TINJAUAN PUSTAKA
6. Kemampuan Kerja Fisik
3.2.4. Aplikasi Data Antropometri Dalam Desain
Setiap desain produk, baik produk yang sederhana tnaupun produk yang sangat kompleks, harus berpedoman kepada antropometri pemakainya. Dalam kaitannya dengan antropometri, Annis & McConvile (1996) membagi aplikasi ergonomi dalam 2 devisi utama, yaitu :
2. Ergonomi berhadapan dengan karakteristik produk pabrik yang berhubungan dengan konsumen atau pemakai produk.
Dalam menentukan ukuran stasiun kerja, alat kerja dan produk pendukung lainnya, data antropometri tenaga kerja memegang peranan penting. Menurut Sutartman
6
(1972) bahwa mengetahui ukuran antropometri tenaga kerja akan dapat dibuat suatu desain alat-alat kerja yang sepadan bagi tenaga kerja yang akan menggunakan, dengan harapan dapat menciptakan kenyamanan, kesehatan, keselamatan dan estetika kerja.
Lebih lanjut MacLeod (1995) menjelaskan bahwa faktor manusia harus selalu diperhitungkan dalam setiap desain produk dan stasiun kerja. Hal tersebut didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
1. Manusia adalah berbeda satu sama lainnya. Setiap manusia mempunyai bentuk dan ukuran tubuh yang berbeda-beda seperti tinggi-pendek, tua-muda, kurus- gemuk, normal-cacat, dan sebagainya. Tetapi kita sering hanya mengatur atau mendesain stasiun kerja dengan satu ukuran untuk semua orang. Sehingga hanya orang dengan ukuran tubuh tertentu yang sesuai atau tepat menggunakannya. Contoh 1 : Orangtua mungkin tidak sekuat dan sesehat, secerdas dan setajam
orang yang lebih muda. Kita sadar bahwa orangtua mempunyai banyak pengalaman dan kemampuan, tetapi kita jarang memperhitungkan mereka saat mendesain alat atau stasiun kerja, sehingga mereka tidak dapat bekerja secara optimal.
Contoh 2 : Tinggi meja kerja yang didesain hanya berdasarkan rata-rata tinggi tenaga kerja, maka orang yang pendek akan selalu mengangkat bahu dan leher, sedangkan orang yang tinggi akan membungkukkan punggung waktu kerja pada ketinggian meja yang sama.
2. Manusia mempunyai keterbatasan. Manusia sering mempunyai keterbatasan baik fisik maupun mental.
Contoh 1 : Keterbatasan fisik: Letak tombol-tombol operasional dan kontrol panel pada mesin yang didesain berdasarkan ukuran panjang jangkauan orang tertinggi (seperti orang Eropa dan Amerika), maka orang yang lebih pendek (seperti orang Asia termasuk Indonesia) tidak dapat menjangkau kontrol panel tersebut dengan alamiah, sehingga menyebabkan sikap paksa dan mungkin dapat menyebabkan kesalahan operasi.
Contoh 2 : Keterbatasan mental: Kemampuan manusia dalam proses informasi juga sering mengalami pembebanan berlebih sehingga kesalahan dan keputusan yang tidak benar sering terjadi saat keterbatasan manusia terlampaui.
3. Manusia selalu mempunyai harapan tertentu dan prediksi terhadap apa yang ada di sekitarnya. Dalam kehidupan sehari-hari kita sudah terbiasa dengan kondisi seperti warna merah berarti larangan atau berhenti, warna hijau berarti aman atau jalan, sakelar lampu kebawah berarti hidup, dan sebagainya. Kondisi tersebut menimbulkan harapan dan prediksi kita bahwa kondisi tersebut juga berlaku di mana saja. Maka respon yang bersifat harapan dan prediksi tersebut harus selalu dipertimbangkan dalam setiap desain alat dan stasiun kerja untuk menghindarkan terjadinya kesalahan dan kebingungan pekerja atau pengguna produk.
Dengan demikian maka dalam setiap desain peralatan dan stasiun kerja, keterbatasan manusia harus selalu diperhitungkan, disamping kemampuan dan kebolehannya. Agar rancanagn suatu produk nantinya bisa sesuai dengan ukuran tubuh
manusian yang akan mengoperasikannya maka prinsip-prinsip apa yang harus diambil dalam aplikasi data antropometri tersebur harus ditetapkan terlebih dahulu seperti diuraikan berikut :
1. Prinsip perancangan produk bagi individu dengan ukuran ekstrim
Disini rancangan produk dibuat agar memenuhi 2 sasaran produk, yaitu :
• Bisa sesuai untuk ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim dalam arti terlalu besar atau terlalu kecil bila dibandingkan dengan rata- ratanya.
• Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas dari populasi yang ada)
Agar bisa memenuhi sasaran pokok tersebut maka ukuran yang diaplikasikan diterapkan dengan cara :
• Untuk dimensi minimum yang harus ditetapkan dari suatu rancangan produk umumnya didasarkan pada nilai persentil yang terbesar seperti 90-th, 95-th atau 99-th persentil. Contoh konkrit pada kasus ini bisa dilihat pada penetapan ukuran minimal dari lebar dan tinggi dari pintu darurat, dan lain-lain.
• Untuk dimensi minimum yang harus ditetapkan diambil berdasarkan nilai persentil yang paling rendah (1-th, 5-th, 10-th persentil) dari distribusi data antropometri yang ada. Hal ini diterapkan, sebagai contoh, dalam penetapan jarak jangkau dari suatu mekanisme kontrol yang harus dioperasikan oleh seorang pekerja.
Secara umum aplikasi data antropometri untuk perancangan produk ataupun fasilitas kerja akan menetapkan nilai 5-th persentil untuk dimensi maksimum dan 95-th persentil untuk dimensi minimumnya.
2. Prinsip perancangan produk yang bisa dioperasikan diantara rentang ukuran tertentu.
Disini rancangan bisa diubah-ubah ukurannya sehingga cukup fleksibel dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran tubuh. Contoh yang paling umum dijumpai adalah perancangan kursi mobil yang mana dalam hal ini letaknya bisa digeser maju/mundur dan sudut sandarannyapun bisa diubah-ubah sesuai dengan yang diinginkan. Dalam kaitannya untuk mendapatkan rancangan yang fleksibel semacam ini maka data antropometri yang umum diaplikasikan adalah dalam rentang 5-th sampai 95-th persentil. 3. Prinsip perancangan produk dengan ukuran rata-rata
Dalam hal ini rancangan produk didasarkan terhadap rata-rata ukuran manusia. Problem pokok yang dihadapi dalam hal ini justru sedikit sekali bagi mereka yang berada dalam ukuran rata-rata. Disini produk dirancang dan dibuat untuk mereka yang memiliki ukuran rata-rata, sedangkan bagi mereka yang memiliki ukuran ekstrim akan dibuatkan rancangan tersendiri.
Berkaitan dengan aplikasi data antropometri yang diperlukan dalam proses perancangan produk ataupun fasilitas kerja, maka ada beberapa saran/rekomendasi yang bisa diberikan sesuai dengan langkah-langkah berikut :
• Pertama kali terlebih dahulu harus ditetapkan anggota tubuh yang mana yang nantinya akan difungsikan untuk mengoperasikan rancangan tersebut.
• Tentukan dimensi tubuh yang penting dalam proses perancangan tersebut, dalam hal ini juga perlu diperhatikan apakah harus menggunakan data structural body
dimension atau functional body dimension.
• Selanjutnya tentukan populasi terbesar yang harus diantisipasi, diakomodasikan dan menjadi target utama pemakai rancangan produk tersebut. Hal ini lazim dikenal sebagai "markat segmentation", seperti contoh mainan untuk anak-anak, peralatan rumah tangga untuk wanita dan sebagainya.
• Tetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti semisal apakah rancangan tersebut untuk ukuran individual yang ekstrim, rentang ukuran yang fleksibel
(adjustable) ataukah ukuran rata-rata
• Pilih persentase populasi yang harus diikuti : 90-th, 95-th, 99-th ataukah nilai persentil yang lain yang dikehendaki.
• Untuk setiap dimensi tubuh yang telah diidentifikasikan selanjutnya pilih/tetapkan nilai ukurannya dari tabel data antropometri yang sesuai. Aplikasikan data tersebut dan tambahkan faktor kelonggaran (allowance) bila diperlukan seperti halnya tambahan ukuran akibat faktor tebalnya pakaian yang harus dikenakan operator, pemakaian sarung tangan (gloves) dan sebagainya.7 Namun demikian dalam pengumpulan data antropometri yang akan digunakan dalam mendesain suatu produk harus memperhitungkan variabilitas populasi pemakai seperti variabilitas ukuran tubuh secara umum, variasi jenis kelamin, variasi umur dan variasi ras atau etnik.
7
Wignjosoebroto, Sritomo. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu.Jakarta : Penerbit Guna Widya, Edisi Pertama. Cetakan keempat 2008
Disamping pertimbangan variabilitas populasi, ternyata ukuran tubuh manusia dari waktu ke waktu terus mengalami perkembangan. Faktor yang mempengaruhi antara lain perbaikan tingkat kemakmuran yang menyebabkan peningkatan status gizi masyarakat. Tawarka (1995) dalam penelitian tentang perkembangan antropometri tenaga kerja di Bali (n = 630 orang) melaporkan bahwa terdapat perbedaan ukuran tubuh yang signifikan antara tahun 90-an dengan tahun 70-an. Sebagai ilustrasi bahwa antara kedua dekade tersebut ternyata rata-rata tinggi badan telah mengalami sebesar ± 2,46 cm, tinggi siku sebesar ± 4,88 cm, lebar bahu sebesar ± 6,25 cm. Sedangkan untuk lebar pinggul ternyata lebih kecil sebesar ± 2,41 cm, kemungkinan besar disebabkan karena adanya kecenderungan untuk melangsingkan tubuh sehingga pinggul menjadi lebih ramping. Untuk ukuran tinggi siku duduk lebih rendah sebesar ± 1,59 cm, kemungkinan disebabkan karena ukuran lengan atas bertambah sehingga menyebabkan ketinggian siku semakin rendah.