PENGARUH DINAMIKA KELOMPOK DAN BUDAYA KONSUMSI
NASABAH TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH PRODUK
PEMBIAYAAN MUR
Ā
BAHAH DI KSPS BMT UGT SIDOGIRI
KANTOR CABANG PEMBANTU SAWAHAN SURABAYA
SKRIPSI
OLEH:
ZAIM AZMI
NIM: C04212083
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
SURABAYA
PENGARUH DINAMIKA KELOMPOK DAN BUDAYA KONSUMSI
NASABAH TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH PRODUK
PEMBIAYAAN MUR
Ā
BAHAH DI KSPS BMT UGT SIDOGIRI
KANTOR CABANG PEMBANTU SAWAHAN SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam
Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu Ilmu
Ekonomi Syariah dan Ekonomi Islam
OLEH :
ZAIM AZMI
NIM : C04212083
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
SURABAYA
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul
“Pengaruh Dinamika Kelompok dan Budaya Konsumsi
Nasabah terhadap Keputusan Memilih Produk Pembiayaan Mur
ā
bahah di KSPS
BMT UGT Sidogiri Kantor Cabang Pembantu Sawahan Surabaya”. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang menitikberatkan
pada penyajian data yang berbentuk angka atau kualitatif yang diangkakan
(skoring) dengan menggunakan statistik. Sedangkan jenis penelitian ini adalah
asosiatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh atau pun
juga hubungan antara dua variabel atau lebih. Tujuan dari penelitian ini
adalah: 1. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah terdapat pengaruh secara
simultan antara dinamika kelompok dan budaya konsumsi nasabah terhadap
keputusan memilih produk pembiayaan mura>bahah di KSPS BMT UGT Sidogiri
Kantor Cabang Pembantu Sawahan Surabaya. 2. Untuk mengetahui dan
menganalisis apakah terdapat pengaruh secara parsial antara dinamika kelompok
dan budaya konsumsi nasabah terhadap keputusan memilih produk pembiayaan
mura>bahah di KSPS BMT UGT Sidogiri Kantor Cabang Pembantu Sawahan
Surabaya.
Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 89 responden nasabah yang
melakukan pembiayaan mura>bahah di KSPS BMT UGT Sidogiri Kantor Cabang
Pembantu Sawahan Surabaya. Sedangkan pengambilan sampel menggunakan teknik
simple random sampling yang merupakan teknik pengambilan sampel yang
digunakan jika populasi mempunyai anggota yang dianggap homogen, sehingga
diperoleh anggota sampel yang representatif. Uji yang digunakan untuk menguji
instrumen penelitian berupa uji validitas dan uji realibilitas. Uji hipotesis
menggunakan uji F (simultan) dan uji t (parsial).
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM...i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
ABSTRAK...v
KATA PENGANTAR ...vi
DAFTAR ISI...vii
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GAMBAR ...ix
DAFTAR TRANSLITERASI ...x
\BAB I PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Rumusan Masalah ...11
C. Tujuan Penelitian ...11
D. Kegunaan Hasil Penelitian... 12
E. Sistematika Penulisan ...13
BAB II KAJIAN PUSTAKA...15
A. Landasan Teori...15
1. Keputusan ...15
2. Dinamika Kelompok ...19
3. Budaya Konsumsi ...27
4. Pembiayaan Mura> bahah ...31
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ...36
C. Kerangka Konseptual...39
BAB III METODE PENELITIAN...41
A. Jenis Penelitian ... 41
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 41
C. Populasi dan Sampel Penelitian... 42
D. Variabel Penelitian... 44
E. Definisi Operasional ... 45
F. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 49
G. Data dan Sumber Data ... 50
H. Teknik Pengumpulan Data ... 52
I. Teknik Analisis Data ... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN ...59
A. Diskripsi objek Penelitian ... 59
B. Penyajian dan Analisis Data... 64
BAB V PEMBAHASAN ...83
A. Pembahasan Hasil Penelitian ... 83
BAB VI PENUTUP ...89
A. Kesimpulan ...94
B. Saran ...95 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Jumlah Transaksi Pembiayaan Mura> bahah ... 6
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu yang Relevan...36
Tabel 3.1. Tabel Penentuan Jumlah Sampel...44
Tabel 3.2. Indikator... 48
Tabel 4.1. Data Jumlah Nasabah yang Melakukan Pembiayaan ... 64
Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 66
Tabel 4.3. Distribusi Jawaban Responden untuk Variabel X1... 68
Tabel 4.4. Distribusi Jawaban Responden untuk Variabel X2... 69
Tabel 4.5. Distribusi Jawaban Responden untuk Variabel Y... 70
Tabel 4.6. Hasil Uji Validitas ...71
Tabel 4.7. Hasil Uji Reliabilitas ...72
Tabel 4.8. Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorof-Smirov Test ... 73
Tabel 4.9. Hasil Uji Multikolinearitas... 76
Tabel 4.10. Hasil Uji F...79
Tabel 4.11. Hasil Uji t ...80
Tabel 4.12. Hasil Uji Koefisien Determinasi ...81
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Tahap Proses Pembelian ... 16
Gambar 2.2. Kerangka Konseptual... 39
Gambar 4.1. Struktur Organisasi BMT UGT Sidogiri KCP Sawahan ... 62
Gambar 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Profesi ... 67
Gambar 4.3. Grafik Normal Plot ...74
Gambar 4.4. Histogram... 75
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Semakin berkembangnya perekonomian suatu negara semakin
meningkat pula kebutuhan masyarakat dalam pemenuhan pendanaan untuk
membiayai proyek pembangunan, namun dana pemerintah yang bersumber
dari APBN sangat terbatas, untuk menutupi kebutuhan tersebut, pemerintah
menggandeng dan mendorong pihak swasta untuk ikut serta berperan aktif
dalam membiayai pembangunan potensi ekonomi bangsa. Pihak swasta baik
individual maupun kelembagaan memiliki pendanaan terbatas untuk
memenuhi operasional dan pengembangan usahanya.1
Pada masa sekarang ini, Bank syariah telah mampu memberikan bantuan
kepada pemerintah terutama sektor permodalan yang sangat mudah
didapatkan oleh seorang pengusaha dalam menghidupkan kembali
sendi-sendi investasi di Indonesia. Dengan keberadaan Bank syariah yang semakin
memberikan prospek yang cerah terhadap iklim investasi di dalam Negri,
mendorong munculnya lembaga-lembaga keuangan syariah yang sejenis,
sehingga bermunculan Baitul Māl wat Tamwīl(BMT) di seluruh Indonesia.
Lembaga Baitul Māl (rumah dana), merupakan lembaga bisnis dan sosial
yang pertama yang didirikan oleh Nabi.2 Lembaga ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan. Para ahli ekonomi Islam dan Sarjana ekonomi Islam
1Muhammad, Manajemen Bank Syariah,(Yogyakarta: UPP, AMP, YKPN, 2003), 13.
2 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Māl wat Tamwīl (BMT), (Yogyakarta: UII Press,
2
sendiri memiliki sedikit perbedaan dalam menafsirkan Baitul Māl ini.
Sebagian bependapat bahwa Baitul Māl ini semacam Bank sentral, seperti
yang ada saat ini. Tentunya dengan berbagai kesederhanaannya karena
keterbatasan yang ada. Sebagian lagi berpendapat, bahwa Baitul Māl
semacam menteri keuangan atau bendahara Negara.3 BMT merupakan Lembaga keuangan, BMT juga menghimpun dan menyalurkan dari kepada
masyarakat. Lembaga ini secara tidak langsung bersentuhan dengan
masyarakat tingkat ekonomi menengah ke bawah. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa Lembaga keuangan Bank maupun non Bank yang
bersifat formal, yang beroperasi di pedesaan, umumnya tidak dapat
menjangkau masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah.4
BMT hadir agar mampu lebih aktif dalam memperbaiki kondisi tersebut.
Baitul Māl wat Tamwīl (BMT) merupakan suatu lembaga yang terdiri dari
dua istilah yaitu Baitul Māl dan Bait at-Tamwīl. Baitul al-Māl lebih
mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non
profit, seperti; zakat, infaq, dan shadaqah. Adapun Bait at-Tamwīl sebagai
usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial. BMT memiliki berbagai
macam produk yang ditawarkan dalam menjalankan usahanya, adapun
berbagai macam produk yang terdapat pada BMT sebagai berikut:5 1) Wadī’ah(Titipan)
3Ibid., 57.
4Muji Haryono, Pengaruh Pelayaan terhadap Minat Nasabah BMT Al-Khautsar Kebumen, skripsi
(Yogyakarta: UIN, 2005), 2.
5Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Māl wat Tamwīl (BMT),(Yogyakarta: UII Press, Cet.
3
2) Musha>rakah(Kerja sama)
3) Mud}a>rabah(Bagi hasil)
4) Ija>rah(Sewa)
5) Mura>bahah(Jual beli)
6) Ujrah(Fee)
7) Hiwa>lah(Talangan)
8) Rahn(Gadai)
Segala transaksi atau tindakan yang berhubungan dengan manusia dan
manusia atau muamalahdiatur dalam fiqh muamalah, fiqh muamalah adalah
hukum-hukum yang berkaitan dengan tindakan manusia dalam
persoalan-persoalan keduniaan, misalnya dalam persoalaan jual beli, utang piutang,
kerjasama dagang, sewa menyewa, di antara persoalan-persoalan yang
muncul pada muamalah yang sering kita jumpai salah satunya adalah jual
beli.6
Pada dasarnya segala bentuk atau transaksi muamalah itu boleh atau
mubah kecuali ada dalil-dalil yang mengharamkannya. Jadi sebenarnya
segala bentuk macam muamalah itu boleh asalkan tetap diperbolehkan oleh
syara’ terutama tentang jual beli dan lain-lainnya. Sesuai dengan kaidah
fiqh:
“Hukum asal dari muamalah adalah boleh atau mubah kecuali ada dalil yang melarangnya (mengharamkannya)”.7
6Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), 50.
7MUI, DSN, BI, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional Edisi Kedua, (Jakarta: MUI, DSN,
4
Dalam urusan materiil, salah satu bentuk tolong menolong itu adalah
dengan cara menyalurkan dana pada seseorang yang membutuhkan. Sesuai
dengan dalil yang ada dalam Al-Qur’ansurat al-Baqarahayat 245:
“Artinya: Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan”. (QS. al-Baqarah: 245)8
Dari ayat di atas, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwasannya antara
manusia satu dengan manusia yang lain harus saling tolong menolong, tetapi
tolong menolong hanya untuk perbuatan baik saja menurut syara’, bukan
termasuk perbuatan yang dilarang syara’. Dalam menanggulangi praktik ijon,
rentenir dan semacamnya maka secara teori keberadaan BMT (Baitul Māl
wat Tamwīl) harus mampu berperan aktif sebagai suatu bentuk solusi
alternatif representative. Yang menjadi persoalan adalah apakah praktik
Lembaga keuangan syariah yang berkembang selama ini benar-benar
mencerminkan misi utama keberadaan BMT atau tidak.
Istilah Baitul Māl wat Tamwīl saat ini diartikan sebagai suatu
badan/institusi keuangan yang memadukan fungsi Baitul Māl dan Baitut
Tamwīl. Baitul Māl wat Tamwīl lebih mengarah pada usaha-usaha
pengumpulan dana dan penyaluran dana yang non profit, seperti zakat, infaq
dan shadaqah, sedangkan Baitut Tamwīl sebagai usaha pengumpulan dan
8
5
penyaluran dana komersial, usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi
masyarakat kecil dengan berlandaskan syariah.9
Salah satu BMT yang berdiri saat ini adalah BMT UGT Sidogiri.
Didirikan pada tanggal 6 Juni 2000 BMT UGT Sidogiri memiliki visi misi
mengembangkan masyarakat UKM tanpa dana riba. Dengan prinsip non riba
tersebut maka operasional BMT terdiri dari prinsip-prinsip syariah.
Pengelolaan dananya pun menggunakan sistem syariah. Sehingga bagi
masyarakat yang Islami, BMT UGT Sidogiri menjadi salah satu solusi untuk
mengelola kelebihan uangnya.10
BMT UGT Sidogiri Mempunyai banyak Kantor Cabang di berbagai
daerah, nasabahnya pun juga banyak, mereka mempunyai budaya dan status
sosial yang berbeda. Salah satunya di daerah Jawa Timur, khususnya di
daerah Surabaya terdapat beberapa Kantor Cabang, salah satunya adalah
KSPS BMT UGT Sidogiri Kantor Cabang Pembantu Sawahan Surabaya.
Kantor Cabang Pembantu yang beralamatkan di Jl. Girilaya No.34 Surabaya
ini berdiri sejak tahun 2010.11 Pembiayaan mura>bahah merupakan salah satu produk pembiayaan yang paling diminati oleh nasabah KSPS BMT UGT
Sidogiri Kantor Cabang Pembantu Sawahan Surabaya, terdapat peningkatan
yang signifikan antara tahun 2015 dan 2016 mengenai peningkatan jumlah
9 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, edisi-2
(Yogyakarta: Ekonisia, 2003), 96.
6
nasabah yang melakukan pembiayaan murabahah di BMT tersebut. Hal itu
berdasarkan hasil olahan data dibawah ini.
Tabel 1.1
Jumlah transaksi pembiayaan murabahah
Tahun Jumlah Nasabah
2015 82
2016 120
Sumber: Olahan data nasabah KSPSBMT UGT Sidogiri KCP Sawahan Surabaya (22 Maret 2016)
Data tersebut menunjukkan bahwa terdapat peningkatan jumlah nasabah
yang melakukan transaksi pembiayaan mura>bahah di KSPS BMT UGT
Sidogiri Kantor Cabang Pembantu Sawahan Surabaya dari tahun 2015 ke
tahun 2016. Selain itu, pembiayaan mura>bahah merupakan produk
pembiayaan yang paing diminati oleh nasabah, hal tersebut disampaikan oleh
Kepala Kantor Cabang Pembantu KSPS BMT UGT Sawahan Surabaya pada
saat wawancara:
“Di BMT UGT Sidogiri Kantor Cabang Pembantu Sawahan Surabaya, Pembiayaan jenis inilah yang paling utama dipergunakan dibanding jenis yang lain dalam melayani nasabahnya, hal ini disebabkan karena dengan akad mura>bahah lah yang paling sesuai diterapkan pada masyarakat sekitar yang sesuai dengan target pasar KSPS BMT UGT Sidogiri Kantor Cabang Pembantu Sawahan Surabaya yang merupakan kelas menengah ke bawah. Sebenarnya ada beberapa produk pembiayaan yang kami tawarkan, akan tetapi kebanyakan nasabah lebih memilih produk pembiayaan mura>bahah. Rata-rata nasabah yang mengajukan pembiayan
mura>bahah disini adalah dari kelompok pedagang. Dari sekitar 200 nasabah yang mengajukan pembiayaan itu kebanyakan lebih memilih pembiayaan dengan akad mura>bahah, yang jika dikalkulasikan jumlahnya mencapai 120 nasabah.”12
12 Abd. Rahman Aziz, Kepala Kantor Capem KSPS BMT UGT Sidogiri Indonesia Capem
7
Terkait data tersebut, akan menarik jika diteliti lebih mendalam lagi
tentang ada atau tidaknya faktor perilaku konsumen yang mempengaruhi
keputusan konsumen dalam melakukan pembiayaan mura>bahah. Keputusan
merupakan bagian/salah satu elemen penting dalam perilaku nasabah
disamping kegiatan fisik yang melibatkan nasabah dalam menilai,
mendapatkan, dan mempergunakan barang-barang serta jasa ekonomis.
Menurut Kotler dan Keller, perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor
budaya, sosial, dan pribadi.13 Salah satu faktor yang menjadi pertimbangan dalam memilih keputusan adalah faktor sosial. Dalam hubungan sosial,
seseorang akan dihadapkan dengan lingkungan atau kelompok, dari
lingkungan atau kelompok akan menimbulkan pengaruh terhadap individu
yang ada dalam lingkungan tersebut untuk mengikuti kebiasaan yang ada di
dalam kelompok tersebut, misalkan dalam perilaku mengkonsumsi barang
atau jasa. Setiap nasabah, khususnya nasabah BMT akan dihadapkan dalam
situasi kelompok yang berbeda, yang mana hal itu akan mempengaruhi
keputusan nasabah tersebut dalam memilih suatu produk yang akan dibeli
dari BMT.
Suatu kelompok terdiri dari beberapa individu yang mempunyai
pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap pendirian atau perilaku
seseorang yang ada dalam kelompok tersebut. Kelompok merupakan
sekumpulan orang yang hidup dan saling berinteraksi. Sebagian merupakan
kelompok primer, seperti keluarga, teman, tetangga, dan rekan kerja, yang
13
8
mana orang tersebut secara terus menerus berinteraksi dengan mereka.
Selain itu, kelompok primer cenderung bersifat informal. Namun demikian,
seseorang juga termasuk kelompok sekunder, seperti kelompok keagamaan,
profesi, dan kelompok asosiasi perdagangan yang mana cenderung bersifat
lebih formal dan mempunyai interaksi yang tidak begitu rutin.14
Dari pengaruh kelompok, akan terbentuk minat nasabah untuk membeli
suatu produk. Minat membeli terbentuk dari sikap konsumen terhadap
produk dari keyakinan konsumen terhadap kualitas produk. Semakin rendah
keyakinan konsumen terhadap suatu produk akan menyebabkan menurunnya
minat beli konsumen.15 Dinamika kelompok akan memberikan pengaruh besar kepada konsumen dalam mengambil keputusan untuk memilih produk
yang akan ia beli, dari situlah konsumen bisa melihat dan menilai kualitas
produk, terutama tentang kualitas produk pembiayaan mura>bahah yang
ditawarkan oleh pihak BMT.
Di samping dinamika kelompok, faktor kebudayaan merupakan salah
satu faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang yang paling mendasar.
Dengan kata lain, merupakan faktor paling utama dalam perilaku
pengambilan keputusan dan perilaku pembelian. Para nasabah KSPS BMT
UGT Sidogiri Kantor Cabang Sawahan Surabaya tentunya memiliki
berbagai macam budaya yang berbeda, khususnya budaya dalam hal
konsumsi, mereka merupakan orang dari kalangan menengah ke bawah,
14 Nugroho J Setiadi, Perilaku Konsumen: Perspektif Kontemporer pada Motif, Tujuan, dan
Keinginan Konsumen, (Jakarta: Kencana, 2003), 194.
15 Durianto, DKK, Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek.
9
sehingga dalam hal konsumsi, mereka juga akan menyesuaikan dengan status
sosial mereka, bagaimana kebiasaan sehari-hari mereka dalam
mengkonsumsi barang atau jasa. Dari budaya konsumsi itulah akan timbul
dorongan yang membuat nasabah bisa memutuskan poduk mana yang akan
mereka pilih. Konsumen saling berinteraksi satu sama lain, saling
mempengaruhi dalam membentuk perilaku, kebiasaan, sikap, kepercayaan,
dan nilai-nilai yang dianggap penting. Salah satu unsur lingkungan sosial
adalah budaya (culture), budaya adalah segala nilai, pemikiran, dan simbol
yang mempengaruhi perilaku, sikap, kepercayaan, dan kebiasaan sesorang
dan masyarakat.16
Banyak fakta-fakta yang menarik yang bisa ditemukan ketika melihat
sisi lain dari kehidupan sehari-hari nasabah dari KSPS BMT UGT Sidogiri
Kantor Cabang Pembantu Sawahan Surabaya. Pertama: Banyak dijumpai di
suatu tempat yang mana satu kelompok pedagang di suatu pasar atau
komplek perumahan itu mereka sama-sama menjadi nasabah KSPS BMT
UGT Sidogiri Kantor Cabang Pembantu Sawahan Surabaya, hal tersebut
menjadi sangat menarik untuk diteliti apakah fenomena itu karena adanya
faktor dinamika kelompok di lingkungan tersebut yang mempengaruhi
keputusan individu dalam membeli produk atau tidak. Kedua: Budaya dari
setiap kelompok nasabah yang berbeda, terutama budaya dalam hal
konsumsi, kebiasaan dan pengaruh dari lingkungan masyarakat menengah ke
bawah akan mempengaruhi budaya konsumsi dari nasabah, apakah kebiasaan
16 Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran, (Bogor:
10
dalam hal mengkonsumsi barang atau jasa tersebut berpengaruh terhadap
keputusan pembelian produk dari BMT khususnya produk pembiayaan
mura>bahah. Hal tersebut menjadi layak untuk diteliti.
Berdasarkan uraian di atas. Maka Peneliti akan melakukan penelitian di
salah satu cabang BMT UGT Sidogiri Jawa Timur yaitu KSPS BMT UGT
Sidogiri Kantor Cabang Pembantu Sawahan Surabaya. Peneliti merasa
tertarik untuk menjadikan “keputusan” sebagai variabel terikat (variabel Y),
sedangkan untuk variabel X nya, Peneliti menggunakan dua variabel, yaitu
dinamika kelompok (X1) dan budaya konsumsi (X2).
Atas latar belakang tersebut, maka Peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian tentang pengaruh dinamika kelompok dan budaya konsumsi
nasabah terhadap keputusan memilih produk pembiayaan mura>bahah di
KSPS BMT UGT Sidogiri Kantor Cabang Pembantu Sawahan Surabaya,
dengan mengangkat judul ”PENGARUH DINAMIKA KELOMPOK DAN BUDAYA KONSUMSI NASABAH TERHADAP KEPUTUSAN
MEMILIH PRODUK PEMBIAYAAN MURĀBAHAHDI KSPS BMT UGT
11
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditentukan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh secara simultan antara dinamika kelompok dan
budaya konsumsi nasabah terhadap keputusan memilih produk
pembiayaan mura>bahah di KSPS BMT UGT Sidogiri Kantor Cabang
Pembantu Sawahan Surabaya?
2. Apakah terdapat pengaruh secara parsial antara dinamika kelompok dan
budaya konsumsi nasabah terhadap keputusan memilih produk
pembiayaan mura>bahah di KSPS BMT UGT Sidogiri Kantor Cabang
Pembantu Sawahan Surabaya?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk:
1. Mengetahui dan menganalisis apakah terdapat pengaruh secara simultan
antara dinamika kelompok dan budaya konsumsi nasabah terhadap
keputusan memilih produk pembiayaan mura>bahah di KSPS BMT UGT
Sidogiri Kantor Cabang Pembantu Sawahan Surabaya.
2. Mengetahui dan menganalisis apakah terdapat pengaruh secara parsial
antara dinamika kelompok dan budaya konsumsi nasabah terhadap
keputusan memilih produk pembiayaan mura>bahah di KSPS BMT UGT
12
D. Kegunaan hasil Penelitian
Ada dua macam keguanaan penelitian, yaitu kegunaan teoretis dan
kegunaan praktis.
Adapun kegunaan teoretis dari penelitian ini adalah:
1. Memberikan sumbangan terhadap bidang ilmu pengetahuan khususnya
Ekonomi Syariah untuk mengetahui lebih dalam tentang seluk beluk
pembiayaan mura>bahahdi lembaga keuangan Islam non Bank, khususnya
di BMT UGT Sidogiri.
2. Memberikan sumbangan terhadap bidang ilmu pengetahuan khususnya di
bidang Fiqih Muamalah khususnya tentang mura>bahahdan bisa dijadikan
referensi bagi peneliti selanjutnya.
Adapun kegunaan praktis dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi BMT UGT Sidogiri dalam
mengembangkan operasionalnya, terutama dari segi pemasaran, dan
produknya, agar bisa lebih baik lagi, dan meningkatkan minat dari
nasabah.
2. Untuk mengetahui lebih jauh tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan nasabah dalam melakukan pembiayaan, khususnya pembiayaan
13
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi ini dikemukakan ke
dalam enam bab yang dapat diuraikan satu persatu seperti dibawah ini:
BAB I : Pendahuluan
Dalam bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II : Kajian Pustaka
Dalam bab ini menguraikan tentang landasan teori yang
digunakan untuk menunjang pembahasan penulisan ini,
yang mencakup pengertian, keputusan, pembiayaan
mura>bahah, dinamika kelompok dan budaya konsumsi,
penelitian terdahulu yang relevan, kerangka konseptual,
serta hipotesis.
BAB III : Metode Penelitian
Dalam bab ini menguraikan tentang metode penelitian
yang meliputi: Jenis penelitian, waktu dan tempat
penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel
penelitian, definisi operasional, uji validitas dan
reliabilitas, data dan sumber data, teknik pengumpulan
14
BAB IV : Hasil Penelitian
Dalam bab ini menyajikan hasil penelitian yang berisi
deskripsi umum objek penelitian dan analisis data.
BAB V : Pembahasan
Dalam bab ini memberikan gambaran umum tentang objek
penelitian berupa sejarah singkat institusi yang
bersangkutan, serta visi dan misi kemudian dilanjutkan
dengan deskripsi hasil penelitian yang diperoleh dari
temuan-temuan selama melakukan penelitian beserta
pembahasannya.
BAB VI : Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisikan kesimpulan yang menjelaskan tentang
hasil penelitian dan pembahasan disesuaikan dengan
rumusan masalah dan tujuan penelitian yang disajikan
secara singkat dan jelas. Sedangkan saran merupakan
himbauan kepada pembaca atau instansi terkait agar saran
yang dipaparkan dapat memberikan manfaat serta dapat
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Keputusan
a. Pengertian Keputusan
Menurut Kotler dan Keller, mengatakan bahwa keputusan adalah
sebuah proses pendekatan penyelesaian masalah yang terdiri dari
pengenalan masalah, mencari informasi, beberapa penilaian alternatif,
membuat keputusan membeli dan perilaku setelah membeli yang
dilalui konsumen.17
Keputusan merupakan bagian/salah satu elemen penting dari
perilaku nasabah disamping kegiatan fisik yang melibatkan nasabah
dalam menilai, mendapatkan dan mempergunakan barang-barang serta
jasa ekonomis. Perspektif pemecahan masalah mencakup semua jenis
perilaku pemenuhan kebutuhan dan jajaran luas dari faktor-faktor yang
memotivasi dan mempengaruhi keputusan nasabah. Pengambilan
keputusan merupakan suatu kegiatan individu yang secara langsung
terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang yang
ditawarkan. Tahap-tahap proses keputusan pembelian dapat
digambarkan dalam sebuah model dibawah ini :
16
Gambar 2.1. Tahap Proses Pembelian
Sumber: Kotler, 2007, 235
Pada model di atas mempunyai anggapan bahwa para konsumen
melakukan lima tahap dalam melakukan pembelian. Tahap hal ini
tidak selalu terjadi, khususnya dalam pembelian yang tidak
memerlukan keterlibatan pembeli. Para konsumen dapat melewati
beberapa tahap dan urutannya tidak sesuai, seperti berikut ini:18
1) Pengenalan Masalah
Proses membeli dengan pengenalan masalah atau kebutuhan
pembeli menyadari suatu perbedaan antara keadaan yang
sebenarnya dan keadaan yang diinginkannya. Kebutuhan itu dapat
digerakkan oleh rangsangan dari dalam diri pembeli atau dari luar.
2) Pencarian informasi
Konsumen mungkin tidak berusaha secara aktif dalam mencari
informasi sehubungan dengan kebutuhannya. Seberapa jauh orang
tersebut mencari informasi tergantung pada kuat lemahnya
dorongan kebutuhan, banyaknya informasi yang dimiliki,
kemudahan memperoleh informasi, tambahan dan kepuasan yang
18
Philip Kotler, Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran, (Jakarta: PT Indeks, 2007), 236-237. Pengenalan
Masalah
Perilaku Pasca pembelian
Pembelian
Pencarian Informasi
Evaluasi Alternatif
17
diperoleh dari kegiatan mencari informasi. Biasanya jumlah
kegiatan mencari informasi meningkat tatkala konsumen bergerak
dari keputusan situasi pemecahan masalah yang terbatas ke
pemecahan masalah yang maksimal.
3) Evaluasi alternatif
Informasi yang didapat dari calon pembeli digunakan untuk
memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai
alternatif-alternatif yang dihadapinya serta daya tarik masing-masing
alternatif. Produsen harus berusaha memahami cara konsumen
mengenal informasi yang diperolehnya dan sampai pada sikap
tertentu mengenai produk promosi dan keputusan untuk pembeli.
4) Keputusan membeli
Produsen harus memahami bahwa konsumen mempunyai cara
sendiri dalam menangani informasi yang diperolehnya dengan
membatasi alternatif-alternatif yang harus dipilih atau dievaluasi
untuk menentukan produk mana yang akan dibeli.
5) Perilaku Pasca pembelian
Apabila barang yang dibeli tidak memberikan kepuasan yang
diharapkan, maka pembeli akan merubah sikapnya terhadap merek
barang tersebut menjadi sikap negatif, bahkan mungkin akan
menolak dari daftar pilihan. Sebaliknya bila konsumen mendapat
kepuasan dari barang yang dibelinya maka keinginan untuk
18
lebih kuat. Produsen harus mengurangi perasaan tidak senang atau
perasaan negatif terhadap suatu produk dengan cara membantu
konsumen menemukan informasi yang membenarkan pilihan
konsumen melalui komunikasi yang diarahkan pada orang-orang
yang baru saja membeli produknya.
Menurut Engel, Dkk., secara sistematis model dasar dari proses
keputusan untuk mengungkap kompleksitas faktor-faktor yang
mempengaruhi dan membentuk perilaku proses keputusan. Salah
satuya dari pengaruh lingkungan yang meliputi:19
a. Budaya
b. Kelas sosial
c. Pengaruh pribadi
d. Sikap
e. Situasi
Menurut Kotler-Keller, juga dijelaskan bahwa perilaku konsumen
dalam mengambil keputusan itu dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain: budaya, sosial, pribadi, dan psikologis.20 Jadi, faktor
budaya, sosial, pribadi, dan psikologis konsumen mempunyai peranan
yang penting dalam mempengaruhi keputusan konsumen dalam
memilih produk.
19
2. Dinamika Kelompok
a. Pengertian Dinamika Kelompok
Dinamika berarti tingkah laku warga yang satu secara langsung
mempengaruhi warga yang lain secara timbal balik. Jadi, dinamika
berarti adanya interaksi dan interdepedensi antara anggota kelompok
yang satu dengan anggota kelompok yang lain secara timbal balik dan
anggota kelompak dengan kelompok secara keseluruhan. Keadaan ini
dapat terjadi karena selama ada kelompok, semangat kelompok (group
spirit) terus-menerus berada dalam kelompok itu. Oleh karena itu,
kelompok bersifat dinamis, artinya setiap saat kelompok yang
bersangkutan dapat berubah. Menurut Cartwright dan Zander,
dinamika kelompok merupakan suatu pengetahuan yang mengkaji
kehidupan kelompok, yakni menganalisis cara-cara mengorganisir,
mengelola serta pengambilan keputusan dalam kelompok.21
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dinamika kelompok
berarti suatu kelompok yang teratur dari dua individu atau lebih yang
mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara anggota yang satu
dengan yang lain. Dengan kata lain, antar anggota kelompok
mempunyai hubungan psikologis yang berlangsung dalam situasi yang
dialami secara bersama-sama sehingga berpengaruh pada proses
pengambilan keputusan dalam kelompok tersebut.
20
b. Klasifikasi Kelompok
Kelompok dapat diklasifikasikan menjadi empat dikotomi:22
1) Kelompok Primer versus Kelompok Sekunder
Kelompok primer adalah kelompok sosial dimana hubungan
antar anggotanya bersifat pribadi dan berlangsung lama.
Anggota-anggota kelompok itu terikat oleh kesetiaan yang kuat, dan
biasanya mereka melakukan kegiatan bersama, menghabiskan
waktu bersama dan merasa bahwa mereka saling mengenal satu
sama lain dengan baik.
Kelompok sekunder merupakan kelompok sosial yang besar
dan tidak bersifat pribadi, berdasarkan atas kesukaan dan kegiatan
yang sama. Hubungan kerap kali berlangsung singkat.
2) Kelompok Formal versus Kelompok Informal
Kelompok formal terdiri dari anggota-anggota kelompok yang
berinteraksi menurut struktur yang baku. Kelompok informal
terbentuk karena anggota-anggotanya mempunyai tujuan,
pengalaman, kesukaan dan kegiatan yang sama. Dalam kelompok
informal tidakada struktur maupun pembagian wewenang dan
kekuasaan yang baku.
3) Kelompok Besar versus Kelompok Kecil
Kelompok sosial yang besar dengan sendirinya akan
memberlakukan aturan yang harus diikuti untuk menjaga
21
kestabilan kelompok itu. Dalam kelompok besar interaksi antar
anggotanya tidak seerat kelompok kecil, di mana boleh dikatakan
bahwa anggota kelompok kecil mengenal anggota yang lain, lebih
baik daripada para anggota kelompok yang lebih besar.
4) Kelompok yang Mensyaratkan Keanggotaan versus Kelompok
Simbolik.
Seseorang harus memenuhi syarat-syarat tertentu untuk
menjadi anggota dalam kelompok yang pertama. Keanggotaan
dalam kelompok ini mengakibatkan seseorang menyerap nilai-nilai
kelompok, mengembangkan sikap-sikap tertentu dan juga
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai dan sikap itu. Kelompok
simbolis tidak mensyaratkan seseorag untuk menjadi anggota,
walaupun orang itu bisa saja menyerap nilai-nilai, dan sikap-sikap
tertentu, bahkan berperilaku sesuai dengan kelompok simbolis
tersebut. Kelompok simbolis bersifat tidak nyata.
c. Pendekatan-Pendekatan Dinamika Kelompok
Ada beberapa pandangan para ahli tentang pendekatan dinamika
kelompok, antara lain:23
1) Pendekatan olehBalesdan Homans
Pendekatan ini mendasar pada konsep adanya aksi, interaksi
dan situasi yang ada dalam suatu kelompok. Selanjutnya Homans
menambahkan, dengan adanya interaksi dalam kelompok maka
22
kelompok yang bersangkutan merupakan sistem interdepedensi,
dengan adanya sifat:
a) Adanya stratifikasi kedudukan warga.
b) Adanya diferensiasi dalam hubungan dan pengaruh antara
anggota kelompok yang satu dengan yang lain.
c) Adanya perkembangan pada sistem intern kelompok yang
diakibatkan adanya pengaruh faktor-faktor dari luar kelompok.
2) Pendekatan oleh Stogdiil
Pendekatan ini lebih menekankan pada sifat-sifat
kepemimpinan dalam bentuk organisasi formal. Selanjutnya
Stogdill menambahkan bahwa yang dimaksud kepemimpinan
adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang
terorganisir sebagai usaha untuk mencapai tujuan kelompok.
Sedangkan yang dimaksud kelompok yang terorganisir ialah suatu
kelompok yang tiap-tiap anggotanya mendapat tanggungan dalam
hubungannnya dengan pembagian tugas untuk mencapai kerja
sama dengan kelompok.
3) Pendekatan dari ahli psycho analysis oleh Sigmund Freud dan
Scheidlinger
Scheidlinger berpendapat bahwa aspek-aspek motif dan
emosional sangat memegang peranan penting dalam kehidupan
kelompok. Beliau mengungkapkan betapa kelompok akan dapat
23
kelompok. Demikian pula emosional yang sama akan menjadi
tenaga pemersatu dalam kelompok sehingga kelompok tersebut
semakin kukuh. Sementara itu, Sigmund Freud berpendapat
bahwa di dalam setiap kelompok perlu adanya cohesiveness
(kesatuan kelompok), agar kelompok tersebut dapat bertahan lama
dan berkembang.
Beliau mengungkapkan pula kesatuan kelompok hanya dapat
diwujudkan apabila tiap-tiap anggota kelompok melaksanakan
identifikasi bersama antara anggota satu dengan anggota yang
lain.
4) Pendekatan dariYenningsdan Moreno
Pendekatan ini sebenarnya menggunakan konsepsi dari metode
sosiometri, yang sangat cocok diterapkan dalam kelompok.
Yennings mengemukakan konsepsinya tentang pilihan bebas,
spontan dan efektif dari anggota kelompok yang satu dengan
anggota kelompok yang lain dalam rangka pembentukan ikatan
kelompok.
Moreno dengan sosiometrinya berhasil membedakan psikhe
group dan socio group, yaitu:24
a) psikhe group artinya suatu kelompok yang terbentuk atas
dasar suka/tidak suka, simpati, atau antipati antar anggota.
24
b) Socio groupartinya suatu kelompok yang terbentuk atas dasar
tekanan dari luar.
Dalam hubungannya dengan psikhe group dan socio group,
Yennings menambahkan bahwa pelaksanaan tugas akan lebih
lancar apabila pembentukan socio group disesuaikan dengan
psikhe group, dengan memperhatikan faktor-faktor efisiensi kerja
dan kepemimpinan dalam kelompok.
d. Kelompok yang Dekat dengan Pemasaran
Kelompok-kelompok yang dekat dalam kehidupan seseorang
sebagai konsumen, antara lain:25
1) Keluarga dan Sanak Keluarga
Keluarga dan sanak keluarga, terutama dalam budaya yang
cenderung kolektif (bukan individualis) sangat menentukan
perilaku, pilihan produk dan aktivitas pembelian. Dari
keluarganyalah konsumen belajar dan bersosialisasi untuk menjadi
konsumen kelak di kemudian hari.
2) Teman
Dalam berteman orang memiliki suatu bentuk komitmen yang
sama-sama dimengerti oleh orang-orang dalam kelompok teman
tersebut. Komitmen itu bisa juga terjadi atas dasar kesamaan
dalam beberapa hal, seperti minat, tujuan, kebutuhan dan lain
25
25
sebagainya. Karena komitmen itulah maka orang selalu berusaha
untuk berlangganan di kafe tertentu, misalnya. Demikian pula
dengan pilihan produk-produk yang lain.
3) Kelompok Sosial Formal
Kelompok ini terjadi karena terciptanya struktur di dunia
kerja atau organisasi lain. Mereka yang tergabung dalam rotary
club memahami perilaku yang bisa diterima dalam kelompok ini,
sehingga perilaku belinya pun sedikit banyak terpengaruh oleh
norma kelompok.
4) Kelompok Belanja
Dua orang atau lebih yang berbelanja bersama-sama, apakah
untuk makan, membeli pakaian, atau hanya untuk melewatkan
waktu dapat disebut kelompok belanja. Bila mereka masuk ke
toko, mereka memilih secara detail, mencoba dengan cermat
produk yang mereka sukai, walaupun semua itu dilakukan hanya
untuk sepotong kaos. Tapi bila mereka yang datang ke toko itu
sendirian, maka akan langsung menuju ke tempat produk yang
diinginkan, memilih, mencoba dan membeli, tanpa berkeliling,
cuci mata, dan mencoba yang ini yang itu. Jadi, kelompok belanja
berpengaruh pada perilaku beli konsumen.
5) Kelompok Kegiatan Konsumen
Kelompok kegiatan konsumen seringkali merupakan kekuatan
26
menyuarakan keluhan konsumen atau akibat buruk yang menimpa
konsumen setelah mengkonsumsi produk. Jadi, kelompok kegiatan
konsumen mempengaruhi konsumen untuk mengkonsumsi atau
menolak produk.
6) Kelompok Kerja
Sejumlah waktu orang habiskan di tempat kerja lebih dari tiga
puluh lima jam per minggu. Ini memberikan kesempatan yang luas
bagi kelompok kerja untuk melayani sebagai pengaruh besar
terhadap perilaku konsumsi anggota. Kelompok kerja menentukan
juga pilihan produk. Itulah sebabnya mengapa Nescafe membuat
setting iklannya ditempat kerja, dimana orang yang tidak
mengkonsumsi Nescafe menjadi korban cemooh dari para rekan
sekerjanya.
7) Kelompok Acuan
Kelompok rujukan/acuan (reference group) adalah kelompok
yang digunakan sebagai alat ukur (standar) untuk menilai diri
sendiri atau untuk membentuk sikap. Grup referensi melibatkan
satu atau lebih orang yang dijadikan sebagai dasar pembanding
atau titik referensi dalam membentuk tanggapan afeksi dan
kognisi serta meyatakan perilaku seseorang. Grup referensi
ukurannya beragam (dari satu hingga ratusan orang), dapat
memiliki bentuk nyata (orang sebenarnya), atau tidak nyata dan
27
referensi seseorang dapat berasal dari kelas sosial, sub budaya,
atau bahkan budaya yang sama atau berbeda.
3. Budaya Konsumsi
a. Pengertian Budaya
Kata Budaya atau Kebudayaan berasal dari kata Sansekerta,
budhayah, ialah bentuk jamak dari buddhiyang berarti budi atau akal.
Demikianlah kebudayaan itu dapat diartikan “hal-hal yang
bersangkutan dengan akal”. Ada Sarjana lain yang mengupas kata
budaya itu sebagai perkembangan dari kata majemuk budi daya yang
berarti daya dari budi.26
Budaya itu daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa, dan
kebudayaan itu segala hasil dari cipta, karsa, dan rasa itu. Dalam kata
antropologi budaya, tidak diadakan perbedaan arti antara budaya dan
kebudayaan. Di sini kata budaya hanya dipakai untuk singkatnya saja,
untuk menyigkat kata panjang antropologi kebudayaan.
Adapun kata culture (bahasa inggris) yang artinya sama dengan
kebudayaan, yang berasal dari kata Latin colereyang berarti mengolah,
mengerjakan, terutama mengolah tanah, atau bertani. Dari arti ini,
berkembang arti culture, sebagai segala daya dan aktivitas manusia
untuk mengolah dan mengubah alam.27
26Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi, (Jakarta: Aksara Baru, 1982), 80.
28
Engel, Blackwell, dan Miniard, menyebutkan 10 sikap dan
perilaku yang dipengaruhi oleh budaya, yaitu sebagai berikut:28
1) Kesadaran diri dan ruang (sense of self and space).
2) Komunikasi dan bahasa.
3) Pakaian dan penampilan.
4) Makanan dan kebiasaan makan.
5) Waktu dan kesadaran akan waktu.
6) Hubungan keluarga, organisasi, dan lembaga pemerintah.
7) Nilai dan norma.
8) Kepercayaan dan sikap.
9) Proses mental dan belajar.
10) Kebiasaan kerja.
b. Budaya dan Konsumsi
Persepsi konsumen terhadap sesuatu termasuk bagaimana cara
berpikir, percaya, dan bertindak ditentukan oleh lingkaran budaya
sekitar konsumen itu berada serta kelompok yang berhubungan dengan
konsumen. Seluruh pengaruh kelompok sosial pada perilaku beli
konsumen diawali dari kebudayaan dimana konsumen itu tinggal.
Kebudayaan mengimplikasikan sebuah cara hidup yang dipelajari
secara total dan diwariskan. Hal ini mengandung arti bahwa
29
kebudayaan tidak hanya mencakup tindakan yang berdasarkan naluri,
tetapi juga dipelajari.29
Kebudayaan mempengaruhi perilaku pembelian karena budaya
menyerap ke dalam kehidupan sehari-hari, budaya menetapkan apa
yang kita dengar dan makan, di mana kita tinggal dan kemana kita
bepergian. Budaya mempengaruhi bagaimana kita membeli dan
menggunakan produk dan kepuasan kita terhadap produk-produk
tersebut.30
Menurut Schiffmann dan Kanuk dalam bukunya “Perilaku
Konsumen” (2004: 356), bahwa kebiasaan konsumsi sebagai bagian
dari kebiasaan yang juga merupakan salah satu cakupan dari budaya
merupakan faktor yang penting karena hal tersebut merupakan
akumulasi perasaan dan prioritas yang dipunyai individu mengenai
masalah dan barang milik.31
c. Faktor Yang Berhubungan dengan Budaya Konsumen
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan munculnya budaya
konsumen, antara lain, Faktor yang melatarbelakangi munculnya
budaya konsumen:32
29Nugroho J. Setiadi, Perilaku Konsumen, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), 271. 30Ibid., 272.
31Leon Schiffmann dan Leslie Lazar Kanuk, Perilaku Konsumen, (Jakarta: Indeks, 2004), 356. 32 Mike Featherstone, (Penerjemah Misbah Zulfa Elizabeth), Posmodernisme dan Budaya
30
1. Faktor Lingkungan
Assael (1992) mengelompokkan faktor lingkungan yang
mempengaruhi konsumen terdiri atas:
1) Budaya dan kelas sosial,
2) Pengaruh sub-budaya,
3) Pengaruh global dan lintas budaya,
4) Pengaruh kelompok rujukan,
5) Pengaruh komunikasi dalam kelompok,
6) Pengaruh keluarga,
7) Pengaruh komunikasi antar kelompok, dan
8) Pengaruh situasional.
2. Gaya hidup
Perkembangan budaya konsumen telah mempengaruhi
cara-cara masyarakat mengekspresikan estetika dan gaya hidup. Dalam
masyarakat konsumen, terjadi perubahan mendasar berkaitan
dengan cara-cara mengekspresikan diri dalam gaya hidupnya.
David Chaney mengemukakan bahwa gaya hidup telah menjadi
ciri dalam dunia modern, sehingga masyarakat modern akan
menggunakan gaya hidup untuk menggambarkan tindakannya
sendiri dan orang lain. Dalam kaitannya dengan budaya konsumen,
gaya hidup dikonotasikan dengan individualitas, ekspresi diri serta
kesadaran diri yang stylistic. Tubuh, busana, gaya pembicaraan,
31
individualisme selera konsumen. Gaya hidup adalah juga salah
satu bentuk budaya konsumen. Karena gaya hidup seseorang
dilihat dari apa yang dikonsumsinya, baik barang ataupun jasa.
Konsumsi tidak hanya mencakup kegiatan membeli sejumlah
barang atau materi, seperti televisi dan handphone. Akan tetapi,
juga mengkonsumsi jasa, seperti rekreasi. Beberapa contoh dari
gaya hidup yang nampak menonjol saat ini adalah nge-mall, hang
out, fitness, dll.
4. Pembiayaan Mura>bahah
a. Pengertian Mura>bahah
Mura>bahahdalam arti bahasa berasal dari kata ra>bahah yang asal
katanya rabaha yang artinya tambahan.33 Mura>bahahmerupakan salah
satu dari bentuk jual beli amanah. Mura>bahah adalah jual beli suatu
barang di mana penjual memberitahukan harga belinya kepada pembeli
dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba.
Ibnu Qudamah mendefinisikan, mura>bahahadalah menjual dengan
harga asal ditambah dengan margin keuntungan yang telah
disepakati.34Misalnya, sesorang membeli barang kemudian menjualnya
kembali dengan keuntungan tertentu. Berapa besar keuntungan
tersebut dapat dinyatakan dalam nominal rupiah tertentu atau dalam
bentuk persentase dari harga pembeliannya, misalnya 10% atau 20%.
33Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2013), 207.
32
Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No.
04/DSN-MUI/IV/2000. Pengertian mura>bahah yaitu menjual suatu barang
dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli
membayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba.35 Dalam fatwa
tersebut juga dibahas mengenai ketentun umum mura>bahah dalam
bank syariah, ketentuan mura>bahah kepada nasabah, jaminan, hutang,
penundaan pembayaran, serta bangkrut dalam mura>bahah.36
Dari pengertian mura>bahah di atas dapat dikemukakan bahwa inti
dari jual beli mura>bahah adalah penjual mendapatkan manfaat
keuntungan dan pembeli mendapat manfaat dari benda yang dia beli.
Karena dalam definisinya disebut adanya “keuntungan yang
disepakati”, karakteristik murabahah adalah si penjual harus memberi
tahu pembeli tentang harga pembelian barang dan menyatakan jumlah
keuntungan yang ditambahkan pada biaya tersebut.
b. Landasan Syariah
Mura>bahah merupakan akad jual beli yang diperbolehkan, hal ini
berlandaskan atas dalil-dalil yang terdapat dalam Al-Quran dan Hadits.
Di antara landasan syariah yang memperbolehkan praktik akad jual
beli mura>bahahadalah sebagai berikut:37
35Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah
36 Abdul Ghofur Anshori, Payung Hukum Perbankan Syariah (UU di Bidan Perbankan, Fatwa
DSN-MUI, dan Peraturan Bank Indonesia, (Yogyakarta: UII Press, 2007), 82.
33 1) Al-Qur’an
“… Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…” (QS. Al-Baqarah: 275).
Dalam ayat ini, Allah SWT mempertegas legalitas dan keabsahan
jual beli secara umum, serta menolak dan melarang konsep ribawi.
Berdasarkan ketentuan ini, jual beli mura>bahah mendapat pengakuan
dan legalitas dari syara’, dan sah untuk dioperasionalkan dalam praktik
pembiayaan Bank syariah karena ia merupakan salah satu jual beli dan
tidak mengandung unsur ribawi.
“Hai orang yang beriman, janganlah kalian saling memakan (mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela di antaramu” (QS. Al-Nisa>: 29).
Ayat ini melarang segala bentuk transaksi yang batil. Di antara
transaksi yang dikategorikan batil adalah yang mengandung bunga
(riba)sebagaimana terdapat pada sistem kredit konvensional. Berbeda
dengan mura>bahah, dalam akad ini tidak ditemukan uunsur bunga,
namun hanya menggunakan margin. Ayat ini juga mewajibkan untuk
keabsahan setiap transaksi mura>bahah harus berdasarkan prinsip
34
menjelaskan dan dipahami segala hal yang menyangkut hak dan
kewajiiban masing-masing.
2) Hadits
“Dari Abu Said al Khudri bahwa Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka”.
Hadits ini yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dan Ibnu Majah ini
merupakan dalil atas keabsahan jual beli secara umum. Hadits ini
memberikan prasyarat bahwa akad jual beli mura>bahahharus dilakukan
dengan adanya kerelaan masing-masing pihak ketika melakukan
transaksi.
c. Syarat dan Rukun
Syarat jual beli mura>bahahantara lain:38
1) Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah.
2) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.
3) Kontrak harus bebas dari riba.
4) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas
barang sesudah pembelian.
5) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.
Secara prinsip, jika syarat dalam a, b, atau e tidak terpenuhi,
pembeli memiliki pilihan:
35
a) Melanjutkan pembelian seperti apa adanya.
b) Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidak setujuan
atas barang yang dijual.
c) Membatalkan kontrak.
Adapun rukun mura>bahahantara lain:
(1) Penjual yaitu pihak yang membeli barang dari pemasok
dianalogikan Bank.
(2) Pembeli yaitu orang yang membutuhkan (membeli) barang
dianalogikan nasabah.
(3) Barang yang akan diperjualbelikan dan harga.
36
[image:46.609.149.505.128.714.2]B. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu yang Relevan Nama dan Judul
Penelitian Tujuan Penelitian Variabel yang Dianalisis Hasil Penelitian
1. Fina Senja Rahayu, 2013, Skripsi tentang “Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Nasabah dalam Memutuskan Pilihan Produk Pembiayaan Mura>bahahdi Bank Syariah Mandiri KCP Mayjend Sungkono Surabaya” untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nasabah dalam memutuskan pilihan produk pembiayaan mura>bahahdi Bank syariah mandiri KCP Mayjend Sungkono Surabaya. -faktor syariah (X1)
-kelas sosial (X2) -kelompok referensi (X3) -persepsi stimuli pemasaran (X4) -pembiayaan mura>bahah (Y) Kelompok referensi mempunyai pengaruh yang dominan terhadap keputusan memilih produk pembiayaan mura>bahahdi Bank syariah mandiri KCP Mayjend Sungkono Surabaya 2. Alima Setiyarini, 2012, Skripsi tentang “Pengaruh Persepsi Nasabah dan Margin terhadap Keputusan Pengambilan Pembiayaan Mura>bahahDi Bmt Bumi Sekar Madani” untuk mengetahui pengaruh Persepsi Nasabah dan margin terhadap Keputusan Pengambilan Pembiayaan mura>bahahdi BMT Bumi Sekar Madani secara parsial dan simultan -Persepsi Nasabah (X1) - Margin (X2) - Keputusan (Y)
1. Persepsi Nasabah dan Margin secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Keputusan Pengambilan Pembiayaan mura>bahah 2. Persepsi Nasabah
dan Margin secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Keputusan Pengambilan Pembiayaan mura>bahah. 3. Adhi Tejo Dwi
Cahyo, 2015, Skripsi tentang “Pengaruh konsep produk, budaya konsumsi, dan keluarga terhadap Menganalisis pengaruh konsep produk, budaya konsumsi, dan keluarga terhadap perilaku konsumen -Konsep Produk (X1)
-Budaya Konsumsi (X2) -Keluarga (X3) -Perilaku Konsumen (Y)
1. Tidak terdapat pengaruh antara konsep produk terhadap perilaku konsumen dalam mengkonsumsi Kebab
37 perilaku konsumen dalam mengkonsumsi Kebab (studi kasus: Kebab Turki Baba Rafi) Kebab Turki Baba Rafi. antara konsep produk, budaya konsumsi, dan keluarga terhadap perilaku konsumen dalam mengkonsumsi Kebab 4. Mohaddeh, 2014, Skripsi tentang “Pengaruh Budaya Konsumtif terhadap Keputusan Pembelian Handphone Android di Lingkungan Pesantren An-Nuriyah Jemur Wonosari. Untuk mengetahui pengaruh budaya konsumtif terhadap keputusan pembelian handphone android di lingkungan Pesantren An-Nuriyah Jemur Wonosari. -Budaya Konsumtif (X) -Keputusan (Y)
Variabel Budaya Konsumtif
mempunyai pengaruh simultan dan parsial terhadap keputusan pembelian handphone android di lingkungan Pesantren An-Nuriyah Jemur Wonosari.
5. Ainur Rohmah, 2008, Skripsi tentang “Pengaruh Kelompok Acuan terhadap Keputusan Pembelian Handphone Nokia (survei pada konsumen Handphone Global Teleshop Cabang Malang)”. Untuk mengetahui pengaruh kelompok acuan terhadap keputusan pembelian handphone nokia (survei pada konsumen Handphone Global Teleshop Cabang Malang). -Kelompok Acuan (X) -Keputusan (Y) Variabel penelitian kelompok acuan (teman, keluarga, rekan kerja) berpengaruh secara sigifikan terhadap keputusan pembelian handphonedi Global Teleshop Cabang Malang
Persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu di atas adalah
sebagai berikut:
1. Fina Senja Rahayu, bedanya adalah dari variabel X nya, Peneliti hanya
menggunakan dua variabel X yaitu Dinamika Kelompok (X1) dan
38
tentang faktor yang mempengaruhi Nasabah dalam memilih pembiayaan
mura>bahah.
2. Alima Setiyarini, bedanya adalah variabel X nya, Peneliti hanya
menggunakan 2 variabel X yaitu Dinamika Kelompok (X1) dan Budaya
Konsumsi (X2). Persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang faktor
yang mempengaruhi Nasabah dalam memilih pembiayaan mura>bahah di
BMT.
3. Atin Yulaifah, bedanya adalah jumlah variabel X nya, di sini Peneliti
hanya menggunakan dua variabel X yaitu dinamika kelompok dan
budaya konsumsi. Persamaannya dengan penelitian Saya adalah
sama-sama menggunakan variabel budaya konsumsi sebagai variabel X.
4. Mohaddeh, bedanya adalah dari variabel X nya, Peneliti menggunakan
dua variabel X, dan yang lebih ditekankan adalah budaya konsumsi,
bukan budaya konsumtif. Persamaannya adalah sama-sama meneliti
tentang budaya konsumserisme yang mempengarungi keputusan
konsumen dalam melakukan pembelian.
5. Ainur Rohmah, bedanya adalah dari variabel X, yang mana peneliti lebih
menekankan pada dinamika kelompok, bukan kelompok acuan.
Persamaannya adalah sama-sama meneliti factor kelompok konsumen,
39
[image:49.609.133.505.152.515.2]C. Kerangka Konseptual
Gambar 1.2. Kerangka Konseptual
= Pengaruh secara parsial
= Pengaruh secara simultan
D. Hipotesis
Hipotesis berasal dari kata hipo yang berarti di bawah dan kata thesa
yang berarti kebenaran.39 Apabila penelitiaanya telah mendalami
permasalahan penelitianya dengan seksama serta menetapkan anggaran
dasar, maka membuat teori sementara yang kebenaranya masih perlu di uji
(di bawah kebenaran) inilah hipotesa.40
Hipotesis adalah dugaan yang mungkin besar benar dan mungkin besar
salah, akan di tolak jika salah dan akan di terima jika fakta membenarkanya.
Jadi hipotesis adalah kesimpulan yang belum final, maksudnya harus di
buktikan kebenaranya.41 Berdasarkan kerangka konseptual diatas, maka
39
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 82.
40Ibid., 83.
41Sutrisno Hadi, Metodelogi Research, jilid 1, (Yogyakarta: YFF Psikologi UGM, 1983), 63. Variabel X1 (Dinamika Kelompok)
Variabel X2 (Budaya Konsumsi)
40
Penulis mempunyai beberapa hipotesis yang mempengaruhi keputusan
pembiayaan mura>bahah di KSPS BMT UGT Sidogiri Kantor Cabang
Pembantu Sawahan Surabaya, yaitu:
1. H0= Secara parsial tidak ada pengaruh signifikan dinamika kelompok dan
budaya konsumsi nasabah terhadap keputusan memilih produk mura>bahah
di KSPS BMT UGT Sidogiri Kantor Cabang Pembantu Sawahan
Surabaya.
Ha = Secara parsial ada pengaruh signifikan dinamika kelompok dan
budaya konsumsi nasabah terhadap keputusan memilih produk
pembiayaan mura>bahah di KSPS BMT UGT Sidogiri Kantor Cabang
Pembantu Sawahan Surabaya.
2. H0 = Secara simultan tidak ada pengaruh signifikan dinamika kelompok
dan budaya konsumsi nasabah terhadap keputusan memilih produk
pembiayaan mura>bahah di KSPS BMT UGT Sidogiri Kantor Cabang
Pembantu Sawahan Surabaya.
Ha = Secara simultan ada pengaruh signifikan dinamika kelompok dan
budaya konsumsi nasabah terhadap keputusan memilih produk
pembiayaan mura>bahah di KSPS BMT UGT Sidogiri Kantor Cabang
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kuantitatif atau analisis data statistik. Menurut Ahmad Tanzeh
dan Suyitno yang dimaksud pendekatan kuantitatif adalah “Penelitian yang
menitikberatkan pada penyajian data yang berbentuk angka atau kualitatif
yang diangkakan (skoring)dengan menggunakan statistik”.42
Penelitian ini menggunakan jenis pendekatan asosiatif. Penelitian
asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh
atau pun juga hubungan antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini
mempunyai tingkatan tertinggi dibandingkan dengan deskriptif dan
komparatif karena dengan penelitian ini dapat dibangun suatu teori yang
dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu
gejala.43
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Salah satu komponen penting dari sebuah penelitian adalah
lokasi/tempat penelitian (dalam hal ini adalah sebuah lembaga keuangan non
Bank). Lembaga keuangan non Bank yang menjadi objek penelitian penulis
adalah KSPS BMT UGT Sidogiri Kantor Cabang Pembantu Sawahan
42Ahmad Tanzeh dan Suyitno, Dasar-Dasar Penelitian,(Surabaya: Lembaga Kajian Agama dan
Filsafat (eLKAF), 2006), 45.
42
Surabaya. Dimana penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai dengan
Juni 2016. Peneliti memilih Lembaga keuangan non Bank ini dengan
beberapa pertimbangan, antara lain:
1. Lembaga keuangan non Bank ini merupakan salah satu lembaga
keuangan non Bank yang terkemuka di Indonesia pada umumnya dan di
Surabaya pada khususnya.
2. Lembaga keuangan non Bank ini memiliki Kantor Cabang, dan Kantor
Unit, yang tersebar dibanyak daerah, sehingga lembaga keuangan non
Bank ini cukup familiar bagi Masyarakat.
3. Lembaga keuangan non Bank ini memiliki karakteristik pelanggan yang
beragam.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Sukardi, “Populasi adalah semua anggota kelompok manusia,
binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam suatu tempat
dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu
penelitian”.44
Sugiono menjelaskan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh penulis untuk dipelajari dan kemudian ditarik sebuah
kesimpulan.45
44Sukardi,Metodologi Penelitian Kompetensi dan Praktiknya, (Yogyakarta: Bumi Aksara, 2003),
53.
43
Jadi populasi bukan sekedar jumlah yang ada objek/subjek yang
dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik dan sifat yang dimiliki dan
juga populasi tidak hanya terdiri dari benda hidup atau manusia saja. Apabila
seseorang ingin meneliti seluruh elemen yang ada dalam wilayah penelitian,
maka penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus.
Berdasarkan pengertian di atas, maka populasi yang kami maksud dalam
penelitian ini adalah nasabah KSPS BMT UGT Sidogiri Kantor Cabang
Pembantu Sawahan Surabaya yang melakukan transaksi pembiayaan
mura>bahahyang jika diakumulasikan jumlah totalnya adalah 120 nasabah.
Sedangkan sampling adalah suatu teknik yang dilakukan oleh penulis di
dalam mengambil atau menentukan sampel penelitian.46 Adapun teknik
sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Simple Random
Sampling. “Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota
sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang
ada dalam populasi itu”.47
Dengan demikian dapat diketahui bahwa teknik Simple Random
Sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang digunakan jika
populasi mempunyai anggota yang dianggap homogen, sehingga diperoleh
anggota sampel yang representatif.
Semakin besar jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang
kesalahan generalisasi semakin kecil dan sebaliknya makin kecil jumlah
46Asrof Syafi’i, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: eLKAF, 2005), 134.
44
sampel menjauhi populasi, maka semakin besar kesalahan generalisasi.48
Dalam penelitian ini, penulis mengambil sampel berdasarkan tabel
penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu yang dikembangkan oleh
Isaac dan Michael, untuk tingkat kesalahan 1%, 5%, dan 10%. Peneliti
menggunakan tingkat kesalahan 5%, sehingga dari total 120 populasi,
[image:54.609.135.483.227.504.2]sampel yang diambil berjumlah 89.
Tabel 3.1. Penentuan Jumlah Sampel Dari Populasi Tertentu Dengan Taraf Kesalahan, 1, 5, Dan 10 %
N
Siginifikasi
1% 5% 10%
100 87 78 73
110 94 84 78
120 102 89 83
130 109 95 88
140 116 100 92
150 122 105 97
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Penelitian
Variabel merupakan istilah yang selalu ada dalam penelitian dan
merupakan satuan terkecil dari objek penelitian. Menurut Suryasubrata,
variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek penelitian, sering
pula dinyatakan variabel penelitian sebagai faktor-faktor yang berperan
dalam peristiwa yang akan diteliti.49
Dilihat dari sebab dan akibat, variabel dapat dibedakan menjadi dua
kategori, yaitu variabel bebas adalah variabel perlakuan atau sengaja
45
dimanipulasi untuk diketahui intensitasnya atau pengaruhnya terhadap
variabel terikat. Variabel terikat adalah variabel yang timbul akibat variabel
bebas atau respons dari variabel bebas. Oleh sebab itu variabel terikat
menjadi tolak ukur atau indikator keberhasilan variabel bebas.50 Dalam
penelitian ini, variabel terikatnya adalah Keputusan (Y), sedangkan variabel
bebasnya adalah dinamika kelompok (X1) dan budaya konsumsi (X2).
Penelitian ini menggunakan tiga variabel karena penelitian ini bersifat
korelasi yaitu dinamika kelompok dan budaya konsumsi merupakan variabel
bebas dan keputusan yang merupakan variabel terikat. Di mana Keputusan
merupakan tolak ukur bagi dinamika kelompok dan budaya konsumsi, yang
diharapkan akan berpengaruh terhadap terjadinya keputusan dalam
melakukan pembiayaan mura>bahah.
2. Skala Pengukuran
Penyelesaian masalah penelitian dan untuk mempermudah analisis data,
maka variabel yang digunakan harus terukur terlebih dahulu. Pengukuran
variabel ini untuk mempermudah dalam membuat data kuantitatif. Cara
membuat urutan kuantitatif dari data kualitatif, penulis menggunakan skala
Likert yang berfungsi untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang/kelompok orang tentang fenomena sosial.
Skala Likert digunakan secara luas yang mengharuskan responden untuk
menunjukkan derajat setuju atau tidak setuju kepada setiap statemen yang
46
berkaitan dengan objek yang dinilai.51 Jawaban responden terhadap
pertanyaan-pertanyaan pada penelitian ini dengan memberikan tanda silang
(x) atau ceklist (v) pada alternatif jawaban.52
Dengan skala Likert maka variabel yang akan di ukur dijabarkan menjadi
indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak
untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau
pertanyaan.
Berikut ini adalah bobot nilai pengukuran indikator dari variabel
tersebut diatas:
a. Sangat Sesuai (SS) diberi skor 5
b. Sesuai (S) diberi skor 4