• Tidak ada hasil yang ditemukan

Arahan Pengembangan Pola Ruang Terkait Bidang Cipta Karya 1 Kawasan Peruntukan Permukiman

GAMBAR 3.2 PETA RENCANA KAWASAN STRATEGIS PROVINSI NTT

B. Arahan Pengembangan Pola Ruang Terkait Bidang Cipta Karya 1 Kawasan Peruntukan Permukiman

Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Kawasan peruntukan permukiman ditetapkan dengan kriteria:

a. Berada di luar kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana;

b. Memiliki akses menuju pusat kegiatan masyarakat di luar kawasan; dan/atau

c. Memiliki kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas pendukung.

Di Kabupaten Sumba Barat penggunaan lahan untuk pengembangan kawasan permukiman dibedakan atas dua jenis, yaitu kawasan permukiman perkotaan dan kawasan permukiman pedesaan. Rencana pengembangan untuk kawasan permukiman adalah daerah perkotaan, perdesaan, pusat pertumbuhan, sepanjang jalan dengan radius 100 m, antara Perkotaan dengan perkotaan lainnya. Dengan luas total pengembangan permukiman sebesar

952,41 Ha

a. Kawasan Permukiman Perdesaan

Kawasan permukiman perdesaan adalah suatu kawasan untuk permukiman pada lokasi sekitarnya masih didominasi oleh lahan pertanian, tegalan, perkebunan dan lahan kosong serta aksesibilitas umumnya kurang, jumlah sarana dan prasarana penunjang juga terbatas atau hampir tidak ada, kawasan dengan ciri dan karakteristik sifat dan karakteristik lingkungan permukiman yang masih mencirikan tata dan lingkungan kehidupan rural. Interaksi pergerakan di lingkungan

permukiman masih rendah dan sangat dipengaruhi oleh interaksi hubungan eksternal.

Pada kawasan permukiman perdesaan yang memiliki potensi sebagai penghasil produk unggulan pertanian atau sebagai kawasan sentra produksi akan dilengkapi dengan lumbung desa modern, juga pasar komoditas unggulan. Selanjutnya beberapa komoditas yang memiliki prospek pengembangan melalui pengolahan akan dilakukan pengembangan industri kecil dengan membentuk sentra industri kecil.

b. Kawasan Permukiman Perkotaan

Kawasan permukiman perkotaan adalah merupakan pusat pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi perkotaan, jumlah penduduk yang padat menduduki lahan yang retatif sempit dan dinamika kehidupan yang retatif tinggi dan merupakan orientasi pergerakan penduduk yang ada pada wilayah sekitarnya. Penggunaan lahan perkotaan (urban) termasuk didalamnya penggunaan lahan untuk perumahan/permukiman, kegiatan perdagangan/jasa, perusahaan/ industri dan fasilitas sosial yang terletak di kota kabupaten maupun kota- kota kecamatan.

Kawasan permukiman perkotaan ini diarahkan pada ibukota kecamatan yang ada di Kabupaten Sumba Barat. Terkait dengan permukiman perkotaan di Kabupaten Sumba Barat, rencana penataan dan pengembangannya sebagi berikut :

Seiring dengan pengembangan Perkotaan Waikabubak sebagai ibukota Kabupaten Sumba Barat, maka permukiman di Perkotaan

Waikabubak ini akan meningkat pesat, sehingga perlu peningkatan kualitas permukiman melalui penyediaan infrastruktur yang memadai pada permukiman padat, penyediaan perumahan baru, dan penyediaan Kasiba-Lasiba Berdiri Sendiri. Pada setiap kawasan permukiman disediakan berbagai fasilitas yang memadai sehingga menjadi permukiman yang layak dan nyaman untuk dihuni.

Permukiman perkotaan yang merupakan bagian dari ibukota kecamatan pengembangannya adalah untuk perumahan dan fasilitas pelengkapnya

sehingga menjadi permukiman yang nyaman dan layak huni.

Pada permukiman perkotaan yang padat dilakukan peningkatan kualitas lingkungan permukiman perkotaan melalui perbaikan jalan lingkungan dan jalan setapak, saluran pembuangan air hujan, pengadaan sarana lingkungan, pembangunan sarana MCK (mandi, cuci, kakus) dan pelayanan air bersih.

Kawasan permukiman baru pengembangannya harus disertai dengan penyediaan infrastruktur yang memadai, seperti penyediaan jaringan drainase dan pematusan, pelayanan jaringan listrik, telepon, air bersih dan sistem sanitasi yang baik. Kawasan opermukiman baru harus menghindari pola enclove.

Pada kawasan permukiman perkotaan yang terdapat bangunan lama/kuno, bangunan tersebut harus dilestarikan dan dipelihara. Selanjutnya bangunan dapat dialihfungsikan asalkan tidak merusak bentuk dan kondisi bangunannya.

c. Kawasan Peruntukan Lainnya (Rencana Pemanfaatan Lahan Kawasan Pesisir)

Berdasarkan UU no 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil pasal 1 ayat 1 menjelaskan bahwa Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah suatu proses perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil antar sektor, antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah, antara ekosistem darat dan laut, serta antara ilmu pengetahuan dan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kawasan pesisir terletak sepanjang Selatan dan Utara Kabupaten Sumba Barat. Kawasan pesisir ini memiliki potensi sangat besar, baik dari segi wisata maupun ekosistemnya. Arahan pengembangannya sebagai berikut :

Pelestarian dan penyelamatan ekosistem kawasan pesisir yaitu meliputi kawasan :

1. estuaria di Kecamatan Laboya Barat, Kecamatan Wanukaka dan Kecamatan Tana Righu.

Kawasan Estuaria Di Kecamatan Tana Righu

2. Pengembangan Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) di Pantai Lambang Desa Wetama Kecamatan Lamboya Barat, Pantai Rua Desa Rua Kecamatan Wanukaka dan Desa Waihura Kecamatan Wanukaka.

3. Pengembangan perikanan tangkap dikawasan pesisir selatan dengan potensi perikanan tangkap di Kabupaten Sumba Barat meliputi jenis ikan merah, kerapu, tongkol, teri, tenggiri dan tuna.

4. Pengembangan perikanan budidaya meliputi :

a. Budidaya perikanan air payau yaitu pengembangan ikan bandeng yang dikembangkan di :

Kecamatan Tana Righu Desa Lokory;

Kecamatan Laboya Barat di Desa Haronakalla; Kecamatan Lamboya di Desa Patialabawah; dan

Kecamatan Wanukaka di Desa Weihura dan Desa Baliloku. Budidaya rumput laut dikembangkan di Kecamatan Lamboya di Desa Watu Karere, Desa Patiala Bawa, Kecamatan Laboya Barat di Desa Patila Dete, Desa Harona Kalla, Desa Wetana dan Desa Gaura, Kecamatan Wanukaka di Desa Waihura, Desa Baliloku, Desa Rua, Desa Hobawawi, dan Desa Pahola dan Kecamatan Tana Righu di Desa Lokory

2. Arahan Pengembangan Struktur Ruang

Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional.

Struktur pemanfaataan ruang wilayah diwujudkan berdasarkan arahan pengembangan sistem pusat permukiman perdesaan dan sistem pusat permukiman perkotaan serta arahan sistem prasarana wilayah.

Struktur pemanfaatan ruang wilayah meliputi pusat permukiman perdesaan, pusat permukiman perkotaan, dan prasarana wilayah.

Dokumen terkait