• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Antimikroba

massa hifa yang disebut miselium. Pembentukan miselium merupakan sifat yang membedakan grup-grup didalam fungi.

Hifa dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu hifa vegetatif atau hifa tumbuh dan hifa fertil yang membentuk bagian reproduksi. Pada kebanyakan kapang hifa fertil tumbuh di atas permukaan, tetapi pada beberapa kapang mungkin terendam. Penyerapan nutrien terjadi pada permukaan miselium.

Sifat-sifat kapang baik penampakan makroskopik ataupun mikroskopik digunakan untuk identifikasi dan klasifikasi kapang. Kapang dapat dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan struktur hifa yaitu hifa tidak bersekat atau nonseptat dan hifa bersekat atau septatyang membagi hifa dalam ruangan-ruangan, dimana setiap ruangan mempunyai satu atau lebih inti sel (nukleus). Dinding penyekat yang disebut septum tidak tertutup rapat sehingga sitoplasma masih bebas bergerak dari suatu ruangan ke ruangan lainnya.

Gambar 6. (a) Struktur Morfologi Aspergillus secara umum; (b) Hifa bersekat dan tidak bersekat (Benson, 2001).

2.5. Antimikroba

Mikroorganisme dapat menyebabkan rusaknya bahan pangan, infeksi, dan menimbulkan penyakit. Mikroorganisme dapat disingkirkan, dihambat, dan

28

dibunuh dengan cara fisik maupun kimia. Senyawa antimikroba adalah zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba dan dapat digunakan untuk kepentingan pengobatan infeksi pada manusia, hewan, dan tumbuhan. Antimikroba meliputi antibakteri, antifungal, antiprotozoa, dan antivirus (Inayati, 2007).

2.5.2. Jenis-Jenis Antimikroba

Antifungi/antimikroba adalah suatu bahan yang dapat mengganggu pertumbuhan mikroorganisme. Pemakaian bahan antimikroba umumnya dalam suatu usaha untuk mengendalikan bakteri maupun jamur. Pengendalian mikroba yaitu segala kegiatan yang dapat menghambat, membasmi, atau menyingkirkan mikroorganisme. Tujuan utama pengendalian mikroorganisme untuk mencegah pembusukan dan perusakan oleh mikroorganisme, mencegah penyebaran penyakit dan infeksi, dan membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu bahan antimikroba, seperti mampu mematikan mikroorganisme, mudah larut dan bersifat stabil, tidak bersifat racun bagi manusia dan hewan, tidak bergabung dengan bahan organik, efektif pada suhu kamar dan suhu tubuh, tidak menimbulkan karat dan warna, berkemampuan menghilangkan bau yang kurang sedap, murah dan mudah didapat (Pelczar & Chan 1988).

Upaya pengendalian penyakit pada buah yang disebabkan oleh jamur selama pasca panen umumnya dilakukan menggunakan fungisida (Pantastico, 1975). Senyawa-senyawa seperti thiabendazole, imazilil, sodium ortho-phenylphenate, benzimidazole (benomyl) adalah komponen-komponen aktif dalam

29

fungisida sintetis, sedangkan fungisida alami tidak mengandung bahan aktif yang membahayakan.

Gambar 7. Struktur Kimia Benomyl (Mnif et al., 2011)

2.5.3. Mekanisme Kerja Antimikroba

Mekanisme kerja antijamur dapat dikelompokkan menjadi dua. Pertama, sebagai pengganggu membran sel, gangguan ini terjadi karena adanya ergosterol dalam sel jamur, ini adalah komponen sterol yang sangat penting dan sangat mudah diserang oleh antibiotik turunan polien. Kompleks polien-ergosterol yang terjadi dapat membentuk suatu pori dan melalui pori tersebut konstituen essensial sel jamur seperti ion K, fosfat anorganik, asam karboksilat, asam amino dan ester fosfat bocor keluar hingga menyebabkan kematian sel jamur. Penghambatan biosintesis ergosterol dalam sel jamur, mekanisme ini merupakan mekanisme yang disebabkan oleh senyawa turunan imidazol karena mampu menimbulkan ketidakteraturan membran sitoplasma jamur dengan cara mengubah permeabilitas membran dan mengubah fungsi membran dalam proses pengangkutan senyawa –

senyawa essensial yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan metabolik sehingga menghambat pertumbuhan atau menimbulkan kematian sel jamur (Sholichah 2010).

30

Kedua, melalui hambatan sintesis asam nukleat dan protein jamur, merupakan mekanisme yang disebabkan oleh senyawa turunan pirimidin. Efek antijamur terjadi karena senyawa turunan pirimidin mampu mengalami metabolisme dalam sel jamur menjadi suatu antimetabolit. Metabolik antagonis tersebut kemudian bergabung dengan asam ribonukleat dan kemudian menghambat sintesis asam nukleat dan protein jamur. Penghambatan mitosis jamur, efek antijamur terjadi karena senyawa antibiotik griseofulvin yang mampu mengikat protein mikrotubuli dalam sel, kemudian merusak struktur spindle mitotic dan menghentikan metafasa pembelahan sel jamur (Sholichah, 2010).

Pengujian aktivitas bahan antimikroba secara in vitro dapat dilakukan melalui dua cara. Cara pertama yaitu metode dilusi, cara ini digunakan untuk menentukan kadar hambat minimum dan kadar bunuh minimum dari bahan antimikroba. Prinsip dari metode dilusi menggunakan satu seri tabung reaksi yang diisi medium cair dan sejumlah tertentu sel mikroba yang diuji. Selanjutnya masing-masing tabung diisi dengan bahan antimikroba yang telah diencerkan

secara serial, kemudian seri tabung diinkubasi pada suhu 37˚C selama 18-24 jam dan diamati terjadinya kekeruhan konsentrasi terendah bahan antimikroba pada tabung yang ditunjukkan dengan hasil biakan yang mulai tampak jernih (tidak ada pertumbuhan jamur merupakan konsentrasi hambat minimum). Biakan dari semua tabung yang jernih ditumbuhkan pada medium agar padat, diinkubasi selama 24 jam, dan diamati ada tidaknya koloni jamur yang tumbuh (Tortora et al, 2001).

Cara kedua yaitu metode difusi cakram (Uji Kirby-Baner). Prinsip dari metode difusi cakram adalah menempatkan kertas cakram yang sudah

31

mengandung bahan antimikroba tertentu pada medium lempeng padat yang telah dicampur dengan jamur yang akan diuji. Medium ini kemudian diinkubasi pada

suhu 37˚C selama 18-24 jam, selanjutnya diamati adanya zona jernih disekitar kertas cakram. Daerah jernih yang tampak di sekeliling kertas cakram menunjukkan tidak adanya pertumbuhan mikroba. Jamur yang sensitif terhadap bahan antimikroba akan ditandai dengan adanya daerah hambatan disekitar cakram, sedangkan jamur yang resisten terlihat tetap tumbuh pada tepi kertas cakram (Tortora et al, 2001).

Penentuan daya antimikroba didasarkan pada besarnya zona hambat yang terbentuk, dinyatakan dalam tiga kategori (Lorian, 1980), yaitu:

1. Zona hambat total yaitu bila zona hambat yang terbentuk di sekitar silinder terbentuk jernih.

2. Zona hambat parsial yaitu bila di dalam zona hambat yang terbentuk masih terdapat adanya pertumbuhan beberapa koloni jamur.

3. Zona hambat nol yaitu bila tidak ada zona hambat yang terbentuk disekeliling silinder.

Dokumen terkait