• Tidak ada hasil yang ditemukan

Arab Sesudah Islam

Dalam dokumen tesis Rudiawan Sitorus (Halaman 58-61)

GAMBARAN MASYARKAT MADAN

C. Masyarakat Arab

2. Arab Sesudah Islam

Negara yang dibentuk oleh nabi itu semakin lama semakin kuat dan tidak lama kemudian kota Makkah dulunya yang mengintimidasi beliau tunduk di bawah kekuasaan Madinah. Sebenarnya ada dua adikuasa yang mempunyai pengaruh dimasa kelahiran Islam, adalah Imperium Bizantium di Eropa Timur dan Imperium Persia di Asia Barat. India sedang dalam kemunduran, Cina juga juga bukan dalam puncak kekuasaannya, Eropa Barat yang sekarang maju itu pada zaman kelahirannya Islam belum kedengaran namanya. Adapun Amerika masih belum dijumpai ketika itu. Demikianlah adi kuasa itu terus menerus berada dalam keadaan perang, sehingga Islam tampil sebagai kekuatan yang terus menjadi perhatian di zamannya.77

Bentuk negara yang pertama dibangun dalam sejarah ke-Islaman adalah negara Madinah yang dipandu oleh al-Quran dan As-Sunnah. Untuk keperluan pertumbuhan regional, Rasulullah SAW, menggariskan aturan-aturan regional. al-Quran pun menetapkan pada akhir surat al-Anfal mengenai batasan-batasan loyalitas masyarakat yang terdiri atas penduduk asli dan imigran agar saling menjaga dan membantu. Negara Madinah merupakan realitas regional yang berwawasan internasional. Negara ini telah melampaui realitas zamannya, sebab penduduknya percaya bahwa mereka merupakan bagian dari mata rantai umat Islam sebelumnya yang dipimpin para Rasul. Secara psikis, Madinah pun telah

77

melampaui realitas regionalnya, sebab penduduknya telah terlibat aktif dalam konflik internasional dengan Persia dan Romawi, khususnya dalam konflik ekonomi, politik, dan agama. Negara Madinah dengan kondisinya tersebut kemudian mengokohkan Dunia Arab dan seluruh umat manusia di sana sebagai basis dan alat integrasi. Hal itu dikarenakan Arab mempunyai misi samawi.78

Islam datang ke wilayah Arab khususnya Makkah dan Madinah membawa misi kemanusiaan, Muhammad dengan agama Islam yang dibawanya mencoba memberikan sebuah revolusi bagi perkembangan kehidupan dunia Arab ketika itu, ialah revolusi tauhid (paganisme), revolusi Hak Asasi Manusia (HAM) dan revolusi Konstitusi (sistem) dengan berlakunya Piagam Madinah. Dakwah yang dikembangkan itu berlaku dengan santun, melindungi orang tertindas, membebaskan perbudakan, sifat kesewenang-wenangan dan mengajak kepada seruan nenek moyangnya bangsa Arab yaitu kembali kepada agama yang hanif yaitu agama yang dibawa oleh Ibrahim dan anaknya Ismail.79

Seruan dakwah yang dikembangkan oleh Muhammad SAW, dengan kehadiran Islam ditengah keringnya nilai spiritual, keberadaban dan hancurnya sistem nilai dalam pemerintahan, maka tidak sedikit juga para bangsawan atau masyarakat Arab yang menentang pembebasan yang telah dilakukan oleh Nabi SAW, meskipun pada akhirnya secara bertahap proses dakwah itu berakhir dengan penguasaan Arab dan Madinah, yang walaupun sebenarnya pada inti seruan keberIslaman itu bukanlah sesungguhnya misi untuk sebuah keberkuasaan menjadi pembesar kota Makkah maupun Madinah, tapi lebih penting dari itu adalah mencoba memperbaiki akhlak, moral dan penyimpangan agama hingga berlakunya syariat yang baru yaitu Islam.

78

Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (ed.), Fahsin, M. Fa’al, (Yogyakarta: Pustaka

Book Publisher, 2007) h. 39. 79

Dalam kajian teoritisnya Al Mawardi memberikan sebuah penjelasan bahwa dua hal substantif Piagam Madinah adalah mengatur kepentingan umat (Siya>sah al-Ummah)dan melindungi Agama (Hiro>sah al-Millah), lihat dalam Al Mawardi, Al Ahkam al-Sulth}>aniyah,Syirkah Bengkulu Indah, (Surabaya, Tt), h. 14-15.

Bukti bahwa Islam telah mendatangi dan menyampaikan risalah serta mewujudkan agama yang rahmatan li al-‘a>lami>ndi dunia Arab khususnya Makkah dan Madinah adalah dengan bertambah para pengikut ajaran Islam ini, baik ia laki-laki, perempuan, anak muda, tua dan golongan anak-anak. Semuanya terwujud karena pengembangan dakwah yang menyatu dengan sesuatu hal yang fithrah dalam hati manusia, yaitu keinginan untuk selalu damai, nyaman, memiliki semangat kebersamaan, penuh cinta dalam penghambaan terhadap Tuhan-Nya.80 Akhirnya keberagamaan itu telah mampu merubah pola hidup yang hedonistik, kanibal, dan mempunyai pola hidup yang beraturan dengan sumber utamanya yaitu al-Quran, hadits Nabi dan kesepakatan-kesepakatan untuk saling menjaga dan mengharmonikan kehidupan dalam pluralitas kebangsaan ketika itu di dunia Arab.

Secara garis besar penyebaran Islam masa Nabi SAW, menjadi dua fase yaitu, fase Makkah dan fase Madinah. Fase Makkah adalah fase sejak penerimaan wahyu sampai sebelum hijrah, dan fase Madinah adalah fase setelah hijrah Nabi SAW, sampai wafatnya. Pada langkah pertama orang-orang terdekat Nabi lah yang pertama kali memeluk Islam, Khadijah, isteri beliau, dari kaum perempuan, Ali bin Abi thalib dari kaum muda, Abu Bakar dari kaum tua, dan Zaid bin Haritsah dari golongan budak. Pada tahap ini Islam masih disebarkan secara sembunyi-sembunyi. Masyarakat Makkah juga belum bereaksi terhadap aktifitas Nabi SAW, karena masih dipandang sebelah mata. Dimulainya dakwah secara terbuka dan terang-terangan81 setelah turunnya wahyu.82 Di Madinah, Nabi mengalami titik balik penyebaran Islam, Madinah telah membuka mata para golongan elit Makkah dan kelompok-kelompok masyarakat Arabia mengenai adanya kekuatan yang siap menerkam

80

Hanung Hasbullah Hamda, Dkk, Mozaik Sejarah Islam, (Jogjakarta: Nusantara Press, Februari 2011), h. 49.

81

Kondisi berubah memanas ketika Nabi SAW, mengatakan kepada masyarakat Makkah di bukit safa:

“Bagaimana pendapat kalian jika aku kabarkan bahwa di lembah sana seekor kuda yang akan menyerang kalian,

apakah kalian mempercayai apa yang saya ucapkan?” Mereka menjawab, ya kami percaya karena belum pernah mendapatkan engkau berdusta”. Maka, Rasulullah bersabda, “Ketahuilah bahwa sesungguhnya aku memberi peringatan kepada kalian tentang siksa yang sangat pedih”. Selengkapnya bisa dilihat dalam Hanung Hasbullah

Hamda, Mozaik Sejarah..., hlm 48 82

eksistensi mereka. Mereka telah diterpa kekhawatiran dan ketakutan yang secara perlahan berubah ketidak berdayaan.83

Dalam dokumen tesis Rudiawan Sitorus (Halaman 58-61)