• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VII. RENCANA PEMBANGUNAN

7.4. PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

7.4.2. PERSAMPAHAN

7.4.2.1. Arahan Kebijakan Pengelolaan Persampahan

Beberapa peraturan perundangan yang mengamanatkan tentang system pengelolaan persampahan, antara lain:

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.

Berdasarkan undang-undang No. 17 tahun 2007, aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan pelayanan sarana dan prasarana masih rendah, yaitu baru mencapai 18,41 persen atau mencapai 40 juta jiwa.

2. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.

Pasal 21 ayat (2) butir d mengamanatkan akan pentingnya pengaturan prasarana dan sarana sanitasi (air limbah dan persampahan) dalam upaya perlindungan dan pelestarian sumber air.

3. Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

Peraturan ini mengatur penyelenggaraan pengelolaan sampah yang mencakup pembagian kewenangan pengelolaan sampah, pengurangan dan penanganan sampah, maupun sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan sampah. Pasal 20 disebutkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan kegiatan penyelenggaraan pengelolaan sampah sebagai berikut:

- Menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka waktu tertentu;

- Memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan; - Memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan; - Memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang; dan - Memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang.

Pasal 44 disebutkan bahwa pemerintah daerah harus menutup tempat pemrosesan akhir sampah (TPA) yang dioperasikan dengan sistem pembuangan terbuka (open dumping) paling lama 5 (lima) tahun terhitung sejak diberlakukannya Undang-Undang 18 tahun 2008 ini

4. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.

Peraturan ini menyebutkan bahwa PS Persampahan meliputi proses pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir, yang dilakukan secara terpadu.

5. Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga

Peraturan Pemerintah ini merupakan pengaturan tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga yang meliputi:

a. kebijakan dan strategi pengelolaan sampah; b. penyelenggaraan pengelolaan sampah; c. kompensasi;

d. pengembangan dan penerapan teknologi; e. sistem informasi;

f. peran masyarakat; dan g. pembinaan.

6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

Peraturan ini mensyaratkan tersedianya fasilitas pengurangan sampah di perkotaan dan sistem penanganan sampah di perkotaan sebagai persyaratan minimal yang harus dipenuhi oleh Pemerintah/Pemda.

7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.

Ruang lingkup Peraturan menteri ini meliputi Perencanaan Umum, Penanganan Sampah, Penyediaan Fasilitas Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah, dan Penutupan/Rehabilitasi TPA.

C. Ruang Lingkup Pengelolaan Persampahan

Sampah dapat didefinisikan sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah yang dikelola dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan UU 18 tahun 2008 yaitu:

a) Sampah rumah tangga yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga (tidak termasuk tinja);

b) Sampah sejenis sampah rumah tangga berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dll;

c) Sampah spesifik meliputi sampah beracun, sampah akibat bencana, bongkaran bangunan, sampah yang tidak dapat diolah secara teknologi, dan sampah yang timbul secara periodik. Sampah spesifik harus dipisahkan dan diolah secara khusus. Apabila

belum ada penanganan sampah B3 maka perlu ada tempat penampungan khusus di TPA secara aman sesuai peraturan perundangan.

Pengelolaan sampah dapat didefinisikan sebagai semua kegiatan yang berkaitan dengan pengendalian timbulan sampah, pengumpulan, transfer dan transportasi, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah dengan mempertimbangkan faktor kesehatan lingkungan, ekonomi, teknologi, konservasi, estetika, dan faktor lingkungan lainnya.

7.4.2.2. Isu strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan A. Isu Strategis

Untuk merumuskan isu strategis ini, perlu dilakukan identifikasi data dan informasi dari dokumen-dokumen perencanaan pembangunan terkait dengan pengembangan permukiman tingkat nasional maupun daerah, seperti dokumen RPJMN, MDGs, RPJMD, RTRW Kabupaten, Renstra Dinas, Dokumen RP2KP, Rencana Induk Persampahan dan dokumen lainnya yang selaras menyatakan isu strategis pengembangan permukiman di Kabupaten Indragiri Hilir

Berikut adalah isu-isu strategis dan permasalahan dalam pengelolaan persampahan di Indonesia antara lain:

1. Kapasitas Pengelolaan Sampah

Kapasitas pengelolaan sampah erat kaitannya dengan:

a. Makin besarnya timbulan sampah berupa peningkatan laju timbulan sampah perkotaan antara 2-4% per tahun. Dengan bertambahnya penduduk, pertumbuhan industri dan peningkatan konsumsi masyarakat dibarengi peningkatan laju timbulan sampah. b. Rendahnya kualitas dan tingkat pengelolaan persampahan. Rendahnya kualitas

pengelolaan persampahan terutama pengelolaan TPA memicu berbagai protes masyarakat. Di sisi lain rendahnya tingkat pengelolaan sampah mengakibatkan masyarakat yang tidak mendapat layanan membuang sampah sembarangan atau membakar sampah di tempat terbuka.

c. Keterbatasan Lahan TPA. Keterbatasan lahan TPA merupakan masalah terutama di kota-kota besar dan kota metropolitan. Fenomena keterbatasan lahan TPA memunculkan kebutuhan pengelolaan TPA Regional namun banyak terkendala dengan banyak faktor kepentingan dan rigiditas otonomi daerah.

2. Kemampuan Kelembagaan

Masih terjadinya fungsi ganda lembaga pengelola sampah sebagai regulator sekaligus operator pengelolaan serta belum memadainya SDM (secara kualitas dan kuantitas) menjadi masalah dalam pelayanan persampahan.

3. Kemampuan Pembiayaan

Kemampuan pendanaan terutama berkaitan dengan rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah daerah yang merupakan akibat dari rendahnya skala prioritas penanganan pengelolaan sampah. Selain itu adalah rendahnya dana penarikan retribusi pelayanan sampah sehingga biaya pengelolaan sampah menjadi beban APBD. Permasalahan pendanaan secara keseluruhan berdampak pada buruknya kualitas penanganan sampah.

4. Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta

Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sampah dan belum dikembangkan secara sistematis potensi masyarakat dalam melakukan sebagian system pengelolaan sampah, serta rendahnya minat pihak swasta berinvestasi di bidang persampahan karena belum adanya iklim kondusif membuat pengelolaan sampah sulit untuk ditingkatkan.

5. Peraturan perundangan dan Lemahnya Penegakan Hukum

Lemahnya penegakan hukum terkait pelanggaran dalam pengelolaan sampah dan kurangnya pendidikan masyarakat dengan PHBS sejak dini juga menjadi kendala dalam penanganan sampah.

Sedangkan untuk Kabupaten Indragiri Hilir terdapat beberapa Isu strategis dibidang persampahan. Isu strategis ini akan menjadi dasar dalam pengembangan infrastruktur, prasarana dan sarana dasar di daerah, serta akan menjadi landasan penyusunan program dan kegiatan dalam Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur (RPIJM). Isu-isu tersebut antara lain: 1. Pelayanan persampahan belum merata. Sampai saat ini pelayanan persampahan masih terpusat di Kota Tembilahan, sedangkan kawasan perkotaan INHIL lainnya pelayanan persampahan masih sangat minim.

2. Kurangnya sarana dan prasarana persampahan hingga lingkungan permukiman, khususnya di wilayah perkotaan lainnya selain Kota Tembilahan.

3. Sistem pengolahan sampah pada lokasi pembuangan akhir sampah (TPA) di Sungai Beringin masih bersifat Open Dumping.

4. Secara geografis, akses pencapaian untuk menuju sebagian wilayah perkotaan di Kabupaten Indragiri Hilir hanya bisa dilewati oleh jalur air. Hal ini tidak memungkinkan proses pembuangan akhir sampah dilakukan secara memusat namun harus menyebar pada beberapa kawasan disekitar pusat kegiatan perkotaan.

5. Masih kurangnya kesadaran dan peran serta masyarakat didalam pengelolaan persampahan 6. Kurang dilaksanakannya kegiatan pengurangan persampahan, seperti; melalui program 3R

B. Kondisi Eksisting

Untuk menggambarkan kondisi eksisting pengembangan persampahan yang telah dilakukan pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir, perlu diuraikan hal-hal berikut ini:

a. Aspek teknis

Menguraikan sistem pengelolaan persampahan aspek teknis saat ini yang dilaksanakan oleh masyarakat (individu/komunal), pemerintah/dinas dan swasta, meliputi hal-hal berikut:

1) Teknik Operasional pengelolaan persampahan:

- Sumber sampah yang dihasilkan dan ditangani (m3/hari);

- Jumlah sampah terkumpul, terangkut dan terolah sd TPA (m3/hari); - Cakupan pelayanan (ha).

2) Daerah Pelayanan dan Kondisi Spesifiknya (fisik dan sosial);

3) Upaya pengurangan sampah di sumber melalui kegiatan 3R (reduce, reuse, recycle); 4) Kapasitas kerja dan efisiensi pemanfaatan;

5) Dampak negatif yang terjadi akibat sistem pengelolaan persampahan yang ada;

6) Pola Penanganan (Pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pengolahan, pembuangan akhir);

7) Rentang tanggung jawab instansi terkait dalam teknik operasional.

Kondisi eksisting pengembangan persampahan di Kabupaten Indragiri Hilir sebagaimana diuraikan di atas dapat ditampilkan dalam tabel-tabel berikut:

Tabel VII-28. Teknis Operasional Pelayanan Persampahan Saat Ini

No Uraian Volume Ket.

(1) (2) (3) (4)

1 Cakupan pelayanan 9,74 %

2 Perkiraan timbulan sampah 1.724,85 M3/hari

3

Timbulan sampah yang terangkut: - Permukiman - Non Permukiman - Total 810,68 M3/hari 914,17 M3/hari 1.724,85 M3/hari 4 Kapasitas Pelayanan TPA

Tabel VII-29. Kondisi Eksisting Pengembangan Persampahan Sistem

pengelolaan/ sub sistem

Prasarana dan Sarana Satuan Kapasitas

per unit Jumlah

Lokasi Layanan Pengadaan Kondisi Ket. Tahun Sumber dana Jumlah biaya (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

DIKELOLA OLEH MASYARAKAT

Pewadahan. a. Bin/Tong Sampah - - - - - - - -

-Pengumpulan a. Gerobak sampah b. Becak sampah c. Lainnya - - - - - - - - -Penampungan Sementara a. Transfer depo b. Container - - - - - - - -

-Pengangkutan a. Dump Truck b. Arm Roll Truck

- - - - - - - -

-Pengolahan a. Pengomposan b. Daur ulang

- - - - - - - -

-DIKELOLA OLEH PEMERINTAH

Pewadahan. a. Bin/Tong Sampah 400 0.25

Pengumpulan a. Gerobak sampah b. Becak sampah 2 17 1,5 1,5 Tembilahan 2010 Penampungan Sementara a. Transfer depo b. Container Tembilahan 2010

Pengangkutan a. Dump Truck b. Arm Roll Truck

7 4 6 4 Tembilahan 2010 Pengolahan a. Pengomposan b. Daur ulang Tempat Pengelolaan Akhir (TPA) Nama dan Lokasi TPA:

A. TP Sei Beringin .Lokasi Kelurahan Sungai Beringin Open Dumping

TPA Sei Beringin

1. Pembuangan Akhir a. Alat berat b. Luas area TPA

2. Pengendalian pencemaran di TPA a. Lapisan kedap air

b. Perpipaan pengumpul lindi c. Instalasi pengolahan lindi d. Buffer zone Unit Ha -6 M3/Unit 5.025 -2 -TPA Tembilahan - - - - -

-Sistem pengelolaan/ sub

sistem

Prasarana dan Sarana Satuan Kapasitas

per unit Jumlah

Lokasi Layanan Pengadaan Kondisi Ket. Tahun Sumber dana Jumlah biaya (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

e. pipa gas metan f. Sumur monitoring g. Drainase air hujan 3. Sarana penunjang

a. Jalan masuk b. Kantor c. Pos jaga

d. Bengkel, garasi, cuci kendaraan e. Jembatan timbang

DIKELOLA OLEH SWASTA Pewadahan. a. Bin/Tong Sampah

Pengumpulan a. Gerobak sampah b. Becak sampah c. Lainnya - - - - - - - - -Penampungan Sementara a. Transfer depo b. Container - - - - - - - -

-Pengangkutan a. Dump Truck b. Arm Roll Truck

- - - - - - - -

-Pengolahan a. Pengomposan b. Daur ulang

- - - - - - - -

-Tempat Pengelolaan Akhir (TPA) Nama dan Lokasi TPA:

b. Pendanaan

Menguraikan kemampuan masyarakat/Pemda/Swasta dalam membiayai penyediaan serta operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan seperti pembiayaan pembangunan sarana individual, retribusi persampahan serta anggaran pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir untuk pengelolaan persampahan. Dalam aspek pendanaan perlu juga diuraikan tentang;

1) Sumber Pendapatan (Pemda, Retribusi); 2) Struktur biaya operasional;

o Pengumpulan dan penyampuran; o Penampungan sementara; o Pengangkutan;

o Pembuangan akhir. 3) Struktur tarif retribusi;

o Kondisi dan kemampuan daerah; o Kemampuan masyarakat;

o Institusi yang mengelola retribusi.

c. Kelembagaan

Menguraikan organisasi pengelolaan persampahan yang mencakup bentuk organisasi (lampirkan struktur organisasi), uraian tugas, tata laksana kerja, serta kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang dimiliki. Uraian tersebut harus mencerminkan kemampuan organisasi pengelola persampahan saat ini. Termasuk juga informasi tentang:

1) Pelaksanaan penanganan sampah skala sumber, kawasan, Kabupaten Indragiri Hilir dan regional;

2) pemisahan fungsi regulator dan operator pengelolaan persampahan Kabupaten Indragiri Hilir.

d. Peraturan Perundangan

Menguraikan peraturan-peraturan yang sudah ada saat ini yang terkait dengan pengelolaan persampahan (tingkat propinsi dan Kabupaten Indragiri Hilir), diantaranya:

1) Peraturan perundangan tentang kebersihan;

2) Peraturan perundangan tentang Pembentukan badan pengelola persampahan skala Kabupaten Indragiri Hilir;

3) Peraturan perundangan tentang retribusi (struktur tarif, prosedur dan kewajiban pelanggan);

4) Peraturan perundangan tentang kerjasama pengelolaan persampahan skala regional dengan pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir lain;

5) Peraturan perundangan tentang kerjasama pengelolaan persampahan skala kawasan dengan badan usaha swasta;

6) Peraturan perundangan tentang peran serta masyarakat.

Dalam aspek peraturan perundangan perlu juga diuraikan tentang Kesesuaian peraturan dan kondisi lapangan serta pelaksanaan peraturan yang ada.

e. Peran Serta Masyarakat

Menguraikan peran serta masyarakat dan swasta dalam pengelolaan persampahan serta kondisi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di dalam masyarakat Kabupaten Indragiri Hilir yang meliputi kesediaan masyarakat membayar retribusi, penerimaan masyarakat terhadap aturan terkait pengelolaan persampahan, perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah (apakah sudah melakukan 3R), kegiatan-kegiatan apa yang telah dilakukan dalam mendorong peran serta masyarakat misalnya saja kegiatan kampanye dan edukasi terkait pengelolaan persampahan baik yang diselenggarakan oleh pemerintah setempat/swasta, maupun peran masyarakat dan swasta dalam pengelolaan sampah serta operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana yang ada.

C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman C.1. Identifikasi Permasalahan Persampahan

Setiap Kab/Kota wajib menguraikan besaran masalah yang dihadapi di Kab./Kota masing-masing dengan membandingkan antara kondisi yang ada dengan sasaran yang ingin dicapai, untuk memenuhi kebutuhan dasar (basic need) dan kebutuhan pengembangan (development need) yang ditinjau dari aspek teknis, keuangan dan kelembagaan. Selain itu, dilakukan inventarisasi persoalan setiap masalah yang sudah dirumuskan dengan mempertimbangkan tipologi serta parameterparameter teknis yang ada di kawasan tersebut.

Hasil dari kegiatan inventarisasi tersebut akan didapatkan data-data permasalahan pada sub sektor persampahan. Hasil identifikasi permasalahan dituangkan dalam bentuk tabel seperti yang dicontohkan pada tabel Berikut :

Tabel VII-30. Permasalahan Pengelolaan Sampah Yang Dihadapi

No Aspek Pengeloaan Air

Limbah Permasalahan Tindakan Yang Sudah DIlakukan Yang Sedang Dilakukan (1) (2) (3) (4) (5) A. Kelembagaan - Bentuk Organisasi Pengelola

Blum terintegrasi antara stakeholder,

- Tata Laksana (SOP, Koordinasi, dll)

fungsi pengelola masih tercampur antara regulator dan operator

- Kualitas dan kuantitas SDM Terbatasnya SDM, Tingkat partisipasi rendah,

Sosialisasi Sosialisasi

B

Perundangan terkait sector air limbah(Perda, Pergub, Perwali,)

-C Pembiayaan

- Sumber-sumber

pembiayaan (APBD Prov/ Kab/ Swasta/ Masyarakat)

- Retribusi Keterbatasan dana Pendapatan tidak sebanding dengan operasional Sharing Dana retribusi

D Peran Serta Masyarakat dan

Swasta Tingkat partisipasi rendah

Sosialisasi Sosialisasi E Teknsi OperasionalDokumen perencanaan (MP, FS, DED)PewadahanPengumpulanPenampungan SementaraPengangkutanPengolahan 3R

Pengelolaan Akhir di TPAPengendalian pencemaran

di TPA

Sarana penunjang TPA

Keterbatasan sarana dan prasarana persampahan Belum ada retribusi sampah yang sesuai

Peningkatan kualitas pelayanan Peningkatan kualitas pelayanan, Usulan pengolaan sampah terpadu

Permasalahan Pembangunan Sektor Persampahan di Indonesia, secara umum adalah: (1) Makin tingginya timbulan sampah (jumlah penduduk makin tinggi, jumlah sampah per

kapita meningkat);

(2) Belum optimalnya manajemen persampahan:

- Belum optimalnya sistem perencanaan (rencana sampai dengan monitoring dan evaluasi);

- Belum memadainya pengelolaan layanan perencanaan persampahan (kapasitas, pendanaan dan asset manajemen);

C.2. Tantangan Pengembangan Persampahan

Setiap Kabupaten Indragiri Hilir perlu menguraikan tantangan dan peluangsesuai karakteristik masing-masing daerah terkait pembangunan sector persampahan. Tantangan dalam sektor persampahanan meliputi peningkatan cakupan pelayanan, peningkatan kelembagaan, penggalian sumber dana dari pihak swasta, peningkatan kondisi dan kualitas TPA melalui peningkatan komitmen stakeholder Kabupaten Indragiri Hilir dalam hal alokasi pembiayaan dan inovasi teknologi pengolahan sampah, peningkatan pelaksanaan program 3R, serta peningkatan upaya penegakan hukum atas pelanggaran pembuangan sampah.

Tantangan lainnya adalah dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimum. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen PU No.14/PRT/M/2010 yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke PU an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan didalam dokumen RPIJM bdang Cipta Karya yang merupakan tantangan tersendiri bagi pelayanan pengelolaan Persampahan. Target pelayanan dasar bidang Persampahan sesuai dengan Peraturan Menteri PU Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum dapat dilihat melalui tabel berikut:

Tabel VII-31. SPM Persamapahan Bidang Ciptakarya Tahun 2010

Jenis Pelayanan Dasar

Standar Pelayanan Minimal Waktu Pencapaia n Ket Indikator Nilai Penyehatan Lingkungan Permukiman Pengelolaan sampah Tersedianya fasilitas pengurangan sampah di perkotaan 20% 2014 Dinas yang membidangi PU Tersedianya sistem penanganan sampah di perkotaan 70% 2014 Dinas yang membidangi PU

Dokumen terkait