Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-1
BAB III
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS
INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA
3.1. ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DAN ARAHAN
PENATAAN RUANG
3.1.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya Berdasarkan RPJMN 2015-2019
Adapun arahan pembangunan Cipta Karya yang tertuang di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019, yaitu:
1. Mendorong Percepatan Pembangunan Perumahan Rakyat
Arah kebijakan dalam mendorong percepatan pembangunan perumahan rakyat selama lima tahun kedepan akan dicapai dengan upaya peningkatan akses masyarakat berpendapatan rendah terhadap hunian yang layak, aman, dan terjangkau serta didukung oleh penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas yang memadai melalui strategi:
a. Peningkatan peran fasilitasi pemerintah dan pemerintah daerah dalam menyediakan hunian baru (sewa/milik) dan peningkatan kualitas hunian. Penyediaan hunian baru (sewa/milik) dilakukan melalui pengembangan sistem pembiayaan perumahan nasional yang efektif dan efisien termasuk pengembangan subsidi uang muka, kredit
mikro perumahan swadaya, bantuan stimulan, memperluas program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan, serta integrasi sektor perumahan dalam sistem jaminan sosial nasional. Sementara peningkatan kualitas hunian dilakukan melalui penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas pembangunan kampung deret, serta bantuan stimulan dan/atau kredit mikro perbaikan rumah termasuk penanganan permukiman kumuh yang berbasis komunitas.
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-2 menjadi badan pelaksana pembangunan perumahan sekaligus pengelola Bank Tanah untuk perumahan.
c. Peningkatan peran Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terkait dengan penyediaan perumahan untuk MBR melalui: i) peningkatan ekuitas Bank Tabungan Negara (BTN), Perum Perumnas, dan Sarana Multigriya Finansial (SMF) melalui Penyertaan Modal Negara (PMN); ii) mendorong BTN menjadi bank khusus perumahan, serta iii) melakukan perpanjangan Peraturan Presiden SMF terkait penyaluran pinjaman kepada penyalur Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dengan sumber pendanaan dari pasar modal dengan dukungan pemerintah.
d. Peningkatan efektifitas dan efisiensi manajemen lahan dan hunian di perkotaan melalui fasilitasi penyediaan rumah susun sewa dan rumah susun milik serta pengembangan instrumen pengelolaan lahan untuk perumahan seperti konsolidasi lahan (land consolidation), bank tanah (land banking), serta pemanfaatan lahan milik BUMN, tanah terlantar dan tanah wakaf.
e. Pemanfaatan teknologi dan bahan bangunan yang aman dan murah serta pengembangan implementasi konsep rumah tumbuh (incremental housing).
f. Penyediaan sarana air minum dan sanitasi layak yang terintegrasi dengan penyediaan dan pengembangan perumahan. Sarana air minum dan sanitasi menjadi infrastruktur bingkai bagi terciptanya hunian yang layak.
2. Membangun Infrastruktur Dasar Air Minum dan Sanitasi dalam Pencapaian Universal Access
Arah kebijakan dalam mendorong pembangunan infrastruktur dasar air minum dan sanitasi dalam pencapaian universal access selama lima tahun kedepan yaitu:
1. Menjamin ketahanan sumber daya air domestik melalui optimalisasi bauran sumber daya air domestik untuk memenuhi kebutuhan air minum dan sanitasi melalui strategi: a. Jaga Air, yakni strategi yang ditempuh melalui (1) pengarusutamaan
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-3 dengan prioritas skema TPA regional, pengelolaan sampah melalui penerapan prinsip 3R, serta (3) peningkatan kesadaran masyarakat akan hygiene dan sanitasi.
b. Simpan Air, yakni strategi untuk menjaga ketersediaan dan kuantitas air melalui upaya konservasi sumber air baku air minum yakni perluasan daerah resapan air hujan, pemanfaatan air hujan (rain water harvesting) sebagai sumber air baku air minum maupun secondary uses pada skala rumah tangga (biopori dan penampung air hujan) dan skala kawasan (kolam retensi), serta pengelolaan drainase berwawasan lingkungan.
c. Hemat Air, yakni strategi untuk mengoptimalkan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yang telah ada melalui pengurangan kebocoran air hingga 20 persen, pemanfaatan idle capacity; dan pengelolaan kebutuhan air di tingkat penyelenggara dan skala kota.
d. Daur Ulang Air, yakni strategi untuk memanfaatkan air yang telah terpakai melalui pemakaian air tingkat kedua (secondary water uses) daur ulang air yang telah dipergunakan (water reclaiming).
2. Penyediaan infrastruktur produktif melalui penerapan manajemen aset baik di perencanaan, penganggaran, dan investasi termasuk untuk pemeliharaan dan pembaharuan infrastruktur yang sudah terbangun melalui strategi:
a. Penerapan tarif atau iuran bagi seluruh sarana dan prasarana air minum dan sanitasi terbangun yang menuju prinsip tarif pemulihan biaya penuh (full cost recovery)/ memenuhi kebutuhan untuk Biaya Pokok Produksi (BPP). Pemberian subsidi dari pemerintah bagi penyelenggara air minum dan sanitasi juga dilakukan sebagai langkah jika terjadi kekurangan pendapatan dalam rangka pemenuhan fullcost recovery.
b. Pengaturan kontrak berbasis kinerja baik perancangan, pembangunan, pengoperasian, dan pemeliharaan aset infrastruktur.
c. Rehabilitasi dan optimalisasi sarana dan prasarana air minum dan sanitasi yang ada saat ini dan peningkatan pemenuhan pelayanan sarana sanitasi komunal.
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-4 a. Peningkatan kualitas rencana dan implementasi Rencana Induk-Sistem
Penyediaan Air Minum (RI-SPAM) dan Strategi Sanitasi Kota/Kabupaten (SSK) melalui pengarusutamaan dalam proses perencanaan dan penganggaran formal. Penyusunan RI-SPAM didasari optimalisasi bauran sumber daya air domestik kota/kabupaten dan telah mengintegrasikan pengelolaan sanitasi sebagai upaya pengamanan air minum.
b. Upaya peningkatan promosi hygiene dan sanitasi yang terintegrasi dengan penyediaan sarana dan prasarana air minum dan sanitasi.
c. Peningkatan peran, kapasitas, serta kualitas kinerja Pemerintah Daerah di sektor air minum dan sanitasi.
d. Advokasi kepada para pemangku kepentingan disektor air minum dan sanitasi,baik eksekutif maupun legislatif serta media.
Tabel 3.1. Sasaran RPJMN 2015-2019 Bidang Infrastruktur Cipta Karya
No Sasaran Indikator Manfaat
Pembangunan Infrastruktur/Prasarana Dasar 1
.
Meningkatnya layanan
perumahan, air
minum dan
sanitasi
a. Terfasilitasinya
penyediaan hunian layak baru (sewa/ milik) untuk 9 juta rumah tangga
- Peningkatan tingkat kepemilikan rumah
- Perwujudan kota tanpa permukiman kumuh
- Penurunan angka kejadian penyakit yang diakibatkan kondisi air dan sanitasi yang buruk - Peningkatan tingkat
pendapatan
masyarakat karena biaya untuk kesehatan dapat dikurangi
Penerima manfaat:
- Perumahan: 18,6 juta b. Berkurangnya proporsi
rumah tangga kumuh perkotaan menjadi 0% melalui peningkatan kualitas hunian untuk 9,6 juta rumah tangga.
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-5
No Sasaran Indikator Manfaat
d. Tercapainya 100% pelayanan sanitasi (air limbah domestik, sampah dan drainase lingkungan) yakni 85% penduduk terlayani akses sesuai Standard Pelayanan Minimal (SPM) dan 15 persen sesuai kebutuhan dasar (basic needs).
rumah tangga
- Air minum: 32% penduduk di tahun 2019 atau sekitar 100 juta jiwa
Sanitasi: 40% penduduk di tahun 2019 atau sekitar 120 juta jiwa
e. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung di kawasan perkotaan
Sumber: RPJMN, 2015-2019
3.1.2. Arahan Penataan Ruang
A. Arahan Penataan Ruang Nasional
Pada dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, kebijaksanaan pembangunan nasional memuat arahan pengembangan wilayah (Regional Development Policies) yang secara umum merupakan arahan untuk menyeimbangkan pembangunan antar wilayah melalui upaya penyebaran kegiatan ekonomi, sosial budaya, penduduk, dan pusat-pusat kegiatan. Arahan pengembangan wilayah secara nasional dimaksudkan untuk merumuskan strategi pemanfaatan ruang dan struktur ruang nasional yang didasarkan pada aspek-aspek efisiensi dan efektivitas penggunaan investasi dan sumber daya dalam mewujudkan tujuan pembangunan.
‐ Visi Ruang Wilayah Nasional
Secara umum, visi ruang nasional yang diinginkan pada tahun 2018 adalah sebagai berikut :
1. Perkembangan kegiatan ekonomi antar pulau semakin seimbang dan semakin terkait untuk mendorong terwujudnya pemerataan pembangunan dan kesatuan
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-6 2. Sektor industri akan semakin menyebar di luar Pulau Jawa dan Pulau Sumatera
sesuai dengan potensi untuk mempercepat perkembangan ekonomi wilayah;
3. Penyebaran kegiatan ekonomi sesuai dengan potensi kawasan di wilayah nasional membentuk keterkaitan yang mewujudkan penguatan struktur ekonomi secara sektoral dan regional;
4. Industri di Pulau Jawa tetap berkembang akan tetapi perlu memberi perhatian khusus pada ketersediaan air dan kondisi lingkungan;
5. Lahan pertanian di Pulau Jawa tetap dipertahankan untuk menjaga kemandirian di bidang produksi pangan;
6. Perubahan fungsi lahan pertanian yang ada di Pulau Jawa terhadap permukiman dan kawasan industri harus diganti dengan pembukaan sawah baru di luar Pulau Jawa;
7. Penyebaran kegiatan ekonomi di KTI sesuai dengan potensi sumber daya alam, saling menguatkan dengan pengembangan pusat-pusat permukiman dan dapat menciptakan kesempatan kerja sehingga dapat menarik penduduk dari daerah padat.
‐ Pola dan Struktur Pemanfaatan Ruang Nasional
Pola ruang nasional menggambarkan secara indikatif sebaran kegiatan pelestarian alam dan cagar budaya, kegiatan produksi serta persebaran permukiman. Pola ini secara spasial dapat memperlihatkan pola kawasan lindung, pola pengembangan kawasan budidaya, dan pola pengembangan sistem permukiman.
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-7 Pada pola kawasan budidaya pada tingkat nasional memperlihatkan indikasi sebaran kawasan dengan sektor-sektor produksi dan jasa di dalamnya yang perlu dikembangkan dalam PJP II untuk mewujudkan perkembangan ekonomi nasional dan pengembangan ekonomi provinsi yang direncanakan.
‐ Pola Pengembangan Kawasan dan Hirarki Fungsional Kota dalam Ruang Nasional
Dengan memperhatikan kondisi geografis, sistem administrasi pembangunan dan konsep pengembangan kawasan andalan, ditentukan suatu hirarki fungsional kota dalam ruang nasional adalah sebagai berikut:
1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN), dengan kriteria penentuan :
a. Pusat yang mempunyai potensi sebagai pintu gerbang ke kawasan-kawasan internasional dan mempunyai potensi untuk mendorong daerah sekitarnya;
b. Pusat jasa-jasa pelayanan keuangan/bank yang melayani nasional/beberapa provinsi;
c. Pusat pengolahan/pengumpul barang secara nasional/beberapa provinsi;
d. Simpul transportasi secara nasional/beberapa provinsi;
e. Pusat jasa-jasa publik yang lain untuk nasional/beberapa provinsi.
2. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), dengan kriteria penentuan:
a. Pusat jasa-jasa pelayanan keuangan/bank yang melayani beberapa kabupaten;
b. Pusat pengolahan/pengumpul barang yang melayani beberapa kabupaten;
c. Simpul transportasi untuk beberapa kabupaten;
d. Pusat jasa pemerintahan untuk beberapa kabupaten;
e. Pusat jasa-jasa yang lain untuk beberapa kabupaten.
3. Pusat Kegiatan Lokal (PKL), dengan kriteria penentuan :
a. Pusat jasa-jasa keuangan/bank yang melayani satu kabupaten atau beberapa kecamatan;
b. Pusat pengolahan/pengumpul barang untuk beberapa kecamatan;
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-8 d. Pusat khusus karena mendorong perkembangan strategis atau kegiatan
khusus lainnya.
Fungsional kota Kota Surakarta dalam ruang nasional merupakan Pusat Kegiatan Nasional (PKN). Hal ini sesuai dengan arahan RTRWN dan karena Kota Surakarta telah memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional,
2. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi, dan/atau
3. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.
Tabel 3.2. Fungsi dan Peran Kota Surakarta dalam RTRWN Penetapan Kota Surakarta sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(RTRWN)
Pusat Kegiatan Nasional Surakarta, meliputi Kota Surakarta dan sekitarnya
PKW -
PKSN -
KSN Subosukawanasraten
Sumber : PP 26 tahun 2008 tentang RTRWN
B.Arahan Penataan Ruang Provinsi
Rencana Tata Ruang Provinsi Jawa Tengah berperan sebagai perangkat operasional dari RTRWN serta alat koordinasi dan sinkronisasi program pembangunan wilayah Provinsi Jawa Tengah. Tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang merupakan perwujudan visi dan misi pembangunan keruangan jangka panjang Provinsi Jawa Tengah dalam mendukung perwujudan tujuan penataan ruang nasional yang aman, nyaman, produktif, berkelanjutan, berlandaskan
wawasan nusantara dan ketahanan nasional. Kebijakan dan strategi pengembangan wilayah ini meliputi kebijakan dan strategi pembangunan spasial maupun sektoral di Provinsi Jawa Tengah
‐ Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Provinsi Jawa Tengah
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-9 di Provinsi Jawa Tengah serta melaksanakan konsep pembangunan yang berkelanjutan, maka disusunlah Strategi Besar penataan ruang wilayah sebagai berikut:
1. Mencegah pertumbuhan berpola sprawl dari kota-kota utama;
2. Mendukung alokasi kesempatan kerja dan kegiatan-kegiatan pada lokasi yang memadai, berdasarkan kriteria lokasi dan sistem tempat pusat;
3. Mengalokasikan kegiatan-kegiatan ekonomi primer (pertanian, perkebunan, hutan produksi, dan lain-lain) pada ruang-ruang yang paling sesuai secara fisik;
4. Mendukung pengembangan sistem transportasi wilayah yang terbaik;
5. Memfasilitasi pemisahan kegiatan-kegiatan polutif dengan kegiatan-kegiatan non-polutif pada semua skala, besar maupun kecil;
6. Mengaplikasikan pendekatan perintah dan kendali (command and control), yang dilengkapi dengan instrumen-instrumen pasar (market based instruments) dalam menangani polusi dan bentuk-bentuk eksternalitas yang pareto-relevant lainnya;
7. Mendukung konversi penggunaan lahan yang dapat memperkuat dan/ atau menciptakan keuntungan komparatif wilayah, sejauh efisiensi sosial ekonomi tetap terjaga;
8. Mendukung usaha-usaha untuk meningkatkan produktifitas penggunaan lahan dalam kondisi efisiensi sosial ekonomi;
9. Mendukung pemanfaatan lahan secara tradisional atau yang berdasarkan kearifan lokal (indigenous), jika ini lebih bisa membawa keadaan yang optimal secara sosial;
10. Memfasilitasi pengembangan kegiatan-kegiatan non-pertanian perdesaan (rural non-farm);
11. Memfasilitasi rasio terbaik dari kegiatan-kegiatan padat modal dengan padat karya, terutama jika ekspansi kegiatan padat modal dipandang tidak efisien secara sosial (terjadi pareto-relevant externality).
- Rencana Struktur Ruang Wilayah
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-10 Sragen, dan Klaten, dengan fungsi pengembangan sebagai Pusat Pelayanan Lokal, Provinsi, Nasional dan Internasional.
Di bidang prasarana wilayah, arahan pengembangan prasarana wilayah di Kota Surakarta adalah sebagai berikut :
a. Pengembangan jalan tol sepanjang Semarang-Solo;
b. Pengembangan jalan tol sepanjang Solo – Sragen - Perbatasan Jawa Timur; c. Pengembangan jalan tol sepanjang Yogyakarta – Solo ;
d. Rencana pengembangan terminal penumpang jalan Tipe A ;
e. Rencana pengembangan kereta api regional, yang meliputi :
jalur Selatan menghubungkan, Solo-Bandung/Jakarta dan Solo - Surabaya;
jalur Utara - Selatan menghubungkan Semarang - Solo - Malang -Surabaya;
jalur Tengah menghubungkan Semarang – Solo;
pengembangan Rel ganda, pada jalur Solo - Yogyakarta - Kutoarjo - Kroya, dan Solo – Madiun.
f. Rencana pengembangan kereta api komuter meliputi :
jalur Solo-Boyolali;
jalur Sragen – Solo – Klaten – Jogyakarta – Kutoarjo;
jalur Solo – Sukoharjo – Wonogiri. g. Peningkatan stasiun kereta api (2 unit);
h. Pengembangan bandar udara umum berupa bandar udara pengumpul sekunder skala internasional yaitu Bandar Udara Adisumarmo di Kota Surakarta ;
i. Pengembangan sungai pada Wilayah Sungai Bengawan Solo;
Rencana Pola Ruang Wilayah
Pola ruang kawasan lindung di Kota Surakarta sesuai RTRW Provinsi Jawa Tengah meliputi :
Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
Kawasan rawan banjir.
Sementara itu pola ruang kawasan budidaya di Kota Surakarta sesuai RTRW Provinsi Jawa Tengah meliputi :
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-11
Kawasan pertanian lahan basah
Kawasan peruntukan peternakan besar dan kecil
Kawasan peternakan unggas
Kawasan perikanan budidaya air tawar
Kawasan Pengembangan, termasuk dalam Kawasan Pariwisata A koridor Borobudur – Prambanan – Surakarta, sekaligus ditetapkan sebagai pusat pengembangan pariwisata, dengan Daya Tarik Wisata yang utama berupa Keraton Mangkunegaran dan Keraton Kasunanan.
Rencana Kawasan Strategis Provinsi
Kota Surakarta ditetapkan sebagai bagian dari rencana kawasan strategis provinsi, yaitu: Rencana pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi berupa :
Kawasan Perkotaan Surakarta-Boyolali-Sukoharjo-Karanganyar-Wonogiri- Sragen-Klaten (Subosukawonosraten);
Kawasan Koridor Solo-Selo-Borobudur.
Rencana pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan
budaya yaitu pada Kawasan Kraton Kasunanan dan Mangkunegaran.
C. Arahan Penataan Ruang Kota Surakarta
Rencana tata ruang wilayah merupakan rencana penataan ruang yang terdiri atas pola ruang dan struktur ruang. Rencana pola ruang merupakan rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budidaya. Rencana pola ruang wilayah berfungsi sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten/kota serta mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukkan ruang. Rencana stuktur ruang merupakan susunan pusat-pusat permukiman dengan jaringan sarana dan prasarananya. Berdasarkan Perda Kota Surakarta Nomor 1 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surakarta Tahun 2011-2031, arahan rencana tata ruang Kota Surakarta mencakup:
‐ Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Kota Surakarta
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-12 Sebagai upaya untuk mewujudkan tujuan penataan ruang tersebut, kebijakan penataan ruang Kota Surakarta adalah sebagai berikut:
a. Kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang. Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi:
pemantapan peran kota dalam sistem nasional sebagai PKN, yang melayani kegiatan skala nasional;
pengembangan kota sebagai pusat pelayanan Kawasan Andalan Subosukawonosraten (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri, Sragen dan Klaten) dalam peningkatan ekonomi masyarakat kota; dan
pengembangan sistem pusat pelayanan yang terintegrasi dan berhirarki
sebagai kota budaya yang produktif, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan berbasis industri kreatif, perdagangan dan jasa, pendidikan, pariwisata, serta olah raga.
b. Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang. Kebijakan pola ruang meliputi:
Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung
Kebijakan pengembangan kawasan lindung dilaksanakan melalui kelestarian fungsi lingkungan hidup, pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup untuk mendukung pembangunan kota yang berkelanjutan.
Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budidaya Kebijakan pengembangan kawasan budidaya meliputi:
1) Mewujudkan ruang kawasan budidaya yang terintegrasi antar nilai budaya dan lingkungan (Eco-Cultural);
2) Meningkatkan keterkaitan antara kota dengan kabupaten sekitarnya, antar PPK dengan SPK, antar SPK, dan antar SPK dengan PL; 3) Mengembangkan kawasan terbangun kota ke bagian utara wilayah
kota;
4) Meningkatkan kualitas lingkungan hidup di bagian selatan wilayah kota; dan
5) Meningkatkan fungsi kawasan dan pertahanan dan keamanan negara
‐ Arahan Struktur Ruang Kota Surakarta
Rencana sistem pusat pelayanan kota meliputi:
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-13 Pusat Pelayanan Kota (PPK) merupakan pusat pelayanan ekonomi, sosial, dan/atau administrasi yang melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional. PPK Kota Surakarta adalah Kecamatan Pasar Kliwon, dimana kecamatan tersebut berfungsi sebagai pusat kegiatan pemerintahan, perdagangan, budaya, wisata dan industri kreatif.
Sub Pusat Pelayanan Kota
Sub Pusat Pelayanan Kota (SPPK) terbagi menjadi 6 kawasan yang terdiri atas: 1) SPPK Kawasan I: Kelurahan Kemlayan. Fungsi pelayanannya meliputi
pariwisata budaya, perdagangan dan jasa, olahraga, dan industri kreatif. 2) SPPK Kawasan II: Kelurahan Purwosari. Fungsi pelayanannya meliputi
pariwisata, olahraga, dan industri kreatif.
3) SPPK Kawasan III: Kelurahan Nusukan. Fungsi Pelayanannya meliputi permukiman, perdagangan dan jasa.
4) SPPK Kawasan IV: Kelurahan Mojosongo. Fungsi Pelayanannya meliputi permukiman, perdagangan dan jasa, industri kecil dan industri ringan.
5) SPPK Kawasan V: Kelurahan Jebres. Fungsi Pelayanannya meliputi pariwisata, pendidikan tinggi, dan industri kreatif.
6) SPK Kawasan VI: Kelurahan Stabelan. Fungsi Pelayanannya meliputi pemerintahan, pariwisata budaya, perdagangan dan jasa.
Tabel 3.3. Arahan Pembagian SPPK Kota Surakarta Tahun 2011 - 2031
No.
Sub Pusat Pelayanan
Kota
Kecamatan
Tercakup Arahan Fungsi Kawasan
1. I
Kec. Jebres Kec. Laweyan Kec. Pasar Kliwon Kec. Serengan
Pariwisata, Perdagangan dan Jasa, Olahraga/RTH
2. II Kec. Banjarsari
Kec. Laweyan Pariwisata, Olahraga/RTH 3. III Kec. Banjarsari Permukiman, Perdagangan/Jasa 4. IV Kec. Banjarsari Permukiman, Perdagangan/Jasa 5. V Kec. Banjarsari Pariwisata, Pendidikan Tinggi, Industri 6. VI Kec. Banjarsari Pemerintahan, Pariwisata,
Perdagangan/Jasa
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-14
Pusat Lingkungan
Pusat Lingkungan (PL) merupakan pusat pelayanan ekonomi, sosial, dan/atau administrasi yang melayani lingkungan permukiman. Pusat Lingkungan di Kota Surakarta terbagi menjadi 6 kawasan yang terdiri atas:
1) PL Kawasan I: Kelurahan Sriwedari, Kelurahan Sangkrah dan Kelurahan Baluwarti, dengan pelayanan pariwisata (budaya), perdagangan dan jasa, olahraga serta industri kreatif
2) PL kawasan II adalah Kelurahan Sondakan; Kelurahan Jajar dan Kelurahan Manahan, dengan pelayanan pariwisata, olahraga dan perdagangan/jasa, serta industri kreatif;
3) PL kawasan III adalah Kelurahan Banyuanyar, Kelurahan Sumber dan Kelurahan Kadipiro, dengan pelayanan permukiman, perdagangan dan jasa; 4) PL kawasan IV adalah Kelurahan Mojosongo dan Kelurahan Nusukan,
dengan pelayanan permukiman, perdagangan dan jasa, industri kecil dan industri;
5) PL kawasan V adalah Kelurahan Jebres, Kelurahan Pucangsawit dan Kelurahan Jagalan, dengan pelayanan pariwisata, pendidikan tinggi dan industri kreatif; dan
6) PL kawasan VI adalah Kelurahan Gilingan, Kelurahan Setabelan, Kelurahan Kampung Baru, dan Kelurahan Mangkubumen, dengan pelayanan pemerintahan, pariwisata budaya, perdagangan dan jasa.
Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah Kota Surakarta dibagi menjadi 3 (tiga) bagian utama yakni:
Rencana Pengembangan Sistem Prasarana Utama
Rencana sistem prasarana utama meliputi rencana sistem jaringan transportasi darat dan rencana sistem jaringan transportasi perkeretaapian.
Rencana Pengembangan Sistem Prasarana Lainnya Rencana sistem prasarana lainnya meliputi:
1) Rencana sistem jaringan energi/kelistrikan; 2) Rencana sistem jaringan telekomunikasi; 3) Rencana sistem jaringan sumber daya air; dan 4) Rencana infrastruktur kota.
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-15 Rencana sistem infrastruktur kota meliputi:
1) Sistem drainase; 2) Sistem persampahan;
3) Sistem penyediaan air bersih; 4) Sistem pengelolaan air limbah;
5) Sistem jaringan pedestrian, jalur sepeda dan pejalan kaki; 6) Prasarana park and ride;
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-16
PENYUSUNAN RPIJM KOTA SURAKARTA TAHUN 2018 – 2022 PETA RENCANA STRUKTUR RUANG
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-17
‐ Arahan Pola Ruang Kota Surakarta
1. Rencana Kawasan Lindung
Berdasarkan analisis kondisi dan karakteristik Kota Surakarta, maka kawasan fungsi lindungnya meliputi :
Kawasan perlindungan setempat, yaitu :
a. Meliputi kawasan sempadan Sungai Bengawan Solo, Kali Jenes, Kali Anyar, Kali Sumber, Kali Gajahputih, Kali Pepe, Kali Wingko, Kali Brojo, Kali Boro, Kali Premulung;
b. Luas kawasan perlindungan setempat kurang lebih 401,00 Ha, yaitu : 1) kawasan I seluas 47,00 Ha, terletak di :
– Kecamatan Jebres seluas 11,67 Ha; – Kecamatan Laweyan seluas 5,46 Ha; – Kecamatan Pasar Kliwon seluas 29,88 Ha; 2) kawasan II seluas 45,88 Ha, di:
– Kecamatan Banjarsari seluas 1,99 Ha; – Kecamatan Laweyan seluas 43,89 Ha;
3) kawasan III seluas 46,06 Ha, di Kecamatan Banjarsari. 4) kawasan IV seluas 76,77 Ha, di:
– Kecamatan Banjarsari seluas 12,55 Ha – Kecamatan Jebres seluas 64,22 Ha 5) kawasan V seluas 70,25 Ha, di:
– Kecamatan Banjarsari seluas 3,24 Ha – Kecamatan Jebres seluas 67,02 Ha 6) kawasan VI seluas 115,04 Ha, di:
– Kecamatan Banjarsari seluas 40,44 Ha – Kecamatan Jebres seluas 57,55 Ha – Kecamatan Laweyan seluas 7,25 Ha,
– Kecamatan Pasar Kliwon seluas 3,50 Ha, dan – Kecamatan Serengan seluas 6,30 Ha
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-18 a. Kawasan lindung cagar budaya, sejarah, dan nilai-nilai tradisional di
kawasan I seluas 57,14 Ha, yaitu di Kecamatan Laweyan seluas 3,96 Ha dan di Kecamatan Pasar Kliwon seluas 53,18 Ha.
b. Kawasan lindung cagar budaya, sejarah, dan nilai-nilai tradisional di kawasan II seluas 15,23 Ha, yaitu terletak di Kecamatan Banjarsari
c. Kawasan lindung cagar budaya, sejarah, dan nilai-nilai tradisional di kawasan VI seluas 8,73 Ha, yaitu terletak di Kecamatan Banjarsari
Ruang terbuka hijau dalam bentuk RTH privat dan RTH publik dengan sebaran sebagai berikut:
a. Penyediaan RTH privat meliputi pekarangan rumah, perkantoran, pertokoan dan tempat usaha, kawasan industri kreatif, fasilitas umum, dengan luasan sekitar 446,32 (empat ratus empat puluh enam koma tiga dua) hektar atau sekitar 10,13% (sepuluh koma satu tiga persen) dari luas kota; dan
b. Penyediaan RTH publik meliputi taman lingkungan/permukiman, taman kota, jalur hijau jalan, RTH fungsi tertentu (lapangan), tanah negara dan kebun binatang dengan luasan sekitar 886,00 (delapan ratus delapan puluh enam) hektar atau sekitar 20,12% (dua puluh koma dua belas persen) dari luas kota.
2. Rencana Kawasan Budidaya
Dalam konteks Kota Surakarta, rencana pengembangan kawasan budi daya ini diarahkan kepada upaya untuk mengendalikan alih fungsi guna lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya. Prinsip penetapan kawasan ini adalah berdasarkan dominasi fungsi atau kegiatan utama yang ada dan yang akan dikembangkan pada kawasan tersebut. Penjelasan rencana pengembangan kawasan budidaya yang akan dikaji secara lebih rinci adalah pengembangan perumahan dan permukiman. Menurut Rencana Pola Ruang yang tertuang dalam Perda Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surakarta Tahun 2011-2031, arahan lokasi pengembangan perumahan di Kota Surakarta mencakup 2.274,65 Ha letaknya menyebar, dengan sebaran luas permukiman sebagai berikut.
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-19 b. Luas perumahan di kawasan II seluas 502,70 Ha, yaitu di Kecamatan
Banjarsari seluas 37,27 Ha dan Kecamatan Laweyan seluas 465,42 Ha. c. Luas perumahan di kawasan III seluas 369,97 Ha, yaitu di Kecamatan
Banjarsari.
d. Luas perumahan di kawasan IV seluas 386,37 Ha, yaitu di Kecamatan Banjarsari seluas 44,77 Ha dan Kecamatan Jebres seluas 341,60 Ha.
e. Luas perumahan di kawasan V seluas 276,82 Ha, yaitu di Kecamatan Banjarsari seluas 14,81 Ha dan Kecamatan Jebres seluas 262,01 Ha.
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-20
PENYUSUNAN RPIJM KOTA SURAKARTA TAHUN 2018 – 2022 PETA RENCANA POLA RUANG
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-21 3.1.3. Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Surakarta Bidang Cipta
Karya
Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Surakarta diambil dari indikasi program pembangunan Kota Surakarta tahun 2016 – 2021. Indikasi program tersebut meliputi program-program dalam mencapai Visi dan Misi Tahun 2016-2021 terutama dalam menyelenggarakan urusan pemerintah daerah yang khusus menjelaskan indikasi program pembangunan di bidang Cipta Karya.
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-22
Tabel 3.4. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Surakarta Bidang Cipta Karya
No.
Kegiatan (Output) Data Capai an tahun
2015
Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
PD Penanggu
ng Jawab Urusan Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Kondisi Kinerja Pada
Akhir Periode
1.1.3 Pekerjaan Umum dan
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-23
Kegiatan (Output) Data Capai an tahun
2015
Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
PD Penanggu
ng Jawab Urusan Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Kondisi Kinerja Pada
Akhir Periode
5 35.000.000 Kecamata n dilalui Roda 4
K aliran air tidak tersumbat
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-24
Kegiatan (Output) Data Capai an tahun
2015
Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
PD Penanggu
ng Jawab Urusan Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Kondisi Kinerja Pada
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-25
Kegiatan (Output) Data Capai an tahun
2015
Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
PD Penanggu
ng Jawab Urusan Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Kondisi Kinerja Pada
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-26
Kegiatan (Output) Data Capai an tahun
2015
Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
PD Penanggu
ng Jawab Urusan Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Kondisi Kinerja Pada
Akhir Periode
100 730.000.000 Kelurahan
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-27
Kegiatan (Output) Data Capai an tahun
2015
Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
PD Penanggu
ng Jawab Urusan Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Kondisi Kinerja Pada
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-28
Kegiatan (Output) Data Capai an tahun
2015
Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
PD Penanggu
ng Jawab Urusan Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Kondisi Kinerja Pada
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-29
Kegiatan (Output) Data Capai an tahun
2015
Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
PD Penanggu
ng Jawab Urusan Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Kondisi Kinerja Pada
Akhir Periode
100 320.000.000 100 320.000.0 00 IMB per satuan bangunan
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-30
Kegiatan (Output) Data Capai an tahun
2015
Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
PD Penanggu
ng Jawab Urusan Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Kondisi Kinerja Pada
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-31
Kegiatan (Output) Data Capai an tahun
2015
Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
PD Penanggu
ng Jawab Urusan Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Kondisi Kinerja Pada
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-32
Kegiatan (Output) Data Capai an tahun
2015
Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
PD Penanggu
ng Jawab Urusan Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Kondisi Kinerja Pada
Akhir Periode
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-33
3.2. RENCANA STRATEGIS INFRASTUKTUR BIDANG CIPTA KARYA
3.2.1. Rencana Kawasan Permukiman (RKP)
A. Visi Misi Perumahan dan Permukiman Kota Surakarta 2014 – 2031
Visi Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Surakarta 2014-2031 adalah : “Setiap KK mampu memenuhi kebutuhan Rumah Layak Huni, Terjangkau, Berkelanjutan dan Berbudaya dalam upaya membentuk masyarakat yang berjati diri, mandiri, produktif dan
sejahtera” Untuk menjalankan visi tersebut perlu dilakukan beberapa hal yang terkandung dalam 4 (empat) misi. Keempat misi yang harus ditempuh tersebut adalah sebagai berikut:
1. Memenuhi kebutuhan rumah layak huni. Pemenuhan kebutuhan rumah yang sehat, aman, nyaman demi terwujudnya lingkungan hunian yang layak.
2. Rumah yang terjangkau. Pemenuhan kebutuhan primer perumahan dengan harga yang terjangkau dalam rangka memenuhi kebutuhan rumah hunian Kota Surakarta.
3. Rumah yang berbudaya dan berkelanjutan. Rumah sebagai tempat hunian yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur, berkepribadian, demokratis-rasional, berkeadilan sosial, menjamin Hak Asasi Manusia (HAM) dan menegakkan supremasi hukum dalam tatanan masyarakat yang berke-Tuhanan Yang Maha Esa; dan rumah sebagai wahana tempat tinggal yang mengedepankan keberlanjutan kelestarian lingkungan.
4. Masyarakat berjati diri, mandiri, produktif dan sejahtera. Mewujudkan masyarakat yang
mandiri dan produktif dalam pemenuhan kebutuhan sandang, pangan dan papan, dan terpenuhinya kebutuhan dasar di bidang pendidikan, kesehatan dan tersedianya lapangan kerja sehingga dapat meningkatkan pendapatan perkapita serta kemampuan daya beli sehingga terwujudnya masyarakat yang sejahtera.
B. Arahan Kebijakan dan Lingkup Pengembangan Kawasan Permukiman
Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara lain:
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-34 2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).
3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.
Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.
4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.
Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.
Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.
C. Kondisi Eksisting Permukiman
Kondisi eksisting pengembangan permukiman di Kota Surakarta terkait dengan capaian suatu kota dalam menyediakan kawasan permukiman yang layak huni. Terlebih dahulu perlu diketahui peraturan perundangan di tingkat kota (meliputi peraturan daerah, peraturan gubernur, peraturan walikota, maupun peraturan lainya) yang mendukung seluruh tahapan proses perencanaan, pembangunan, dan pemanfaatan pembangunan permukiman.
Tabel 3.5. Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan Walikota/ Peraturan Lainnya Terkait Pengembangan Permukiman
No
Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan
Walikota/ peraturan lainnya Amanat kebijakan
No. Peraturan Perihal Tahun
1 Undang-Undang Nomor 1
Perumahan dan Kawasan Permukiman
2011 Digunakan sebagai acuan didalam penataan perumahan dan kawasan permukiman
2 Undang-Undang Nomor 20
Rumah Susun 2011 Digunakan sebagai acuan untuk penyediaan dan pembangunan Rumah Susun
3 Perda Kota Surakarta No. 7
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-35 Susun sebagai upaya dalam rangka pemerataan pemenuhan kebutuhan perumahan serta meningkatkan daya guna dan hasil guna tanah bagi pembangunan perumahan maupun bangunan lain sebagai penunjang kehidupan masyarakat.
Mewujudkan ketertiban kehidupan di lingkungan rumah susun serta untuk lebih menjamin kepastian hukum bagi penyelenggara pembangunan dan para penghuni dalam hal pemilikan satuan rumah susun, penggunaan bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama.
Tabel 3.6. Data Kawasan Kumuh di Kota Surakarta Tahun 2016
No. Kawasan Kelurahan Kecamatan Luas
Kawasan Kumuh (Ha)
1 Kawasan Semanggi Gendekan Jebres
76,03
Sewu Jebres
Sangkrah Pasar Kliwon
Kedunglumbu Pasar Kliwon
Semanggi Pasar Kliwon
2 Kawasan Bantaran Kali Anyar Manahan Banjarsari
36,65
Sumber Banjarsari
Nusukan Banjarsari
Gilingan Banjarsari
Mojosongo Jebres
3 Kawasan Danakusuman Joyosuran Pasar Kliwon
26,02
Joyotakan Serengan
Tipes Serengan
Danakusuman Serengan
Serengan Serengan
4 Kawasan Pasar Kliwon Gajahan Pasar Kliwon
14,64
Pasar Kliwon Pasar Kliwon
Joyosuran Pasar Kliwon
Baluwarti Pasar Kliwon
Semanggi Pasar Kliwon
Danukusuman Serengan
5 Kawasan Bantaran Rel KA Kadipiro Kadipiro Banjarsari
7,53
Nusukan Banjarsari
6 Kawasan Mojosongo Mojosongo Jebres 11,89
7 Kawasan Tegalharjo Tegalharjo Jebres 20,53
8 Kawasan Karangasem Jajar Laweyan
13,24
Karangasem Laweyan
9 Kawasan Laweyan Manahan Banjarsari
12,84
Bumi Laweyan
Laweyan Laweyan
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-36
No. Kawasan Kelurahan Kecamatan Luas
Kawasan Kumuh (Ha)
Panularan Laweyan
Purwosari Laweyan
10 Kawasan Panilaran Panularan Laweyan 0,51
Tipes Serengan
11 Kawasan Timuran Timuran Banjarsari
9,81
Sriwedari Laweyan
12 Kawasan Bantaran Sungai Bengawan
Solo Jebres
Jebres
9,41
13 Kawasan Nusukan Nusukan Banjarsari 1,21
14 Kawasan Kadipiro Barat Kadipiro Banjarsari 0,50
15 Kawasan Sondakan Pajang Laweyan
5,47
Sondakan Laweyan
16 Kawasan Purwodingratan Jagalan Jebres
15,59
Jebres Jebres
Pucangsawit Jebres
Purwodiningratan Jebres
17 Kawasan Kadipiro Kadipiro Banjarsari 0,54
18 Kawasan Sumber Manahan Banjarsari
8,91
Sumber Banjarsari
19 Kawasan Pucangsawit Jagalan
Pucangsawit
21 Kawasan Manahan Manahan Banjarsari 1,72
22 Kawasan Kratonan Panularan Laweyan
17,35
Sriwedari Pasar Kliwon
Baluwarti Pasar Kliwon
Gajahan Pasar Kliwon
Kampung Baru Pasar Kliwon
Kauman Pasar Kliwon
Jayengan Serengan
Kemlayan Serengan
Kratonan Pasar Kliwon
23 Kawasan Kestalan Gilingan Banjarsari
35,73
Keprabon Banjarsari
Kestalan Banjarsari
Ketelan Banjarsari
Mangkubumen Banjarsari
Punggawan Banjarsari
Setabelan Banjarsari
24 Kawasan Sudiroprajan Kepatihan Kulon Jebres
6,11
Setabelan Banjarsari
Kepatihan Wetan Jebres
Purwodiningratan Jebres
Sudiroprajan Jebres
Kampung Baru Pasar Kliwon
25 Kawasan Banyuanyar Banyuanyar Banjarsari 5,28
26 Kawasan Pajang Pajang Laweyan 2,31
27 Kawasan Penumping Penumping Laweyan
1,20
Sriwedari Laweyan
28 Kawasan Punggawan Punggawan Banjarsari 0,23
TOTAL LUAS KAWASAN KUMUH 359,55
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-37 Tabel 3.7. Data Kondisi Rusunawa di Kota Surakarta
No Lokasi Rusunawa Tahun
Pembangunan
Terhuni/
tidak pengelola
Jumlah
Penghuni Kondisi 1 Rusunawa Begalon I 2003-2004 Terhuni UPTD Rumah
Susun Pemkot Surakarta
96 KK Baik
2 Rusunawa Begalon II 2006-2007 Terhuni UPTD Rumah Susun Pemkot Surakarta
96 KK Baik
3 Rusunawa Semanggi 2008 Terhuni UPTD Rumah Susun Pemkot Surakarta
196 KK Baik
4 Rusunawa Jurug (2 TB) 2009, 2011 Terhuni UPTD Rumah Susun Pemkot Surakarta
172 KK Baik
5 Rusunawa Kerkov 2011 Terhuni UPTD Rumah Susun Pemkot Surakarta
98 KK Baik
6 Mojosongo A 2013 Terhuni UPTD Rumah
Susun Pemkot Surakarta
98 KK Baik
7 Mojosongo B 2014 Terhuni UPTD Rumah
Susun Pemkot Surakarta
98 KK Baik
8 Rumah Deret Saharjo 2014 Terhuni UPTD Rumah Susun Pemkot Surakarta
18 KK Baik
9 Rumah Deret RM Said 1 2015 Terhuni UPTD Rumah Susun Pemkot Surakarta
26 KK Baik
10 Rumah Deret RM Said 2 2016 Terhuni UPTD Rumah Susun Pemkot Surakarta
8 KK Baik
Sumber: DPUPR Kota Surakarta - UPTD Rumah Susun, 2017
D. Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman
Kegiatan pengembangan permukiman Kota Surakarta terdiri dari:
1) Pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan Rusunawa meliputi:
Pembangunan Rusunawa Mojosongo.
Pembangunan Rusunawa Sondakan.
Pembangunan Rusunawa Kadipiro.
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-38
Pembangunan Rusunawa Sumber.
Pembangunan Rusunawa Purwosari.
Pembangunan Rusunawa Pringgolayan. 2) Peningkatan kualitas permukiman kumuh
3) Resettlement Kawasan kumuh ilegal/squatter meliputi wilayah:
Kelurahan Banyuanyar
Kelurahan Gilingan
Kelurahan Kadipiro
Kelurahan Kepatihan Kulon
Kelurahan Keprabon
Kelurahan Kestalan
4) Penataan Kawasan Permukiman Khusus (kawasan cagar budaya) meliputi wilayah:
Kawasan Keraton Kasunanan
Kawasan Kampung Batik Laweyan
Kawasan Keraton Mangkunegaran
Kawasan Kampung Batik Kauman
Kawasan Kampung Etnik Arab (Pasar Kliwon)
Kampung Semanggi
5) Pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan RSH meliputi:
Pembangunan RSH di Kelurahan Mojosongo.
Pembangunan RSH di Kelurahan Jebres.
Pembangunan RSH di Kelurahan Pucangsawit.
Pembangunan RSH di Kelurahan Semanggi.
Pembangunan RSH di Kelurahan Pajang.
6) Penataan kawasan permukiman baru meliputi wilayah :
Kelurahan Kadipiro
Kelurahan Mojosongo
Kelurahan Jajar
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-39 3.2.2. Rencana Induk Sistem Penyedian Air Minum
A. Arahan Kebijakan dan Lingkup Pengembangan SPAM
Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan, melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau, dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air minum. Penyelenggara pengembangan SPAM adalah badan usaha milik negara (BUMN)/badan usaha milik daerah (BUMD), koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok masyarakat yang melakukan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum. Penyelenggaraan SPAM dapat melibatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan SPAM berupa pemeliharaan, perlindungan sumber air baku, penertiban sambungan liar, dan sosialisasi dalam penyelenggaraan SPAM.
Beberapa peraturan perundangan yang menjadi dasar dalam pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM) antara lain:
1) Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
Pada pasal 40 mengamanatkan bahwa pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum rumah tangga dilakukan dengan pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM). Untuk pengembangan sistem penyediaan air minum menjadi tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
2) Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Program Jangka Panjang (RPJP) Tahun 2005-2025
Perundangan ini mengamanatkan bahwa kondisi sarana dan prasarana masih rendah aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan pelayanan.
3) Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-40 4) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan
Strategi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Peraturan ini mengamanatkan bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan/penyediaan air minum perlu dilakukan pengembangan SPAM yang bertujuan untuk membangun, memperluas, dan/atau meningkatkan sistem fisik dan non fisik dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik dan sejahtera.
5) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang
Peraturan ini menjelaskan bahwa tersedianya akses air minum yang aman melalui Sistem Penyediaan Air Minum dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/hari .
SPAM dapat dilakukan melalui sistem jaringan perpipaan dan/atau bukan jaringan perpipaan. SPAM dengan jaringan perpipaan dapat meliputi unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan dan unit pengelolaan. Sedangkan SPAM bukan jaringan perpipaan dapat meliputi sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki air, instalasi air kemasan atau bangunan perlindungan mata air. Pengembangan SPAM menjadi kewenangan/tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk menjamin hak setiap orang dalam mendapatkan air minum bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupan yang sehat, bersih dan produktif sesuai dengan peraturan perundang-undangan, seperti yang diamanatkan dalam PP No. 16 Tahun 2005.
B. Kondisi Eksisting Pengembangan SPAM
Sistem Pelayanan Air Minum Kota Surakarta dibagi dalam 3 wilayah pelayanan yaitu
kawasan utara dengan 17.161 SR dengan pemakaian rata-rata 20m3; kawasan tengah dengan
22.809 SR dengan pemakaian rata-rata 19 m3; dan kawasan selatan dengan 18.261 SR dengan
pemakaian rata-rata 19 m3. Sehingga rata-rata konsumsi RT adalah 19,48/m3/bulan. Sementara
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-41 Tabel 3.8. Daerah Pelayanan SPAM di Kota Surakarta
2009 2010 2011 2012 2013
Kawasan Utara
1 Jumlah Penduduk 109.815 110.637 111.263 111.893 108.517 2 Jumlah Sambungan Rumah 15.288 15.814 16.085 16.767 17.161
3 Pemakaian Rata-rata (m3) 23 22 21 21 20
Kawasan Tengah
1 Jumlah Penduduk 236.137 237.907 239.252 240.606 200.372 2 Jumlah Sambungan Rumah 22.810 22.736 22.589 22.852 22.809
3 Pemakaian Rata-rata (m3) 22 21 22 22 19
Kawasan Selatan
1 Jumlah Penduduk 230.553 232.280 233.595 234.916 196.906 2 Jumlah Sambungan Rumah 16.730 16.788 16.839 17.090 18.261
3 Pemakaian Rata-rata (m3) 22 22 21 22 19
Daerah Pelayanan
No. Tahun
Pelayanan dan penyediaan air minum yang dikelola oleh PDAM Tirta Dharma Kota Surakarta berasal dari APBD dan retribusi pelanggan. Tarif Rata-rata adalah Rp. 4.595/m3, sementara Tarif Dasar adalah 3.155/m3. Laba Bersih adalah Rp. 4,3 milyar (2011); Rp. 5,1 milyar (2012); dan Rp. 5,4 (2013). Data selengkapnya adalah sebagai berikut:
Tabel 3.9. Data Pendanaan SPAM di Kota Surakarta
Uraian 2009
(audited)
2010 (audited)
2011 (audited)
2012 (audited)
2013 (audited)
Pendapatan Usaha 55.570 57.728 62.484 69.909 69.589
Biaya 50.068 53.070 57.392 63.759 62.886
Pendapatan-Biaya Non Usaha
183 244 (791) (1.021) (1.279)
Laba (Rugi) 5.685 4.902 4.301 5.129 5.424
Sumber: PDAM Kota Surakarta
C. Program-Program Pengembangan SPAM
1) Program SPAM
Sasaran: wilayah yang belum memiliki SPAM a. Kegiatan:
Pembangunan SPAM :
Pembangunan unit air baku/unit produksi :
Peningkatan kapasitas produksi IPA Semanggi dengan kapasitas 300
liter/det.
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-42
Pembuatan bangunan penunjang I dan II.
Pembangunan jaringan distribusi utama (JDU)
Pembangunan jaringan distribusi
b. Indikator:
Peningkatan kapasitas (liter/detik)
Penambahan jumlah kawasan terlayani SPAM
Penambahan jumlah pelanggan
2) Program Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)
Kriteria Program Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) adalah: a. Kegiatan:
Stimulan jaringan pipa distribusi untuk kawasan konsentrasi MBR (kumuh) b. Indikator:
Peningkatan kapasitas (liter/detik)
Penambahan jumlah kawasan kumuh yang terlayani SPAM
3.2.3. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
A. Arahan Kebijakan dan Lingkup Penataan Bangunan dan Lingkungan
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan di perkotaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya. Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang-undang dan peraturan antara lain:
1) UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-43 2) UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung. Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:
a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah;
b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan
c. Izin mendirikan bangunan gedung.
Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada RTBL yang ditetapkan oleh Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung dan pengendalian dampak lingkungan. Sedangkan, persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan, kesehatan, keamanan dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamanatkan bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah.
3) PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005 tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.
4) Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-44 Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan gabungan dari jenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota.
5) Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan indikator pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian PU beserta sektor-sektornya.
Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik sehingga terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi:
a. Kegiatan penataan lingkungan permukiman
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);
Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);
Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan pemukiman kumuh
dan nelayan;
Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman tradisional.
b. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung
Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan lingkungan;
Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;
Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur;
Pelatihan teknis
c. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan
Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-45 B. Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Seperti wilayah perkotaan pada umumnya, Kota Surakarta juga memiliki permasalahan penataan bangunan dan lingkungan yang cukup kompleks. Permasalahan tersebut sifatnya kompleks dan melibatkan berbagai aspek. Oleh karena itu, dalam proses penataannya diperlukan identifikasi permasalahan dan tantangan penataan bangunan dan lingkungan yang ada di Kota Surakarta yang ditinjau dari berbagai aspek.
Tabel 3.10. Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan
No
Pengembangan Alternatif Solusi Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
1 Aspek Teknis Masih kurang diperhatikannya
kebutuhan sarana sistem proteksi kebakaran
Belum adanya
pemecahan masalah lalu lintas dan belum ada penanda persimpangan kawasan di Ringroad
Bangunan perdangangan (ruko) belum bersinergi dengan identitas kawasan
Banyaknya bangunan yang tidak sesuai dengan peraturan bangunan yang berlaku di Kota Surakarta
Pertambahan penduduk Kota Surakarta yang sangat pesat, sehingga
berdampak terhadap pembangunan fisik secara besar-besaran
Penataan Bangunan yang ada, hingga sesuai dengan praturan yang berlaku
2 Aspek Kelembagaan
Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam pembinaan
penyelenggaraan
bangunan gedung termasuk pengawasan;
Masih perlunya peningkatan dan pemantapan
kelembagaan bangunan gedung di daerah dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan.
Penambahan jumlah pegawai pengawas bangunan yang tak seimbang dengan pertambahan penduduk dan bangunan
Perlunya penegakan peraturan tentang bangunan yang berlaku di Kota Surakarta
Proses pengawasan bangunan dapat melibatkan
masyarakat di sekitar, sehingga akan lebih efektif dan efisien
3 Aspek Pembiayaan Masih rendahnya dukungan pemda dalam pembangunan lingkungan
Dengan anggaran yang terbatas, harus dapat menghadapi
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-46
Pengembangan Alternatif Solusi permukiman yang
diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi anggaran daerah untuk peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan SPM
pertumbuhan bangunan baru
pemerintah, misalnya pihak swasta
4 Aspek Peran Serta Masyarakat/Swasta
Masih rendahnya peran serta masyarakat dan swasta didalam penataan bangunan dan lingkungan
Merubah cara berfikir masyarakat tentang penataan bangunan dan lingkungan
Sosialisasi penataan bangunan dan llingkungan di sekitar
Menjadikan
msyarakat sebagai alat pendeteksi dini terhadap
pelanggaran
penataan bangunan dan lingkungan
5 Aspek Lingkungan Permukiman
Masih kurang
diperhatikannya
kebutuhan sarana lingkungan hijau/terbuka, sarana olahraga di Kota Surakarta
Masih banyaknya sampah yang tidak tertangani dengan baik, sehingga membuat lingkungan menjadi kotor
Terbatasnya lahan yang ada di Kota Surakarta
Penduduk yang selalu bertambah akan menambah permasalahan lingkungan di permukiman baik itu permasalahan RTH maupun sanitasi lingkungan
Perlunya penataan bangunan dan lingkungan dengan cara perbaikan kampung maupun kawasan
permukiman
Menyediakan fasilitas pendukung
permukiman, seperti taman, tempat sampah, jaringan drainase dan lainnya Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
Aspek Teknis Terbatasnya kegiatan pemberdayaan
masyarakat atau komunitas di Kota Surakarta
Memperdayakan masyarakat melalui kegiatan
pemberdayaan
Memperdayakan masyarakat yang disesuaikan dengan karakteristik
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-47
Pengembangan Alternatif Solusi Aspek
Kelembagaan
Terbatasnya jumlah petugas yang dapat melayani seluruh penduduk Kota Surakarta
Keterbatasan jumlah pegawai untuk memberdayakan masyarakat
Dapat memberikan arahan dan pelatihan kepada masyarakat untuk
memperdayakan masyarakat,
sehingga nantinya masyarakat dapat berkembang dengan mandiri
Aspek Pembiayaan Keterbatasan anggaran dana yang dapat digunakan untuk pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan
Memanfaatkan dana yang terbatas agar tepat sasaran secara efekttif dan efisien
Dapat melakukan kerjasama dengan pihak swasta, dalam melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat Aspek Peran Serta
Masyarakat/Swasta
Masih sedikit masyarakat dan pihak swasta yang turut serta berperan dalam pemberdayaan komunitas
Untuk dapat merubah cara berfikir masyarakat dan swasta agar mau ikut peran serta dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat
Sosialisasi kepada masyarakat dan swasta terkait dengan
pemberdayaan masyarakat
Aspek Lingkungan Permukiman
Masih kurang
diperhatikannya
kebutuhan sarana lingkungan hijau/terbuka, sarana olahraga di Kota Surakarta
Terbatasnya prasarana dan sarana penunjang
Terbatasnya lahan yang ada di Kota Surakarta
Penduduk yang selalu bertambah akan menambah permasalahan lingkungan
Perlunya penataan bangunan dan lingkungan dengan cara perbaikan kampung maupun kawasan
permukiman
Menyediakan fasilitas
sarana dan
prasarana permukiman
C. Program-Program Penataan Bangunan dan Lingkungan
Program-Program Penataan Bangunan dan Lingkungan yang dapat diterapkan di Kota Surakarta, terdiri dari:
a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman;
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta III-48 3.2.4. Strategi Sanitasi Kota
Air Limbah
A. Arahan Kebijakan dan Lingkup Pengelolaan Air Limbah
Beberapa peraturan perundangan yang mengatur pengelolaan air limbah, antara lain: 1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional
Pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi, pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi.
2. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
Pasal 21 ayat (2) butir d mengamanatkan pentingnya pengaturan prasarana dan sarana sanitasi dalam upaya perlindungan dan pelestarian sumber air.
3. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.
Peraturan ini mengatur penyelenggaraan prasarana dan sarana air limbah permukiman secara terpadu dengan penyelenggaraan sistem penyediaan air minum.
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.
Mensyaratkan tersedianya sistem air limbah setempat yang memadai dan tersedianya sistem air limbah skala komunitas/kawasan/kota.
5. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 02/MENKLH/I/1998 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan