• Tidak ada hasil yang ditemukan

Apakah anda akan tetap bergabung dengan perusahaan int

b. Tidak, alasannya ………….. 3. Keluhan dalam bermitra

a. Isi perjanjian : ... ...

b. Pelaksanaan isi perjanjian : ... ... c. Pembayaran : ... ...

4. Apa saran anda kepada pihak perusahaan inti

a. . ... b. . ... c. . ...

5. Manfaat apa yang dirasakan dengan mengikuti kemitraan

. ... ...

6. Apakah anda akan tetap bergabung dengan perusahaan inti a. Ya

80 Lampiran 2. Analisis Regresi Logistik Biner Analisis Karakteristik Peternak Ayam

Broiler Sebagai Plasma Kemitraan Pola Inti Plasma Depok

Logistic Regression

Notes

Output Created 11-DEC-2011 19:20:29

Comments

Input Data

F:\Penelitiannn\Hasil Logit\SPSS.sav

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in

Working Data File 90

Missing Value Handling

Definition of

Missing User-defined missing values are treated as missing

Syntax LOGISTIC REGRESSION VAR=y

/METHOD=ENTER p1 p3 p4 p6 p7 p8 /CONTRAST (p7)=Indicator /CRITERIA PIN(.05) POUT(.10)

ITERATE(20) CUT(.5) .

Resources Elapsed Time

0:00:00.16

Case Processing Summary

Unweighted Cases(a) N Percent

Selected Cases Included in Analysis 90 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 90 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 90 100.0

a If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

.00 0

81 Categorical Variables Codings

Frequency Parameter coding (1) P7 .00 64 1.000 1.00 26 .000

Block 0: Beginning Block

Classification Table(a,b) Observed Predicted Y Percentage Correct .00 1.00 Step 0 Y .00 50 0 100.0 1.00 40 0 .0 Overall Percentage 55.6

a Constant is included in the model. b The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant -.223 .212 1.107 1 .293 .800

Variables not in the Equation

Score df Sig. Step 0 Variables P1 .006 1 .936 P3 5.213 1 .022 P4 .077 1 .781 P6 .773 1 .379 P7(1) 4.546 1 .033 P8 5.888 1 .015 Overall Statistics 16.093 6 .013

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

82 Block 27.951 6 .000 Model 27.951 6 .000 Model Summary Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square 1 95.702 .267 .357 Classification Table(a) Observed Predicted Y Percentage Correct .00 1.00 Step 1 Y .00 38 12 76.0 1.00 13 27 67.5 Overall Percentage 72.2

a The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1(a) P1 -.004 .052 .006 1 .940 .996 P3 -.134 .087 2.375 1 .123 .875 P4 -.053 .080 .438 1 .508 .949 P6 -.019 .233 .007 1 .935 .981 P7(1) 1.324 .590 5.040 1 .025 3.757 P8 .003 .001 9.311 1 .002 .997 Consta nt 2.180 2.220 .964 1 .326 8.843

83 Lampiran 3. Gambar Peralatan dan Kegiatan

84

85 Lampiran 4. Salah Satu Bentuk Perjanjian Kontrak Antara Perusahaan Inti dengan

Peternak Plasma di Kota Depok

K.B.T.M.

PD. AYAM BROILER “SARI RASA”

Jual : Ayam, DOC, Pakan, Vaksin, Obat-obatan, Dll.

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama Lengkap : ... Alamat Lengkap : ... Dengan ini menyatakan menerima dan bersedia mengikuti ketentuan-ketentuan berikut: A. HARGA SAPRONAK

DOC Rp. 5.200 per ekor Pakan Starter Rp. 6.100 per kg Pakan Finisher Rp. 6.050 per kg B. HARGA PAGING

Ukuran (kg per ekor) Harga (Rp. per kg)

1,00-1,099 15.600 1,10-1,199 15.230 1,20-1,299 15.075 1,30-1,399 14.800 1,40-1,499 14.780 1,50-1,599 14.600 1,60-1,699 14.560 1,70-1,799 14.450 1,80-1,899 14.350 1,90-1,999 14.175 2,00 ke atas 14.100

Ayam afkir dan sakit Harga disesuaikan

C. BONUS MORTALITAS (% KEMATIAN) DENGAN SYARAT IP > 285

0,00-2,00% Rp. 75 / ekor 2,01-3,00% . Rp. 50 / ekor 3,01- 4,00% Rp. 25 / ekor D. BONUS FCR (SELISIH FCR) 0,010-0,025 Rp. 20/kg 0,026-0,050 Rp. 40/kg 0,051-0,075 Rp. 60/kg 0,076-0,100 Rp. 80/kg

86 E. BONUS IP

IP 260-IP 280,99 . Rp. 50 / ekor IP 281-IP 300,99 Rp. 70 / ekor IP > 301 Rp. 100 / ekor F. BONUS SELISIH, HARGA PASAR

Pihak ke dua akan mendapatkan 20% bonus selisih harga pasar jika harga penjualan ayam di atas harga kontrak. Dengan syarat IP > 285.

'

PERATURAN-PERATURAN

1. Harga garansi ini dapat berubah jika terjadi perubahan harga DOC atau pakan. 2. Peternak dilarang menjual sarana produksi yang diberikan oleh PS. Apabila

dilanggar dan terbukti, maka peternak akan dikenakan sanksi dan akan diproses oleh pihak yang berwajib. Perusahaan juga berhak untuk tidak memberikan hasil beberasan.

3. Jika dalam perhitungan panen ada selisih dengan atasan yang tidak jelas atau dijual maka peternak wajib mengganti 2x harga kontrak dari total rata-rata ayam terpanen. 4. Jika ayam sakit atau kualitasnya jelek, maka INTI akan melakukan pemotongan

harga garansi tergantung kondiai ayam. Harga garansi tersebut di atas HANYA BERLAKU UNTUK AYAM SEHAT.

5. Waktu pengangkatan ayam sepenuhnya ditentukan oleh INTI. Peternak yang ingin menentukan sendiri waktu pengangkatan ayam, akan diberikan sanksi pemotongan harga daging ayam besar.

6. Jumlah pemakaian pakan harus sesuai dengan standar perusahaan, apabiia di bawah standar maka kekurangan tesebut akan diperhitungkan sebagai pemakaian pakan. 7. Apabila ditemukan peternak menggunakan pakan selain pakan dari inti, maka inti

berhak mengurangi peternak & tidak mendapatkan bonus harga pasar.

Depok, ……….

Menyetujui,

Materai 6.000

87

PERHITUNGAN HARGA MITRA - 41

K.B.T.M.

PD. AYAM BROILER “SARI RASA”

DOC TANGGAL : 17 MEI 2011

BROILER

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama Lengkap : ………

Kampung / Desa / Kecamatan : ……… Dengan ini menyatakan bersedia mengikuti ketentuan-ketentuan sebagai berikut : Ketentuan harga (Ayam Sehat) :

DOC : Rp. 3.500,-/e

PAKAN : - Starter : Rp. 6.000,-/kg - Finisher : Rp. 5.950,-/kg

 Harga ayam besar / kg (menurut rata-rata umur ayam normal) :

1.10 kg-1.199 kg : Rp. 13.150,- /kg 1.20 kg-1.299 kg : Rp. 12.725,- /kg 1.30 kg-1.399 kg : Rp. 12.775,- /kg 1.40 kg-1.499 kg : Rp. 12.605,- /kg 1.50 kg-1.599 kg : Rp. 12.700,- /kg 1.60 kg-1.699 kg : Rp. 12.800,- /kg 1.70 kg-1.799 kg : Rp. 12.650,- /kg 1.80 kg-1.899 kg : Rp. 12.635,- /kg 1.90 kg-2.00kg : Rp. 12.535,- /kg >2.01 kg : Rp. 12.935,- /kg

 Bonus Uang Minyak

IP 280-299.99 : Rp. 70.000 / 1000 ekor

IP 300-319.99 : Rp. 90.000 / 1000 ekor

IP >320 : Rp. 110.000 / 1000 ekor

 Bonus Mortalitas ( % kematian )

% Mort 0.00 % - 2.00 % : Rp. 75,- /ekor (syarat IP > 285) % Mort 2.01 % - 3.00% : Rp. 50,- /ekor (syarat IP > 285) % Mort 3.01 % - 4.00 % : Rp. 25,- /ekor (syarat IP > 285)

 Bonus Bobot Besar Rp. 200,- /kg

Syarat Bobot Rata-Rata > 2.00 kg Syarat FC < 1.75

88 1. Harga garansi ini dapat berubah sewaktu-waktu jika terjadi perubahan harga DOC

atau makanan ternak.

2. Jika ayam sakit atau kualitas jelek, maka INTI akan melakukan pemotongan harga garansi tergantung dari kondisi ayam.

3. Harga garansi tersebut diatas hanya berlaku untuk ayam sehat

4. Waktu pengangkatan ayam, sepenuhnya ditentukan oleh INTI. Apabila peternak ingin menentukan sendiri waktu pengangkatan ayam, maka akan diberi sanksi pemotongan harga daging ayam besar.

5. Tidak boleh pinjam-meminjam / over bpn pakan maupun obat. Apabila terjadi pinjam meminjam, maka itu merupakan tanggung jawab peternak masing-masing dan tidak akan diperhitungkan pada beberesan.

6. Peternak wajib untuk afkir doc di umur max 7 hari. 7. Pemakaian pakan harus menurut standar yang ada.

Menyetujui, Depok,

89

SURAT PERNYATAAN

Nama :

Alamat :

Dengan ini menyatakan, bahwa saya :

1. Akan bersungguh-sungguh dalam menjalankan manajemen pemeliharaan ayam sesuai dengan prosedur yang berlaku di KBTM Sari Rasa.

2. Akan selalu berkordinasi secara berkesinambungan dengan Technikal Service agar hasil produksi bisa selalu optimal.

3. Tidak akan melakukan tindakan yang bisa merugikan pihak KBTM Sari Rasa, seperti menjual Sapronak (Doc, Pakan, Obat-obatan serta Ayam). Dan apabila saya terbukti melakukan tindakan tersebut, maka saya bersedia untuk dituntut sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, dalam keadaan sehat walafiat, dan tanpa ada tekanan dari pihak manapun

Depok, ………

Yang Membuat Pernyataan KBTM Sari Rasa

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan sub sektor peternakan perlu untuk dilakukan karena sub sektor ini bisa memberikan nilai tambah bagi pertanian Indonesia. Kontribusi sub sektor peternakan terhadap pertanian Indonesia ditentukan oleh seberapa jauh kemampuan kita untuk mengembangkan usaha peternakan tersebut agar mempunyai prospek yang baik di pasaran. Terkait dengan hal tersebut, maka sub sektor peternakan yang ingin di bangun di masa depan adalah yang mempunyai peranan besar bagi sektor pertanian Indonesia, karena dapat meningkatkan dan memperbaiki perekonomian dalam negeri yaitu sebagai sumber pendapatan, menyediakan lapangan kerja, dan meningkatkan nilai tambah dalam sektor hasil peternakan. Pembangunan sub sektor peternakan dalam bidang ekonomi dapat dilihat dari tiga tahun terakhir telah berhasil memberikan kontribusi PDB yang terus melonjak secara konsisten, dilihat dari tiap tahunya khususnya pada tahun 2006 hingga 2008 dan pertumbuhan PDB peternakan pada tahun 2008 sebesar 3,89 persen dapat melebihi tingkat pertumbuhan tanaman perkebunan dan kehutanan (Tabel 1) .

Tabel 1. Pertumbuhan PDB Subsektor Peternakan di Indonesia atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2004-2009

Kelompok Komoditi Nilai PDB (Persen) 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Tanaman Bahan Makanan 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03 Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08 Kehutanan 1,28 -1,47 -2,85 -1,10 -0,39 -0,37 Perikanan 5,56 5,87 6,90 5,39 4,81 5,05 Sumber : BPS (2010)

2 Pendekatan melalui peningkatan sektor peternakan merupakan salah satu pendekatan yang dapat diandalkan bagi pembangunan pertanian, hal ini dapat dibuktikan tidak hanya dengan laju pertumbuhan PDB melainkan dengan adanya peran sektor peternakan khususnya dalam penyediaan bahan pangan protein hewani. Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya makanan bergizi seiring dengan meningkatnya pengetahuan, taraf hidup, dan pendapatan sehingga mendorong meningkatnya kebutuhan akan protein hewani. Hal tersebut dapat dilihat dengan meningkatnya konsumsi protein hewani pada dua tahun terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi protein hewani disukung dengan kontribusi dari peningkatan Konsumsi daging yang cukup besar pada masyarakat Indonesia. Konsumsi daging pada masyarakat Indonesia mengalami peningkatan sebesar tujuh persen pada tahun 2005, pada tahun 2006-2007 mengalami peningkatan sebesar empat persen, pada tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar tiga persen, sedangkan pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar delapan persen. Hal tersebut dapat terjadi karena salah satu sub sektor peternakan khususnya pada sub sektor peternakan unggas mengalami wabah penyakit avian influenza di Indonesia pada akhir 2008 dan awal 2009 (Tabel 2).

Tabel 2. Rata-Rata Konsumsi Daging, Telur dan Susu di Indonesia Tahun 2004-2009

Tahun Konsumsi Daging Perkembangan (%) Konsumsi Telur dan Susu Perkembangan (%) 2004 2,54 - 2,38 - 2005 2,61 7 2,71 33 2006 2,65 4 2,51 -20 2007 2,69 4 3,23 72 2008 2,72 3 3,05 -18 2009 2,64 -8 2,96 -9 Sumber : BPS (2010)

3 Salah satu keberhasilan dari peningkatan tingkat konsumsi daging pada masyarakat Indonesia adalah kontribusi dari subsektor peternakan unggas pada dasarnya peternakan unggas mempunyai prospek yang sangat baik untuk dikembangkan, baik dalam skala besar maupun kecil. Pembangunan peternakan unggas di indonesia dapat dilihat dari perkembangan jumlah populasinya. Berdasarkan data statistik bahwa jumlah populasi usahaternak ayam broiler dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, yaitu tahun 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, dan 2009 masing-masing berjumlah 811.189 ekor, 830.527 ekor, 891.659 ekor, 902.052 ekor, 991.281 ekor, dan 1.249.953 ekor dengan persentase rata-rata 9,3 persen. Perkembangan usahaternak ayam broiler berkembang di berbagai propinsi di Indonesia, salah satunya adalah propinsi Jawa Barat yang merupakan salah satu propinsi dari propinsi yang menghasilkan populasi ayam broiler

terbesar di Indonesia (Tabel 3 dan Tabel 4).

Tabel 3. Populasi Sub Sektor Peternakan di Indonesia Tahun 2005-2010 (000 ekor)

Jenis Peternakan Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Sapi Potong 10.569 10.875 11.515 12.257 12.760 13.633 Sapi Perah 361 369 374 458 475 495 Kerbau 2.128 2.167 2.086 1.931 1.933 2.005 Kuda 387 398 401 393 399 409 Kambing 13.409 13.790 14470 15.147 15.815 16.821 Domba 8.327 8.980 9.514 9.605 10.199 10.932 Babi 6.801 6.218 6.711 6.338 6.975 7.212 Ayam Buras 278.954 291.085 272.251 243.423 294.964 268.957

Ayam Ras Petelur 84.790 100.202 111.489 107.955 99.768 102.841

Ayam Ras Pedaging

811.189 830.527 891.659 902.052 991.281 1.249.952

Itik 32.402 32.481 35.867 38.840 42.318 45.292

4 Daerah asal pemasukan usahaternak ayam broiler di Jawa Barat berasal dari Sukabumi, Bogor, Cianjur, Karawang, Cikampek, dan Depok. Daerah pemasarannya meliputi Bogor, Depok, Bekasi dan Sukabumi (dalam daerah Jawa Barat) sedangkan pemasaran keluar propinsi Jawa Barat yaitu meliputi Banten, Lampung, Palembang dan DKI Jakarta.

Perkembangan populasi usahaternak ayam broiler di Jawa Barat tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi dilema bagi peternak dan sulit dipecahkan oleh peternak yaitu aspek pasar, permodalan, teknologi dan penyediaan sarana produksi yang tidak seimbang dengan harga jual produksi, sehingga membuat peternak takut mengambil risiko untuk mengembangkan usahaternak ayam broiler dengan skala produksi lebih besar.

Tabel 4. Populasi Ayam Broiler Menurut Propinsi Tahun 2005-2010

Propinsi Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Jawa Barat 328. 015 335.680 343.954 369.121 417.373 455.258 Jawa Timur 162.781 166.036 119.525 182.375 140.006 55.634 Jawa Tengah 50.356 50.575 61.258 65.314 54.643 58.351 Sumatra Utara 38.045 51.219 42.763 51.615 42.891 43.063 DI Yogyakarta 17.326 18.192 25.360 25.613 5.128 5.276 Sumber : BPS (2010)

Berdasarkan potensi dari subsektor peternakan unggas khususnya usahaternak ayam broiler dan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh peternak maka diperlukan terbentuknya kerjasama dalam agribisnis peternakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Kerjasama tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk kemitraan antara perusahaan inti dengan peternak-peternak kecil, hal ini tidak saja bertujuan untuk meningkatkan pendapatan peternak tetapi bertujuan untuk mewujudkan ketersediaan daging ayam broiler dalam dimensi jumlah, kualitas, waktu, dan keterjangkauan. Dalam hal ini pemerintah telah melakukan peranya dalam pemberdayaan masyarakat melalui

5 pola kemitraan PIR (perusahaan inti rakyat) dengan sentra perkembangan peternakan unggas khususnya pada peternakan ayam broiler yang saat ini berada di Jawa Barat (Direktorat Jenderal Peternakan, 2001 dalam Binaukm, 2010).

Pemberdayaan masyarakat melalui pola kemitraan PIR dengan sentra perkembangan peternakan unggas khususnya pada peternakan ayam broiler yang saat ini berada di Jawa Barat sudah memberikan nilai tambah bagi peternak ayam broiler,

salah satunya adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan dan memperluas kesempatan kerja di berbagai wilayah di Provinsi Jawa Barat, termasuk juga di Kota Depok.

Nilai tambah dari adanya pola kemitraan PIR di Kota Depok dapat dilihat dari perkembangan populasi ayam broiler dan hasil produksi ayam broiler di Kota Depok. Dilihat dari dua tahun terakhir perkembangan populasi ayam broiler pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 mengalami peningkatan dengan rata-rata persentase sebesar tujuh persen sedangkan pada tahun 2008 populasi ayam broiler mengalami peningkatan yang cukup besar dengan persentase sebesar 34 persen. Sedangkan pada tahun 2009 populasi ayam broiler mengalami penurunan menjadi 677.482 dengan persentase sebesar 6 persen. Pada tahun 2010 perkembangan populasi ayam broiler kembali mengalami peningkatan menjadi 1.559.451 ekor. Populasi ternak ayam ras pedaging atau broiler dapat dilihat pada Tabel 5.

Selain itu dilihat dari produksi ayam broiler di Kota Depok mengalami perkembangan pada tahun 2007 produksi ayam broiler mampu menghasilkan 3.996.750 Kg dan pada tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi 4.621.630 Kg dengan persentase sebesar 15 persen. Peningkatan populasi ayam broiler dan hasil produksi ayam broiler Sedangkan pada tahun 2009 produksi ayam broiler mengalami penurunan menjadi 3.197.400 Kg dengan persentase sebesar 30 persen. Produksi daging, susu dan telur di Kota Depok dapat dilihat pada Tabel 6.

6 Tabel 5. Populasi Ternak Ayam Ras Pedaging atau Broiler Menurut Kecamatan di

Kota Depok (ekor) Tahun 2005-2010 Kecamatan Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Sawangan 178.954 191.085 200.000 705.449 299.438 750.957 Pancoran Mas 84.790 90.202 65.489 141.090 68.044 190.130 Sukmajaya 45.342 53.527 80.000 548.682 103.700 249.952 Cimanggis 32.402 32.481 50.000 313.533 151.000 292.500 Beji - - - 50.162 16.700 32.400 Limo 8.700 9.560 10.000 62.707 38.600 43.512 Kota Depok 350.188 376.855 405.000 1.821.626 677.482 1.559.451

Sumber : BPS Kota Depok (2010)

Tabel 6. Produksi Daging, Susu dan Telur di Kota Depok Tahun 2007-2009

Jenis Produksi Satuan

Tahun 2007 2008 2009 Daging  Daging Sapi  Daging Kerbau  Daging Kambing  Daging Domba

 Daging Ayam Ras Petelur

 Daging Ayam Broiler

 Daging Ayam Kampung

 Daging Itik Kg 1.982.882 63.261 66.690 90.450 166.400 3.996.750 199.837 18.250 2.776.851,32 493,90 61.253,61 74.315,52 21,90 4.621.630 1.728 15.002 6.367.124,80 104.766,50 157.915,20 63.935 0,00 3.197.400 4.083,20 66.167,20 Susu Liter 2.660.850 2.359.500,00 2.556.588,00 Telur

 Telur Ayam Ras Petelur

 Telur Ayam Kampung

 Telur Itik Butir 423.050.847 9.705.058 1.470.585 28.800.000 5.870.916 2.240.316 44.917.875 646.163 699.504

7 Fluktuatif naik turunya populasi ayam broiler dan hasil produksi ayam broiler

di Kota Depok dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya masa pemeliharaan ayam broiler yang cukup singkat antara lima sampai enam minggu, teknologi yang

mudah di adopsi dan minat masyarakat yang cukup tinggi terhadap usahaternak ayam broiler, dan adanya wabah flu burung yang terjadi di akhir 2008 dan di awal

2009. Dilihat dari adanya penurunan dari tingkat populasi ayam broiler dan hasil produksi ayam broiler pada tahun 2009 di Kota Depok tidak mempengaruhi partisipasi masyarakat Kota Depok terhadap usahaternak ayam broiler, usahaternak ayam broiler

terus diminati oleh masyarakat Kota Depok baik dengan usaha mandiri maupun kemitraan.

1.2 Perumusan Masalah

Kemitraan agribisnis dapat diartikan sebagai jalinan kerjasama dua atau lebih pelaku agribisnis yang saling menguntunkan. Tujuan yang ingin dicapai melalui kemitraan adalah meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan, meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat, meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, serta memperluas kesempatan kerja. Kemitraan diharapkan menjadi solusi untuk merangsang tumbuhnya agribisnis peternakan terutama mengatasi masalah peternak yang kurang dalam hal permodalan, teknologi, pasar dan manajemen.

Kasus kemitraan yang terjadi dalam usaha ayam broiler adalah kerjasama yang terjadi antara perusahaan inti dan peternak. Peranan perusahaan cukup besar terutama dalam menyediakan sarana produksi dan menampung hasil, melihat biaya yang dikeluarkan untuk usahaternak ayam sangat besar. Manfaat atau keuntungan diharapkan dirasakan oleh kedua belah pihak yang bermitra, namun tak jarang manfaat atau keuntungan tersebut hanya dirasakan oleh satu pihak saja, biasanya pihak perusahaan.

Masalah yang terkadang dijumpai adalah hubungan kemitraan yang tidak saling menguntungkan, hal ini terjadi karena perusahaan memiliki posisi yang lebih kuat dibandingkan dengan peternak dalam hal permodalan, teknologi, pasar, dan manajemen sehingga peternak seolah-olah dijadikan pekerja oleh perusahaan inti persoalan lainnya bagi peternak plasma adalah pengalaman selama mengikuti kemitraan tidak selalu memperoleh pelayanan yang memuaskan. Peternak tidak mempunyai

8 kekuatan tawar dalam hal penetapan harga kontrak, dalam penyediaan DOC, sering bermasalah dengan kualitas DOC yang kurang baik namun peternak hanya bisa menerima meskipun begitu, perkembangan hubungan kemitraan terus meningkat. Tabel 7. Kemitraan Usahaternak Ayam Broiler di Kota Depok Tahun 2005-2010

Tahun Jumlah Perusahaan Mitra Jumlah Peternak Plasma Jumlah Peternak Mandiri 2005 4 155 53 2006 4 165 59 2007 5 172 152 2008 5 321 294 2009 6 355 315 2010 7 548 445

Sumber : Dinas Peternakan Kota Depok (Diolah)

Berdasarkan data Laporan Tahunan Dinas Peternakan Kota Depok, hubungan kemitraan di Kota Depok mengalami peningkatan dengan pertumbuhan sebesar 2,44 persen

Keberhasilan kemitraan tidak hanya terhenti pada partisipasi atau keikutsertaan peternak plasma ayam broiler dalam memelihara ternak saja, tetapi ke dalam bentuk partisipasi yang lebih luas baik dalam pengambilan keputusan, pelaksanaan, monitoring

maupun sampai memanfaatkan hasilnya. Keberhasilan kemitraan usahaternak ayam broiler antara peternak plasma ayam broiler dan perusahaan inti terbentuk oleh adanya dukungan dari beberapa faktor-faktor yang menentukan peternak ayam

broiler untuk melakukan kemitraan. Faktor-faktor tersebut diantaranya karakteristik peternak ayam broiler dalam melakukan kemitraan dan beberapa alasan peternak ayam broiler melakukan kemitraan seperti jaminan pemasaran, kemudian karena tersedia DOC, saprodi, produktivitas yang tinggi, adanya petugas pendamping dan karena adanya keikutsertaan peternak lain dalam melakukan kemitraan ( Purnaningsih, 2007).

9 Hal ini yang mendorong untuk mengkaji lebih dalam tentang karakteristik peternak ayam broiler dalam melakukan kemitraan dan pelaksanaan kemitraan khususnya kemitraan antara peternak dengan perusahaan inti yang dilihat dari adanya tingkat partisipasi masyarakat Kota Depok yang cukup besar dengan diringin munculnya wabah penyakit avian influenza pada tahun 2009.

Partisipasi diartikan tidak hanya menyumbang tenaga, tetapi partisipasi harus diartikan yang lebih luas, yaitu harus menyangkut taraf perencanaan, pelaksanaan, dan pemanfaatan. Mengingat begitu pentingnya karakteristik peternak ayam broiler sebagai plasma kemitraa di Kota Depok maka sangatlah perlu untuk mengetahui karakteristik apa yang paling dominan yang mempengaruhi berjalannya kemitraan di Kota Depok antara peternak plasma ayam broiler dengan perusahaan inti.

Berdasarkan kondisi yang telah dipaparkan di atas, maka beberapa permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

1) Bagaimana karakteristik peternak mitra di Kota Depok dalam melakukan kemitraan?

2) Bagaimana gambaran pelaksanaan kemitraan antara peternak plasma dengan perusahaan inti di Kota Depok?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah :

1) Mengetahui karakteristik peternak mitra di Kota Depok dalam melakukan kemitraan

3) Mengetahui gambaran pelaksanaan kemitraan antara peternak plasma dengan perusahaan inti di Kota Depok

10 1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki beberapa manfaat antara lain :

1) Informasi ilmiah yang sangat berharga untuk pengembangan kemitraan di daerah lain

2) Bahan masukan dan bahan pertimbangan bagi para pelaku kemitraan dalam rangka menyempurnakan kinerja pelaksanaan yang telah berlangsung

3) Bahan masukan bagi instansi terkait yang berhubungan dengan pengembangan kemitraan di masa yang akan dating

11 II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usaha peternakan Ayam Broiler

Ayam ras merupakan jenis ras unggul dari hasil persilangan antara bangsa- bangsa ayam yang dikenal memiliki daya produktivitas yang tinggi terhadap produksi daging (karkas) dan telur. Jenis-jenis ayam ras unggul ini merupakan final stock yang didatangkan dari luar negeri (Samadi, 2010).

Menurut Samadi (2010) secara umum, ayam ras memiliki faktor keturunan atau faktor genetis yang baik yaitu umumnya bertubuh besar, memiliki pertumbuhan yang cepat, produksi daging dan telur tinggi, serta memiliki daya alih (konversi) pakan menjadi produk protein (daging dan telur) tinggi. Pada dasarnya, ayam ras dibedakan menjadi tiga tipe yaitu :

1) Tipe pedaging (ayam ras pedaging atau broiler) 2) Tipe petelur ( ayam ras petelur atau layer) 3) Tipe dwiguna (ayam ras pedaging dan petelur)

Dari ketiga tipe ayam ras tersebut, yang paling banyak dibudidayakan oleh masyarakat adalah tipe pedaging (ayam ras pedaging atau broiler) dan tipe petelur (ayam ras petelur atau layer). Oleh karena itu, di dalam masyarakat ayam ras hanya dikenal dua tipe yaitu ayam ras pedaging dan ayam ras petelur.

Menurut keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 940/Kpts/OT.210/10/97, usaha peternakan adalah suatu usaha pembibitan dan atau

budidaya peternakan dalam bentuk perusahaan peternakan atau peternakan rakyat, yang diselenggarakan secara teratur dan terus menerus pada suatu tempat dan dalam jangka waktu tertentu untuk tujuan komersial atau sebagai usaha sampingan untuk menghasilkan ternak bibit atau ternak potong, telur, susu serta menggemukkan suatu jenis ternak termasuk mengumpulkan, mengedarkan, dan memasarkan.

Ayam ras pedaging atau yang lebih dikenal masyarakat dengan nama ayam

broiler adalah merupakan jenis ras unggul hasil dari persilangan (perkawinan) antara ayam jantan ras White Cornish dari Inggris dengan ayam betina dari ras Plymouth rock

12 dari Amerika. Hasil dari persilangan ras tersebut menghasilkan anak-anak ayam yang memiliki pertumbuhan badan cepat dan memiliki daya alih (konversi) pakan menjadi produk daging yang tinggi, artinya dengan jumlah pakan yang dikonsumsi sedikit mampu bertumbuh dengan sangat cepat. Namun, daya alih pakan menjadi telur sangat rendah. Oleh karena itu, ayam broiler lebih cocok atau menggantungkan bila diternakan sebagai penghasil daging. Hal ini dikarenakan dengan pakan yang hemat mampu mengubahnya menjadi produk daging dengan sangat cepat (Samadi, 2010)

Sedangkan menurut Rasyaf (2006) Ayam ras pedaging disebut juga ayam

broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Sebenarnya ayam broiler ini baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an, dimana pemegang kekuasaan merencanakan panggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada saat itu semakin sulit keberadaannya. Hingga kini ayam broiler telah dikenal

Dokumen terkait