• Tidak ada hasil yang ditemukan

Apa yang harus kita lakukan ?

Mari kita lihat flowchart dari guideline AHA 2015 kembali, perhatikan bahwa pasien dengan nadi lebih dari 150 kali per menit kita anggap sebagai takikardia.

Tips untuk teman-teman, sebenarnya flowchart takikardia dan bradikardia tidak

 jauh berbeda. Hanya yang perlu

diperhatikan adalah kondisi pasien stabil atau tidak stabil. Dua kondisi ini yang akan menentukan pilihan obat yang dapat diberikan.

Penentuan pasien masuk kriteria stabil atau tidak stabil, kriterianya sama yaitu

1. Hipotensi

2. Perubahan mental status, 3. Tanda-tanda shock

4. Keluhan chest discomfort 5. Tanda gagal jantung akut

Jika ada minimal satu tanda di atas, berarti takikardia tidak stabil. Apa yang harus dilakukan?

Takikardia dengan gangguan hemodinamik, harus segera dilakukan kardioversi. Alatnya sama dengan alat DC shock, tetapi kita rubah modenya menjadi mode yang synchronized.

Berapa dosisnya? Tergantung jenis

takikardianya, kalau QRS-nya sempit

dengan rate yang regular, QRS ke QRS-nya sama, maka dosisnya tidak perlu terlalu besar. Cukup 50-100 Joule. Jika tidak berubah, dapat kita lakukan kardioversi lagi

Kemudian apabila kita dapatkan QRS yang Kemudian apabila kita dapatkan QRS yang sempit, tetapi QRS ke QRS-nya tidak regular sempit, tetapi QRS ke QRS-nya tidak regular atau irregular, atau irama seperti atrial atau irregular, atau irama seperti atrial fibrilasi dosis yang kita butuhkan sedikit fibrilasi dosis yang kita butuhkan sedikit lebih tinggi yaitu sekitar 120-200 Joule, lebih tinggi yaitu sekitar 120-200 Joule, yang kita dapat ulang sampai pasien yang kita dapat ulang sampai pasien convert kembali ke irama sinus maupun convert kembali ke irama sinus maupun convert tidak takikardia lagi.

convert tidak takikardia lagi.

Jika pasien jatuh ke ventrikel takikardia Jika pasien jatuh ke ventrikel takikardia dengan QRS yang lebar-lebar dan rata-rata dengan QRS yang lebar-lebar dan rata-rata adalah regular, dosisnya cukup 100 Joule.

Saya punya tips untuk teman-teman, jadi Saya punya tips untuk teman-teman, jadi ingat saja dosis untuk kardioversi ini sekitar ingat saja dosis untuk kardioversi ini sekitar 100 Joule. Entah itu nanti dia QRS-nya 100 Joule. Entah itu nanti dia QRS-nya sempi

sempit atau t atau lebarlebar..

Kita masih bisa naikkan dosisnya

Kita masih bisa naikkan dosisnya

(escalating), jika memang kardioversi yang (escalating), jika memang kardioversi yang kita lakukan tidak direspon pada pasien kita lakukan tidak direspon pada pasien tersebut.

Apabila kita dapatkan pasien tersebut pada Apabila kita dapatkan pasien tersebut pada kondisi tidak stabil, segera kita lakukan kondisi tidak stabil, segera kita lakukan kardioversi, tetapi apabila tidak ada kardioversi, tetapi apabila tidak ada tanda-tanda tadi yang saya sebutkan ada 5 tadi, tanda tadi yang saya sebutkan ada 5 tadi, maka tatalaksana sama seperti bradikardia. maka tatalaksana sama seperti bradikardia. Yaitu kita evaluasi, QRS-nya sempit atau Yaitu kita evaluasi, QRS-nya sempit atau lebar? apabila QRS-nya sempit maka kita lebar? apabila QRS-nya sempit maka kita beikan obat-obatan. Biasanya yang paling beikan obat-obatan. Biasanya yang paling respon adalah adenosine, namun ada respon adalah adenosine, namun ada pilihan lain jika adenosine tidak tersedia pilihan lain jika adenosine tidak tersedia yaitu beta blocker atau calcium channel yaitu beta blocker atau calcium channel blocker.

Jika QRS-nya lebar, pilihannya adalah tetap adenosine atau amiodaron. Jadi sebenarnya ketersediaan obat-obat tersebut di tempat praktek teman-teman sangat penting.

Saya punya tips untuk mempermudah teman-teman. Tanpa melihat QRS-nya sempit atau lebar, pilihan obat pertama adalah adenosine. Jika tidak tersedia, amiodarone bisa menjadi pilihan alternatif, meskipun QRS-nya sempit maupun lebar.

Daftar di atas adalah dosis-dosis yang biasa kita gunakan untuk penanganan pasien-pasien dengan tachycardia. Adenosine biasanya diberikan dengan dosis 6 mg dan diberikan secara cepat.

Caranya: adenosine diinjeksikan ke botol infus pasien melalui IV, tangan pasien diangkat agar adenosine segera masuk ke  jantung pasien, dan segera diflush dengan

Amiodarone diberikan dengan urutan sebagai berikut. Pertama loading dose. Karena memang amiodarone ini obat dengan volume distribusi yang cukup luas,  jadinya harus kita lakukan loading, biasanya dengan loading 1 ampul masih belum cukup, sehingga sering kali butuh kita ulang.

Dosis Amiodarone sekitar 150 mg diberikan sekitar 10-15 menit, bisa diulang beberapa kali sampai convert ke irama sinus

Di luar negri sering juga digunakan sotalol IV, tapi, masih belum cukup umum di Indonesia, karena bentukan beta blocker IV ini masih belum tersedia di Indonesia.

Teman-teman perlu membedakan apakah takikardia yang dialami pasien adalah sinus takikardia atau takiaritmia. Karena jika yang ditemukan adalah sinus takikardia, teman-teman tidak perlu mengobati takikardianya, cukup diobati penyakit dasarnya.

Jangan sampai teman-teman memberikan obat-obatan anti aritmia pada pasien dengan sinus takikardia, karena justru dapat mencetuskan aritmia pada pasien tersebut.

Inti dari sinus takikardia ini adalah QRS-nya pasti sempit dan pasti iramanya reguler. Ciri yang kedua, biasanya pasien-pasien dengan takikardia yang masih sinus takikardia rate-nya tidak lebih dari 150 kali/menit.

SINUS TACHYCARDIA

ATRIAL FLUTTER

ATRIAL FIBRILATION

SVT

Insiden di tiap orang sebenarnya bervariasi. Pada pasien-pasien yang lebih muda biasanya bisa mencapai 150 kali/menit. Tetapi pada pasien-pasien tua jarang sekali rate sinus takikardia ini mencapai angka 150 kali/menit.

Rumusnya adalah (220-umur). Misalnya

umurnya 20, sinus maksimal bisa

melakukan percepatan dari nadinya

maksimal adalah 200 kali/menit. Tetapi pada pasien-pasien dengan usia 70, maksimal dia hanya 150 kali/menit

Coba perhatikan gambar EKG di atas. Di sebelah kiri ini adalah contoh dari atrial flutter dan atrial fibrilasi, kalau dari atrial fibrilasi kuncinya adalah iramanya ireguler yaitu QRS ke QRS-nya bervariasi.

Atrial flutter ini agak sulit, sering mirip dengan sinus takikardia karena atrial flutter QRS ke QRS-nya sama. Tetapi kuncinya adalah gelombang P. Pada atrial flutter gelombang P-nya tampak seperti gergaji. Jadi sangat berbeda dengan sinus takikardia

Perhatikan gambar EKG di atas. Gambar di sebelah kanan ini adalah contoh SVT. SVT mirip dengan atrial flutter tadi dengan QRS ke nya yang regular, dan bentuk QRS-nya sempit. Namun rate SVT ini biasanaya cepat sekali dan gelombang P seringkali tidak tampak.

Gelombang VT tampak lebih khas karena

teman-teman bisa lihat bahwa

gelombangnya QRS sangat lebar dengan  jarakk QRS ke QRS yang reguler.

Dokumen terkait