• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kawasan yang diperuntukan sebagai kawasan permukiman meliputi kawasan yang didominasi oleh lingkungan hunian dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal. Luasan kawasan permukiman di Provinsi NTT sekitar 40,155.28 ha.

Arahan pemanfaatan bagi Kawasan Permukiman di Provinsi NTT, adalah sebagai berikut :

Laporan Akhir III - 40 Tabel 3.18.

Arahan Kawasan Permukiman Provinsi NTT Tahun 2010-2030

No Jenis Arahan

1 Permukiman

Perkotaan

oArahan penataan pusat permukiman perkotaan sebagai

sentra aktivitas pengembangan sebagai pusat kegiatan yang mandiri.

oIntensitas pemanfaatan kawasan terbangun dirinci atas

amplop ruang (Koefisien Dasar Hijau, Koefisien Dasar bangunan, Koefisien Lantai Bangunan dan Garis Sempadan Bangunan) berdasarkan karakteristik kawasan.

oDistribusi pemanfaatan ruang terbangun kawasan perkotaan

yang merata untuk mencegah kawasan permukiman padat dengan pengembangan ruang ke arah vertikal

oRTH kawasan perkotaan minimal seluas 30% dari luas wilayah

kawasan permukiman perkotaan

oPerencanaan kawasan permukiman baru dapat membentuk

cluster permukiman untuk menghindari penumpukan dan

keamanan bermukim

oSetiap kawasan permukiman dilengkapi dengan sarana dan

prasarana permukiman sesuai hirarki dan tingkat pelayanan

oPengaturan permukiman kumuh perkotaan (slum area)

dengan penyediaan perumahan sederhana/ Rusunawa

oKawasan perkotaan menyediakan ruang evakuasi bencana

dan kelengkapan sebagai mitigasi bencana berdasarkan jenis bencana yang dapat timbul

2 Permukiman

Pedesaan

oPermukiman perdesaan sebagai hunian berbasis agraris,

dikembangkan dengan memanfaatkan lahan pertanian. Permukiman perdesaan di pegunungan dikembangkan dengan berbasis perkebunan dan hortikultura. Permukiman perdesaan di dataran rendah adalah pertanian tanaman pangan dan perikanan darat. Permukiman perdesaan pesisir dikembangkan budi daya kelautan

oPenyediakan sarana dan prasarana lingkungan permukiman

yang memadai sesuai kebutuhan yang bersinergi dengan pengembangan sistem perkotaan

oKawasan perdesaan khususnya desa tertinggal dilakukan

peningkatan produktivtas dan pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan nilai ekonomis lahan dan penyediaan sarana parasarana yang dibutuhkan

oMenjaga kelestarian lingkungan perdesaan, kawasan

permukiman adat, kawasan yang rentan terhadap bencana alam dan kawasan yang membutuhkan perlindungan lainnya

oArahan penataan kawasan pedesaan dengan

memperhatikan aspek bencana. Adanya mitigasi bencana berdasarkan jenis bencana yang dapat timbul

Laporan Akhir III - 41 B. Arahan Pengembangan Struktur Ruang

Kebijakan spasial (tata ruang) di Nusa Tenggara Timur merupakan bagian integral dan tak terpisahkan dari kebijaksanaan pembangunan Nasional. Kebijaksanaan tata ruang dibuat dalam rangka pengembangan sektor-sektor di wilayah tertentu, yang secara agregatif akan memberikan manfaat yang sebesar- besarnya bagi daerah, oleh karena mempunyai kesamaan dalam pSabu Raijuakatan serta tujuan yang dicapai.

Kebijaksanaan spasial di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur bertujuan untuk :

 Mewujudkan keseimbangan tingkat pertumbuhan antar daerah dalam Provinsi;

 Memelihara efesiensi dalam mencapai tingkat pertumbuhan;

 Memperkokoh kesatuan ekonomi daerah sebagai bagian dari ekonomi

Nasional.

Secara struktural, ruang wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur (RTRWP) dibagi kedalam satuan Wilayah Pengembangan (WP) sebagai berikut :

1. Wilayah Pengembangan (WP) Pulau Sumba.

Wilayah Pengembangan Pulau Sumba dengan pusat pengembangan di Waingapu (Kota Orde II) dengan wilayah pengaruh Kabupaten Sumba Timur dan Kabupaten Sumba Barat. Arahan kegiatan utama yang akan dikembangkan adalah peternakan, kehutanan, pertanian tanaman pangan dan pariwisata.

2. Wilayah Pengembangan (WP) Pulau Flores.

Wilayah Pengembangan (WP) Pulau Flores ini terdiri dari 3 (tiga) pusat pengembangan, yaitu :

a. Pusat Pengembangan Maumere (Kota Orde II) dengan wilayah pengaruh meliputi Kabupaten Sikka dan Kabupaten Flores Timur. Arah kegiatan utama yang akan dikembangkan adalah perikanan, perindustrian, perkebunan dan pariwisata.

b. Pusat Pengembangan Sabu Raijua (Kota Orde II) dengan wilayah pengaruh meliputi Kabupaten Sabu Raijua dan Kabupaten Ngada. Arah kegiatan utama yang akan dikembangkan adalah perikanan, pertanian tanaman pangan, perkebunan, pariwisata dan pendidikan.

Laporan Akhir III - 42 c. Pusat Pengembangan Ruteng (Kota Orde II) dengan wilayah pengaruh

meliputi seluruh wilayah Kabupaten Manggarai. Arah kegiatan utama yang akan dikembangkan adalah perikanan, pertanian tanaman pangan, perkebunan dan pariwisata.

3. Wilayah Pengembangan (WP) Pulau Timor

Wilayah Pengembangan (WP) Pulau Timor ini terdiri dari dua pusat pengembangan, yaitu :

a. Pusat Pengembangan Kupang dengan wilayah pengaruh meliputi Kabupaten Kupang, Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Kabupaten Alor. Kegiatan utama yang akan dikembangkan pada wilayah pengembangan ini

adalah pusat pemerintahan, perikanan, perindustrian, perkebunan,

pariwisata, pendidikan, Pertanian tanaman pangan, kehutanan,

perdagangan dan peternakan.

b. Pusat Pengembangan Atambua dengan wilayah pengaruh meliputi Kabupaten Kupang, Kabupaten Timor Tengah Utara dan Kabupaten Belu. Kegiatan utama yang akan dikembangkan pada wilayah pengembangan ini

adalah perikanan, perkebunan, per-tanian tanaman pangan, kehutanan dan

peternakan.

Berdasarkan pembagian Wilayah Pengembangan (WP) tersebut, Kabupaten Timor Tengah Utara dalam konstelasi regional Provinsi Nusa Tenggara Timur berada dalam WP Pulau Timor dengan pusat pengembangan Atambua sebagai kota Orde I. Dalam WP Pulau Timor tersebut, yang ditempatkan sebagai kota Orde I dengan fungsi sebagai Pusat Kegiatan Nasional adalah Pusat Pengembangan Kupang karena sebagai Ibukota Provinsi NTT dan Pusat Pengembangan Atambua sebagai pintu Masuk dari Negara Tetangga Timor Leste. Untuk Kota Kefamenanu Ibukota Timor Tengah Utara termasuk Pusat Kegiatan Wilayah yang ditetapkan sebagai orde II dari Hierarki fungsi kegiatan di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Laporan Akhir III - 43 Tabel 3.19

Satuan Wilayah Pengembangan Provinsi NTT No Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) Pusat Pengem- bangan (kota) Wilayah Pengaruh (Kabupaten) Kegiatan Utama Pengembangan

1 Timor Barat, Timor

Tengah Utara-Alor Kota Kupang Timor Tengah Utara-Belu, TTS-TTU-Alor

Lahan basah, Lahan kering, hortikultura, Perkebunan, peternakan, industri kelautan, tambang non migas, pariwisata, industri pengolahan,

pendidikan, kesehatan, perdagangan, jasa dan pusat pemerintahan 2 Pulau Flores- Lembata Maumere Lembata, Flores Timur, Sabu Raijua. Ngada, Manggarai, Manggarai Barat

Lahan basah, holtikultura, prekebunan, kelautan, tambang non migas, industri pengolahan dan pariwisata

3 Pulau Sumba Waingapu Sumba Barat,

Sumba Timur

Lahan basah, lahan kering, holtikultura, perkebunan, peternakan, pariwisata,

kelautan, tambang nom migas, industri pengolahan

Sumber : RTRW Provinsi NTT 2010-2030

Dokumen terkait