• Tidak ada hasil yang ditemukan

Arahan Kebijakan dan Lingkup Penataan Bangunan dan Lingkungan

Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan di perkotaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya. Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang-undang dan peraturan antara lain:

1) UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.

Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-43 2) UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung. Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:

a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah;

b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan

c. Izin mendirikan bangunan gedung.

Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada RTBL yang ditetapkan oleh Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung dan pengendalian dampak lingkungan. Sedangkan, persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan, kesehatan, keamanan dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamanatkan bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah.

3) PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005 tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.

4) Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-44 Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan gabungan dari jenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota.

5) Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan indikator pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian PU beserta sektor-sektornya.

Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik sehingga terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi:

a. Kegiatan penataan lingkungan permukiman

 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);

 Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);

 Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan pemukiman kumuh dan nelayan;

 Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman tradisional. b. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung

 Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan lingkungan;

 Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;

 Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur;

 Pelatihan teknis

c. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan

 Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-45 B. Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Seperti wilayah perkotaan pada umumnya, Kota Surakarta juga memiliki permasalahan penataan bangunan dan lingkungan yang cukup kompleks. Permasalahan tersebut sifatnya kompleks dan melibatkan berbagai aspek. Oleh karena itu, dalam proses penataannya diperlukan identifikasi permasalahan dan tantangan penataan bangunan dan lingkungan yang ada di Kota Surakarta yang ditinjau dari berbagai aspek.

Tabel 3.10. Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan

No Aspek Penataan Bangunan dan Lingkungan Permasalahan yang dihadapi Tantangan

Pengembangan Alternatif Solusi Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman

1 Aspek Teknis  Masih kurang diperhatikannya

kebutuhan sarana sistem proteksi kebakaran

 Belum adanya

pemecahan masalah lalu lintas dan belum ada penanda persimpangan kawasan di Ringroad

 Bangunan perdangangan (ruko) belum bersinergi dengan identitas kawasan

 Banyaknya bangunan yang tidak sesuai dengan peraturan bangunan yang berlaku di Kota Surakarta

 Pertambahan penduduk Kota Surakarta yang sangat pesat, sehingga berdampak terhadap pembangunan fisik secara besar-besaran  Penataan Bangunan yang ada, hingga sesuai dengan praturan yang berlaku 2 Aspek Kelembagaan  Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan;  Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan gedung di daerah dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan.

 Penambahan jumlah pegawai pengawas bangunan yang tak seimbang dengan pertambahan penduduk dan bangunan  Perlunya penegakan peraturan tentang bangunan yang berlaku di Kota Surakarta  Proses pengawasan bangunan dapat melibatkan masyarakat di sekitar, sehingga akan lebih efektif dan efisien

3 Aspek Pembiayaan  Masih rendahnya dukungan pemda dalam pembangunan lingkungan

 Dengan anggaran yang terbatas, harus dapat menghadapi

 Perlunya pelibatan pihak lainnya yang berasal dari luar

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-46 No Aspek Penataan Bangunan dan Lingkungan Permasalahan yang dihadapi Tantangan

Pengembangan Alternatif Solusi permukiman yang

diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi anggaran daerah untuk peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan SPM

pertumbuhan bangunan baru

pemerintah, misalnya pihak swasta

4 Aspek Peran Serta Masyarakat/Swasta

 Masih rendahnya peran serta masyarakat dan swasta didalam penataan bangunan dan lingkungan

 Merubah cara berfikir masyarakat tentang penataan bangunan dan lingkungan  Sosialisasi penataan bangunan dan llingkungan di sekitar  Menjadikan msyarakat sebagai alat pendeteksi dini terhadap pelanggaran penataan bangunan dan lingkungan 5 Aspek Lingkungan Permukiman  Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana lingkungan hijau/terbuka, sarana olahraga di Kota Surakarta

 Masih banyaknya sampah yang tidak tertangani dengan baik, sehingga membuat lingkungan menjadi kotor

 Terbatasnya lahan yang ada di Kota Surakarta  Penduduk yang selalu bertambah akan menambah permasalahan lingkungan di permukiman baik itu permasalahan RTH maupun sanitasi lingkungan  Perlunya penataan bangunan dan lingkungan dengan cara perbaikan kampung maupun kawasan permukiman  Menyediakan fasilitas pendukung permukiman, seperti taman, tempat sampah, jaringan drainase dan lainnya Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

Aspek Teknis  Terbatasnya kegiatan pemberdayaan masyarakat atau komunitas di Kota Surakarta  Memperdayakan masyarakat melalui kegiatan pemberdayaan  Memperdayakan masyarakat yang disesuaikan dengan karakteristik masyarakat, misalnya masyarakat yang memiliki potensi sebagai pembatik, akan lebih cocok jika dikembangkan sebagai permukiman dengan sentra kegiatan batik

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-47 No Aspek Penataan Bangunan dan Lingkungan Permasalahan yang dihadapi Tantangan

Pengembangan Alternatif Solusi Aspek

Kelembagaan

 Terbatasnya jumlah petugas yang dapat melayani seluruh penduduk Kota Surakarta

 Keterbatasan jumlah pegawai untuk memberdayakan masyarakat

 Dapat memberikan arahan dan pelatihan kepada masyarakat untuk memperdayakan masyarakat, sehingga nantinya masyarakat dapat berkembang dengan mandiri

Aspek Pembiayaan  Keterbatasan anggaran dana yang dapat digunakan untuk pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan

 Memanfaatkan dana yang terbatas agar tepat sasaran secara efekttif dan efisien

 Dapat melakukan kerjasama dengan pihak swasta, dalam melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat Aspek Peran Serta

Masyarakat/Swasta

 Masih sedikit masyarakat dan pihak swasta yang turut serta berperan dalam pemberdayaan komunitas

 Untuk dapat merubah cara berfikir masyarakat dan swasta agar mau ikut peran serta dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat  Sosialisasi kepada masyarakat dan swasta terkait dengan pemberdayaan masyarakat Aspek Lingkungan Permukiman  Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana lingkungan hijau/terbuka, sarana olahraga di Kota Surakarta

 Terbatasnya prasarana dan sarana penunjang

 Terbatasnya lahan yang ada di Kota Surakarta  Penduduk yang selalu bertambah akan menambah permasalahan lingkungan  Perlunya penataan bangunan dan lingkungan dengan cara perbaikan kampung maupun kawasan permukiman  Menyediakan fasilitas sarana dan prasarana permukiman

Dokumen terkait