BAB VI BENTUK-BENTUK ASSET SOSIAL YANG DAPAT
6.1 Hubungan Sosial
6.1.1 Asset Sosial Berbasis Hubungan Kerja
6.1.1.1 Antara Juragan dengan Pandega (Patron-Klien)
Hubungan yang terjalin antara juragan dengan pandega merupakan asset sosial dalam sistem nafkah nelayan. Hubungan yang berlangsung berdasarkan kebutuhan masing-masing akan orang lain dalam rangka pemenuhan
kebutuhan hidup mereka. Juragan membutuhkan tenaga pandega untuk membantunya melakukan operasi penangkapan ikan di laut sedangkan pandega membutuhkan uang (bagi hasil) dari hasil penangkapan ikan yang dilakukannya bersama juragan maupun nelayan lainnya.
Saat keterlibatan itu menghasilkan keuntungan, proses pertukaran menimbulkan pola interaksi (Turner et al. 1998). Pola interaksi yang terjalin semakin lama akan tertanam dalam diri pelaku interaksi tersebut dan terbentuklah interaksi yang terpola dalam hubungan antara juragan dan pandega. Dalam berinteraksi, masing-masing pihak mengetahui peran dan kedudukan yang harus dijalankan mengenai hak dan kewajiban yang tidak perlu dibuat dalam bentuk tertulis. Tanpa keharusan adanya ketentuan yang tertuang dalam catatan, segala kegiatan akan berjalan seperti biasanya yaitu berdasarkan aktivitas yang sebelumnya telah dilakukan. Juragan serta pandega mengetahui tindakan yang mana yang dapat menyebabkan lawan interaksinya merasa senang maupun tidak senang berdasarkan pengalaman dalam sebuah hubungan yang telah berlangsung lama tersebut. Seperti pernyataan Bapak Ty di bawah ini:
“Juragan dengan saya jarang marah-marah. Agar selalu berhubungan baik, harus saling mengerti posisi masing-masing. Kalau saya asalkan selalu mentaati juragan saat disuruh-suruh, ya akan tetap ikut dengan juragan...jadi tidak sampai membuat marah... kalau lebaran saya juga sering diberi beras..., sembako, sarung dan pakaian...” (diterjemahkan bebas ke dalam bahasa Indonesia)
Para nelayan tidak bisa bekerja bila tidak ada pandega sebagai pendampingnya. Pembagian tugas di laut tidaklah tegas, seperti kegiatan menyebar atau menarik jaring tidaklah kaku, kedua pihak saling berganti dalam melakukan berbagai pekerjaan. Untuk jenis kapal yang dalam melakukan penangkapan terdiri dari 8-12 orang maka pemimpinnya adalah seorang yang
bertindak sebagai tekong12, tekong ini dipercaya oleh juragan apabila juragan tidak ikut melaut. Sedangkan untuk perahu jukung yang jumlah tena ganya dua sampai tiga orang, biasanya juragan ikut dalam kegiatan penangkapan ikan di laut sehingga sekaligus menjadi tekong atau pemimpin dalam sebuah penangkapan.
Kegiatan penangkapan ikan dilakukan pada waktu yang cukup bervariasi. Secara umum dapat dibedakan ke dalam tiga golongan yaitu penangkapan ikan pada pagi hari, siang/sore hari, dan malam hari. Penangkapan ikan di laut mengandung berbagai resiko yang membahayakan para nelayan maupun yang mengakibatkan kerusakan pada alat-alat tangkap yang digunakan. Kerusakan yang terjadi pada alat jaring, seperti jaring sobek, dikerjakan oleh juragan dan pandega. Keterlibatan pandega dalam kegiatan ini merupakan bagian dari tugasnya sebagai pandega. Namun, tugas ini lebih merupakan bantuan yang diharapkan oleh juragan dari pandeganya, sehingga biasanya tanpa disuruh seorang pandega membantu membetulkan peralatan yang rusak. Biasanya juragan memberi upah yang disebut sebagai uang rokok pada pandega yang membantunya. Bapak Ty biasa melakukan pekerjaan yang diperintahkan oleh juragannya walaupun tidak berkaitan dengan hubungan kerja di laut. Seperti pernyataan dari Bapak Ty sebagai berikut :
“Kalau sedang tidak ke laut, saya sudah biasa diperintah untuk membuat atau membetulkan jaring, pernah juga diperintah oleh juragan untuk membetulkan mengecat compreng (kapal), pokoknya apa saja saya lakukan. Lagipula hal itu juga sudah menjadi pekerjaan saya, jadi apa saja yang saya bisa kerjakan akan saya lakukan...” (diterjemahkan bebas ke dalam bahasa Indonesia)
Seorang juragan dalam mencari anak buah kapal tidak terlalu mementingkan asal usul atau kedekatan sosial siapa yang menjadi pandeganya.
12
Sebutan lokal untuk seorang pandega (ABK) yang bertugas memimpin jalannya proses penangkapan ikan di laut. Tugas tekong antara lain adalah mengatur siapa yang bertugas melakukan apa dalam suatu produksi (penangkapan). Tekong adalah orang yang dipercaya oleh juragan apabila juragan tersebut tidak ikut dalam penangkapan ikan di laut.
Aspek yang dipentingkan adalah pandega mau bekerja dengan baik, jujur, dan ada saling pengertian (cocok) karena menurut mereka tidak selamanya pandega yang berasal dari kerabat sendiri mempunyai hubungan kerja sama yang baik. Juragan lebih melihat dari aspek pengalaman calon pandeganya. Biasanya calon pandega direkomendasikan oleh nelayan lain kepada seorang juragan. Seorang juragan yang tidak melaut karena sedang tidak memiliki mo dal untuk membeli bahan bakar serta dirasakan akan sulit mendapatkan ikan, dapat melakukan
ngimbat13 pada juragan lainnya. Biasanya seorang juragan ngimbat selain karena tidak memiliki modal juga dalam rangka penghematan yang disebabkan pada saat itu kondisi laut kurang dapat memberikan hasil (misalnya pada saat musim paceklik). Seorang juragan lebih memilih melakukan ngimbat daripada menerima kemungkinan kerugian yang lebih besar dapat terjadi bila tetap melaut menggunakan kapal sendiri. Hal itu dikarenakan, pada musim paceklik sangat sulit mendapatkan hasil tangkapan sehingga seorang nelayan mengalami kerugian untuk biaya operasional berupa biaya bahan bakar, perbekalan, dan perawatan alat tangkap maupun kapal.
Hubungan yang terjalin antara seorang juragan dengan pandeganya dapat digolongkan sebagai hubungan patron-klien. Suatu hubungan patron- klien melibatkan hubungan antara seorang individu dengan status sosial ekonomi lebih tinggi (patron) yang menggunakan pengaruh dan sumberdayanya untuk menyediakan perlindungan dan keuntungan bagi seseorang dengan status lebih rendah (klien). Nelayan buruh (pandega) sangat tergantung kepada sejumlah kecil
13
Suatu aktivitas penangkapan ikan di laut yang dilakukan oleh seorang juragan yang ikut menjadi pandega pada juragan lainnya. Hal ini dilakukan bila juragan tersebut tidak melaut dengan menggunakan perahunya sendiri karena beberapa hal. Misalnya pada musim paceklik untuk penghematan bahan bakar serta mengurangi resiko kerugian yang lebih besar maka juragan tersebut mengikuti penangkapan perahu lain dengan menjadi salah satu pandeganya.
nelayan juragan yang memiliki alat produksi maupun modal sehingga dalam hubungan ini pandega kurang memiliki akses dan posisi tawar.
Menurut Scott (1981), ikatan antara pelindung (patron) dan klien, merupakan satu bentuk asuransi sosial yang terdapat di mana-mana di kalangan petani kecil (peasant) Asia Tenggara. Nelayan yang merupakan salah satu petani kecil membutuhkan asuransi sosial yang didapat dari jalinan hubungan patron- klien. Pandega biasanya menjadi pihak tumpuan juragan dalam mengerjakan hal yang berkaitan dengan pekerjaan nelayan juragan di luar kegiatan mencari/menangkap ikan di laut. Dengan demikian sebenarnya pekerjaan nelayan dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu pekerjaan di laut dan pekerjaan di darat. Demikian juga seorang juragan menjadi tumpuan bagi para pandega terutama dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi karena pekerjaannya sebagai buruh pada seorang juragan tersebut. Bila seorang pandega bersikap baik atau dianggap baik oleh juragan, maka keterjaminan dalam hal ekonomi akan mudah didapatkan dan hubungan tersebut menjadi sebuah jaminan sosial bagi kelangsungan hidup seorang pandega dalam sistem nafkah nelayan pandega tersebut.
Pekerjaan di laut lebih merupakan hubungan kerja yang memperlihatkan hubungan yang bersifat ekonomi semata. Hal ini dapat dijumpai pada hubungan kerja antara nelayan dengan siapapun yang menjadi pandeganya. Sedangkan pekerjaan di darat kurang memperlihatkan hubungan kerja yang bersifat ekonomi tetapi justru lebih melibatkan dimensi lain, sosial dan psikologis. Mengapa demikian? Pekerjaan di darat ini dianggap nelayan sebagai konsekuensi logis dari hubungan kerja juragan-pandega yang merupakan wujud kebersamaan
dalam rangka mencari nafkah sehingga harus saling membantu. Dari pihak pandega diketahui bahwa sudah sepantasnya bila pandega membantu pekerjaan juragan karena pandega memiliki keterikatan dan ketergantungan kepada juragan, bukan saja sebatas hubungan kerja tetapi juga hubungan di luar kerja.
Nelayan menghadapi permasalahan dalam hal musim dimana terdapat dua musim yaitu musim paceklik dan musim panen. Seringkali pada masa sulit ikan (paceklik), penghasilan menurun dan pandega membutuhkan uluran tangan majikannya (juragan) demi menutupi kebutuhan ekonomi rumah tangganya. Jadi, majikan diposisikan sebagai pelindung dan penjamin sosial bagi kehidupan keluarga pandega hubungan antara nelayan dan pandega tidak hanya terbatas pada “kontrak” kerja tetapi meluas pada hubungan sosial dalam kehidupan mereka sehari-hari. Secara ekonomi, status juragan lebih tinggi dari pandeganya. Kemampuan ekonomi yang relatif terbatas dari pandega seringkali mengakibatkan juragan menjadi salah satu pihak yang dimintai bantuan oleh si pandega. Dalam hal meminjam uang untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup pandega, seorang juragan tidak pernah mencatat berapa banyak yang sudah dipinjam oleh pandeganya. Hal tersebut didasarkan kepercayaan bahwa seorang pandega akan membayar dan tidak akan berbohong bila saatnya pandega tersebut memiliki uang. Bahkan terkadang seorang juragan mengikhlaskan uang yang dipinjam bila dinilai tidak seberapa misalnya 10.000 rupiah. Seperti pernyataan Bapak Utg sebagai berikut :
“Para pandega saya sering yang meminjam uang dan semua pandega sudah pernah memunjam uang kepada saya. Mereka meminjam uang untuk keperluan yang bermacam-macam, kadang-kadang ada beberapa pandega yang meminjam uang untuk tambahan uang sekolah anaknya juga kalau anaknya ada yang sakit. Biasanya mereka meminjam sekitar sepuluh atau lima belas ribu.... Kadang kalau saya lihat dia sangat kesulitan, saya bilang untuk tidak perlu mengembalikan atau boleh dikembalikan kalau benar-benar ada uang saja...” (diterjemahkan bebas ke dalam bahasa Indonesia)
Berdasarkan kemampuan ekonomi ini, nelayan juragan menjadi patron bagi pandega tersebut. Berbagai bantuan pada bidang ekonomi dalam pemenuhan kebutuhan dari majikan menjadikan pandega mempunyai utang budi terhadap majikannya. Seperti Bpk Bari yang mendapat pinjaman untuk mengobati anaknya yang sakit juga selalu mengikuti perintah juragan untuk membuat jaring meskipun tanpa upah. Dengan demikian, hubungan juragan-pandega bukanlah semata-mata terbatas pada hubungan kerja (bersifat ekonomi) tetapi juga meluas pada hubungan di luar hubungan kerja tersebut. Keterikatan keduanya dalam hubungan kerja diperkuat oleh hubungan sosial yang mereka bentuk di luar hubungan kerja. Saling membantu dalam pekerjaan dan kehidupan keseharian serta saling memahami dan menjalankan peran masing-masing menjadi faktor penting dalam mempertahankan hubungan sosial di antara mereka. Berikut ini disajikan matriks fungsi hubungan patron klien dalam menopang sistem kehidupan rumah tangga nelayan :
Tabel 4. Matriks Pemanfaatan Hubungan Patron-Klien dalam Berbagai Kondisi
Kondisi Nelayan Pemanfaatan
Kondisi Kritis (Paceklik)
§ Pandega meminjam uang kepada juragan untuk pembelian bahan makanan (pemenuhan kebutuhan konsumsi)
§ Pandega meminjam uang untuk tambahan biaya sekolah anak
§ Pandega meminjam uang untuk biaya perawatan keluarganya yang sakit
§ Pandega meminjam uang untuk tambahan keperluan keluarganya
Kondisi Normal § Pandega mendapatkan tambahan ikan dari juragan
§ Juragan mendapat bantuan jasa dari pandega dalam hal memperbaiki alat tangkap yang rusak.
§ Pandega membantu juragan mengecat perahu
6.1.1.2 Asset Sosial dalam Bentuk Hubungan Sosial Antara Pandega dengan