• Tidak ada hasil yang ditemukan

Arahan pengembangan komoditas unggulan tanaman pangan

Dari analisis sebelumnya diketahui bahwa padi terpilih sebagai komoditas unggulan prioritas pertama yang diikuti oleh jagung dan ubi kayu masing-masing sebagai prioritas ketiga. Hasil analisis usahatani menunjukkan bahwa ketiga komoditas tersebut secara ekonomi layak diusahakan karena memberikan keuntungan atau total pendapatan yang dihasilkan dari usahatani lebih besar daripada total biaya yang dikeluarkan.

Penetapan alokasi lahan untuk komoditas unggulan tanaman pangan dilakukan dengan cara coba-coba (trial and error) hingga diperoleh kombinasi yang diinginkan, yaitu dengan mengisikan komoditas pada tabel database satuan lahan pada peta ketersediaan dan kesesuaian lahan secara bertahap dengan query builder. Lahan kelas S1 dan S2 untuk tanaman padi dialokasikan untuk tanaman padi. Lahan yang saat ini telah menjadi lahan sawah berdasarkan penggunaan lahan eksisting dialokasikan untuk tanaman padi. Lahan kelas S1 untuk tanaman jagung yang belum mendapatkan alokasi (masih kosong) dialokasikan untuk tanaman jagung. Lahan kelas S1 untuk tanaman ubi kayu yang belum dialokasikan untuk tanaman lain dialokasikan untuk ubi kayu. Hal ini dilakukan karena ada kemungkinan lahan kelas S1 untuk tiga tanaman ini berada pada lokasi yang sama. Langkah selanjutnya adalah mengisi lahan kelas S2 untuk tanaman jagung yang masih kosong dengan tanaman jagung dan lahan kelas S2 untuk tanaman ubi kayu dengan ubi kayu. Langkah yang terakhir adalah mengisikan lahan kelas S3 untuk tanaman jagung dengan jagung dan lahan kelas S3 untuk tanaman ubi kayu dengan ubi kayu. Dari langkah-langkah di atas diperoleh arahan pengembangan untuk komoditas padi seluas 54.218 ha, jagung 41.271 ha, dan ubi kayu 38.852 ha (Tabel 17).

Tabel 17 Alokasi pengembangan komoditas unggulan tanaman pangan

Komoditas

Eksisting Baru Jumlah --- (ha) ---

Padi 50.507 3.711 54.218

Jagung 40.270 1.001 41.271

Ubi Kayu 34.395 4.457 38.852

50 Pengembangan dan pembangunan dalam bahasa Inggris disebut dengan

development. Pengertian pengembangan menurut Sitorus (2000) adalah memajukan, memperbaiki, atau meningkatkan sesuatu yang telah ada, sedangkan pengertian pembangunan adalah mengadakan, membuat, atau mengatur sesuatu yang belum ada. Pengembangan dalam penelitian ini mencakup pengembangan pada lahan baru (lahan yang sebelumnya bukan merupakan lahan pertanian tanaman pangan) atau lebih dikenal dengan perluasan areal dan pengembangan pada lahan tanaman pangan eksisting (saat ini telah digunakan untuk pertanian tanaman pangan). Pengembangan pada lahan tanaman eksisting diarahkan untuk menata kembali pemilihan komoditas berdasarkan tingkat kesesuaian lahan yang ada. Lahan tanaman pangan eksisting untuk tanaman padi merupakan lahan sawah seluas 50.507 ha sehingga dalam arahan pengembangan tetap dialokasikan untuk tanaman padi. Lahan pengembangan baru untuk tanaman padi seluas 3.711 diarahkan untuk pencetakan sawah baru. Lahan ini dipilih pada lokasi yang berdekatan dengan jaringan sungai sehingga memudahkan dalam pembuatan saluran air. Lahan tanaman pangan eksisting yang berupa lahan kering seluas 74.665 ha diarahkan untuk pengembangan komoditas jagung 40.270 ha dan ubi kayu 34.395 ha. Pengembangan lahan baru untuk jagung seluas 1.001 ha dan untuk ubi kayu 4.457 ha. Sebaran secara spasial lahan tanaman pangan eksisting dan pengembangan baru disajikan dalam Gambar 12. Alokasi lahan untuk pengembangan komoditas unggulan tanaman pangan disajikan pada Gambar 13.

Untuk meningkatkan efisiensi dan tingkat pencapaian sasaran maka pengembangan komoditas unggulan diarahkan pada sentra-sentra pengembangan. Sentra pengembangan tanaman padi dipilih di kecamatan Trimurjo, Punggur, Kota Gajah, Padang Ratu, Seputih Agung, Terbanggi Besar, Seputih Mataram, dan Way Seputih. Sentra pengembangan komoditas jagung dipilih di Kecamatan Gunungsugih, Seputih Raman, dan Seputih Banyak, sedangkan sentra pengembangan komoditas ubi kayu dipilih di Kecamatan Anak Tuha, Way Pengubuan, dan Rumbia (Tabel 18 dan Gambar 14). Dengan dipilihnya sentra pengembangan ini tidak berarti komoditas tertentu tidak boleh dikembangkan di kecamatan yang bukan sentra pengembangan atau sebaliknya suatu kecamatan tidak boleh mengembangkan komoditas yang tidak terpilih. Penetapan sentra

pengembangan ini dimaksudkan untuk lebih memfokuskan pengembangan komoditas unggulan sebagai komoditas utama pada sentra pengembangan yang dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan perencanaan yang digunakan.

Tabel 18 Wilayah sentra pengembangan komoditas unggulan tanaman pangan di Kabupaten Lampung Tengah

Kecamatan Komoditas

Seputih Surabaya Padi

Kota Gajah Padi

Trimurjo Padi

Punggur Padi

Way Seputih Padi

Seputih Agung Padi

Seputih Mataram Padi

Terbanggi Besar Padi

Padang Ratu Padi

Seputih Banyak Jagung

Seputih Raman Jagung

Gunung Sugih Jagung

Way Pengubuan Ubi Kayu

Anak Tuha Ubi Kayu

52

53

54

Pengalokasian lahan untuk pengembangan komoditas unggulan tanaman pangan seperti yang terlihat dalam Tabel 17 dimaksudkan bahwa komoditas yang diusulkan merupakan komoditas utama. Selain komoditas utama masih terdapat beberapa komoditas lainnya yang tidak diunggulkan tetapi juga memiliki peluang untuk dibudidayakan sebagai komoditas penunjang seperti ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau dan kedelai. Sebagian besar lahan tanaman pangan terutama lahan sawah dapat ditanami lebih dari satu kali dalam setahun. Komoditas penunjang dapat dijadikan alternatif untuk diusahakan pada lahan-lahan yang dapat ditanami lebih dari satu kali dalam satu tahun. Pada lahan sawah dengan komoditas utama padi dapat diterapkan pola tanam misalnya padi-padi-jagung, padi – padi – kacang tanah, padi – padi – kacang hijau, padi – padi – ubi jalar, dan sebagainya. Pada lahan kering dengan komoditas utama jagung dapat diterapkan pola tanam misalnya jagung – ubi jalar, jagung – kacang tanah, jagung – kacang hijau, dan sebagainya. Ketersediaan air merupakan faktor pembatas utama pada lahan kering, sehingga pola tanam tersebut dapat diterapkan di lahan kering jika cukup tersedia air.

Proses perencanaan pengembangan komoditas unggulan tanaman pangan yang telah dilakukan dalam penelitian ini telah mempertimbangkan aspek keberlanjutan penggunaan lahan seperti yang dinyatakan oleh O’Connor (2005) yaitu kesejahteraan secara ekonomi, sesuai dengan daya dukung lingkungan, dan dapat diterima secara sosial. Dengan analisis kelayakan usahatani diharapkan dapat memenuhi kriteria keberlanjutan secara ekonomi, sedangkan analisis kesesuaian lahan diharapkan memenuhi kriteria secara lingkungan. Penelitian ini juga melibatkan petani dalam proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kriteria keberlanjutan secara sosial. Digunakannya analisis ketersediaan lahan memberikan nilai tambah dalam aspek sosial dan legal. Penetapan ketersediaan lahan berdasarkan pertimbangan penggunaan lahan saat ini dimaksudkan bahwa lahan yang direncanakan saat ini bukan lagi lahan kosong tetapi sebagian sudah digunakan oleh manusia dalam aktivitas kehidupannya. Untuk memenuhi kriteria keberlanjutan maka lahan yang sudah digunakan untuk perkebunan menjadi tidak tersedia untuk pengembangan tanaman pangan (Saroinsong, 2007). Hal ini dilakukan untuk menghindari konflik. Pengalihan dari tanaman perkebunan

56 menjadi tanaman pangan sangat sulit dilakukan berkenaan dengan preferensi petani dan penguasaan teknologi.

Secara umum, jumlah produksi merupakan fungsi dari luas panen dan produktivitas. Dengan demikian, strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan produksi tanaman pangan adalah dengan meningkatkan luas panen dan/atau produktivitas. Peningkatan luas panen diupayakan dengan peningkatan luas tanam dan pengurangan kegagalan panen baik yang disebabkan oleh hama dan penyakit maupun disebabkan oleh lingkungan seperti kekeringan dan kebanjiran. Berkenaan dengan upaya peningkatan luas tanam, strategi yang dapat digunakan adalah perluasan areal tanam dan peningkatan intensitas pertanaman. Dengan perluasan areal tanam berarti bahwa komoditas dikembangkan pada lahan baru, sedangkan peningkatan intensitas pertanaman berarti upaya peningkatan frekuensi tanam pada lahan yang sama dalam satu tahun. Untuk kasus Kabupaten Lampung Tengah, perluasan areal sangat sulit dilakukan mengingat terbatasnya lahan yang tersedia untuk pengembangan tanaman pangan. Jadi peningkatan intensitas pertanaman menjadi pilihan utama dalam upaya peningkatan produksi komoditas tanaman pangan. Selain itu, hal yang tidak kalah penting adalah peningkatan produktivitas yang dapat dilihat dari sisi tanaman dan lahan. Tanaman yang dibudidayakan hendaknya merupakan jenis yang unggul, yang memiliki potensi produksi tinggi, tahan penyakit dan stress lingkungan. Peningkatan produktivitas lahan berhubungan dengan peningkatan status kesuburan secara berkelanjutan.

Secara teknis, strategi pengembangan komoditas unggulan tanaman pangan di Kabupaten Lampung Tengah dapat berupa program peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana penunjang produksi misalnya jaringan irigasi dan saprodi seperti pupuk dan benih unggul. Selain itu, juga perlu dilakukan peningkatan kemampuan petani dalam mengaplikasikan teknologi budidaya yang efisien. Penguatan permodalan petani diharapkan dapat membantu petani dalam penyediaan sarana produksi.

VI KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait