• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4 Aplikasi Pupuk Organik Bokash

Pengaruh aplikasi pupuk organik bokashi yang dihasilkan pada tanaman kangkung darat (I. reptana) diamati yang meliputi parameter laju pertumbuhan tinggi, tinggi panen, jumlah daun dan bobot basah panen.

4.4.1 Laju pertumbuhan tinggi kangkung darat (I. reptana)

Laju pertumbuhan tinggi tanaman merupakan salah satu indikator keberhasilan pupuk untuk mensuplai unsur hara bagi tanaman. Laju pertumbuhan tinggi tanaman dihitung dari pertambahan tinggi tanaman setiap minggunya. Laju pertumbuhan tinggi kangkung darat (I. reptana) disajikan pada Gambar 10.

Gambar 10 menunjukkan pemberian pupuk bokashi memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap laju pertumbuhan tinggi tanaman kangkung darat. Perlakuan terbaik diperoleh perlakuan P1 dengan laju pertumbuhan tinggi tertinggi

dari perlakuan pupuk bokashi yaitu sebesar 9,50 cm/minggu, sedangkan laju pertumbuhan tinggi terendah terdapat pada perlakuan P0 yaitu sebasar

7,75 cm/minggu. Hasil uji Duncan menunjukkan perlakuan pupuk bokashi P1 dan

P2 berbeda nyata dengan perlakuakn pupuk bokashi lainnya (P0, P3, P4),

sedangkan perlakuan P1 dan P2 tidak berbeda nyata serta perlakuan P3 dan P4 tidak

berbeda nyata. Hasil uji lanjut Duncan pada parameter laju pertumbuhan tinggi tanaman kangkung darat (I. reptana) disajikan pada Lampiran 8a. Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan nilai rasio C/N dari setiap pupuk bokashi yang dihasilkan. Perlakuan P1 dan P2 memiliki nilai rasio C/N paling tinggi

yaitu 5,50 dan 5,24, sedangkan perlakuan P0 memiliki nilai rasio C/N terendah

yaitu 1,69. Perlakuan P1 dan P2 memiliki nilai rasio C/N yang paling mendekati

rasio C/N tanah yaitu 10 yang merupakan nilai rasio C/N yang paling optimal untuk penyerapan unsur hara dan pertumbuhan tanaman. Nilai rasio C/N menandakan tingkat kematangan pupuk. Jika nilai rasio C/N terlalu rendah karena bahan baku yang kaya nitrogen, maka karbon akan menjadi nutrien pembatas atau aktivitas penyerapan hara akan akan terhambat dan dibatasi oleh kadar karbon. Rasio C/N yang terlalu rendah juga dapat menghambat penyerapan unsur hara lainnya sehingga dapat menghambat pertumbuhan tanaman (Graves et al. 2000). Pemberian pupuk yang belum matang dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi terhambat, bahkan dapat menyebabkan tanaman menjadi mati karena mikrob masih memiliki aktivitas untuk memecah bahan organik yang ada (Crawford 2003).

Gambar 10 Pengaruh perlakuan KN (tanpa pupuk), pupuk P0 (100%

tepung ikan), pupuk P1 (30% tepung ikan), pupuk P2

(40% tepung ikan), pupuk P3 (50% tepung ikan), pupuk P4

(60% tepung ikan), dan KP (pupuk kimia) terhadap laju

pertumbuhan tinggi kangkung darat (I. reptana)

5,20 + 0,45a 7,75 + 0,50b 9,50 + 0,50d 9,35 + 0,38d 8,50 + 0,18c 8,30 + 0,21c 9,40 + 0,14d 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 10,00 KN P0 P1 P2 P3 P4 KP L a ju pert u m b u h a n ( cm /m in g g u ) Perlakuan KN P0 P1 P2 P3 P4 KP

Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang berbeda nyata antara perlakuan terbaik pupuk bokashi yaitu perlakuan P1 dengan

KN (tanpa pupuk) terhadap laju pertumbuhan tinggi tanaman kangkung, namun

tidak berbeda nyata dengan KP (pupuk kimia) selama masa tanam. Hal ini

disebabkan perlakuan pemupukan mampu memberikan suplai unsur hara yang cukup untuk pertumbuhan tanaman. Unsur hara pada perlakuan KN diduga tidak mampu mencukupi kebutuhan unsur hara pada akhir masa tanam sehingga laju pertumbuhan tinggi menjadi menurun pada akhir masa tanam karena hanya bergantung pada unsur hara dari tanah. Asupan unsur hara yang cukup akan menopang pertumbuhan tanaman seraca optimal, namun apabila asupan unsur hara tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman, maka pertumbuhan akan terhambat bahkan mati karena kekurangan makanan (Ruhnayat 2007).

4.4.2 Tinggi panen tanaman tanaman kangkung darat (I. reptana)

Laju pertumbuhan tinggi tanaman merupakan salah satu indikator keberhasilan pupuk untuk mensuplai unsur hara bagi tanaman. Tinggi panen tanaman tanaman kangkung darat (I. reptana) disajikan pada Gambar 11.

Gambar 11 menunjukkan pemberian pupuk bokashi memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap tinggi panen tanaman kangkung darat. Perlakuan terbaik diperoleh perlakuan P1 dengan tinggi panen tertinggi dari perlakuan pupuk

bokashi yaitu sebesar 38,00 cm, sedangkan bobot basah terendah terdapat pada perlakuan P0 yaitu sebesar 31 cm. Hasil uji Duncan menunjukkan perlakuan

pupuk bokashi P1 dan P2 berbeda nyata dengan perlakuakn pupuk bokashi lainnya

(P0, P3, P4), sedangkan perlakuan P1 dan P2 tidak berbeda nyata serta perlakuan P3

dan P4 tidak berbeda nyata. Hasil uji lanjut Duncan pada parameter tinggi panen

tanaman kangkung darat (I. reptana) disajikan pada Lampiran 8b. Sama seperti pada laju pertumbuhan tinggi, perbedaan pada setiap perlakuan disebabkan oleh perbedaan nilai rasio C/N dari setiap pupuk bokashi yang dihasilkan. Perlakuan P1

dan P2 memiliki nilai rasio C/N paling tinggi yaitu 5,50 dan 5,24, sedangkan

perlakuan P0 memiliki nilai rasio C/N terendah yaitu 1,69. Perlakuan P1 dan P2

memiliki nilai rasio C/N yang paling mendekati rasio C/N tanah yaitu 10 yang merupakan nilai rasio C/N yang paling optimal untuk penyerapan unsur hara dan pertumbuhan tanaman. Nilai rasio C/N menandakan tingkat kematangan pupuk.

Jika nilai rasio C/N terlalu rendah karena bahan baku yang kaya nitrogen, maka karbon akan menjadi nutrien pembatas atau aktivitas penyerapan hara akan akan terhambat dan dibatasi oleh kadar karbon. Nilai rasio C/N yang terlalu rendah juga dapat menghambat penyerapan unsur hara lainnya sehingga dapat menghambat pertumbuhan tanaman (Graves et al. 2000). Pemberian pupuk yang belum matang dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi terhambat, bahkan dapat menyebabkan tanaman menjadi mati karena mikrob masih memiliki aktivitas untuk memecah bahan organik yang ada (Crawford 2003).

Gambar 11 Pengaruh perlakuan KN (tanpa pupuk), pupuk P0 (100%

tepung ikan), pupuk P1 (30% tepung ikan), pupuk P2

(40% tepung ikan), pupuk P3 (50% tepung ikan), pupuk P4

(60% tepung ikan), dan KP (pupuk kimia) terhadap tinggi

panen kangkung darat (I. reptana)

Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang berbeda nyata antara perlakuan terbaik pupuk bokashi yaitu perlakuan P1 dengan

KN (tanpa pupuk) tehadap tinggi panen tanaman kangkung, namun tidak berbeda

nyata dengan KP (pupuk kimia). Hal ini disebabkan perlakuan pemupukan mampu

memberikan suplai unsur hara yang cukup untuk pertumbuhan tinggi tanaman. Unsur hara pada perlakuan KN diduga tidak mampu mencukupi kebutuhan unsur

hara pada akhir masa tanam sehingga laju pertumbuhan tinggi menjadi menurun

20,80 + 1,79a 31,00 + 2,00b 38,00 + 2,00d 37,40 + 1,52d 34,00 + 0,71c 33,20 + 0,84c 37,60 + 0,55d 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 KN P0 P1 P2 P3 P4 KP T ing g i pa nen (cm ) Perlakuan KN P0 P1 P2 P3 P4 KP

pada akhir masa tanam karena hanya bergantung pada unsur hara dari tanah. Asupan unsur hara yang cukup akan menopang pertumbuhan tanaman seraca optimal, namun apabila asupan unsur hara tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman, maka pertumbuhan akan terhambat bahkan mati karena kekurangan makanan (Ruhnayat 2007).

4.4.3 Jumlah daun tanaman kangkung darat (I. reptana)

Pertambahan jumlah daun merurakan salah satu bentuk pertumbuhan yang diukur secara meristik (berdasarkan jumlah). Jumlah daun mengindikasikan pertumbuhan tanaman, semakin banyak jumlah daun yang dihasilkan maka pertumbuhan tanaman tersebut semakin baik. Jumlah daun tanaman kangkung darat (Ipomea reptana) disajikan pada Gambar 12.

Gambar 12 Pengaruh perlakuan KN (tanpa pupuk), pupuk P0 (100%

tepung ikan), pupuk P1 (30% tepung ikan), pupuk P2

(40% tepung ikan), pupuk P3 (50% tepung ikan), pupuk P4

(60% tepung ikan), dan KP (pupuk kimia) terhadap jumlah

daun kangkung darat (I. reptana)

Gambar 12 menunjukkan bahwa jumlah daun bertambah setiap minggu yang menandakan bahwa pupuk bokashi yang mampu menyediakan unsur hara yang cukup untuk pertumbuhan daun tanaman kangkung darat. Jumlah daun

a a a a a b b b a b b b a b b b a b b b a b b b a b b b 0 2 4 6 8 10 12 14 16 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST J um la h da un

KN (tanpa pupuk) P0 (100% tepung ikan) P1 (30% tepung ikan) P2 (40% tepung ikan) P3 (50% tepung ikan) P4 (60% tepung ikan) KP (pupuk kimia) KN P0 P2 P4 P1 P4 KP

terbanyak pada perlakuan pupuk bokashi saat panen (4 MST) terdapat pada perlakuan P1 dan P2 yaitu sebanyak 14,80 daun, sedangkan jumlah daun terkecil

terdapat pada perlakuan P0 yaitu sebanyak 13,60 daun. Hasil uji lanjut Duncan

menunjukkan bahwa semua perlakuan pupuk bokashi tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap jumlah daun yang dihasilkan. Hal tersebut disebabkan pupuk bokashi yang dihasilkan mampu memberikan asupan kalium yang cukup untuk pertumbuhan jumlah daun tanaman kangkung darat. Semua perlakuan pupuk bokashi memiliki total K diatas standar yang telah ditetapkan pada SNI pupuk organik yaitu > 0,10% sehingga unsur kalium tidak menjadi faktor pembatas pertumbuhan tanaman kangkung. Kalium mampu meningkatkan perkembangan akar dan daun tanaman. Kalium juga berperan penting dalam proses pembukaan stomata yang dapat mempengaruhi laju fotosintesis tanaman (Syakir dan Gusmaini 2012).

Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang berbeda nyata antara perlakuan pupuk bokashi (P0, P1, P2, P3, P4) terhadap KN

(tanpa pupuk) pada 3 MST dan 4 MST tehadap jumlah daun tanaman kangkung, namun tidak berbeda nyata dengan KP (pupuk kimia) selama masa tanam. . Hasil

uji lanjut Duncan pada parameter jumlah daun tanaman kangkung darat (I. reptana) disajikan pada Lampiran 8c. Hal ini disebabkan perlakuan pemupukan

mampu memberikan suplai unsur hara yang cukup untuk pertumbuhan daun. Unsur hara pada perlakuan KN yang hanya berasal dari tanah diduga tidak mampu

mencukupi kebutuhan unsur hara yang dibutuhkan tanaman kangkung darat hingga akhir masa tanam sehingga jumlah daun yang yang tumbuh menjadi sedikit, bahkan mulai gugur saat memasuki 4 MST karena hanya bergantung pada unsur hara yang terbatas dari tanah yang tidak diberi pupuk. Asupan unsur hara yang cukup akan menopang pertumbuhan tanaman seraca optimal, namun apabila asupan unsur hara tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman, maka pertumbuhan akan terhambat bahkan mati karena kekurangan makanan (Ruhnayat 2007).

Jumlah daun yang semakin banyak akan meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman sehingga semakin banyak cadangan makanan yang tersimpan (Subowo et al. 2010). Pembentukan daun diawali dengan adanya pembelahan sel

didekat permukaan apeks tajuk. Pembelahan periklinal yang diikuti pertumbuhan sel menyebabkan adanya primodial daun sebagai titik inisiasi pertumbuhan daun muda. Sedangkan pembelahan antiklinal meningkatkan luas permukaan primodial tersebut. Pertambahan jumlah dan lebar daun disebabkan oleh meristem yang menghasilkan sejumlah sel baru (Kurniasari et al 2010).

4.4.4 Bobot basah panen tanaman kangkung darat (Ipomea reptana)

Bobot basah merupakan salah satu parameter yang dapat mewakili pertumbuhan tanaman. Semakin besar bobot tanaman berarti semakin banyak biomassa yang dihasilkan, dalam hal ini tentunya berkaitan dengan jumlah unsur

hara yang tersedia di tanah. Bobot basah panen tanaman kangkung darat (I. reptana) disajikan pada Gambar 13.

Gambar 13 Pengaruh perlakuan KN (tanpa pupuk), pupuk P0 (100%

tepung ikan), pupuk P1 (30% tepung ikan), pupuk P2

(40% tepung ikan), pupuk P3 (50% tepung ikan), pupuk P4

(60% tepung ikan), dan KP (pupuk kimia) terhadap bobot

basah panen kangkung darat (I. reptana)

Gambar 13 menunjukkan pemberian pupuk bokashi memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap bobot basah panen tanaman kangkung darat. Perlakuan terbaik diperoleh perlakuan P1 dengan bobot basah panen tertinggi dari

perlakuan pupuk bokashi yaitu sebesar 19,80 gr, sedangkan bobot basah terendah

4,80 + 1,44a 13,70 + 1,09b 19,80 + 0,76d 18,90 + 0,89d 17,00 + 0,71c 14,00 + 0,71b 16,6 0 + 0,89c 0 5 10 15 20 25 KN P0 P1 P2 P3 P4 KP B o bo t ba sa h ( g r) Perlakuan KN P0 P1 P2 P3 P4 KP

terdapat pada perlakuan P0 yaitu sebesar 13,70 gr. Hasil uji Duncan menunjukkan

perlakuan pupuk bokashi P1 dan P2 berbeda nyata dengan perlakuakn pupuk

bokashi lainnya (P0, P3, P4), sedangkan perlakuan P1 dan P2 tidak berbeda nyata

serta perlakuan P0 dan P4 tidak berbeda nyata. Hasil uji lanjut Duncan pada

parameter tinggi panen tanaman kangkung darat (I. reptana) disajikan pada Lampiran 8d. Sama seperti laju petumbuhan tinggi dan tinggi panen, perbedaan hasil pada setiap perlakuan disebabkan oleh perbedaan nilai rasio C/N dari setiap pupuk bokashi yang dihasilkan. Jika nilai rasio C/N terlalu rendah karena bahan baku yang kaya nitrogen, maka karbon menjadi nutrien pembatas atau aktivitas penyerapan hara akan terhambat dan dibatasi oleh kadar karbon. Rasio C/N yang terlalu rendah juga dapat menghambat penyerapan unsur hara lainnya sehingga menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Graves et al. 2000). Perlakuan P1 dan P2 memiliki nilai rasio C/N paling tinggi yaitu 5,50 dan 5,24,

sedangkan perlakuan P0 memiliki nilai rasio C/N terendah yaitu 1,69. Perlakuan P1 dan P2 memiliki nilai rasio C/N yang paling mendekati rasio C/N tanah

yaitu 10 yang merupakan nilai rasio C/N yang paling optimal untuk penyerapan unsur hara dan pertumbuhan tanaman sehingga pertumbuhan bobotnya lebih optimal.

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan P1 sebagai perlakuan

tebaik menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap KN dan KP. Hasil

bobot basah panen perlakuan P1 lebih tinggi jika dibandingkan dengan KN dan KP.

Hal ini menunjukkan bahwa pupuk bokashi dengan perlakuan P1 memiliki potensi

yang cukup baik untuk menggantikan peran pupuk kimia, ditunjang oleh sifat pupuk organik yang mampu memperbaiki struktur tanah yang kurang baik. Dapat dikatakan bahwa pupuk organik merupakan salah satu bahan yang sangat penting dalam upaya memperbaiki kesuburan tanah karena terbebas dari unsur kimia yang memiliki potensi untuk merusak kesuburan tanah dalam jangka panjang. Secara kualitatif, kandungan unsur hara dalam pupuk organik tidak dapat melebihi pupuk anorganik, namun penggunaan pupuk organik secara terus-menerus dalam rentang waktu tertentu akan menjadikan kualitas tanah lebih baik disbanding pupuk anorganik. Penggunaan pupuk organik tidak akan meninggalkan residu pada hasil tanaman sehingga aman bagi kesehatan manusia (Musnamar 2003).

Dokumen terkait