• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.4. Aqidah

Secara terminologi, devinisi aqidah adalah keimanan yang kokoh dan ketetapan yang pasti yang tidak mengandung suatu keraguan sedikitpun. Itulah yang diimani oleh seseorang yang hatinya sudah terpaku olehnya (aqidah) dan menjadikannya sebagai madzahab dan agama. Jika keimanan yang kokoh dan ketetapan yang pasti itu benar, maka otomatis aqidahnya juga benar.

Aqidah secara bahasa dapat diartikan sebagai suatu keyakinan atau keimanan. Secara istilah berarti suatu keyakinan yang kokoh yang ada dalam hati sanubari, digetarkan akal yang sehat, diucapkan lidah, dan diwujudkan dalam perbuatan nyata. Jadi komponen aqidah ada 3 yakni hati atau akal, lidah, dan seluruh anggota tubuh.

Akidah sebagai pokok pembahasan adalah sesuatu (ajaran) yang hati nurani seseorang terikat padanya. Atau, sesuatu (ajaran) yang menjadikan manusia beragama dan terikat kepadanya. Maka kalau dikatakan ajaran akidah Islam berarti, ajaran Islam

tentang pokok-pokok keimanan yang terangkum dalam insitusi keimanan (credo institution atau rukun iman) yang mutlak benar dan mutlak mengikat, sehingga ia harus diyakini, dinyatakan dan diwujudkan ke dalam perbuatan.

Oleh karena itu, pelaksanaan aspek syari'ah baik berupa akidah-akidah murni, seperti shalat, puasa dan sebagainya maupun kaidah-kaidah kemasyarakat lainnya, seperti ikatan perkawinan, waris-mewaris dan sebagainya, tidak boleh ke luar dari ketentuan-ketentuan akidah tersebut. Dengan kata lain, pelaksanaan aspek syari'ah itu tidak akan berdimensi vertikal selain yang horisontal kecuali dilandasi dengan akidah yang benar. dengan demikian, akidah yang menduduki posisi pertama harus diyakini oleh setiap orang mu'min.

Sedangkan pemikiran akidah Islam adalah ketetapan-ketetapan hasil pemikiran yang diyakini sebagai kebenaran berdasarkan dalil yang tekstual dan rasional tentang pokok-pokok ajaran akidah itu sendiri. Dari pengertian (batasan) tersebut, jelas adanya perbedaan antara keduanya (ajaran dan pemikiran) dan karenanya, perlu diutarakan sekitar aspek-aspek perbedaannya itu.

Ada empat jenis akidah yang harus kita miliki yakni:

1. Aqidah Ilahiyah (Bersifat Ketuhanan) : Maksudnya seseorang yang dalam keadaan

sadar meyakini, memahami, menjiwai dan mengamalkan segala sesuatu yang berhubungan dengan kapasitas Allah sebagai Tuhan. Ia meliputi Syariah Allah (ketetapan atau aturan yang berupa perintah, larangan, anjuran, janji, ancaman, dan kehendak), Sifat-sifat Allah, Nama-nama Allah dan Otorisasi Allah.

2.Aqidah Nubuwah : Meyakini, memahami, menjiwai dan mengamalkan yang

berhubungan dengan nabi. Ia meliputi segala ketetapan (perintah, anjuran, ancaman, larangan, janji, prediksi), Sifat (Sidiq, amanah, tablig, fathonah), Keistimewaan, kemuliaan, akhlaqnya serta ucapan, sikap, dan perbuatannya.

3. Aqidah Ruhaniyah (Metafisis): Meyakini, menjiwai, memahami, segala sesuatu yang

bersifat ghoib (tidak terdeteksi oleh panca indera). Misalnya pahala, dosa, surga,

neraka, adanya Alloh, malaikat, Jin, adanya alam kubur, adanya kiamat masa

kebangkitan dan alam akhirat.

4. Akidah Samiyyah (Pendengaran) : Meyakini apa yang didengar atau diperoleh dari

al-Quran dan as sunnah tanpa ada keraguan sedikitpun.

Dalam akidah islamiah juga terdapat toleransi beragama, yaitu sifat saling mengormati atau tolong menolong terhadap orang yang seagama (sesama muslim) maupun yang beragama lain (non muslim).

Perspektif ajaran Islam tentang toleransi antar umat beragama terkait erat dengan doktrin Islam tentang hubungan antara sesama umat manusia dan hubungan Islam dengan agama-agama lain. Perspektif Islam tentang toleransi beragama sebenarnya bukan berangkat dari aspek teologis semata, tetapi juga berpijak pada aspek kemanusiaan itu sendiri, sementara di sisi lain juga tidak mengabaikan pengalaman historis manusia dalam pergaulan hidup, terutama dalam kehidupan beragama.

Hubungan persaudaraan antara Muslim dan non-Muslim sama sekali tidak dilarang oleh Islam, selam pihak lain menghormati hak-hak kaum Muslim: ”Allah tidak

melarang kamu berbuat baik dan berbuat adil (memberikan sebagian hartamu) kepada orang-orang yang tidak memerangi kamu karena agama, dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al-Mumtahanah 60:8). Bahkan, Al-Quran mengajarkan kepada Nabi Muhammad saw. dan umatnya untuk menyampaikan kepada penganut agama lain, setelah kalimatun sawa’ tidak dicapai: ”Kami atau kamu pasti berada dalam kebenaran atau kesesatan yang nyata. Katakanlah, ’Kamu tidak akan ditanyai (bertanggungjawab) tentang dosa yang kami perbuat, dan kami tidak akan ditanyai (pula) tentang dosa yang kamu perbuat.’ Katakanlah, Tuhan kita akan menghimpun kita semua, kemudian menetapkan dengan benar (siapa yang benar dan yang salah) dan Dialah Maha Pemberi Keputusan lagi Maha Mengetahui.” (QS. Saba 34:24-26).

Sikap toleransi lainnya yang boleh dilakukan muslim terhadap non muslim sesuai Aqidah Islamiah adalah berdoa yang ditujukan kepada non muslim. Mendoakan orang lain hukumnya tentu baik dan berpahala. Termasuk juga mendoakan hal-hal yang baik buat seorang non muslim sekalipun. Misalnya mendoakan kesembuhannya bila sakit atau bisa terbebas dari kesulitan duniawi lainnya. Dan yang paling utama adalah mendoakannya agar mendapat hidayah dari Allah sehingga bisa memeluk Islam.

Tentu doa ini tidak ada kaitannya dengan aqidah, melainkan lebih merupakan sebuah doa yang bersifat kemanusiaan, di mana sebagai sesama manusia, wajarlah bila saling tolong dengan sesama. Bahkan sebagai muslim diwajibkan untuk melindungi kafir zimmi segala hal yang mencelakakan mereka. Bahkan kalau sampai ada pihak umat Islam yang menyakiti kafir zimmi yang berada dalam perlindungan umat Islam,

maka yang memerangi itu harus diperangi. Maka mendoakan kebaikan duniawi buat mereka tentu saja merupakan hal yang wajar dan diperbolehkan.

Batas yang tidak boleh adalah memohonkan ampunan bagi orang yang kafir dan mati dalam kekafirannya. Meski pun yang kafir itu masih saudara kita sendiri. Dan dalam konteks itulah Allah SWT melarang Nabi Ibrahim mendoakan dan memintakan ampunan bagi ayahnya yang kafir. Berkata Ibrahim, “Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku. Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat, sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam”. Dan permintaan ampun dari Ibrahim untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri dari padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.

Ungkapan innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’un bukan doa dan sama sekali tidak bermaksud mendoakan orang yang wafat, melainkan ungkapan zikir biasa yang dikaitkan dalam konteks bila ada yang wafat. Sedangkan yang wafat itu beragama apapun, tidaklah menjadi masalah. Sebab makna lafaz dari hanyalah ungkapan bahwa kita ini semua milik Allah dan kita pasti akan kembali kepadan-Nya. Bahwa seorang mati dalam keadaan beriman atau tidak beriman, itu urusan masing-masing. Selama lafaz itu tidak bermakna doa atau memohonkan ampunan, tentu tidak terkena larangan.

Namun bila diteruskan dengan ungkapan lain, seperti: semoga arwahnya diterima di sisi tuhan , tentu saja haram hukumnya. Sebab siapapun yang meninggal bukan sebagai muslim, sudah pasti arwahnya tidak akan diterima Allah. Tapi bukan gentayangan, melainkan tidak diterima sebagai hamba yang baik, sebaliknya diterima sebagai hamba yang kafir, ingkar dan sudah pasti 100% masuk neraka. Dan tanpa kemungkinan untuk diampuni lagi dosanya.

Demikian juga bila harapan seseorang adalah: Semoga arwahnya tenang di sisi- Nya , tentu saja tidak boleh. Sebab dalam pandangan aqidah islamiah, seorang yang mati dalam keadaan kafir, arwahnya tidak akan tenang. Sebab mereka harus berhadapan dengan malaikat azab. Jadi tidak layak kalau dimakamnya ditulis: RIP , yang benar adalah RIF. Apa yang disampaikan ini bukan berarti muslim harus membenci non muslim. Sama sekali tidak. Namun tema ini adalah bagian dari aqidah seorang muslim, untuk membedakan bahwa Agama Islam itu tidak sama dengan agama lain. Bedanya jelas, yang muslim kalau mati masuk surga sedangkan yang bukan muslim matinya pasti masuk neraka. Jadi ungkapan bahwa semua agama itu sama adalah ungkapan yang sesat dan menyesatkan. Tetapi kalau muslim sampaikan rasa bela sungkawa kepada keluarga yang ditinggalkan, misalnya dengan ucapan turut berduka cita, seperti yang umumnya tertulis di karangan bunga, tentu tidak menjadi masalah. Toh, ungkapan ini juga bukan doa melainkan hanya ungkapan rasa simpati sebagai sesama manusia biasa. Bahkan kalaupun kita mohon kepada Allah SWT agar keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan kesabaran, tentu saja tidak mengapa.

Adapun lima perkara yang wajib dilakukan oleh seorang muslim antara lain :  Mengucap dua kalimat syahadat dan menerima bahwa Allah itu tunggal dan Nabi Muhammad s.a.w itu rasul Allah. Menunaikan shalat lima kali sehari. Mengeluarkan zakat. Berpuasa pada bulan Ramadhan. Menunaikan Haji bagi mereka yang mampu.

1. Syahadat

Rukun pertama : Bersaksi tidak ada ilah yang berhak disembah secara hak melainkan Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Syahadat (persaksian) ini memiliki makna yang harus diketahui seorang muslim berikut diamalkannya. Adapun orang yang mengucapkannya secara lisan namun tidak mengetahui maknanya dan tidak mengamalkannya maka tidak ada manfaat sama sekali dengan syahadatnya.

Makna "La ilaha Illallah Yaitu; tidak ada yang berhak diibadahi secara hak di bumi maupun di langit melainkan Allah semata. Dialah ilah yang hak sedang ilah (sesembahan) selain-Nya adalah batil. Sedang Ilah maknanya ma’bud (yang diibadahi). Artinya secara harfiah adalah: "Tiada Tuhan Selain ALLAH". Orang yang beribadah kepada selain Allah adalah kafir dan musyrik terhadap Allah sekalipun yang dia sembah itu seorang nabi atau wali. Sekalipun ia beralasan supaya bisa mendekatkan diri kepada Allah ta’ala dan bertawasul kepadanya. Sebab orang- orang musyrik yang dulu menyelisihi Rasul, mereka tidak menyembah para nabi dan wali dan orang soleh melainkan dengan memakai alasan ini. Akan tetapi itu merupakan alasan batil lagi tertolak. Sebab mendekatkan diri kepada Allah ta’ala dan bertawasul kepada-Nya tidak boleh dengan cara menyelewengkan ibadah kepada selain Allah.

Makna Syahadat “Muhammad Rasulullah”

Makna syahadat Muhammad Rasulullah adalah mengetahui dan meyakini bahwa Muhammad utusan Allah kepada seluruh manusia, dia seorang hamba biasa yang tidak boleh disembah, sekaligus rasul yang tidak boleh didustakan. Akan tetapi harus ditaati dan diikuti. Siapa yang menaatinya masuk surga dan siapa yang mendurhakainya masuk neraka. Selain itu anda juga mengetahui dan meyakini bahwa sumber pengambilan syariat sama saja apakah mengenai syiar-syiar ibadah ritual yang diperintahkan Allah maupun aturan hukum dan syariat dalam segala sector maupun mengenai keputusan halal dan haram. Semua itu tidak boleh kecuali lewat utusan Allah yang bisa menyampaikan syariat-Nya. Oleh karena itu seorang muslim tidak boleh menerima satu syariatpun yang datang bukan lewat Rasul SAW.

2. Salat

Salat lima waktu sehari semalam yang Allah syariatkan untuk menjadi sarana interaksi antara Allah dengan seorang muslim dimana ia bermunajat dan berdoa kepada-Nya. Juga untuk menjadi sarana pencegah bagi seorang muslim dari perbuatan keji dan mungkar sehingga ia memperoleh kedamaian jiwa dan badan yang dapat membahagiakannya di dunia dan akhirat. Allah mensyariatkan dalam salat, suci badan, pakaian, dan tempat yang digunakan untuk salat. Maka seorang muslim membersihkan diri dengan air suci dari semua barang najis seperti air kecil dan besar dalam rangka mensucikan badannya dari najis lahir dan hatinya dari najis batin.

3. Puasa

Puasa pada bulan Ramadhan yaitu bulan kesembilan dari bulan hijriyah. Sifat puasa: Seorang muslim berniat puasa sebelum waktu shubuh (fajar) terang. Kemudian menahan dari makan, minum dan jima’ (hubungan lain jenis) hingga terbenamnya matahari kemudian berbuka. Ia kerjakan hal itu selama hari bulan Romadhon. Dengan itu ia menghendaki ridho Allah ta’ala dan beribadah kepada- Nya. Dalam puasa terdapat beberapa manfaat tak terhingga. Diantara yang

terpenting : Merupakan ibadah kepada Allah dan menjalankan perintah-Nya.

Seorang hamba meninggalkan syahwatnya, makan dan minumnya demi Allah. Hal itu diantara sarana terbesar mencapai taqwa kepada Allah ta’ala. Adapun manfaat puasa dari sudut kesehatan, ekonomi, sosial maka amat banyak. Tidak ada yang dapat mengetahuinya selain mereka yang berpuasa atas dorongan akidah dan iman.

4. Zakat

Allah telah memerintahkan setiap muslim yang memilki harta mencapai nisab untuk mengeluarkan zakat hartanya setiap tahun. Ia berikan kepada yang berhak menerima dari kalangan fakir serta selain mereka yang zakat boleh diserahkan kepada mereka sebagaimana telah diterangkan dalam Al Qur’an. Nishab emas sebanyak 20 mitsqal. Nishab perak sebanyak 200 dirham atau mata uang kertas yang senilai itu. Barang- barang dagangan dengan segala macam jika nilainya telah mencapai nishab wajib pemiliknya mengeluarkan zakatnya manakala telah berlalu setahun. Nishab biji- bijian dan buah-buahan 300 sha’. Rumah siap jual dikeluarkan zakat nilainya. Sedang rumah siap sewa saja dikeluarkan zakat upahnya. Kadar zakat pada emas, perak dan barang-barang dagangan 2,5 % setiap tahunnya. Pada biji-bijian dan buah-

buahan 10 % dari yang diairi tanpa kesulitan seperti yang diairi dengan air sungai, mata air yang mengalir atau hujan. Sedang 5 % pada biji-bijian yang diairi dengan susah seperti yang diairi dengan alat penimba air. Diantara manfaat mengeluarkan zakat menghibur jiwa orang-orang fakir dan menutupi kebutuhan mereka serta menguatkan ikatan cinta antara mereka dan orang kaya

5. Haji

Rukun Islam kelima adalah haji ke baitullah Mekkah sekali seumur hidup. Adapun lebihnya maka merupakan sunnah. Dalam ibadah haji terdapat manfaat tak terhingga : Pertama, haji merupakan bentuk ibadah kepada Allah ta’ala dengan ruh, badan dan harta. Kedua, ketika haji kaum muslimin dari segala penjuru dapat berkumpul dan bertemu di satu tempat. Mereka mengenakan satu pakaian dan menyembah satu Robb dalam satu waktu. Tidak ada perbedaan antara pemimpin dan yang dipimpin, kaya maupun miskin, kulit putih maupun kulit hitam. Semua merupakan makhluk dan hamba Allah. Sehingga kaum muslimin dapat bertaaruf (saling kenal) dan taawun (saling tolong menolong). Mereka sama-sama mengingat pada hari Allah membangkitkan mereka semuanya dan mengumpulkan mereka dalam satu tempat untuk diadakan hisab (penghitungan amal) sehingga mereka mengadakan persiapan untuk kehidupan setelah mati dengan mengerjakan ketaatan kepada Allah ta’ala.

Dokumen terkait