• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi dan Game Developer

Developer mendapatkan

pendanaan yang bersumber

dari modal ventura

Aplikasi dan Game Developer

Subsektor Aplikasi dan Game Developer merupakan gabungan dari dua subsektor yang berbeda sebelumn- ya, yaitu subsektor Permainan Interaktif dan subsektor Layanan Komputer dan Piranti Lunak. Kedua subsektor ini

digabungkan berdasarkan klasiikasi terbaru yang dikem- bangkan pada tahun 2015 (KBLI 2015).

Aplikasi dideinisikan sebagai bagian dari perangkat lunak (software) yang menggunakan sistem komputer (hard- ware) untuk melakukan pekerjaan atau memberikan fungsi hiburan di luar operasi dasar komputer itu sendiri. Aplika- si diciptakan untuk membantu pengguna melaksanakan suatu tujuan atau memecahkan masalah yang dihadapi, dan ditujukan baik untuk umum maupun untuk pengguna khusus sesuai dengan kebutuhan dan permintaan.

Sementara game developer dideinisikan sebagai “suatu

media atau aktivitas yang memungkinkan tindakan ber- main berumpan balik dan memiliki karakteristik setidakn- ya berupa tujuan dan aturan” (Kemenparekraf, 2015).

Go-Jek kerap disebut-sebut sebagai salah satu “startup unicorn” Indonesia kare- na berhasil menjadi perusahaan startup pertama Indonesia bernilai 1 miliar dolar

AS atau sekitar Rp 13 triliun di Asia Teng- gara, selain Grab dari Malaysia. Penyedia layanan transportasi berbasis daring ini memulai sepak terjangnya pada tahun 2010, ketika layanannya masih berbentuk

ofline. Hanya dalam waktu lima tahun,

Go-Jek mampu mengembangkan sayapnya menjadi one-stop service dengan 11 variasi layanan jasa dalam aplikasinya, termasuk Go-Pay (sistem pembayaran), Go-Food (antaran makanan), Go-Send (pengiriman barang), dan Go-Car. Jumlah nilai tambah yang dihasilkannya juga tidak main-main: pada bulan Mei 2017, Go-Jek kembali mendapat suntikan dana segar sebesar 1,2

miliar dolar AS yang diikuti oleh raksasa

internet dari Tiongkok, Tencent, setelah sebelumnya sukses mendapatkan investasi

sebesar 550 juta dolar AS atau setara 7,2 triliun rupiah pada 4 Agustus 2016. Kini,

Go-Jek tengah berfokus untuk memperlu- as bisnisnya ke mancanegara, tepatnya di

54

Penerbitan

Dalam laporan ini, subsektor Penerbitan dideinisikan

sebagai: “suatu usaha atau kegiatan mengelola informasi dan daya imajinasi untuk membuat konten kreatif yang memiliki keunikan tertentu, dituang- kan dalam bentuk tulisan, gambar dan/atau audio ataupun kombinasinya, diproduksi untuk dikonsumsi publik, melalui media cetak, media digital, ataupun media daring, untuk mendapatkan nilai ekonomi, so- sial ataupun seni dan budaya yang lebih tinggi” (Ke-

menparekraf, 2015). Dari deinisi penerbitan tersebut

dapat disimpulkan bahwa sebuah produk penerbitan berarti memiliki minimal satu dari 5 (lima) kriteria yang menginformasikan kekhususan penerbitan yaitu: konten kreatif; keunikan; diproduksi untuk konsumsi publik; media; dan nilai.

Yang dimaksud dengan konten kreatif adalah informa- si yang dikelola melalui proses kreativitas. Sedangkan yang dimaksud dengan keunikan adalah sebuah karya penerbitan memiliki kekhususan atau keistimewaan, atau berbeda dari yang lain. Diproduksi untuk kon- sumsi publik artinya bahwa sebuah karya penerbitan adalah karya kreatif yang langsung memenuhi keper- luan hidup masyarakat. Sebuah produk penerbitan mempunyai fungsi sebagai media yang berarti bahwa produk penerbitan adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi baik berupa cetakan dan digital. Karya penerbitan disebut mempunyai nilai jika produk

tersebut dapat menghasilkan: keuntungan inansial,

penghargaan yang diberikan oleh masyarakat, konten kreatif yang mengandung aspek kebudayaan.

BPS dan BEKRAF telah mengidentiikasi lapangan us- aha yang masuk dalam penerbitan, yang termasuk pe- nerbitan, percetakan, penerbitan koran, dan majalah.

Berdasarkan deinisi tersebut, BPS telah melakukan

pendataan terhadap beberapa indikator ekonomi sek- tor ini: nilai tambah, tenaga kerja dan perdagangan internasional. Kontribusi langsung sektor penerbitan terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia (PDB) di tahun 2015 adalah sebesar sekitar 53,6 triliun rupiah. Berdasarkan data yang dirangkum, terkuak industri penerbitan memberikan kontribusi 6 persen terhadap total produk domestik bruto industri kreatif pada ta- hun 2015 dengan rata-rata pertumbuhan nilai tambah bruto sebesar 2,5 persen untuk periode 2010-2015.

Frankfurt Book Fair

Indonesia kembali menjadi tamu kehormatan di Frankfurt Book Fair (FBF) 2016 yang diseleng- garakan pada 18-23 Oktober 2016 lalu di Frankfurt, Jerman. Presiden Frankfurt Book Fair, Jurgen Boss, mengundang perwakilan dari Indonesia secara khusus dikarenakan prestasi Indonesia yang dinilai sangat bagus setahun pasca-FBF 2015, yang tidak hanya berhasil menduniakan karya-karya literatur dari Indonesia, namun juga berhasil mendulang penjualan hak ciptanya. BEKRAF melalui Deputi Pemasaran beserta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dan Komite Buku Nasional menjadi perwakilan utama Indonesia pada ajang pameran buku internasional ini.

OPUS - BEKRAF OUTLOOK 2017

55

Konsumsi Rumah Tangga Industri Penerbitan Tahun 2013

Penjualan Buku Berdasarkan Jenisnya Tahun 2014

Jika dilihat dari konsumsi rumah tangga terhadap produksi industri kreatif, kontribusi industri penerbitan adalah sebesar 4,17% atau sekitar US$ 36 juta di tahun 2013. Nilai rata-rata pertumbuhan konsumsi rumah tangga industri penerbitan dalam kurun waktu tahun 2010-2013 adalah sebesar 6,07%, masih di bawah sedangkan untuk periode 2011-2013, masih di bawah nilai rata-rata pertumbuhan konsumsi rumah tangga industri kreatif dan Indonesia secara

keseluruhan yang sebesar 10,5% dan 11,15% (IKAPI, 2015).

Dari sisi jumlah penerbit, berdasarkan data IKAPI jumlah penerbit anggota IKAPI

meningkat dari 1.158 di tahun 2011 menjadi 1.328 di tahun 2015 (Juni). Mayo- ritas penerbit tersebut terdapat di Pulau Jawa, di mana sekitar 90% penerbit berlokasi di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, jawa Tengah dan Yogyakarta.

Berdasarkan data IKAPI, jumlah buku yang terjual di toko buku pada tahun 2014 adalah sebanyak 62,656 juta eksemplar. Angka ini lebih rendah dibandingkan

jumlah penjualan di tahun 2013 yang mencapai 69,766 juta eksemplar atau menurun 11,348%. Secara nominal, nilai total penjualan buku di toko buku men-

capai sekitar Rp8,5 triliun. Angka ini meningkat 16,1% dari penjualan tahun 2013

yang mencapai sekitar Rp7,3 triliun.

Kontribusi Subsektor

Dokumen terkait