑ Pelabuhan penyeberangan dalam suatu propinsi

= --- x 100 % ∑ Total kebutuhan pelabuhan penyeberangan dalam suatu propinsi

1

= --- x 100 %

1

55 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat No. SK.2681/AP.005/DRJD/2006 tentang Pengoperasian Pelabuhan Penyeberangan pada Pasal 1 ayat (1)

56 Peraturan Menteri Perhubungan No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Penerapan dan Pencapaian Standar Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota Pada Hal 18

57 Ibid, hal 18

Jumlah Pelabuhan Penyeberangan di Propinsi Bengkulu

No Nama Pelabuhan Lokasi

1 Pelabuhan Baai Bengkulu

2 Pelabuhan Kahyan Pulau Enggano

Sumber: Dinas Perhubungan & Infromatika c.q. Bidang Program di Propinsi Bengkulu, 2013

Konsep Laporan Akhir VI-61 = 100 %

Standar pelayanan minimal yang tersedia hingga pada tahun 2014 sebesar 75 % 58 . Sementara capaian tersedianya pelabuhan penyeberangan di Propinsi Bengkulu pada saat sekarang ini sudah mencapai 100 %. Hal ini berarati, ketersediaan dan/atau kebutuhan

pelabuhan penyeberangan di Propinsi Bengkulu sudah mencukupi.

58 Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi Dan Daerah Kabupaten/Kota pada Lampiran I

Konsep Laporan Akhir VI-62

Konsep Laporan Akhir VI-63 3. Keselamatan

Keselamatan Kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan material, konstruksi, bangunan, permesinan dan perlistrikan, stabilitas, tata susunan serta perlengkapan termasuk perlengkapan alat penolong dan radio, elektronik kapal, yang dibuktikan dengan sertifikat setelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian 59. Persyaratan tersebut harus dipenuhi pemilik kapal, bilamana melakukan operasional demi keselamatan dan kenyamanan penumpang serta muatannya.

Keselamatan dan keamanan pelayaran meliputi keselamatan dan keamanan angkutan di perairan, pelabuhan, serta perlindungan lingkungan maritim. Keselamatan dan keamanan angkutan perairan yaitu kondisi terpenuhinya persyaratan: a. kelaiklautan kapal; dan kenavigasian. Kelaiklautan kapal wajib dipenuhi setiap kapal sesuai dengan daerah-pelayarannya yang meliputi: a. keselamatan kapal; b. pencegahan pencemaran dari kapal; b. pengawakan kapal; c. garis muat kapal dan pemuatan; d. kesejahteraan Awak Kapal dan kesehatan penumpang; e. status hukum kapal; f. manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari kapal; dan g.manajemen keamanan kapal. Pemenuhan setiap persyaratan kelaiklautan kapal dibuktikan dengan sertifikat dan surat kapal 60 Kenavigasian terdiri atas: a. Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran; b

Telekomunikasi-Pelayaran; c. hidrografi dan meteorologi; d. alur dan perlintasan; e. pengerukan dan reklamasi; f. pemanduan; g. penanganan kerangka kapal; dan h. salvage dan pekerjaan bawah air. Untuk menjamin keselamatan dan keamanan angkutan perairan Pemerintah melakukan perencanaan, pengadaan, pengoperasian, pemeliharaan, dan pengawasan Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran dan Telekomunikasi-Pelayaran sesuai dengan ketentuan internasional, serta menetapkan alur-pelayaran dan perairan pandu. 61

Setiap pengadaan, pembangunan, dan pengerjaan kapal termasuk perlengkapannya serta pengoperasian kapal di perairan Indonesia harus memenuhi persyaratan keselamatan kapal. Persyaratan keselamatan kapal meliputi: a. material; b.konstruksi; c. bangunan; d. permesinan dan perlistrikan; d. stabilitas; e. tata susunan serta perlengkapan termasuk perlengkapan alat penolong dan radio; dan f. elektronika kapal 62

Kapal yang dinyatakan memenuhi persyaratan keselamatan kapal diberi sertifikat keselamatan oleh Menteri. Sertifikat keselamatan terdiri atas: a. sertifikat keselamatan kapal penumpang; b. sertifikat keselamatan kapal barang; dan c. sertifikat kelaikan dan pengawakan kapal penangkap ikan. Keselamatan kapal ditentukan melalui pemeriksaan dan pengujian. Terhadap kapal yang telah memperoleh sertifikat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan penilikan secara terus-menerus sampai kapal tidak digunakan

59 Undang – Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran Pada Pasal 1 ayat (34 ) 60 Undang – Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran Pada Pasal 116 s/d Pasal 117 61 Undang- Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran Pada Pasal 118 s/d Pasal 119 62 Undang – Undang No. 17 Tahun 2008 tentang pelayaran Pada Pasal 124

Konsep Laporan Akhir VI-64 lagi. Pemeriksaan dan pengujian serta penilikan wajib dilakukan oleh pejabat pemerintah

yang diberi wewenang dan memiliki kompetensi 63

Perkapalan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan persyaratan kelaiklautan kapal dan segala faktor yang mempengaruhinya, sejak kapal dirancang-bangun sampai dengan kapal tidak digunakan lagi. Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis apapun, yang digerakkan dengan tenaga mekanik, tenaga angin, atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah. Kapal Indonesia adalah kapal yang memiliki kebangsaan. Indonesia sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah ini 64.

Setiap kapal wajib memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal yang meliputi: a. keselamatan kapal; b. pengawakan kapal; c. manajemen keselamatan pengoperasian kapal dan pencegahan pencemaran dari kapal; d. pemuatan; dan e. . status hukum kapal. Pemenuhan setiap persyaratan kelaiklautan kapal dibuktikan dengan sertifikat kapal dan/atau surat kapal sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan 65 .

Dari hasil wawancara dengan dengan Dinas Perhubungan c.q Bidang Angkutan Laut serta Kapten Kapal Angkutan Penyeberangan di Propinsi Bengkulu, persyaratan keselamatan kapal penyeberangan yang menghubungkan Bengkulu – Pulau Enggano selalu diperhatikan. Hal ini disebabkan mengingat kondisi geografis laut yang dilintasi kapal penyeberangan adalah lautan hindia, dimana tinggi gelombang sering menjadi hambatan dalam pelayaran. Berkenaan dengan itu, persyaratan keselamatan kapal angkutan penyeberangan harus dipenuhi, dan semuanya dibuktikan dengan sertifikasi. Beberapa persyaratan keselamatan yang selalu mendapat perhatian adalah sebagai berikut;

a. Material

Persyaratan material adalah kapal yang berbedera Indonesia yang diwajibkan melakukan klasifikasi kapal atau kapal yang wajib kelas dengan kententuan; a. panjang > = 20 m dan atau, b. tonase > = 100 GT dan atau, c. mesin penggerak > = 250 PK dan atau, d. yang melakukan pelayaran Internasional meskipun telah memiliki sertifikat dari Biro Klasifikasi asing 66. Lingkup klasifikasi kapal meliputi: a. lambung kapal, instalasi mesin, instalasi listrik, perlengkapan jangkar, b. Instalasi pendingin yang terpasang permanen dan merupakan bagian dari kapal, c. Semua perlengkapan dan permesinan yang dipakai dalam operasi kapal, d. Sistem konstruksi dan perlengkapan yang menentukan tipe kapal 67.

Sebelum kapal dapat diregistrasi di BKI, kapal tersebut harus memenuhi persyaratan dan peraturan teknik BKI. Pemenuhan tersebut melalui proses persetujuan gambar teknik yang selanjutnya dilakukan survey di lapangan. Untuk kapal yang dibangun

63 Undang – Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran Pada Pasal 126

64 Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan Pada Pasal 1 ayat ( 1,2 dan 3 ) 65 Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2002 tentang Perkapala n Pada Pasal 5

66 Peraturan Menteri Perhubungan No. 7 Tahun Tahun 2013 tentang Kewajiban Klasifikasi Bagi Kapal Berbendera Indonesia Pada Badan Klasifikasi Pasal 2

Konsep Laporan Akhir VI-65 sesuai dengan persyaratan peraturan klasifikasi akan ditetapkan notasi klas kapal

tersebut pada saat selesainya pemeriksaan secara keseluruhan melalui survey klasifikasi dengan hasil yang memuaskan. Untuk kapal yang sudah dioperasikan, BKI juga melaksanakan survey periodei untuk menjamin bahwa kapal masih meemnuhi persyaratan klasifikasi kapal. Seandainya terjadi kerusakan yang mungkin berpengaruh terhadap kondisi klasifikasi diantara masa survey periodic, maka pemilik kapal dan/atau operatornya diwajibkan menginformasikan kerusakan tersebut kepada BKI.

Dalam melaksanakan proses klasifikasi, BKI mengimplementasikan peraturan teknik meliputi; a. evaluasi teknis terhadap rencana desain dan dokumen yang berkaitan dengan kapal yang akan dibangun untuk memeriksa pemenuhan terhadap peraturan yang berlaku; b. melaksanakan survey dan pemeriksaan proses konstruksi kapal di galangan kapal oleh surveyor klasifikasi dan juga pemeriksaan pada fasilitas produksi yang menghasilkan komponen utama kapal, seperti pelat baja, permesinan, generator, propeller dll untuk menjamin bahwa kapal dan komponennya dibangun sesuai dengan persyaratan klasifikasi; c. pada saat selesainya pembangunan tersebut diatas dan berdasarkan laporan hasil pemeriksaan selama pembangunan, bila seluruh persyaratan dipenuhi, maka BKI akan menerbitkan sertifikat klasifikasi; d. Pada saat kapal tersebut beroperasi/ berlayar, pemilik kapal harus mengikuti program survey periodik dan diluar survey periodic untuk mempertahankan klasifikasinya.

Kapal yang sudah memiliki klasifikasi, diwajibkan untuk terus melaksanakan survey yang dipersyaratkan untuk mempertahankan status klasifikasinya. Jenis-jenis survey periodik ini, antara lain survey pembaruan kelas (class renewal), survey tahunan, (annual survey), survey antara (intermediate survey) dan survey dok (docking/bottom survey). Selain itu survey poros baling-baling, boiler, permesinan dan survey khusus lainnya sesuai dengan persyaratan klasifikasi. BKI akan menerbitkan survey status dan diinformasikan kepada pemilik.

Klasifikasi kapal dilaksanakan berdasarkan pengertian bahwa kapal dimuati, dioperasikan dan dirawat dengan cara yang benar oleh awak kapal yang kompeten dan kualifikasi. Pemilik kapal bertanggung jawab untuk menjamin bahwa perawatan kapal dilakukan dengan cara yang benar hingga survey periodik berikutnya sesuai dengan persyaratan. Juga menjadi kewajiban pemilik kapal atau yang mewakilinya untuk menginformasikan kepada surveyor klasifikasi saat survey diatas kapal, semua kejadian atau kondisi yang berpengaruh terhadap status klasifikasi.

Bila kondisi mempertahankan klasifikasi ini tidak dipenuhi, maka BKI akan menegguhkan (suspend) atau mencabut (withdrawn) status klasifikasinya berdasarkan referensi persyaratan klasifikasi. Kapal mungkin akan kehilangan status kualifikasinya untuk sementara atau atau secara permanen. Demikian juga, kapal yang tidak melaksanakan survey periodik tepat waktu sesuai dengan peraturan klasifikasi ,maka BKI akan menangguhkan (suspend) status klasifikasinya.

Surveyor klasifikasi dalam melaksanakan survey meliputi ; a. Keseluruhan pemeriksaan item survey sesuai dengan daftar isian yang telah didesain sesuai dengan persyaratan kualifikasi; b. Pemeriksaan yang lebih mendetail terhadap bagian-bagian tertentu; c. menyaksikan (witness) proses pengujian (testing), pengukuran (measurement) dan percobaan (trial) untuk meyakinkan pemenuhan terhadap persyaratan klasifikasi.

Konsep Laporan Akhir VI-66 Bila mana surveyor menemukan korosi, kerusakan struktur atau kerusakan lambung

kapal, permesinan dan peralatan terkait dimana menurut opini surveyor akan mempengaruhi status klasifikasi kapal tersebut, maka surveyor akan mengeluarkan rekomendasi untuk mengatasi ketidaksesuaian tersebut diatas. Rekmendasi tersebut wajib dilaksanakan oleh pemilik kapal untuk melakukan tindakan perbaikan dan repair pada periode waktu tertentu dalam rangka mempertahankan klasifikasinya. Semua status klasifikasi kapal, berupa sertifikat dan laporan survey yang dikeluarkan oleh BKI dijadikan referensi dalam mengambil keputusan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam operasional kapal tersebut.

Pihak asuransi mempergunakannya untuk menetapkan premi asuransi dan klaim asuransi, pihak pemilik muatan mempergunakannya untuk jaminan bahwa muatannya diangkut oleh kapal yang laik, pihak pemilik kapal mempergunakannya untuk mengetahui status kondisi kapal dan perawatannya serta untuk kepentingan komersial memasarkan jasanya angkutannya dan pihak Pemerintah mempergunakannya sebagai law enforcemen untuk memberikan clearance atau surat ijin berlayar.

Pada sertifikat telah terlihat material dengan kode sebagai berikut ; HTS ; Hight Tensile Steel

AL ; Alumuniun FRP ; Fiber Reinforced K ; Kayau

b. Konstruksi

Konstruksi kapal adalah kekuatan kapal untuk menahan terjangan air yang mampu mengakibatkan tegangan-tegangan konstruksi kapal. Karena itu, haluan sebuah kapal merupakan bagian yang paling besar mendapatkan tekanan dan tegangan, sebagai akibat terjangan terhadap air dan pukulan-pukulan ombak. Untuk mengatasi tegangan-tengangan tersebut, konstruksi haluan sebuah kapal harus dibangun cukup kuat dengan cara sebagai berikut;

1) Di depan sekat pelanggaran bagian bawah, dipasang wrangwrang terbuka yang cukup tinggi yang diperkuat dengan perkuatan-perkuatan melintang dan balok-balok geladak

2) Wrangwrang dipasang membentang dari sisi yang satu ke sisi lainnya, dimana bagian atasnya diperkuat lagi dengan sebuah flens. Pada bagian tengah-tengah wrang secara membujur dipasang penguat tengah ( center girder ) yang berhenti pada jarak beberapa gading linggi depan

3) Gading-gading pada haluan, biasanya jaraknya lebih rapat satu sama lain. Pada jarak 15 % panjang kapal terhitung dari linggi depan, gading-gading pada bagian bawah ( deep framing ) diperkuat, ( 20 % lebih kuat ) kelinganya lebih rapat, juga pelat lutut antara gadinggading dengan kulit kapal, dan juga lajur-lajur di dekat lunas, pelatnya dipertebal.

Untuk mengetahui, apakah kostruksi layak digunakan maka BKI selalu melakukan pemeriksaan. Jika ternyata layak dan data tahannya baik, BKI memberikan sertifikasi. Sertifikasi konstruksi kapal penyeberangan yang ada di Bengkulu memperlihatkan adanya sertifikasi yang dikeluarkan BKI, artinya persyaratan operasional masih terjamin.

Konsep Laporan Akhir VI-67 c. Bangunan

Bangunan kapal adalah bentuk dan/atau ukuran sebuah kapal yang terdiri dari ukuran membujur/memanjang ( longtidunial ) dan ukuran melintang/melebar ( transversal). Bangunan kapal akan menggambarkan:

1) Panjang;

a) LOA ( Length Over All ) artinya Panjang seluruhnya atau juga disebut panjang maksimum kapal dari titik linggi haluan sampai pada titik paling belakang pada linggi buritan

b) LBP ( Length Between Perpartikuler ), artinya jarak membujur titik potong linggi haluan dengan garis air ( musim panas)

c) LOWL ( Length On Board Water Line ), artinya panjang membujur sepanjang garis air ( musim panas )

d) Panjang kapal dapat dikelompokkan pada tiga bagian yaitu: a. panjang seluruhnya disebut LOA,b. Panjang menurut kelas, c. panjang terdaftar /RB, d. panjang sepanjang garis air ( LOWL )

2) Lebar :

a) Lebar terdaftar ( Registered Breadth ) ialah lebar seperti yang tertera di dalam sertifikat kapal )

b) Lebar Tonase ( Tonnage Breadth ) ialah lebar sebuah kapal dari bagian dalam wilayah keringat lambung yang satu sampai ke bagian dalam wilayah keringat lambung lainnya, diukur pada lebar terbesar dan sejajar lunas 3) Dalam :

a) Dalam ( Depth) ialah jarak tegak diukur dari titik terendah badan kapal sampai ke geladak lambung bebas. Jarak ini merupakan dalam menurut Biro klasifikasi dimana kapal tersebut dikelaskan

b) Dalam Tonase ialah dalam yang dihitung mulai dari alas dasar sampai geladak lambung

4) Ukuran Tegak ( Vertikal ):

a) Sarat kapal ialah jarak tegak diukur dari titik terendah badan kapal sampai garis air. Jarak ini sering di istilahkan dengan sarat moulded

b) Lambung bebas ( Free Board ) ialah jarak tegak dari garis air sampai geladak lambung bebas atau garis deck ( Deck Line )

5) Tonase;

a) Kapal adalah sebuah benda terapung yang digunakan untuk sarana pengangkutan di atas air. Besarnya kecilnya kapal dinyatakan dalam ukuran memanjang, membujur, melintang, tegak dalam dan ukuran isi maupun berat disebut tonase. Kegunaan ukuran – ukuran ini adalah untuk mengetahui besar kecilnya sebuah kapal, besar kecilnya daya angkut kapal dan besarnya bea yang akan dikeluarkan

b) Tonase sebuah kapal dapat dirinci sebagai ebrikut; (1) Isi kotor ( Gross Tonnage ) GT

(2) Isi kotor besarnya tertera di sertifikasi kapal, isi kotor merupakan jumlah (3) Isi ruangan di bawah geladak ukur atau geladak tonase

(4) Isi ruangan/tempat-tempat antara geladak kedua dan geladak atas

(5) Isi ruangan-ruangan yang tertutup secara permanen pada geladak atas atau geladak di atasnya

(6) Isi dari ambang palka ( ½ % dari BRT kapal )

(7) Isi atau volume ruangan ruangan di bawah geladak ukur mengandung pengertian volume dari ruangan-ruangan yang dibatasi:

Konsep Laporan Akhir VI-68 (b) Di sebelah bawah oleh bagian atas dari jalur dasar dalam

(c) Di sebelah samping oleh bagian sebelah dalam gading-gading d. Permesinan dan Perlistrikan

Mesin listrik merupakan alat listrik yang berputar dan dapat mengubah energi mekanis menjadi energy listrik ( menggunakan Generator AD/DC ) serta dapat mengubah energi listrik menjadi energy mekanis ( menggunakan Motor AC/DC ). Di ain pihak juga dapat menditribusikan energy listrik dari satu rangkaian ke rangkaian lain ( menggunakan Transformator ) dengan tegangan yang bias berubah-ubah dan dengan frekuensi yang tetap melalui suatu medium berupa medan magnet atas dasar prinsip Elektro Magnetis.68. mesin dan listrik adalah suatu yang hakiki dan sangat diperlukan dalam operasional kapal, karena itu kelayakan mesin dan lsitrik harus disertifikasi. Dari ahsil wawancana dengan Kapten Kapal angkutan penyeberangan telah memperlihatkan adanya sertifikasi BKI dalam mesin dan lsirtik, artinya masin dan listrik yang digunakan masih layak digunakan dalam operasional kapal.

e. Stabilitas

Stabilitas kapal adalah kemampuan kapal untuk menegak kembali sewaktu kapal pada saat diapungkan, tidak miring ke kiri atau ke kanan, demikian pula pada saat berlayar disebabkan oleh adanya pengaruh luar yang bekerja padanya pada saat kapal diolengkan oleh ombak atau angin, kapal dapat tegak kembali. Stabilitas kapal dapat dogolongkan dalam dua (2) jenis yaitu 69:

1) Stabilitas melintang kapal adalah kemampuan kapal untuk menegak kembali sewaktu kapal menyenget dalam arah melintang yang disebabkan oleh adanya pengaruh luar yang berdampak pada kapal.

2) Stabilitas membujur kapal adalah kemampuan kapal untuk menegak kembali sewaktu kapal menyenget dalam arah membujur yang disebabkan oleh adanya pengaruh luar yang berdampak pada kapal

Untuk menjaga stabilitas kapal dalam pelayaran diperlukan adanya beberapa perangkat alat, yaitu 70:

1) Sirip lambung adalah sirip lunas atau disebut juga sebagai Bilge Keel yang berfungsi untuk meningkatkan friksi melintang kapal sehingga lebih sulit untuk terbalik dan menjaga stabilitas kapal. Bisanya digunakan pada kapal dengan bentuk V

2) Tangki menyeimbang merupakan tangki yang berfungsi menstabilkan posisi kapal dengan mengalirkan air ballast kapal dari kiri ke kanan kalau kapal miring ke kiri dan sebaliknya kalau miring ke kanan tangki ini berfungsi untuk menjaga stabilitas kapal

3) Sirip stabilisir merupakan sirip di lunas kapal yang dapat menyesuaikan posisinya pada saat kapal oleng sehingga dapat menjaga stabilitas kapal

68 www. national _ blogspot.com/2009/07/defenisi – mesin listrik.html, 2010 69 SOLAS, 1984

Konsep Laporan Akhir VI-69 Mengingat stabilitas kapal sangat urgen bagi operasional, BKI selalu mengingatkan

perlu survey secara berkala, agar kapal dapat lebih nyaman, aman serta selamat dalam pelayaran. Kapten kapal, telah memperlihatkan adanya sertifikat stabilitas kapal penyeberangan, sebagai bukti bahwa secara berkala telah dilakukan sertifikasi. f. Tata Susunan

Tata susunan adalah penempatan alat-alat keselamatan sesuai dengan fungsinya dan bilamana dibutuhkan secara cepat dapat didapatkan terutama dalam keadaan darurat. Tentunya harus dibantu dengan koridor yang tersedia diserta dengan adanya tanda penujuk. Alat-alat penolong tersebut adalah sebagai berikut 71 ;

1) Alat penolong otomatis ( inflatable liferafts ), yaitu rakit penolong yang ditiup secara otomatis. Alat peniupnya merupakan satu atau lebih botol angina (asam arang) yang diletakkan diluar lantai rakit,

Dokumen terkait