III. LANDASAN TEORI
3.4 Analisa Balok Kayu Komposit dengan Metode Energi
3.4.6 Aplikasi dari Penyelesaian Persamaan Energi…
Syarat dari suatu sistem persamaan mengalami keadaan setimbang adalah bila turunan pertama dari persamaan tersebut hilang, seperti yang dinyatakan pada persamaan (3.11). Pada persamaan (3.28) U adalah fungsi dari empat variabel, yaitu a, b, c, dan d. Agar persamaan energi tersebut mempunyai nilai yang stasioner maka turunan parsial persamaan (3.28) terhadap nilai a, b, c, dan d nilainya harus sama dengan nol, maka :
2
Dengan memasukkan nilai l (panjang bentang), µ, E (elastisitas), A (luas penampang), I (inersia), F (gaya geser langsung), s (jarak antar baut), dan P (beban yang bekerja) maka persamaan – persamaan di atas dapat diselesaikan. Nilai E, A, I, dan F tersebut didapat dari hasil percobaan dan pengujian sampel di laboratorium.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN 4.1 PENGUJIAN SAMPEL KAYU DI LABORATORIUM 4.1.1 Persiapan Pengujian
Kayu yang dipergunakan pada penelitian ini adalah balok kayu kelapa yang diambil dari dua batang pohon kelapa yang cukup tua. Kedua pohon kelapa tersebut ditebang, dan bagian yang dipergunakan untuk percobaan ini adalah bagian dari mulai pangkal kayu sampai ketinggian 10 meter. Bagian diatas jarak 10 meter sampai ke pucuk pohon tidak dipergunakan. Kemudian batang pohon kelapa tersebut dipotong – potong dan diperoleh 12 batang kayu ukuran 5cm x 7.5cm x 480cm dan 24 batang kayu ukuran 5cm x 5cm x 480cm. Potongan sampel – sampel kayu untuk pengujian di laboratorium diambil dari kayu yang barasal dari potongan ukuran 5cm x 5cm x 480cm. Kayu tersebut akan diteliti sifat – sifat mekanis dan sifat fisisnya sehingga diperoleh karakteristik yang diperlukan untuk pengujian selanjutnya.
4.1.2 Standar Pelaksanaan Pengujian
Pengujian dan pemeriksaan yang akan dilakukan pada sampel – sampel kayu tersebut mengacu kepada metode pengujian yang berlaku di Indonesia, yaitu pengujian berdasarkan Standard Nasional Indonesia (SNI). Pengujian tersebut meliputi :
1. Pemeriksaan kadar air.
4. Pengujian kuat geser langsung baut – kayu.
5. Pengujian kuat lentur.
6. Pengujian elastisitas.
Menurut Standard Nasional Indonesia (SNI), kayu yang akan diuji harus memiliki kadar air maksimum 20% sebelum dilakukan pemeriksaan lainnya. Kadar air ini biasanya merupakan kadar air kering udara dari kayu, yang didapat dengan mengeringkan kayu secara alami dengan bantuan sinar matahari, angin, dan kelembaban udara. Namun pada penelitian ini akan dilakukan juga pemeriksaan pada kayu dengan kondisi masih basah atau baru saja dipotong yang memiliki kadar air lebih dari 20%. Hal ini dimaksudkan untuk membandingkan kekuatan kayu yang masih basah dengan kayu yang telah kering udara, seperti yang telah disyaratkan oleh SNI.
4.1.3 Prosedur Pemeriksaan Kadar Air
Pemeriksaan kadar air dari kayu dilakukan sedemikian rupa sehingga sifat dari benda uji itu mendekati sifat rata – rata dari kayu yang akan diperiksa. Benda uji kayu diambil secara acak dari masing – masing segmen kayu bawah, tengah dan atas.
Gambar 4.1 Sampel Pengujian Kadar Air
Pemeriksaan kadar air kayu dilakukan berdasarkan SNI 03-6850-2002. Benda uji dibuat berukuran 5cm x 5cm x 5cm masing – masing untuk untuk bagian bawah, tengah dan atas. Setelah benda uji dibuat, maka dilakukan penimbangan berat masing – masing benda uji dicatat sebagai berat awal. Untuk pengujian basah, sampel yang telah dibentuk langsung ditimbang untuk dicatat berat awalnya dan dikeringkan untuk mendapat berat keringnya. Namun untuk pengujian kering udara, sampel harus dikeringkan secara alami terlebih dahulu. Penimbangan sampel dilakukan tiap hari hingga berat sampel stabil. Ketika berat sampel stabil maka sampel telah ada pada kondisi kering udara.
Metode pengeringan yang dilakukan pada kedua jenis sampel adalah metode primer dan sekunder kering udara, yaitu sampel dikeringkan didalam oven dengan temperatur (103 ± 2)°C. Proses pengeringan berakhir bila kehilangan berat dalam pengukuran setiap 3 jam sekali adalah sama.
Dimana m adalah kadar air (%), Ba adalah berat sampel mula – mula (gr), dan Bko adalah berat sampel kering oven (gr)
4.1.4 Prosedur Pemeriksaan Berat Jenis
Pada dasarnya pemeriksaan berat jenis kayu dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan kadar air kayu. Pemeriksaan berat jenis kayu dilakukan berdasarkan SNI 03-6844-2002. Benda uji dibuat berukuran 5cm x 5cm x 5cm.
Gambar 4.2 Sampel Pengujian Berat Jenis
Berat jenis ditentukan berdasarkan berat pada saat kering oven, sedangkan volumenya didapat pada keadaan kering oven, agak basah, atau kondisi basah sesuai dengan kondisi pada saat pengujian. Setelah kadar air kayu didapat, maka berat jenis kayu dapat dihitung dengan:
G =
[
1+(mKxBa/100)xlbh]
Dimana G adalah berat jenis kayu (gr/cm2), K adalah suatu konstanta (1 untuk berat dalam gr dan volume dalam cm3), Ba adalah berat sampel mula – mula (gr), m
adalah kadar air (%), l adalah panjang sampel (cm), b adalah lebar sampel (cm), dan h adalah tinggi sampel (cm)
4.1.5 Prosedur Pengujian Kuat Tekan
Pengujian kuat tekan dilakukan dengan menggunakan peralatan mesin tekan dan dilakukan untuk mendapatkan nilai kuat tekan yang mampu diterima oleh kayu tersebut sampai batas keruntuhan.
Pengujian kuat tekan dilakukan berdasarkan SNI 03-3958-1995. Pengujian tersebut adalah pengujian kuat tekan kayu sejajar serat, dimana sampel kayu yang diambil ukuran 5cm x 5cm x 20cm, dengan arah serat sejajar arah memanjang sampel.
Sampel dimasukkan ke dalam mesin dengan sisi 5cm x 5cm menghadap ke atas dan ke bawah, sehingga bidang tahanan tekan merupakan bidang sisi 5cm x 5cm.
Kemudian dilakukan penekanan secara perlahan pada sisi atas dan bawah sampel secara bersamaan. Kecepatan penekanan yang dilakukan sekitar 1 mm/menit.
Penekanan dilakukan sampai pembacaan dial berhenti dan menunjukkan angka yang tetap, yaitu pada saat terjadi keruntuhan pada sampel.
Gambar 4.4 Pembebanan pada Pengujian Kuat Tekan
Besarnya nilai pembacaan akhir kemudian dicatat sebagai beban tekan dan merupakan nilai P. Kekuatan tekan kayu dengan arah sejajar serat dihitung dengan rumus berikut :
fc║ = A P
Dimana fc║ adalah tegangan tekan sejajar serat (kg/cm2), P adalah Beban Tekan Maksimum (Kg), dan A adalah Luas bagian yang tertekan (cm2)
4.1.6 Prosedur Pengujian Kuat Geser Langsung Baut – Kayu
Pengujian Kuat Geser Langsung Baut – Kayu dilakukan dengan menggunakan peralatan mesin tekan dan dilakukan untuk mendapatkan nilai kekuatan geser dan besaran nilai pergeseran (slip) yang dialami oleh dua elemen kayu yang digabungkan dengan alat sambung baut sampai batas keruntuhan.
Pengujian Kuat Geser Langsung Baut – Kayu dilakukan dengan mengadopsi prosedur pelaksanaan pengujian kuat tekan berdasarkan SNI 03-3958-1995. Sampel kayu yang diambil ukuran 7,5cm x 5cm x 50cm, dengan arah serat sejajar arah memanjang sampel.
Sampel dimasukkan ke dalam mesin dan kemudian dilakukan pembebanan secara bertahap sampai sampel mengalami keruntuhan. Besarnya beban yang terbaca pada saat sampel mengalami keruntuhan dan besarnya pergeseran (slip) antara dua elemen tersebut kemudian dicatat pada lembar data percobaan.
Gambar 4.6 Pembebanan pada Pengujian Geser Langsung Baut – Kayu
Nilai beban yang dicatat pada pada lembar data percobaan merupakan nilai ketahanan geser dari sistem dua buah elemen kayu yang disambung dengan baut dan dicatat sebagai nilai F (Kg). Nilai pergeseran (slip) antara dua elemen dicatat sebagai nilai ∆ (cm)
4.1.7 Prosedur Pengujian Kuat Lentur pada Penurunan Izin
Pada penguijian ini akan dikerjakan gaya transversal statis pada sampel kayu untuk mendapatkan tegangan lentur kayu yang terjadi pada saat penurunan yang diizinkan tercapai. Pengujian ini dilaksanakan berdasarkan SNI 03-3959-1995.
Sampel kayu berukuran 5cm x 5cm x 76cm dengan arah serat sejajar dengan arah memanjang sampel.
Gambar 4.7 Sampel Pengujian Kuat Lentur
Sampel diletakkan pada dua perletakan dengan jarak antar perletakan 71cm dan diberi gaya P terpusat pada tengah bentang yang secara bertahap ditambah besarnya. Pada tengah bentang pada sampel dipasang alat pengukur penurunan yang terjadi. Alat ini berupa dial yang berhubungan dengan jarum pengukur penurunan yang dapat menunjukkan pergerakan yang terjadi sampai dengan ketelitian 0,001 mm.
P
Gambar 4.8 Penempatan dial dan beban pada sampel
Beban P secara bertahap ditambah besarnya dan dicatat besarnya penurunan yang terjadi. Kecepatan penambahan beban adalah 2.5mm per menit. Besarnya beban terus ditambah sampai sampel kayu patah. Kuat lentur benda uji dihitung dengan rumus :
fb = 2
. 2
3 h bPL
Dimana fb adalah tegangan lentur yang terjadi (Kg/cm2), P adalah beban pada saat sampel patah (Kg), L adalah jarak tumpuan (71cm), b adalah lebar sampel (5cm), dan h adalah tinggi sampel (5cm)
4.1.8 Prosedur Pengujian Elastisitas
Pengujian ini dilakukan bersamaan dengan pengujian Kuat Lentur kayu. Pada pengujian ini akan dicari besarnya nilai elastisitas kayu yang mengalami lenturan.
Pengujian dilakukan berdasarkan SNI 03-3960-1995
Sampel kayu berukuran 5cm x 5cm x 76cm dengan arah serat sejajar dengan arah memanjang sampel.
Gambar 4.9 Sampel Pengujian Elastisitas
Sampel diletakkan pada dua perletakan dengan jarak antar perletakan 71cm dan diberi gaya P terpusat pada tengah bentang yang secara bertahap ditambah besarnya. Pada tengah bentang pada sampel dipasang alat pengukur penurunan yang terjadi. Alat ini berupa dial yang berhubungan dengan jarum pengukur penurunan yang dapat menunjukkan pergerakan yang terjadi sampai dengan ketelitian 0,001 mm.
P
Beban P secara bertahap ditambah besarnya dan dicatat besarnya penurunan yang terjadi. Kecepatan penambahan beban adalah 2.5mm per menit. Besarnya beban terus ditambah sampai sampel kayu patah.. Untuk setiap besar beban yang bekerja diperoleh besar penurunan (f). Dari kedua parameter ini dapat diperoleh nilai elastisitas material yaitu dengan rumus :
y = EI
L P 48
. 3
Eb =
Fb ε Dimana:
Eb = Modulus elastisitas lentur (Kg/cm2) L = Jarak tumpuan = 71cm
b = Lebar sampel = 5cm h = Tinggi sampel = 5cm y = Penurunan (cm) ε = Regangan yang terjadi
4.2 PENGUJIAN BALOK KAYU KOMPOSIT STRUKTURAL 4.2.1 Persiapan Pengujian
Balok kayu yang dipergunakan pada percobaan ini berasal dari kumpulan batang kayu yang sama dengan sampel kayu untuk percobaan di laboratorium. Balok kayu untuk pengujian balok komposit struktural di laboratorium ini diambil dari kayu yang berasal dari balok ukuran 5cm x 7,5cm x 480cm.
4.2.2 Standar Pelaksanaan Pengujian
Pengujian dan pemeriksaan yang akan dilakukan pada balok kayu komposit ukuran struktural tersebut mengacu kepada metode pengujian yang berlaku di Indonesia, yaitu pengujian berdasarkan Standard Nasional Indonesia (SNI).
Menurut Standard Nasional Indonesia (SNI), kayu yang akan diuji harus memiliki kadar air maksimum 20% sebelum dilakukan pemeriksaan lainnya. Kadar air ini biasanya merupakan kadar air kering udara dari kayu, yang didapat dengan mengeringkan kayu secara alami dengan bantuan sinar matahari, angin, dan kelembaban udara.
4.2.3 Prosedur Pengujian Balok Kayu Komposit Berukuran Struktural
Pada pengujian ini akan dikerjakan gaya transversal statis pada sampel kayu komposit yang telah diberi penghubung geser (shear connector) untuk mendapatkan lendutan yang terjadi serta besarnya beban yang dapat dipikul oleh struktur balok komposit sampai saat keruntuhannya. Pengujian ini dilaksanakan berdasarkan SNI 03-3972-1995.
Sampel kayu berukuran 7,5cm x 10cm x 220cm dengan jarak antar tumpuan 200cm. Balok kayu komposit terdiri atas 2 lapis kayu yang berukuran 7,5cm x 5cm x 220cm yang kemudian diletakkan secara bertumpuk dengan kayu yang lebih kuat berada di lapisan bawah dan kayu yang lemah berada di lapisan atas. Arah serat sejajar dengan arah memanjang sampel.
Gambar 4.11 Sampel Pengujian Balok Komposit
Sampel yang akan diuji adalah 2 buah sampel untuk 1 jenis variasi shear connector. Variasi shear connector dimaksudkan untuk mengetahui perilaku,
lendutan, serta beban runtuh untuk balok komposit yang diberi shear connector dengan jarak yang jarak sampai jarak yang rapat. Ada 4 variasi shear connector yang akan dicoba, yaitu balok dengan jarak shear connector 500 cm, 250 cm, 125 cm, dan 62,5 cm. Maka jumlah total sampel yang akan diuji adalah 8 buah sampel.
Sampel diletakkan pada dua perletakan dengan jarak antar perletakan 200cm dan diberi dua gaya P terpusat pada jarak 70cm dari masing – masing ujung yang secara bertahap ditambah besarnya. Beban P akan dinaikkan perlahan – lahan sebesar 500 Kg hingga struktur mengalami kegagalan.Pada tengah bentang dan dibawah beban terpusat sampel dipasang alat pengukur penurunan yang terjadi. Alat ini berupa dial yang berhubungan dengan jarum pengukur penurunan yang dapat menunjukkan pergerakan yang terjadi sampai dengan ketelitian 0,001 mm. Selain dipasang dial pengukur penurunan, pada balok juga dipasang kancing pengukur pertambahan panjang. Kancing tersebut dipasang pada pertengahan tinggi setiap lapisan balok, dan dipasang tepat di tengah bentang kemudian dipasang lagi di sisi kiri dan kanan
dengan jarak antar kancing 30 cm, sehingga posisi kancing yang terpasang adalah tepat di tengah bentang dan tepat dibawah beban. Fungsi kancing ini adalah untuk memberikan titik yang tetap pada balok agar pertambahan panjang balok dapat diukur. Pengukuran pertambahan panjang balok ini dilakukan dengan alat Strain Meter mekanis.
Gambar 4.12 Penempatan dial dan beban pada pengujian balok komposit
P P
KANCING DIAL KAYU LAPISAN ATAS KANCING DIAL KAYU LAPISAN BAWAH
Gambar 4.13 Penempatan kancing dial regangan
Beban P ditambah secara bertahap dengan kecepatan penambahan beban adalah 2.5mm per menit. Besarnya beban terus ditambah sampai terjadi kegagalan pada struktur. Dial pengukur penurunan akan dibaca pada setiap pertambahan beban
pertambahan panjang balok. Strain meter mekanis akan ditempatkan pada kancing yang telah dipasang setiap pertambahan beban untuk mengukur perubahan panjang yang terjadi pada setiap lapis balok. Setiap bacaan lendutan dan pertambahan panjang balok akan dicatat pada lembar percobaan di laboratorium.
BAB V
ANALISA DAN PEMBAHASAN HASIL
5.1. HASIL PENELITIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS KAYU
Karena adanya perbedaan yang cukup besar pada sifat fisis dan mekanis, antara kayu yang berasal dari batang kayu kelapa bagian bawah dan batang bagian tengah, maka pada setiap pemeriksaan hasilnya akan dibedakan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama merupakan hasil pengujian dari sampel yang berasal dari batang bagian bawah, dan kelompok kedua merupakan hasil pengujian dari sampel yang berasal dari batang bagian tengah. Pengelompokan ini dilakukan berdasarkan perbandingan antara masing – masing hasil pengujian, dan juga berdasarkan sifat – sifat yang dibandingkan secara visual, seperti; warna, serat, dan berat.
5.1.1. Hasil Pengujian Kayu pada Kondisi Basah 5.1.1.1. Pemeriksaan Kadar Air Kayu
Pemeriksaan kadar air kayu dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan berat jenis kayu. Pemeriksaan dilakukan terhadap sampel kayu sebanyak 9 (sembilan) buah yang diambil dalam kondisi basah dan secara acak, baik dari batang kayu kelapa bagian bawah, maupun dari batang kayu kelapa bagian tengah. Hasil pemeriksaan secara keseluruhan adalah :
Tabel 5.1 Hasil pemeriksaan keseluruhan kadar air kayu kondisi basah
Dari tabel hasil pengujian di atas, hasil pengujian dikelompokkan menjadi dua kelompok bahan, yaitu:
Tabel 5.2 Hasil pemeriksaan kadar air kayu kondisi basah kelompok I
Jumlah sampel kelompok I = 5 sampel
Kadar air rata – rata =
Maka didapat kadar air rata – rata dari 5 (lima) sampel kayu kondisi basah yang dikelompokkan sebagai kelompok I adalah 36,98 %
Tabel 5.3 Hasil pemeriksaan kadar air kayu kondisi basah kelompok II
Jumlah sampel kelompok II = 4 sampel Kadar air rata – rata =
Maka didapat kadar air rata – rata dari 4 (empat) sampel kayu kondisi basah yang dikelompokkan sebagai kelompok II adalah 101,25 %
Dari proses pemeriksaan untuk mendapatkan kadar air pada kayu kondisi basah, maka didapat hasil:
a. Kadar air rata – rata untuk kelompok I; 30,55 %
5.1.1.2. Pemeriksaan Berat Jenis Kayu
Pemeriksaan kadar air kayu dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan berat jenis kayu. Pemeriksaan dilakukan terhadap sampel kayu sebanyak 9 (sembilan) buah yang diambil dalam kondisi basah dan secara acak, baik dari batang kayu kelapa bagian bawah, maupun dari batang kayu kelapa bagian tengah. Hasil pemeriksaan secara keseluruhan adalah :
Tabel 5.4 Hasil pemeriksaan keseluruhan berat jenis kayu kondisi basah Dari tabel hasil pengujian di atas, hasil pengujian dikelompokkan menjadi dua kelompok bahan, yaitu:
Tabel 5.5 Hasil pemeriksaan berat jenis kayu kondisi basah kelompok I
Jumlah sampel kelompok I = 5 sampel Rata – rata sampel =
Maka didapat berat jenis dari 5 (lima) sampel kayu kondisi basah yang dikelompokkan sebagai kelompok I adalah 0,66 gr/cm3
Tabel 5.6 Hasil pemeriksaan berat jenis kayu kondisi basah kelompok II
Jumlah sampel kelompok II = 4 sampel Rata – rata sampel =
4 67 , 1
= 0,42 gr/cm3 Standar deviasi = 0,05
Berat jenis = 0,42 - 2,33 x 0,04
= 0,30 gr/cm3
Maka didapat berat jenis rata – rata dari 4 (empat) sampel kayu kondisi basah yang dikelompokkan sebagai kelompok II adalah 0,30 gr/cm3
Dari proses pemeriksaan untuk mendapatkan berat jenis pada kayu kondisi basah, maka didapat hasil:
a. Berat jenis rata – rata untuk kelompok I; 0,66 gr/cm3 b. Berat jenis rata – rata untuk kelompok II; 0,30 gr/cm3 5.1.1.3. Pengujian Kuat Tekan Sejajar Serat Kayu
Pemeriksaan dilakukan terhadap sampel kayu sebanyak 10 (sepuluh) buah yang diambil dalam kondisi basah dan secara acak, baik dari batang kayu kelapa bagian bawah, maupun dari batang kayu kelapa bagian tengah. Hasil pemeriksaan secara keseluruhan adalah :
Tabel 5.7 Hasil pemeriksaan keseluruhan kuat tekan sejajar serat kayu kondisi basah Dari tabel hasil pengujian di atas, hasil pengujian dikelompokkan menjadi dua kelompok bahan, yaitu:
Tabel 5.8 Hasil pemeriksaan kuat tekan sejajar serat kayu kondisi basah kelompok I UKURAN
Rata – rata sampel = Standar deviasi = 29,09
Kuat Tekan = 445,35 - 2,33 x 29,09
= 377,57 Kg/cm2
Maka didapat kuat tekan dari 6 (enam) sampel kayu kondisi basah yang dikelompokkan sebagai kelompok I adalah 377,57 Kg/cm2
Tabel 5.9 Hasil pemeriksaan kuat tekan sejajar serat kayu kelompok II
Jumlah sampel kelompok II = 4 sampel Rata – rata sampel =
Maka didapat kuat tekan dari 4 (empat) sampel kayu kondisi basah yang dikelompokkan sebagai kelompok II adalah 134,85 Kg/cm2
Dari proses pemeriksaan untuk mendapatkan kuat tekan pada kayu kondisi basah, maka didapat hasil:
a. Kuat tekan untuk kelompok I; 377,57 Kg/cm2 b. Kuat tekan untuk kelompok II; 134,85 Kg/cm2 5.1.1.4. Pengujian Elastisitas dan Kuat Lentur Kayu
Pemeriksaan Elatisitas kayu dilakukan bersamaan dengan pengujian kuat lentur kayu dengan benda uji yang sama. Hal ini dilakukan karena parameter pengujian dan hasil pengujian keduanya saling berhubungan. Pemeriksaan dilakukan terhadap sampel kayu sebanyak 10 (sepuluh) buah yang diambil dalam kedaan basah dan secara acak, baik dari batang kayu kelapa bagian bawah, maupun dari batang kayu kelapa bagian tengah. Pencatatan hasil penurunan dilakukan pada setiap selang kenaikan beban yang sama. Pembebanan diberikan melalui jack hydraulic yang dipompa dengan kecepatan yang konstan. Penambahan beban dan pencatatan penurunan terus dilakukan sampai balok uji mengalami keruntuhan. Hasil pencatatan kemudian akan dimasukkan dalam lembar data dan kemudian digambarkan grafik hubungannya. Hasil pemeriksaan penurunan untuk sampel kayu dengan kondisi basah secara keseluruhan adalah:
Sampel I.1bSampel I.2bSampel II.1bSampel II.2bSampel III.1bSampel III.2bSampel V.1bSampel V.2bSampel VI.1bSampel VI.2b 0,0000,00000,00000,00000,00000,00000,00000,00000,00000,00000,0000 332,2570,25200,26800,88000,88001,48001,22100,48000,41400,36500,4740 498,3860,51000,48001,95001,95001,95002,10200,71600,61300,57300,6910 664,5150,78600,69402,20002,48000,99000,82200,80200,9240 830,6441,16000,91901,49801,08801,05001,1980 996,7721,47801,16801,74301,34101,7620 1.162,9011,90501,47601,9790 1.329,0302,60002,1800
Penurunan ( x 0,001 cm)
Tabel 5.10 Hasil Pemeriksaan Elastisitas Lentur Kayu Kondisi Basah Beban (Kg)
Grafik lendutan vs beban, tegangan vs regangan, dan grafik regresi tegangan vs regangan dari masing – masing sampel selengkapnya dapat dilihat pada lembar data pengujian elastisitas lentur kayu pada lampiran. Rangkuman data – data tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 5.11 Hasil pemeriksaan elastisitas lentur kayu kondisi basah keseluruhan
PERSAMAAN
Dari tabel hasil pengujian di atas, hasil pengujian dikelompokkan menjadi dua kelompok bahan, yaitu:
Tabel 5.12 Hasil pemeriksaan elastisitas lentur kayu kondisi basah kelompok I
PERSAMAAN
Rata – rata sampel = 6
78 , 554 . 752
= 125425,80 Standar deviasi = 23174,62
Elastisitas lentur = 125425,80 - 2,33 x 23174,62
= 71428,94 Kg/cm2
Maka didapat elastisitas lentur kayu dari 6 (enam) sampel kayu kondisi basah yang dikelompokkan sebagai kelompok I adalah 71428,94 Kg/cm2
Untuk perhitungan Kuat lentur izin kayu, dilakukan berdasarkan perhitungan tegangan terkoreksi (sumbu Y) pada tabel perhitungan elastisitas kayu.
Rata – rata sampel = 6
77 , 813 . 5
= 968,96 Standar deviasi = 225,5
Elastisitas lentur = 968,96 - 2,33 x 225,5
= 439,55 Kg/cm2
Kuat lentur kayu yang dipergunakan dari 6 (enam) sampel kayu kondisi basah yang dikelompokkan sebagai kelompok I adalah 439,55 Kg/cm2
Tabel 5.13 Hasil pemeriksaan elastisitas lentur kayu kelompok II
Jumlah sampel kelompok II = 4 sampel Rata – rata sampel = Standar deviasi = 1663,79
Elastisitas lentur = 34835,04 - 2,33 x 1663,79
= 30958,41 Kg/cm2
Maka didapat elastisitas lentur kayu dari 4 (empat) sampel kayu kondisi basah yang dikelompokkan sebagai kelompok II, adalah 30958,41 Kg/cm2
Untuk perhitungan Kuat lentur izin kayu, dilakukan berdasarkan perhitungan tegangan terkoreksi (sumbu Y) pada tabel perhitungan elastisitas kayu.
Rata – rata sampel = Standar deviasi = 70,97
Kuat lentur kayu yang dipergunakan dari 4 (empat) sampel kayu kondisi basah yang dikelompokkan sebagai kelompok II adalah 297,26 Kg/cm2
Dari proses pemeriksaan untuk mendapatkan elastisitas lentur dan kuat lentur pada kayu dengan kondisi basah, maka didapat hasil:
a. Elastisitas lentur untuk kelompok I; 71428,94 Kg/cm2 b. Elastisitas lentur untuk kelompok II; 30958,41 Kg/cm2 c. Kuat lentur untuk kelompok I; 439,55 Kg/cm2
d. Kuat lentur untuk kelompok II; 297,26 Kg/cm2
5.1.2. Hasil Pengujian Kayu pada Kondisi Kering Udara 5.1.2.1. Pemeriksaan Kadar Air Kayu
Pemeriksaan dilakukan terhadap sampel kayu sebanyak 19 (sembilan belas) buah yang diambil dalam kondisi kering udara dan secara acak, baik dari batang kayu kelapa bagian bawah, maupun dari batang kayu kelapa bagian tengah. Hasil pemeriksaan secara keseluruhan adalah :
Tabel 5.14 Hasil pemeriksaan keseluruhan kadar air kayu kondisi kering udara
NO. NO.
Dari tabel hasil pengujian di atas, hasil pengujian dikelompokkan menjadi dua kelompok bahan, yaitu:
Tabel 5.15 Hasil pemeriksaan kadar air kayu kondisi kering udara kelompok I
NO. NO.
Jumlah sampel kelompok I = 12 sampel Kadar air rata – rata =
Maka didapat kadar air rata – rata dari 12 (dua belas) sampel kayu kondisi kering udara yang dikelompokkan sebagai kelompok I adalah 14,48 %
Tabel 5.16 Hasil pemeriksaan kadar air kayu kondisi kering udara kelompok II
Jumlah sampel kelompok II = 7 sampel Kadar air rata – rata =
Maka didapat kadar air rata – rata dari 7 (tujuh) sampel kayu kondisi kering udara yang dikelompokkan sebagai kelompok II adalah 9,58 %
Dari proses pemeriksaan untuk mendapatkan kadar air pada kayu, maka didapat hasil:
a. Kadar air rata – rata untuk kelompok I; 14,48%
b. Kadar air rata – rata untuk kelompok II; 9,58%
5.1.2.2. Pemeriksaan Berat Jenis Kayu
5.1.2.2. Pemeriksaan Berat Jenis Kayu