• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi Kecerdasan Majemuk dalam Pembelajaran

Dalam dokumen PPD 05 PPD 05 | Berbagi itu Indah (Halaman 43-53)

Teori kecerdasan majemuk memiliki implikasi bagi guru dalam pembelajaran. Teori tersebut mengatakan bahwa kedelapan kecerdasan tersebut diperlukan agar individu berfungsi secara produktif dalam masyarakat. Oleh karena

kehidupan. Hal ini berbeda dari sistem pendidikan tradisional yang menempatkan pentingnya pengembangan dan penggunaan kecerdasan linguistik dan matematis. Dengan demikian, teori kecerdasan majemuk mempunyai implikasi bahwa guru hendaknya menyadari dan mengajar dalam perspektif kemampuan siswa yang lebih luas dari kegiatan pembelajaran selama ini (Brualdi, 1999).

Kecerdasan majemuk dapat diaplikasikan dengan berbagi cara dan pada berbagai aspek dalam kegiatan pembelajaran. Beberapa aplikasi kecerdasan majemuk yang akan dikemukakan berkaitan dengan perencanaan pembelajaran, pengembangan strategi pembelajaran, dan pengembangan penilaian.

1. Perencanaan Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk

Perencanaan pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk adalah kegiatan perancangan pembelajaran dengan memperhatikan dan menggunakan kedelapan jenis kecerdasan yang dikemukakan Gardner. Untuk merancang pembelajaran yang memuat kecerdasan majemuk dapat mengikuti tahap-tahap (Amstrong, 1994) sebagai berikut:

a. Penetapan suatu sasaran belajar atau topik yang spesifik

Sasaran belajar atau topik yang menjadi pusat kegiatan belajar hendaknya ditetapkan secara jelas dan spesifik.

b. Pengajuan pertanyaan-pertanyaan pokok berkaitan dengan kecerdasan majemukBerdasarkan topik yang telah ditetapkan kemudian guru membuat pertanyaan-pertanyaan pengarah yang dapat memasukkan kedelapan jenis kecerdasan untuk mengkaji topik tersebut.

c. Pembuatan pertimbangan berbagai kemungkinan

Guru mempelajari teknik dan materi belajar yang paling layak digunakan untuk mengkaji topik dari berbagai jenis kecerdasan siswa serta mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan lainnya yang mungkin layak bagi efektivitas kegiatan pembelajaran.

d. Curah Pendapat

Guru mulai mendaftar strategi belajar-mengajar apa saja yang cocok untuk setiap kecerdasan dalam rangka mempelajari topik yang telah ditetapkan. Untuk meningkatkan hasil curah pendapat ini akan lebih baik bila bercurah pendapat dengan kolega sehingga guru dapat terstimulasi pemikiran kolega tersebut.

e. Pemilihan aktivitas yang layak

Berdasarkan hasil curah pendapat tentang strategi pembelajaran sebelumnya kemudian diplih strategi yang paling efektif bagi pencapain tujuan pembelajaran.

f. Penetapan rencana pembelajaran

Berdasarkan strategi pembelajaran yang dipilih di atas kemudian tetapkan rencana pembelajaran di sekitar topik atau sasaran belajar yang telah dipilih. g. Implementasi rencana pembelajaran

Rencana pembelajaran tersebut dilaksanakan dan dimodifikasi sesuai dengan keperluan untuk mengakomodasi perubahan yang terjadi selama pelaksanaan pembelajaran.

2. Pengembangan Strategi Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk

Teori kecerdasan majemuk memberikan kesempatan bagi berbagai strategi pembelajaran yang dapat dengan mudah diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam banyak hal, strategi tersebut adalah strategi-strategi yang telah digunakan selama ini oleh guru-guru yang baik. Dalam beberapa hal lain, teori kecerdasan majemuk memberikan kesempatan kepada para guru mengembangkan strategi pembelajaran yang relatif baru dalam kegiatan pembelajaran. Di antara beberapa strategi pembelajaran pokok untuk setiap kecerdasan adalah sebagai berikut.

Strategi pembelajaran bagi kecerdasan verbal-linguistik antara lain bercerita, curah pendapat, perekaman, penulisan jurnal, dan penerbitan. Strategi pembelajarn

Sokrates, Heuristik, dan berpikir ilmiah. Strategi pembelajaran bagi kecerdasan visual-spasial adalah visualisasi, isyarat warna, metapora, sketsa ide, dan symbol grafis. Strategi pembelajaran untuk kecerdasan kinestetik adalah jawaban dengan menggunakan isyarat tubuh, teater kelas, konsep-konsep kinestetik, manipulasi objek, dan peta tubuh. Strategi pembelajaran untuk inteligensi musik adalah irama dan lagu, diskografis, musik supermemori, konsep-konsep musik, dan musik layak suasana (Amstrong, 1994).

Adapun strategi pembelajaran untuk kecerdasan antarpribadi adalah berbagi dengan sebaya, simulasi, kelompok kooperatif, dan tutorial silang usia. Strategi pembelajaran untuk kecerdasan intrapribadi dalah kegiatan satu menit refleksi, koneksi pribadi, pilihan waktu, saat-saat ekspresi emosi dan belajar mandiri. Adapun beberapa strategi pembelajaran bagi kecerdasan naturalis adalah observasi, klasifikasi dan organisasi, komparasi, pajan tumbuhan dan binatang, dan wisata alam (Amstrong, 1994; Hoerr, 1999).

3. Pengembangan penilaian berbasis kecerdasan majemuk

Pembelajaran berbasis kecercadasan majemuk adalah kegiatan pembelajaran yang memberikan kesempatan bagi setiap siswa mengembangkan semua jenis kecerdasannya berdasarkan kelemahan dan kekuatannya. Cara belajar siswa beragam bergantung pada kekuatan dan kelemahan masing-masing. Karena itu menilai kemajuan belajar siswa dengan cara yang sama untuk setiap siswa tidak akan mencerminkan kekuatan dan kelemahan siswa secara tepat.

Untuk itu diperlukan cara menilai kemajuan belajar yang cocok dengan cara belajar setiap siswa. Karena itu teknik penilaian otentik adalah teknik yang tepat untuk mengetahui kemajuan belajar siswa dalam konteks ini. Teknik ini lebih menekankan pada penilaian yang disesuaikan dengan kondisi siswa. Dalam hal ini teknik tersebut memberikan kesempatan siswa untuk menunjukkan performansi

belajar mereka sesuai dengan cara mereka sendiri dengan menggunakan kecerdasan yang berbeda-beda. Beberapa teknik penilaian otentik tersebut antara lain portofolio, proyek mandiri, jurnal siswa, penyelesaian tugas kreatif, catatan anekdot, observasi, dan wawancara (Gardner, 1993; Amstrong, 1994).

RANGKUMAN

Kecerdasan adalah kemampuan memecahkan masalah dan membuat suatu produk yang bermanfaat bagi kehidupan (Amstrong, 1994; McGrath & Noble, 1996). Kebanyakan orang mengenalnya sebagai prediksi kesuksesan di sekolah—bakat bersekolah. Sementara kecerdasan sejati mencakup berbagai keterampilan yang lebih luas pada semua segi kehidupan—kecerdasan majemuk/ganda. Kecerdasan majemuk adalah teori kecerdasan yang dikembangkan Howard Gardner 18 tahun silam yang mengemukakan bahwa paling tidak ada delapan jenis kecerdasan, yaitu kecerdasan verbal-linguistik, logis-matematis, visual-spasial, kinestetik, musik, intrapribadi, antarpribadi, dan naturalis. Sementara kecerdasan sejati mencakup berbagai keterampilan yang lebih luas pada semua segi kehidupan—kecerdasan majemuk. Kecerdasan majemuk adalah teori kecerdasan yang dikembangkan Howard Gardner 18 tahun silam yang mengemukakan bahwa paling tidak ada delapan jenis kecerdasan, yaitu kecerdasan verbal-linguistik, logis-matematis, visual-spasial, kinestetik, musik, intrapribadi, antarpribadi, dan naturalis.

Prinsip-prinsip kecerdasan mejemuk sebagaimana dikemukakan oleh Amstrong (1994) adalah sebagai berikut:

1. Setiap individu memiliki semua jenis kecerdasan

Teori kecerdasan majemuk mengemukakan bahwa setiap individu memiliki kemampuan dari kedelapan inteligensi. Kedelapan kecerdasan tersebut berfungsi secara bersama-sama pada setiap orang secara unik.

2. Kebanyakan individu dapat mengembangkan setiap jenis kecerdasan pada tingkat kemampuan yang memadai. Howard Gardner meyakini bahwa setiap orang memiliki kemampuan mengembangkan semua jenis kecerdasannya pada

tingkat yang memadai jika diberikan dorongan, pengayaan, dan pembelajaran yang layak.

3. Setiap kecerdasan biasanya bekerja bersama secara kompleks

Dalam kehidupan tidak ada kecerdasan yang berdiri sendiri, kecuali pada kasus tertentu yang sangat langka. Dalam berfungsinya, kecerdasan berinteraksi antara satu kecerdasan dengan kecerdasan yang lain dalam kehidupan individu.

4. Ada berbagai macam cara untuk menjadi cerdas dalam setiap kategori

kecerdasan. Tidak ada satu standar karakteristik yang harus digunakan sebagai kriteria untuk menentukan kecerdasan dalam satu bidang tertentu. Bisa saja seseorang tidak bisa membaca, namun sangat cerdas dari segi kemampuan kebahasaan karena ia mampu menceritakan suatu kisah yang menakjubkan atau karena ia memiliki kosa kata yang sangat banyak.

Kesulitan belajar sebagaimana ditunjukkan adanya gejala ketidakmampuan belajar mencakup segala sesuatu dari kesulitan dalam membaca dan menulis, hingga kekacauan, kecanggungan, sulit bergaul, dan bahkan depresi. Penyebab ketidak-mampuan belajar itu berbeda-beda di antaranya: faktor keturunan, trauma sebelum kelahiran atau selama kelahiran, dan kesulitan perkembangan selama masa kanak-kanak. Individu yang mengalami ketidakmampuan belajar spesifik seringkali memiliki masalah belajar yang terbatas hanya beberapa tugas atau keterampilan tertentu. Seseorang siswa mungkin dapat membaca tetapi tidak mampu menulis. Yang lain mampu menulis dengan baik tetapi menghadapi kesulitan berhitung. Yang lain lagi mungkin mahir dalam sebagian besar mata pelajaran sekolah tetapi menghadapi kesulitan untuk mengenali wajah kenalan (proso-pagnosia) atau kesulitan dalam mempelajari langkah dansa (dis-praksia). Teori kecerdasan majemuk menyajikan suatu model yang memaknai semua ketidakmampuan belajar yang dialami seseorang. Teori itu mengatakan bahwa ada ketidakmampuan belajar tertentu pada setiap kecerdasan. Karena kebudayaan Amerika sangat berorientasi pada kecerdasan linguistik dan logis-matematis, maka sebagian besar ketidakmampuan belajar yang menjadi pusat perhatian masyarakat

cenderung berkisar pada keterampilan nalar dan verbal: disleksia (kesulitan membaca), disgrafia (kesulitan menulis), diskalkulia (kesulitan berhitung), dan masalah-masalah akademis, kinestetik-jasmani, dan spasial, dan bahkan ketidakmampuan dalam kecerdasan intrapribadi.

Teori kecerdasan majemuk memiliki implikasi bagi guru dalam pembelajaran. Teori tersebut mengatakan bahwa kedelapan kecerdasan tersebut diperlukan agar individu berfungsi secara produktif dalam masyarakat. Oleh karena itu guru hendaknya memandang bahwa semua kecerdasan sama penting dalam kehidupan. Hal ini berbeda dari system pendidikan tradisional yang menempatkan pentingnya pengembangan dan penggunaan kecerdasan linguistik dan matematis. Dengan demikian, teori kecerdasan majemuk mempunyai implikasi bahwa guru hendaknya menyadari dan mengajar dalam perspektif kemampuan siswa yang lebih luas dari kegiatan pembelajaran selama ini (Brualdi, 1999).

Kecerdasan majemuk dapat diaplikasikan dengan berbagi cara dan pada berbagai aspek dalam kegiatan pembelajaran. Beberapa aplikasi kecerdasan majemuk yang akan dikemukakan berkaitan dengan perencanaan pembelajaran, pengembangan strategi pembelajaran, dan pengembangan penilaian.

1. Perencanaan Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk

Perencanaan pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk adalah kegiatan perancangan pembelajaran dengan memperhatikan dan menggunakan kedelapan jenis kecerdasan yang dikemukakan Gardner. Untuk merancang pembelajaran yang memuat kecerdasan majemuk dapat mengikuti tahap-tahap (Amstrong, 1994) sebagai berikut:

a. Penetapan suatu sasaran belajar atau topik yang spesifik

b. Pengajuan pertanyaan-pertanyaan pokok berkaitan dengan kecerdasan majemuk c. Pembuatan pertimbangan berbagai kemungkinan

d. Curah Pendapat

g. Implementasi rencana pembelajaran

2. Pengembangan Strategi Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk

Teori kecerdasan majemuk memberikan kesempatan kepada para guru mengembangkan strategi pembelajaran yang relatif baru dalam kegiatan pembelajaran. Di antara beberapa strategi pembelajaran pokok untuk setiap kecerdasan adalah sebagai berikut.

Strategi pembelajaran bagi kecerdasan verbal-linguistik antara lain bercerita, curah pendapat, perekaman, penulisan jurnal, dan penerbitan. Strategi pembelajarn untuk kecerdasan logis matematis adalah kuantifikasi dan kalkulasi, pertanyaan Sokrates, Heuristik, dan berpikir ilmiah. Strategi pembelajaran bagi kecerdasan visual-spasial adalah visualisasi, isyarat warna, metapora, sketsa ide, dan symbol grafis. Strategi pembelajaran untuk kecerdasan kinestetik adalah jawaban dengan menggunakan isyarat tubuh, teater kelas, konsep-konsep kinestetik, manipulasi objek, dan peta tubuh. Strategi pembelajaran untuk inteligensi musik adalah irama dan lagu, diskografis, musik supermemori, konsep-konsep musik, dan musik layak suasana (Amstrong, 1994).

Adapun strategi pembelajaran untuk kecerdasan antarpribadi adalah berbagi dengan sebaya, simulasi, kelompok kooperatif, dan tutorial silang usia. Strategi pembelajaran untuk kecerdasan intrapribadi adalah kegiatan satu menit refleksi, koneksi pribadi, pilihan waktu, saat-saat ekspresi emosi dan belajar mandiri.. Adapun beberapa strategi pembelajaran bagi kecerdasan naturalis adalah observasi, klasifikasi dan organisasi, komparasi,.pajan tumbuhan dan binatang, dan wisata alam (Amstrong, 1994; Hoerr, 1999).

3. Pengembangan penilaian (asesmen) berbasis kecerdasan majemuk

Pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk adalah kegiatan pembelajaran yang memberikan kesempatan bagi setiap siswa mengembangkan semua jenis kecerdasannya berdasarkan kelemahan dan kekuatannya. Cara belajar siswa

beragam bergantung pada kekuatan dan kelemahan masing-masing. Karena itu menilai kemajuan belajar siswa dengan cara yang sama untuk setiap siswa tidak akan mencerminkan kekuatan dan kelemahan siswa secara tepat.

Untuk itu diperlukan cara menilai kemajuan belajar yang cocok dengan cara belajar setiap siswa. Karena itu teknik penilaian otentik adalah teknik yang tepat untuk mengetahui kemajuan belajar siswa dalam konteks ini. Teknik ini lebih menekankan pada penilaian yang disesuaikan dengan kondisi siswa. Dalam hal ini teknik tersebut memberikan kesempatan siswa untuk menunjukkan performansi belajar mereka sesuai dengan cara mereka sendiri dengan menggunakan kecerdasan yang berbeda-beda. Beberapa teknik penilaian otentik tersebut antara lain portofolio, proyek mandiri, jurnal siswa, penyelesaian tugas kreatif, catatan anekdot, observasi, dan wawancara (Gardner, 1993; Amstrong, 1994).

Dalam keseluruhan sistem pembelajaran mutakhir (Contextual Teaching-learning), asesmen otentik memusatkan pada tujuan, meliputi hands-on learning, menghendaki pembuatan pola kerjasama dan kolaborasi, dan penggunaan higher order thinking. Oleh karena itu, maka pembelajaran meminta siswa untuk menampilkan penguasaan tuntasnya akan tujuan dan depth of understanding-nya (Gardner, 1993, 1999), dan pada waktu yang sama akan meningkatkan pengetahuan dan menemukan cara-cara untuk mengembangkan.

Asesmen otentik mendorong siswa untuk menggunakan kemampuan akademik dalam konteks real-world untuk tujuan yang signifikan. Asesmen autentik akan menguntungkan siswa, sebab:

- siswa berkesempatan menampilkan secara penuh bagaimana pemahaman material akademik mereka,

- siswa akan menampilkan dan memperkuat kompetensi mereka, misalnya dalam hal mengumpulkan informasi, menggunakan berbagai sumber,

- siswa berkesempatan menghubungkan belajarnya dengan pengalaman nyata mereka, dunianya sendiri, dan masyarakat luas.

- Siswa berkesempatan mengasah higher order thinking-nya, - Siswa menerima tanggung jawab dan membuat pilihan-pilihan, - Dalam mengerjakan tugas, berkolaborasi dengan orang lain, dan

- Siswa berkesempatan belajar mengevaluasi tingkat performansinya sendiri.

Salah satu bentuk asesmen yang diajarkan langsung oleh Gardner adalah asesmen performansi. Seperti proyek dan portfolio, asesmen performansi melaksanakan peristiwa pembelajaran dan penilaian secara simultan. Dalam tugas performansi, siswa menampilkan kepada audience bahwa mereka telah menguasai secara tuntas tujuan belajar khusus. Seseorang siswa yang berbakat musik dapat menunjukkan pengetahuannya akan Romeo dan Juliet Shakespeare melalui mengkomposisi dan menampilkan musik pengiring. Sementara sekelompok siswa lainnya menulis dan menampilkan skrip drama Romeo dan Juliet.

Ketika siswa (siswa-siswa) menampilkan performansinya, anggota audiensi seringkali membantu mengevaluasi tampilan siswa. Mereka dibantu oleh guru untuk memahami dan menerapkan evaluasi tugas performansi. Performansi menunjukkan bahwa siswa telah:

- tuntas akan informasi, konsep, dan keterampilan khusus yang terkandung dalam tujuan belajar;

- memahami dan menemukan kriteria yang tepat bagi performance.

Misalnya, model dari kayu dari teater Elizabeth, komposisi musik, dan cat minyak.

- menampilkan minat dan bakat pribadinya, - berkomunikasi secara efektif dengan audience,

- memberikan uraian secara berimbang dan/atau diskusi balikan pada tugas performansi akhir (Gardner, 1993).

PENDALAMAN

Selesaikan tugas berikut dan laporkan hasilnya!

1. Identifikasi karakteristik kecerdasan majemuk anda!

2. Temukan jenis kecerdasan majemuk yang paling kuat pada diri anda! 3. Temukan jenis kecerdasan majemuk yang anda pandang paling lemah! 4. Cara-cara apa yang anda tempuh untuk menstimulasi pengembangan

kecerdasan yang lemah?

Dalam dokumen PPD 05 PPD 05 | Berbagi itu Indah (Halaman 43-53)

Dokumen terkait