• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kecerdasan Majemuk dan Kesulitan Belajar

Dalam dokumen PPD 05 PPD 05 | Berbagi itu Indah (Halaman 29-43)

Di jaman global sekarang tidak mustahil kita temukan seseorang mengalami kelemahan pada kecerdasan majemuk utamanya ditemukan di dunia persekolahan.

siswa yang memiliki kelemahan seperti tidak memiliki keterampilan bersandiwara, menyanyi, menari, bercerita, bermimpi, mengungkap perasaan, dan berfikir jernih. Nyarisnya bilamana individu memiliki kelemahan belajar justru ia menyembunyikan. Dalam banyak hal seseorang yang mengalami kesulitan belajar di sebut sebagai tidak mampu belajar (learning disabilities). Kelompok individu ini bukan disebabkan oleh kerusakan pada syaraf otak melainkan mengalami banyak kesulitan dalam satu bidang akademis atau lebih. Sering ditemukan kelompok siswa tidak mampu membaca, menulis, berhitung, ataupun melakukan fungsi akademis lainnya, namun mempunyai kecerdasan rata-rata atau di atas rata-rata.

Pada umumnya kesulitan merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam mencapai suatu tujuan, sehingga memerlukan usaha yang lebih keras lagi untuk dapat mengatasinya. Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatan-hambatan ini mungkin disadari, mungkin juga tidak disadari oleh orang yang mengalaminya. Hambatan-hambatan itu dapat bersifat psikologis, sosiologis maupun fisiologis dalam keseluruhan proses belajarnya. Siswa yang mengalami kesulitan belajar akan mengalami hambatan dalam proses mencapai hasil belajarnya, sehingga prestasi yang dicapainya berada dibawah yang seharusnya.

Ada beberapa jenis atau macam kesulitan belajar, yaitu: learning disorder, learning difunction, slow learner, dan underachiever.

Learning disorder adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respon yang bertentangan (Ross, 1974). Pada dasarnya siswa yang mengalami learning disorder tidak mengalami gangguan pada potensi dasarnya, tetapi belajarnya terganggu karena adanya respon-respon yang bertentangan. Dengan demikian hasil belajar yang akan dicapai lebih rendah dari potensi yang dimilikinya.

Learning disfunction mengacu kepada gejala dimana proses belajar tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya anak tidak menunjukkan adanya

abnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan-gangguan psikologis lainnya.

Pengertian underachiever mengacu pada siswa-siswa yang memiliki potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Sedangkan slow learner adalah siswa-siswa yang lambat dalam proses belajarnya, sehingga siswa tersebut memerlukan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan tugas-tugasnya bila dibandingkan dengan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.

Siswa-siswa yang tergolong kepada pengertian-pengertian tersebut akan mengalami kesulitan belajar yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam proses belajarnya. Kesulitan belajar pada dasarnya suatu gejala yang nampak pada berbagai jenis manifestasi tingkah laku.

Gejala kesulitan belajar akan dimanifestasikan baik secara langsung atau tidak langsung sebagaimana telah dikemukakan diatas, tingkah laku yang dimanifestasikannya ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu. Gejala ini akan tampak dalam aspek-aspek motorik, konatif, kognitif, dan afektif, baik dalam proses maupun hasil belajar yang dicapainya.

Dari antara jenis kesulitan belajar adalah ketidakmampuan belajar. Gejala ketidakmampuan belajar mencakup segala sesuatu dari kesulitan dalam membaca dan menulis, sehingga berdampak terjadinya kekacauan, kecanggungan, sulit bergaul, dan bahkan depresi. Penyebab ketidakmampuan belajar itu berbeda-beda di antaranya: faktor keturunan, trauma sebelum kelahiran atau selama kelahiran, dan kesulitan perkembangan selama masa kanak-kanak. Individu yang mengalami ketidakmampuan belajar spesifik seringkali memiliki masalah belajar yang terbatas hanya beberapa tugas atau keterampilan tertentu. Seseorang siswa mungkin dapat membaca tetapi tidak mampu menulis. Yang lain mampu menulis dengan baik tetapi menghadapi kesulitan berhitung. Yang lain lagi mungkin mahir dalam sebagian besar mata pelajaran sekolah tetapi menghadapi kesulitan untuk mengenali wajah

kenalan (proso-pagnosia) atau kesulitan dalam mempelajari langkah dansa (dis-praksia).

Teori kecerdasan majemuk menyajikan suatu model yang memaknai semua ketidakmampuan belajar yang dialami seseorang. Teori itu mengatakan bahwa ada ketidakmampuan belajar tertentu pada setiap kecerdasan. Karena kebudayaan Amerika sangat berorientasi pada kecerdasan linguistik dan logis-matematis, maka sebagian besar ketidakmampuan belajar yang menjadi pusat perhatian masyarakat cenderung berkisar pada keterampilan nalar dan verbal: disleksia (kesulitan membaca), disgrafia (kesulitan menulis), diskalkulia (kesulitan berhitung), dan masalah-masalah akademis, kinestetik-jasmani, dan spasial, bahkan ketidakmampuan dalam kecerdasan intrapribadi.

Berikut Daftar Pemeriksaan Kesulitan Belajar Logis-Matematis:

___ Saya mempunyai kesulitan untuk mencocokkan saldo cek saya.

___ Saya mudah bingung apabila seseorang menjelaskan sebuah konsep ilmiah. ___ Seringkali saya membuat kesalahan jika menghitung penjumlahan sederhana. ___ Saya mempunyai kesulitan di sekolah dalam menguasai mata pelajaran aritmatika seperti aljabar atau trigonometri.

___ Saya kurang menyukai berita-berita halaman bisnis surat kabar karena berita ekonomi atau keuangan membuat saya bingung.

___ Saya masih menghitung dengan jari atau menggunakan metode konkret tertentu (lainnya: simpoa) untuk menghitung angka.

___ Biasanya saya menjadi bingung jika mengerjakan teka-teki asah otak yang membutuhkan pemikiran logis dalm buku teka-teki.

Kesulitan logis-matematis yang lain:………

Spasial:

___ Kadang-kadang saya tidak mengenali wajah orang yang seharusnya akrab dengan saya.

___ Saya menghadapi kesulitan menemukan jalan di kota atau gedung yang kurang saya kenal.

___ Kadang-kadang saya menghadapi masalah untuk mengutarakan mana kiri atau kanan.

___ Saya masih menggambar bentuk orang dengan bentuk batang korek api. ___ Saya merasa kesulitan dalam pelajaran ilmu ukur sewaktu menjadi murid sekolah menengah atas.

___ Saya buta warna atau mempunyai kesulitan lain dalam membedakan gradasi warna.

___ Saya mempunyai kesulitan meniru bentuk dan desain sederhana pada sehelai kertas.

Kesulitan spasial yang lain:………

Linguistik:

___ Seringkali saya mengalami kesulitan dalam memahami apa yang saya baca. ___ Saya menghadapi kesulitan menerjemahkan gagasan saya ke dalam kata-kata tertulis.

___ Seringkali saya tidak mengucapkan kata-kata baru sebagaimana seharusnya. ___ Saya sering merasa kesulitan mengeluarkan kata yang pas untuk

menggambarkan sebuah benda, situasi, atau gagasan.

___ Cara membacanya seperti anak tingkat sekolah dasar karena saya kesulitan memecahkan kode kata-kata yang tercetak.

___ Saya mempunyai kesulitan membedakan bunyi halus dalam bahasa (“b” dengan “p”,”th” dengan “sh”, dan sebagainya).

___ Seringkali saya dikoreksi orang lain (atau takut dikoreksi) karena ungkapan yang menyalahi tata bahasa dalam tulisan atau pembicaraan saya.

Musikal:

___ Saya menghadapi kesulitan menyanyikan sebuah lagu. ___ Saya menghadapi kesulitan mengikuti irama musik.

___ Saya mempunyai kesulitan mengenali bagian musik yang tampaknya akrab bagi keluarga dan teman saya.

___ Saya merasa sulit menikmati musik.

___ Hanya sedikit lagu (atau tak ada satu pun) yang betul-betul saya ingat.

___ Saya akan menghadapi kesulitan besar menyebut nama alat musik yang sedang dimainkan dalam sebuah lagu ( misalnya cello atau biola).

___ Saya akan menghadapi kesulitan mencocokkan suara saya dengan suara nada piano.

Kesulitan musikal yang lain:………

Kinestetik-Jasmani:

___ “Jari jempol saya semua” jika menyangkut melakukan sesuatu yang membutuhkan koordinasi motor yang amat halus (misalnya jahit-menjahit, pekerjaan tangan, dan sebagainya).

___ Saya tidak mampu melakukan koordinasi di lapangan atletik. ___ Saya mempunyai kesulitan besar mempelajari langkah tarian baru. ___ Saya enggan menyentuh benda di sekeliling saya.

___ Saya mempunyai kesulitan besar dalam mengungkapkan gagasan saya lewat gerak tubuh (dalam tebak kata, berakting, berpantonim, dan sebagainya). ___ Saya relatif tidak menyadari tubuh saya.

___ Saya canggung bila melakukan gerakan jasmani sederhana seperti berjalan, membereskan tempat tidur, atau mengatur meja.

Kesulitan kinestetik-jasmani yang lain:………

___ Saya sangat malu bila bertemu dengan orang-orang baru.

___ Saya seringkali mengalami kesalahpahaman atau bertengkar dengan orang lain.

___ Saya sering bersikap bermusuhan atau membela diri di depan orang lain. ___ Seringkali saya mempunyai kesulitan besar untuk berempati pada orang lain. ___ Pada waktu krisis, saya hampir-hampir tidak punya dukungan sosial.

___ Pada umumnya saya menjalani hidup tanpa menyadari interaksi antarpribadi yang berlangsung di sekitar saya.

___ Saya mempunyai masalah dalam “membaca” suasana hati orang lain, maksud, motivasi, dan perangainya.

Kesulitan antarpribadi yang lain:………

Intrapribadi:

___ Seringkali saya merasa rendah diri.

___ Saya mempunyai sedikit gambaran mengenai tujuan hidup saya. ___ Pada umumnya saya tidak menyadari bagaimana perasaan saya.

___ Seringkali saya takut ditinggalkan oleh orang yang akrab dengan saya. ___ Saya tidak suka meluangkan waktu sendirian.

___ Kadang-kadang saya mempunyai perasaan tidak nyata, seolah-olah saya tidak sungguh-sungguh ada.

___ Saya mudah terganggu oleh peristiwa sederhana dalam hidup saya.

Kesulitan intrapribadi yang lain:………

Tujuh Cara Untuk Mempelajari Semua Kecerdasan Apabila anda menemui kesulitan dalam mempelajari suatu konsep, keterampilan, atau tugas baru, cobalah menghubungkan apa yang sedang Anda pelajari dengan sebanyak mungkin kecerdasan yang berbeda-beda. Sebagai petunjuk umum, tentukan informasi yang harus dipelajari berikut:

 Lukislah, buat sketsa atau bayangkan (pendekatan spasial)

 Menarilah, buat modelnya, atau temukan kegiatan pekerjaan tangan lainnya (pendekatan kinestetik-jasmani)

 Nyanyikan, senandungkan, cari musik ilustrasi baginya, atau putar musik latar belakang ketika anda mempelajarinya (pendekatan musikal)

 Hubungan informasi itu dengan perasaan pribadi atau pengalaman batin (pendekatan intrapribadi)

 Gagaskan, kuantifikasikan, atau renungkanlah secara kritis (pendekatan logis-matematis)

 Latihlah bersama orang atau kelompok orang (pendekatan antarpribadi). Sebagai gambaran, andaikata Anda terus-menerus keliru mengeja satu kata tertentu, cobalah teknik berikut: ejalah kata itu keras-keras; bayangkanlah kata itu di mata pikiran Anda; buatlah huruf kata dari mata pikiran Anda; buatlah huruf kata dari tanah liat; nyanyikan huruf kata secara berirama sesuai dengan gubahan musik; ejalah kata itu dengan perasaan; renungkan kaidah ejaan yang mungkin diikuti oleh kata itu; dan mintalah seorang teman menguji Anda dalam mengeja kata tersebut. Mungkin Anda tidak bisa selalu menemukan tujuh cara yang berbeda untuk mempelajari sesuatu yang baru, namun semakin banyak kecerdasan yang Anda aktifkan, semakin banyak pula mata rantai yang akan Anda bangun secara kognitif maupun neurologis dari sektor lemah otak menuju wilayah otak yang kuat.

Rencana Permainan Untuk Melatih Mata Rantai Terlemah Anda

Pada ujung atas sehelai kertas, tuliskan sebuah wilayah kesulitan belajar yang merisaukan Anda yang ingin Anda atasi dengan cara nyata/realistis (gunakan daftar periksa pada bagian depan ini untuk membantu Anda memusatkan perhatian di wilayah itu). Bersikaplah tegas. Misalnya: “kesulitan membaca”, “masalah menggambar lukisan”, “ketidakmampuan untuk bergaul dengan rekan di tempat kerja”, “tuli nada”, “rasa takut terhadap matematika”, “canggung bila berolahraga”, dan seterusnya.

Tuliskan sebuah riwayat singkat mengenai masalah itu: bagaimana masalah itu muncul dalam kehidupan Anda sehari-hari, bagaimana Anda mungkin telah membuat suatu kedok untuk menyembunyikannya dari orang lain, dan bagaimana kedok itu telah menghalangi Anda untuk menghayati hidup Anda. Kemudian pikirkan cara untuk menyelesaikan masalah ini dengan membuat daftar sebanyak mungkin strategi yang dapat Anda peroleh pada sehelai kertas lain.

Renungkanlah pertanyaan berikut dalam menyusun stretegi Anda:

 Bagaimana saya dapat menyingkirkan masalah tersebut dengan bantuan teknologi?

 Bagaimana saya dapat menyingkirkan masalah itu menggunakan sistem simbol alternatif?

 Spesialis macam apakah yang dapat menolong saya mengatasi masalah ini?  Buku khusus, program piranti lunak, permainan, atau alat peralatan belajar

lain manakah yang dapat saya pinjam, sewa, atau beli untuk menolong saya mengatasi masalah ini?

 Sifat pribadi macam apakah (misalnya keberanian, niat teguh, ketekunan) yang harus dikembangkan untuk menolong saya mengatasi situasi ini?  Kursus khusus, magang, kelompok pendukung, atau program pendidikan

formal/informal lain atau organisasi manakah yang dapat menolong saya?  Kegiatan manakah yang dapat saya lakukan untuk menjembatani wilayah

yang lemah dengan kecerdasan saya yang terkuat?

 Bagaimana saya dapat membuat orang di sekitar saya menampung kebutuhan belajar saya agar kebutuhan ini tidak lagi menjadi masalah besar?  Hal lain manakah yang dapat saya lakukan untuk mengatasi kesulitan ini? Dari banyak gagasan yang muncul, pilih lima syarat yang tampaknya paling bermanfaat, dan mulailah mengambil langkah untuk melaksanakannya.

Jika kesulitan Anda kebetulan menyangkut wilayah tulis-menulis, maka pertimbangkan untuk melakukan latihan ini dengan cara lain: gunakan tape

recorder, buatlah diagram sebuah buku coret-coretan, berbicara dengan orang lain, atau melalui satu atau lebih kecerdasan lain.

Beberapa ciri tingkah laku yang merupakan pernyataan manifestasi gejala kesulitan belajar ialah:

a. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya.

b. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada siswa yang selalu berusaha untuk belajar dengan giat tetapi nilai yang dicapainya selalu rendah.

c. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar. Ia selalu tertinggal dari kawan-kawannya dalam menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan waktu yang tersedia. Misalnya rata-rata siswa menyelesaikan tugas dalam waktu 45 menit, maka siswa yang menghadapi kesulitan belajar memerlukan waktu yang lebih lama karena dengan waktu yang tersedia ia tidak dapat menyelesaikan tugasnya. d. Menunjukkan sikap-sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, menentang,

berpura-pura, dusta.

e. Menunjukkan tingkah laku yang berkelainan, misalnya membolos datang terlambat, tidak mengerjakan tugas/PR, mengganggu di dalam dan di luar kelas, tidak mau/enggan mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, mengasingkan diri, tersisihkan, dan tidak mau bekerja sama.

f. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar seperti pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira menghadapi situasi tertentu, misalnya menghadapi nilai rendah tidak menunjukkan adanya perasaan sedih atau menyesal.

Burton mengemukakan bahwa siswa dapat dianggap mengalami kesulitan belajar bila menunjukkan kegagalan tertentu dalam mencapai tujuan belajarnya. Selanjutnya Burton mendefinisikan kegagalan belajar sebagai berikut:

a. Siswa dikatakan gagal, bila dalam batas waktu tertentu dia tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan (mastery level), misal

minimal setiap mata pelajaran telah ditetapkan guru (criterion referenced). Siswa-siswa ini dapat digolongkan ke dalam kategori lower group.

b. Siswa dikatakan gagal, jika ia tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi yang semestinya (berdasarkan ukuran tingkat kemampuannya, intelegensi, bakat) dia diramalkan akan dapat mengerjakannya atau mencapai prestasi tersebut. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam under-achiever.

c. Siswa dikatakan gagal, bila yang bersangkutan tidak dapat mewujudkan tugas-tugas perkembangan termasuk penyesuaian sosial, sesuai dengan pola organismiknya pada fase perkembangan tertentu seperti yang berlaku bagi kelompok sosial dan usia siswa. Siswa ini dikategorikan dalam kelompok slow-learner.

d. Siswa dikatakan gagal, jika dia tidak berhasil mencapai tingkat penguasaan yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan pada tingkat pelajaran berikutnya, siswa ini dapat digolongkan kepada slow-learner atau belum matang (immature) sehingga harus menjadi pengulang (repeater).

Dari keempat pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa siswa dapat diduga mengalami kesulitan belajar bila siswa tersebut tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi belajar tertentu (berdasarkan ukuran kriteria keberhasilan seperti yang dinyatakan dalam SKM (Standard Ketuntasan Minimum) atau ukuran tingkat kapasitas atau kemampuan belajarnya dalam batas-batas waktu tertentu (seperti yang ditetapkan dalam silabus dan Satuan Acara Pembelajaran).

Patokan Gejala Kesulitan Belajar

Untuk dapat menetapkan gejala kesulitan belajar dan menandai siswa yang mengalaminya, maka diperlukan adanya kriteria sebagai batas atau patokan untuk menetapkannya (SKM). Dengan kriteria ini dapat ditetapkan batas di mana seorang siswa dapat diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Kemajuan belajar seseorang dapat dilihat dari segi pengalaman belajar yang harus dicapai setiap kompetensi

memiliki potensi yang sama, tingkat pencapaian hasil belajar dibandingkan dengan potensi (kemampuannya) dan dari segi kepribadiannya. Berdasarkan hal ini kriteria kesulitan belajar dapat ditetapkan berdasar empat hal, yaitu: (1) tujuan pendidikan, (2) kedudukan dalam kelompok, (3) perbandingan antara potensi dengan prestasi, dan (4) kepribadian.

a. Tujuan Pendidikan

Dalam keseluruhan program pendidikan, tujuan pendidikan merupakan komponen yang penting, karena akan memberikan arah proses kegiatan pendidikan. Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (2002), tujuan pendidikan lebih dituangkan dalam perolehan pengalaman belajar. Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan oleh siswa dalam rangka mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar, dan materi pembelajaran. Adapun standar perolehan belajar bilamana siswa menunjukkan mastery learning (ketuntasan belajar, yang ditetapkan dalam SKM)

b. Kedudukan Dalam Kelompok

Kedudukan seseorang dalam kelompoknya akan merupakan ukuran dalam pencapaian hasil belajar. Seorang siswa yang mendapat nilai 7 mungkin akan dianggap "terpandai" bila siswa-siswa lainnya mendapat nilai di bawah 6. Sebaliknya dia akan dianggap kurang bilamana siswa-siswa lainnya mendapat nilai di atas 7. Dengan demikian nilai yang dicapai seseorang baru dapat memberikan arti yang lebih jelas setelah dibandingkan dengan prestasi orang lain dalam kelompoknya. Dengan norma ini kita dapat menandai siswa yang akan diperkirakan mendapat kesulitan belajar, yaitu mereka yang memperoleh prestasi di bawah prestasi kelompok secara keseluruhan.

c. Perbandingan Antara Potensi dan Prestasi

Prestasi belajar yang dicapai siswa bergantung pada potensi yang dimilikinya. Siswa yang memiliki potensi yang tinggi cenderung untuk memperoleh prestasi belajar yang tinggi, sebaliknya siswa yang memiliki potensi rendah akan cenderung mendapat prestasi belajar yang rendah pula. Dengan membandingkan antara potensi dan prestasi yang dicapai oleh siswa, guru dapat memperkirakan sampai sejauhmana siswa dapat merealisasikan potensinya. Jika terdapat perbedaan antara potensi dengan prestasi yang dimilikinya, berarti bahwa mereka mendapat kesulitan belajar. Misalnya seorang siswa yang diperkirakan mempunyai potensi untuk dapat meloncat setinggi 1,20 meter, tetapi ia hanya dapat meloncat setinggi 1,00 meter, atau seseorang siswa memiliki IQ 130 tetapi ternyata ia memperoleh nilai rendah untuk semua matapelajaran, maka diperkirakan siswa tersebut mengalami kesulitan belajar.

d. Kepribadian

Hasil belajar yang dicapai oleh siswa akan nampak dalam keseluruhan kepribadian siswa. Setiap proses belajar akan menghasilkan perubahan dalam aspek-aspek kepribadian. Siswa yang berhasil dalam belajar akan menunjukkan pola-pola kepribadian tertentu sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Sebaliknya yang mangalami kesulitan belajar akan menunjukkan pola-pola tingkah laku atau kepribadian yang menyimpang dari yang seharunya, misalnya menunjukkan sikap acuh tak acuh, menentang, melalaikan tugas, sering membolos, berdusta, dsb.

Kesulitan Belajar Sebagai Masalah Psikologis

Di atas telah terurai tentang gejala-gejala kesulitan belajar. Dari uraian tersebut, jelas bahwa kesulitan belajar merupakan salah satu masalah dalam proses pendidikan yang menuntut pemecahan dengan segera dan cermat. Gejala kesulitan belajar mempunyai pengaruh yang langsung maupun tidak langsung terhadap

proses pendidikan secara keseluruhan. Adanya kesulitan belajar secara tidak langsung merupakan kesulitan dalam proses pendidikan.

Sebagaimana diuraikan di atas, kesulitan belajar ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam proses belajar. Siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar akan terhambat pross belajarnya, terutama dalam pencapaian tujuan. Hambatan-hambatan tersebut akan memberikan dampak baik pada diri siswa sendiri maupun lingkungan, jika tidak segera diatasi. Oleh karena itu kesulitan belajar perlu segera dicari pemecahannya.

Karena adanya kesulitan belajar, siswa yang mengalaminya tidak berhasil mencapai tujuan, prestasi belajarnya rendah dibandingkan dengan kelompoknya, prestasinya di bawah yang seharusnya dicapai menurut potensinya dan menunjukkan beberapa tingkah laku yang salah. Hal-hal tersebut dapat mengakibatkan kegagalan dalam keseluruhan proses pendidikannya. Di antaranya adalah berakibat timbulnya putus sekolah dan tidak lulus. Hal-hal tersebut juga mempengaruhi kondisi psikologis siswa. Siswa yang mengalami kesulitan belajar akan cenderung mengalami kecemasan, frustrasi, mengalami gangguan emosi, masalah penyesuaian diri, dan gangguan-gangguan psikologis lainnya.

Dalam suatu studi tentang hubungan antara ciri-ciri kepribadian dengan prestasi belajar ditemukan ciri-ciri yang berhubungan dengan prestasi belajar sebagai berikut:

1. Lebih banyak mengalami kecemasan dan kurang mampu mengontrol diri terhadap kecemasannya.

2. Kurang mampu menyesuaikan diri dan kurang kepercayaan pada diri sendiri. 3. Kurang mampu mengikuti otoritas

4. Kurang mampu dalam penerimaan sosial

5. Lebih banyak mengalami konflik dan ketergantungan 6. Kegiatannya kurang berorientasi akademis dan sosial

Hasil-hasil studi yang lain menunjukkan bahwa mereka yang tergolong underachiever ditandai dengan sikap negatif terhadap sekolah, kurang berminat

dalam membaca, menghindari persaingan, delinkwen, rendah tanggungjawab sosial dan motivasi akademisnya, kurang mampu menggunakan uang, kurang mampu membaca dan berhitung, menunjukkan gejala-gejala psikotis dan neurotis, tidak mempunyai tujuan, kurang serius, merasa kurang disenangi orang lain, kurang percaya diri dan aktivitasnya kurang berorientasi pada kehidupan.

Dari uraian di atas, jelaslah bahwa kesulitan belajar bersifat kompleks baik dalam gejala, latar belakang maupun akibat-akibat yang ditimbulkannya. Latar belakang kesulitan belajar bersifat psikologis, sosio kultural, dan fisiologis, baik secara internal maupun eksternal. Gejala yang timbul tidak hanya semata-mata pada prestasi belajar itu sendiri melainkan juga dalam aspek-aspek kepribadian dan penyesuaian diri. Demikian pula akibat yang ditimbulkan karena kesulitan belajar tidak hanya menimbulkan hambatan pedagogis tetapi dapat menimbulkan hambatan-hambatan psikologis. Oleh karena itu kesulitan belajar bukan hanya merupakan masalah pembelajaran saja, tetapi pada dasarnya merupakan masalah psikologis. Di sebut demikian karena kesulitan belajar berakar pada aspek-aspek psikologis terutama gangguan kepribadian dan penyesuaian diri. Sebagai masalah

Dalam dokumen PPD 05 PPD 05 | Berbagi itu Indah (Halaman 29-43)

Dokumen terkait