3) Bubu dengan desain dan ukuran baru (B)
4.2.3 Aplikasi Tutupan pada Bubu
Berdasarkan uji tutupan, kepiting lebih menyukai warna hitam. Oleh karenanya, warna hitam digunakan sebagai tutupan pada bubu desain dan ukuran baru (B) yang memperoleh hasil tangkapan paling banyak pada penelitian sebelumnya. Untuk pengujiannya, bubu (B) dipasang secara melingkar dan berselang seling dengan bubu kontrol tanpa tutupan.
13 72 28 152 0,65 3,6 1,4 7,6 0 4 8 12 16 0 40 80 120 160 N M P B Ju m lah t an gk ap an r at a -r at a Ju m lah k ep itin g Jenis perangkap n= 25 kepiting 20 kali ulangan
Gambar 30 Jumlah tangkapan kepiting pada masing-masing bubu. Keterangan:
N = Bubu nelayan P = Bubu dengan mulut menyudut M= Bubu modifikasi B = Bubu desain dan ukuran baru
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil tangkapan bubu dengan tutupan berbeda secara signifikan pada taraf kepercayaan 95% (Fhit= 125,59 > Ftab= 4,41). Bubu yang menggunakan tutupan warna hitam memperoleh hasil tangkapan paling banyak, yaitu 89 kepiting atau 96,74% dari total hasil tangkapan. Jumlah rata-rata hasil tangkapan pada setiap ulangan adalah 8,9 kepiting. Adapun hasil tangkapan bubu tanpa tutupan sebanyak 3 kepiting (3,26%). Jumlah rata-rata hasil tangkapan pada setiap ulangannya sebanyak 0,3 kepiting (Gambar 31).
Jumlah hasil tangkapan bubu yang menggunakan tutupan jauh lebih banyak dibanding bubu tanpa tutupan. Hal ini membuktikan bahwa sebagai hewan nokturnal kepiting bakau cenderung menyukai kondisi yang gelap (Moosa et al.
1975 dan Yulianto 2011). Setelah matahari terbenam, kepiting keluar dari tempat persebunyiannya untuk mencari makan. Kemudian ketika matahari mulai terbit, kepiting akan mencari lubang atau tempat lainnya untuk bersembunyi.
3 89 0 25 50 75 100
Tanpa penutup Dengan penutup
F re k uens i n = 17 kepiting
Gambar 31 Frekuensi hasil tangkapan kepiting pada bubu dengan tutupan dan tanpa tutupan.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1) Ukuran mata jaring lintasan masuk yang paling mudah dilalui kepiting adalah 1 inci;
2) Sudut kemiringan lintasan masuk yang sesuai sebesar 40o;
3) Tinggi bukaan mulut bubu yang sesuai adalah 5 cm dengan penggunaan kisi yang berjarak 2-3 cm antara satu kisi dengan kisi lainnya;
4) Warna tutupan yang disukai kepiting adalah hitam, karena seluruh kepiting mendatangi tutupan berwarna hitam;
5) Bubu lipat yang paling baik untuk menangkap kepiting bakau adalah desain baru (B) dengan jumlah tangkapan 152 kepiting (57,35%), selanjutnya diikuti oleh bubu modifikasi (M) (27,17%); dan bubu dengan posisi mulut menyudut (P) (10,57%); dan
6) Bubu lipat desain baru yang diberi tutupan dapat menangkap kepiting lebih banyak, yaitu 96,74% dari hasil tangkapan total sebanyak 92 individu, dibandingkan dengan bubu lipat tanpa tutupan.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan adalah:
1) Ulangan pada setiap perlakuan sebaiknya diperbanyak agar hasilnya semakin akurat;
2) Jumlah dan ukuran kepiting yang digunakan sebaiknya diperbanyak agar semakin mewakili kepiting yang ada di lapangan;
3) Penelitian serupa sebaiknya dilakukan pada spesies kepiting bakau yang lainnya; dan
Kepiting Bakau (Scylla serrata) [skripsi]. Bogor: Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Peikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Archdale MV, Kariyazono L, and Anasco CP. 2006. The Effect of Two Pot Types on Entrance Rate and Entrance Behavior of the Invasive Japanese Swimming Crab Charybdis japonica. Fisheries Research Journal 77:271– 274.
Archdale MV, Anasco CP, Kawamura Y, and Tomiki S. 2007. Effect of Two Collapsible Pot Designs on Escape Rate and Behavior of the Invasive Swimming Crab Charybdis japonica and Portunus pelagicus. Fisheries Research Journal 85:202–209.
Baskoro MS dan Effendy A. 2005. Tingkah Laku Ikan (Hubungannya dengan Metode Pengoperasian Alat Tangkap Ikan). Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Cholik F and Hanafi A. 1991. A Review of the Status of the Mud Crab (Scylla
sp.) Fishery and Culture In Indonesia. Di dalam: Angell CA, Editor. The Mud Crab. Prosiding Seminar dan Konfrensi; Surat Thani, Thailand 5-8 November 1991. Surat Thani, Thailand: Bay of Bengal Pragramme (BOBP); 1991. hlm 13-27.
Davey K. 2000. Decapod Crabs. (Terhubung tidak berkala). http://www.mesa. edu.au/friends/seashores/crab_reprod.html. (28 Juli 2011).
Fujaya Y. 1996. Pengaruh Spektrum Cahaya terhadap Perkembangan Ovarium Kepiting Bakau (Scylla serrta FORSKAL) [tesis]. Bogor: Program Studi Biologi Reproduksi. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Fushimi H and Watanabe S. 2001. Problems in Spesies Identifikation of the Mud Crab Genus Scylla (Brachyura: Portunidae). Fisheries Science Hal: 9-13. Gardenia YT. 2006. Teknologi Penangkapan Pilihan untuk Perikanan Rajungan di
Perairan Gebang Mekar Kabupaten Cirebon [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Gunarso W. 1985. Tingkah Laku Ikan (Dalam Hubungan dengan Alat, Metoda dan Taktik Penangkapan). Bogor: Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor.
Iskandar MD dan Rusdi. 2011. Keragaman Spesies Hasil Tangkapan Bubu Lipat yang Menggunakan Celah Pelolosan yang Berbeda di Perairan Mayangan Kabupaten Subang. Hal: 123-134 dalam Buku: New Paradigm In Marine Fisheries: Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut Berkelanjutan. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Jirapunpipat K, Phomikong P, Yokota M, and Watanabe S. 2008. The effect of Escape Vents in Collapsible Pots on Catch and Sizeof the Mud Crab Scylla olivacea. Fisheries Research Journal 94:73-78.
Kanna I. 2002. Budi Daya Kepiting Bakau. Yogyakarta: Kanisius
Kasry A. 1996. Budidaya Kepiting dan Biologi Ringkas. Jakarta: Bhratara Niaga Media.
Keenan CP, Davie PJF, and Mann DL. 1998. A Revision of the Genus Scylla De Haan, 1983 (Crustacea: Decapoda: Brachyura; Portunidae). The Raffles Buletin of Zoology. 46(1):217-245.
Mackie AM, Adron JW, and Grant PT. 1980. Chemical Nature of Feeding Stimulants for the Juvenile Sole, Solea solea (L.). Journal Fish Biology 16:701-708.
Mallawa A. 1991. Use of Pyramid Trap In Mangrove Crab (Scylla serrata) Fishing. JurnalTorani. Vol. 1.
Matjik AA dan Sumertajaya IM. 2000. Perancangan Percobaan (dengan Aplikasi SAS dan MINITAB). Jilid 1. Bogor: IPB Press.
Miller RJ. 1990. Efektiveness of Crab and Lobster Traps. Can. J. Fish Aquat. Sci.
47:1228-1251.
Monintja DR dan Martasuganda S. 1991. Teknologi Pemanfaatan Sumberdaya Hayati Laut II. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Moosa MK, Aswandy I, dan Kasry A. 1975. Kepiting Bakau Scylla serrata
(Forskal, 1775) dari Perairan Indonesia. Jakarta: Sumberdaya Hayati Perairan LON-LIPI.
Nybakken JW. 1992. Biologi Laut (Suatu Pendekatan Ekologis). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Prado J dan Dremiere PY. 1990. Petunjuk Praktis bagi Nelayan. Fauzi, Zarochman, Nur Bambang, Dulgofar, Baithur S, penerjemah; Semarang: Balai Pengembangan Penangkapan Ikan. Terjemahan dari: Fisherman's Work Book, FAO.
Prianto E. 2007. Peran Kepiting Sebagai Spesies Kunci (Keystone Spesies) pada Ekosistem Mangrove. Prosiding Forum Perairan Umum Indonesia IV.
Banyuasin: Balai Riset Perikanan Perairan Umum.
Puspito G. 2009. Perangkap Non Ikan. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Riyadi DMM. 2004. Kebijakan Pembangunan Sumber Daya Pesisir Sebagai Alternatif Pembangunan Indonesia Masa Depan. Jakarta: Deputi Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional. Kepala Bappenas Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup.
Sainsbury JC. 1996. Commercial Fishing Methods. An Introduction to Vessel and Gears. 3rd Edition. London: Fishing News Books.
Santoso S. 1999. SPSS (Statistical Product and Service Solution). Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia.
Sara L, Ingles JA, Aguilar RO, Laureta LV, Baldevarona RB, and Watanabe S.
2006. Abundance and Distribution Patterns of Scylla spp. Larvae in the Lawele Bay, Southeast Sulawesi, Indonesia. Asian Fisheries Science
19:331-347.
Shih HT. 2009. Kepiting Hijau (terjemahan dari: 特蘭奎巴青蟳). (Terhubung
tidak berkala). http://web.nchu.edu.tw/~htshih/crab/list_cb/Scylla_tranque-barica.htm. (28 Juli 2011).
Siahainenia L. 2008. Bioekologi Kepiting Bakau (Scylla spp.) di Ekosistem Mangrove Subang Jawa Barat [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Slack RJ and Smith. 2001. Fishing with Traps and Pots. FAO Training Series. Italy: FAO.
Subani W dan Barus HR. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Edisi Khusus. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Jakarta: Balai Penelitian Perikanan Laut. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.
Sudirman dan Mallawa A. 2000. Teknik Penangkapan Ikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Suryani M. 2006. Ekologi Kepiting Bakau (Scilla serrata Forskal) dalam Ekosistem Mangrove di Pulau Enggano Provinsi Bengkulu [tesis]. Semarang: Program Pascasarjana, Universitas Diponegoro.
Tupan CI, Uneputty PA, dan Mamesah JAB. 2005. Hubungan Kepadatan Kepiting Bakau (Scylla spp.) dengan Karakteristik Habitat pada Hutan Mangrove Perairan Pantai Desa Passo, Ambon. Jurnal Ichtyos 4(2): 81-86. Tossin MR. 1992. Pengaruh Penurunan Salinitas terhadap Kelangsungan Hidup
Larva-Megalopa Kepiting Bakau Scylla serrata (Forskal) [tesis]. Bogor: Jurusan Ilmu Perairan. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Vay LL. 2001. Ecology and Management of Mud Crab Scylla spp. Asian
Fisherhies Science Journal 14:101-111.
Von Brandt A. 2005. Fish Catching Methods of the World. 4th Edition. UK: Blackwell Publishing Ltd.
Wijaya NI, Yulianda F, Boer M, dan Juwana S. 2010. Biologi Populasi Kepiting Bakau (Scylla serrata F.) di Habitat Mangrove Taman Nasional Kutai Kabupaten Kutai Timur. Jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia
36(3):443-461.
Yulianto T. 2011. Respons Kepiting Bakau (Scylla serrata forskal 1775) terhadap Tingkat Kebusukan Umpan Keong Emas (Pomacea canaliculata lamarck 1822) [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Zulkarnain, Baskoro MS, Martasuganda S, dan Monintja DR. 2011. Pengembangan Desain Bubu Lobster yang Efektif. Buletin PSP 19(2):45-57.
Refraktometer
Lampiran 1 Alat-alat penelitian (Lanjutan)
pH meter
Lampiran 1 Alat-alat penelitian (Lanjutan)
Kamera
Lampiran 1 Alat-alat penelitian (Lanjutan)
Akuarium pengamatan
Lampiran 1 Alat-alat penelitian (Lanjutan)
Filter akuarium
Lampiran 1 Alat-alat penelitian (Lanjutan)
Lampiran 2 Bubu modifikasi dan rancangan baru
Bubu modifikasi (M) (tampak depan)
Lampiran 2 Bubu modifikasi dan rancangan baru (Lanjutan)
Bubu modifikasi mulut menyudut (P)
Lampiran 2 Bubu modifikasi dan rancangan baru (Lanjutan)
Bubu dengan desain dan ukuran baru (B) (tampak samping)
Lampiran 3 Tabel ANOVA
Tabel ANOVA untuk pengujian konstruksi bubu yang berbeda
Sum of squares df Mean square F Sig.
Between groups 584.238 3 194.746 95.519 .000
Within groups
154.950 76 2.039 Ftab:
2.738666667
Total 739.188 79
Tabel ANOVA untuk pengujian pengaruh tutupan pada bubu
Sum of squares df Mean square F Sig.
Between groups 369.800 1 369.800 125.592 .000
Within groups 53.000 18 2.944 Ftab: 4.41