• Tidak ada hasil yang ditemukan

Apakah Banjir Biasa Terjadi Secara Rutin?

Dalam dokumen 3.1. Wilayah Kajian Sanitasi (Halaman 43-50)

Ya Tidak

B U K U P U T I H S A N I T A S I ( B P S ) T A H U N 2 0 1 4 44

- Way Sindi Hanuan 5 0 – 0,5 2 1 Penyempitan drainase

- Tebakak way Sindi 8 0 – 1 < 2 1 Penyempitan drainase

9 Pesisir Utara* - - - -

-10 Lemong* - - - -

-11 Pulau Pisang* - - - -

-Sumber : kunjungan lapangan tahun 2014 *) data tidak tercatat

Tabel 3.27 : Kondisi sarana dan prasarana drainase di Kabupaten Pesisir Barat*

No Jenis Prasarana / sarana Satuan Kapasitas Jumlah / Kondisi Pemeliharaan Frekuensi Berfungsi Tdk beerfungsi

(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii)

1 Saluran Primer - S. Primer A m - - - -- S. Primer B m - - - -2 Saluran Skunder - S. Sekunder A1 m - - - -- S. Sekunder A2 m - - - -- S. Sekunder B1 m - - - -3 Bangunan Pelengkap

- Rumah Pompa Unit - - -

-- Pintu Air Unit - - -

B U K U P U T I H S A N I T A S I ( B P S ) T A H U N 2 0 1 4 45 Peta 3.4 : Peta Jaringan drainase dan wilayah genangan Kabupaten Pesisir Barat (Uk. A3)

B U K U P U T I H S A N I T A S I ( B P S ) T A H U N 2 0 1 4 46 3.5.3. Peran Serta Masyarakat

Perilaku berwawasan lingkungan dalam pembangunan berkelanjutan dipengaruhi oleh banyak system seperti tingkat pendidikan, status system, keinovatifan, pengetahuan tentang lingkungan, sikap terhadap kebersihan lingkungan dan sebagainya. Untuk itu perlu adanya upaya peningkatan kesadaran melalui program pemberdayaan masyarakat. Dalam pelaksanaan pemberdayaan hendaknya masyarakat dilibatkan sejak awal, sehingga mereka merasa menjadi bagian penting dalam system lingkungan.

Usaha-usaha untuk mengikutsertakan masyarakat dalam menanggulangi masalah air genangan telah dilakukan, namun usaha ini masih terbatas yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang bersifat insidentil. Peningkatan kerja bakti yang lebih terarah dan adanya usaha-usaha lain seperti gerakan kebersihan lingkungan dalam menanggulangi sampah serta menjaga agar saluran air tetap bersih, akan sangat membantu peran serta masyarakat dalam mengatasi bajir di kawasan masing – masing.

Saat ini program/kegiatan layanan drainase berbasis masyarakat yang ada di Kabupaten Pesisir Barat adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MPd). Kecamatan yang menjadi sasaran dari program PNPM Mandiri Perdesaan ini adalah Kecamatan Pesisir Tengah, Kecamatan Way Krui dan Kecamatan Krui Selatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table 3.28 dan 3.29 berikut ini :

Tabel 3.28 : Daftar Program/Kegiatan Layanan Drainase Perkotaan yang Berbasis Masyarakat

No Program/Kegiatan Nama Pelaksana/PJ Lokasi Program/ Tahun Kegiatan**)

Penerima

manfaat***) Jumlah Sarana

Kondisi Sarana Saat Ini

L P berfungsi berfungsi Tdk

1 PNPM MPd : Drainase Tim Pelaksana Kegiatan PNPM – MPd Kec. Way Krui 2011 790 573 1251 m - Kec. Pesisir Tengah 2011 820 485 908 m - Kec. Krui Selatan 2011 695 562 570 m - Kec. Pesisir Tengah 2013 1413 747 652 m - 2 PNPM MPd :

Gorong-gorong Tim Pelaksana Kegiatan PNPM – MPd

Kec. Krui

B U K U P U T I H S A N I T A S I ( B P S ) T A H U N 2 0 1 4 47 Kec. Pesisir Tengah 2011 665 395 2 unit - Kec. Pesisir Tengah 2013 1983 1102 8 - Total

Sumber : Surat Penetapan Camat PNPM Mandiri Perdesaan tahun 2010-2013 dan Kunjungan lapangan Keterangan :

Tuliskan semua daftar program/kegiatan drainase perkotaan yang ada di wilayah kajian Buku Putih Kabupaten/Kota

* Program/Kegiatan drainase perkotaan berbasis masyarakat: seluruh program/kegiatan drainase perkotaan yang menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat mulai dari tahap persiapan masyarakat, perencanaan, pembangunan, sampai operasi dan pemeliharaan.

** Tahun program/kegiatan diisi program/kegiatan 3-5 tahun sebelumnya

*** Penerima Manfaat diisi jumlah laki-laki dan perempuan yang menerima manfaat di setiap lokasi

**** Kondisi berdasarkan keterangan SKPD dan kunjungan lapangan terhadap beberapa lokasi yang telah ditentukan

Tabel 3.29 : Kondisi sarana dan prasarana drainase perkotaan oleh masyarakat

No Jenis Sarana Lokasi Pengelolaan Iuran Keterangan

Lembaga Kondisi 1 Jaringan Drainase

lingkungan1251 meter Kec. Way Krui Tidak Ada Tidak Aktif Tidak Ada 2 Jaringan Drainase

lingkungan1560 meter Kec. Pesisir Tengah Tidak Ada Tidak Aktif Tidak Ada 3 Jaringan Drainase

lingkungan 570 meter

Kec. Krui

Selatan Tidak Ada Tidak Aktif Tidak Ada Sumber Data : kunjungan lapangan

3.5.4. Komunikasi dan Media

Berdasarkan kajian komunikasi media sampai dengan saat ini,kabupaten Pesisir Barat belum pernah melakukan penyuluhan atau sosialisasi tekait sanitasi. Ini dikarenakan Kabupaten Pesisir Barat merupaan Daerah otonomi baru (DOB) pemekaran dari Kabupaten Lampung Barat.

Gambar 3.16 : kegiatan Penyuluhan atau sosialisasi yang pernah diikuti di Kabupaten Pesisir Barat tidak tersedia.

3.5.5. Peran Swasta

Berdasarkan kajian dalam study Penyedia Layanan Sanitasi (Sanitation Supply Assessment/SSA) sampai dengan saat ini, Kabupaten Pesisir Barat belum mempunyai penyedia layanan air limbah system47c. Ini dikarenakan Kabupaten Pesisir Barat merupakan Daerah otonomi baru (DOB) pemekaran dari Kabupaten Lampung Barat.

B U K U P U T I H S A N I T A S I ( B P S ) T A H U N 2 0 1 4 48 Tabel 3.30 : Penyedia layanan pengelolaan drainase perkotaan yang ada di Kabupaten Pesisir Barat*

No Nama Provider/Mitra Potensial Tahun mulai operasi/ berkontribusi

Jenis Kegiatan/ Kontribusi terhadap

sanitasi

Volume Potensi Kerjasama

- - - - -

- - - - -

- - - - -

*data tidak tersedia

3.5.6. Pendanaan dan Pembiayaan

Pendanaan dan pembiayaan dari sub sektor pengelolaan air limbah selama ini sesuai dengan hasil study keuangan, berasal dari pemerintah yaitu APBD. Kabupaten Pesisir Barat merupakan pemekaran dari Kabupaten Lampung Barat di tahun 2012, sehingga untuk perhitungan realisasi pendanaan sanitasi tahun 2010-2012 menggunakan perhitungan dari APBD Kabupaten Lampung Barat. Sedangkan di tahun 2013 Kabupaten Pesisir Barat belum ada pendanaan sanitasi komponen drainase. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.11 berikut ini.

Tabel 3.31 : Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi per Komponen Drainase Perkotaan Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2010 – 2014

No Subsektor Belanja (Rp) Rata-rata*

Pertumb uhan

(%)* 2010* 2011* 2012* 2013 2014**

3 Drainase (3a+3b) - 909,321,080 824,000,000 - 6.630.081.900 577,773,693 -0.09

3.a Pendanaan Investasi air limbah - 882,836,000 800,000,000 - 5.861.730.000 560,945,333 -0.05 3.b Pendanaan OM yang dialokasikan dalam APBD - - - - 592.500.000 -

3.c Perkiraan biaya OM berdasarkan infrastruktur terbangun - 26,485,080 24,000,000 - 175.851.900 16,828,360 -0.05 *) Sumber : APBD Kabupaten Lampung Barat 2010-2012

**) RAPBD Kabupaten Pesisir Barat 2014

Untuk pendapatan retribusi dari system sanitasi di Kabupaten Pesisir Barat saat ini belum ada. Sehingga untuk perhitungan realisasi dan potensi retribusi air limbah Kabupaten Pesisir Barat tidak dapat dilihat hasil nilai pertumbuhannya.

Tabel 3.32 : Realisasi dan Potensi Retribusi Sanitasi Komponen Drainase Perkotaan Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2010 – 2014*

No SKPD

Retribusi Sanitasi Tahun (Rp) Pertum

buhan (%)

2010 2011 2012 2013 2014

1 Retribusi Drainase

1.a Realisasi retribusi 1.b Potensi retribusi

B U K U P U T I H S A N I T A S I ( B P S ) T A H U N 2 0 1 4 49 3.5.7. Permasalahan Mendesak

Berbagai permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan drainase permukiman di kabupaten Pesisir Barat antara lain sebagai berikut :

Tabel 3.33 : Permasalahan Mendesak

No Permasalahan Mendesak

1 Minimnya sarana dan prasarana drainase di Kabupaten Pesisir Barat

2 Belurn adanya ketegasan fungsi system drainase

3 Kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam penanganan drainase

4 Belum adanya dokumen perencanaan ataupun kajian tentang drainase

5 Minimnya pendanaan untuk sektor drainase terutama pendanaan untuk pemeliharaan drainase

3.6. Pengelolaan Komponen Terkait Sanitasi 3.6.1. Pengelolaan Air Bersih

Kabupaten Pesisir Barat merupakan kabupaten baru pemekaran dari Kabupaten Lampung Barat pada tahun 2012. Berdasarkan data dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Limau Kunci Lampung Barat tahun 2012, pada tahun 2002 produksi di PAM Krui mencapai 111.591 M3, dengan jumlah pelanggan sebanyak 376 KK, dan yang tersalurkan sebanyak 95.522 M3. Sedangkan pada tahun 2009 produksinya hanya mencapai 1.206.438 M3 dengan jumlah pelanggan 841.417 KK dimana yang terpasang sebanyak 3.741 saluran yang aktif beroperasi dari 6.556 saluran yang ada. Jika dibandingkan pelanggan di tahun 2002 dengan tahun 2009, mengalami peningkatan, Namun saat ini PAM Krui tidak beroperasi lagi yang mengakibatkan menurunya tingkat pelayanan dan distribusi air bersih ke masyarakat.

Sedangkan untuk PAM Pugung Tampak total produksi mencapai 73.524 M3 dengan jumlah pelanggan yang terpasang sebanyak 371 KK yang aktif sebanyak 279 KK dan yang tersalurkan ke pelanggan mencapai 69.224 M3. Ini artinya prosentase distribusi air ke pelanggan PAM Pugung Tampak mencapai 94%. Untuk lebih jelasnya cakupan layanan Penyedian dan Pengelolaan Air Bersih Kabupaten Pesisir Barat dapat dilihat pada table berikut ini :

B U K U P U T I H S A N I T A S I ( B P S ) T A H U N 2 0 1 4 50 Tabel 3.34 : Sistem Penyedian dan Pengelolaan Air Bersih Perpipaan Kabupaten Pesisir Barat

No Uraian Satuan Sistem Perpipaan Keterangan

1 Pengelola

2 Tingkat Pelayanan % 94

3 Kapasitas Produksi Lt/detik 73.524.000

4 Kapasitas Terpasang Lt/detik 69.224.000

5 Jumlah Sambungan Rumah (Total) Unit 650

6 Jumlah Kran Air Unit - Data tidak tersedia

7 Kehilangan Air (UFW) % - Data tidak tersedia

8 Retribusi/Tarif (rumah tangga) M3 - Data tidak tersedia

9 Jumlah pelanggan

- PAM Krui* Pelanggan -

- PAM Pugung Tampak Pelanggan 650

Sumber : Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Limau Kunci Lampung Barat tahun 2012 *PAM Krui saat ini sudah tidak beroperasi

Penyediaan air minum Pedesaan yang dikelola oleh masyarakat desa (Pekon). Meskipun belum merata, masyarakat di beberapa desa (Pekon) telah mendapat pelayanan penyedian air minum dengan memanfaatkan sumber-sumber air bersih dari mata air sungai atau mata air pegunungan yang ada di sekitar desa.

Berdasarkan hasil EHRA di Kabupaten Pesisir Barat yang mengacu kepada standar WHO dan Unicef diketahui bahwa masih ada masyarakat yang menggunakan sumber air untuk minum tidak terlindung / tidak aman sebesar 76,2% terdiri dari : Air botol kemasan 5,3%, air isi ulang 34,6%, sumur gali tidak terlindungi 19,1%, mata air tidak terlindungi 4,2%, air sungai 8,2%, air hujan 3,3%, air waduk/danau 0,3 dan lainnya 1,2%. Selebihnya menggunakan sumber air untuk minum yang dinilai terlidungi/aman antara lain air sumur gali terlindungi 49,3%, Sumur pompa tangan 0,9%, PDAM 4,3% dan mata air terlindungi 5,7%.

Gambar 3.17 : Grafik Sumber Air Minum dan Memasak

5,3% 34,6% 4,3% 0,9% 49,3% 19,1% 5,7% 4,2% 3,3% 8,2% 0,3% 1,2%

Air botol kemasan Air isi ulang PDAM Air sumur pompa tangan Air sumur gali terlindungi Air sumur gali tdk terlindungi Mata air terlindungi Mata air tdk terlindungi

Air hujan Air dari sungai Air dari waduk/danau Lainnya

Dalam dokumen 3.1. Wilayah Kajian Sanitasi (Halaman 43-50)

Dokumen terkait