• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASPEK PENDAYAGUNAAN SDA DAN TEKNOLOGI

5.4 Arahan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM)

Berdasarkan Permen PU No. 18 Tahun 2007, Rencana I nduk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum adalah suatu rencana jangka panjang (15-20 tahun) yang merupakan bagian atau tahap aw al dari perencanaan air minum jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan berdasarkan proyeksi kebutuhan air minum pada satu periode yang dibagi dalam beberapa tahapan dan memuat komponen utama sistem beserta dimensi-dimensinya. RI -SPAM dapat berupa RI SPAM dalam satu w ilayah administrasi maupun lintas kabupaten/kota/prov insi. Penyusunan rencana induk pengembangan SPAM memperhatikan aspek keterpaduan dengan prasarana dan sarana sanitasi sejak dari sumber air hingga unit pelayanan dalam rangka perlindungan dan pelestarian air.

Air baku untuk air minum rumah tangga yang selanjutnya disebut air baku adalah sumber air yang berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum. Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) bertujuan untuk:

 Terw ujudnya pengelolaan dan pelayanan air minum yang berkualitas dengan harga terjangkau;

 Tercapainya kepentingan yang seimbang antara konsumen dan penyedia jasa pelayanan;

 Tercapainya peningkatan efisiensi dan cakupan pelayanan air minum.

Mayoritas rumah tangga di Kota Madiun memanfaatkan sumur sebagai sumber air minum utama. Ada sekitar 13,6% rumah tangga yang mengandalkan sumur, baik dengan pompa tangan ataupun mesin. Dibandingkan dengan sumur, penggunaan sumber-sumber air lain relatif jauh lebih kecil. Sumber PDAM digunakan oleh sekitar 86,4% rumah tangga. Sumur bor juga digunakan sebagai sumber irigasi di Kota Madiun khususnya pada musim kemarau karena sungai-sungai kecil maupun saluran irigasi mengalami kekeringan. Sumur bor menggunakan mesin, dan bersifat komunal, untuk satu sumur digunakan oleh 2-5 petani.

BABI V - 42

Rencana sistem pengembangan penyediaan air bersih di Kota Madiun harus memperhatikan lokasi sumber mata air yang ada, sistem jaringan pipa eksisting yaitu pipa PDAM beserta dengan sumur pompanya, jumlah penduduk yang bersangkutan, serta keadaan topografi Kota Madiun. Lokasi sumber mata air Kota madiun tahun 2008 terdapat beberapa titik antara lain adalah :

Sumber Air Kota Madiun

SUMBER AIR LOKASI KAPASITA

(LT/DTK)

Ngrow o Kelurahan Mojorejo 25,41 Kapuas Kelurahan Taman 26,25 Manisrejo I Kelurahan Manisrejo 12,25 Manisrejo I I Kelurahan Manisrejo 13,5 PPAT Kelurahan Banjarejo 13,5 Banjarejo Kelurahan Banjarejo 22,5 Kelun Kelurahan Kelun 8,9 Sidomakmur Kelurahan Manguharjo 9 Ngebong Kelurahan Banjarejo 19,3 Taw ang Bakti Kelurahan Taw angrejo 10,9

Pemilihan sistem grav itasi ini juga dipilih karena alasan kondisi topografi Kota Madiun yang relatif datar (tidak bergelombang) dari utara ke selatan.

Sistem pengembangan penyediaan air bersih Kota Madiun untuk mengatasi permasalahan kebutuhan air yang semakin bertambah terbagi menjadi 3 sistem pengembangan yang cukup efektif dan efisien dalam membantu penyediaan dan pendistribusian air bersih kepada penduduk yang belum terjangkau air bersih. Selain itu, pembagian siatem pengembangan penyediaan air bersih juga didasarkan atas 3 pembagian w ilayah pendistribusian air PDAM, yakni pendistribusian w ilayah utara, tengah, dan selatan.

Sistem pengembangan penyediaan air bersih ini nantinya akan dibuatkan suatu sarana bangunan fisik yang berfungsi sebagai bak penampung air sumber yang rencananya akan diletakkan pada posisi elev ansi terendah dari sistem tersebut. Kemudian dengan adanya air tampungan tersebut dapat didistribusikan kepada penduduk yang berada didaerah hilir dari bak penampung.

BABI V - 43

(1) Penggunaan Teknologi (Alternatif) Tepat Guna Berbasis Ekologi

Dalam optimasi pengembangan sistem penyediaan air bersih Kota Madiun telah diperoleh data hidrologi dan klimatologi yang menunjukkan bahw a daerah ini memiliki sumber daya air yang sangat potensial untuk dimanfaatkan yaitu:

- Air Hujan : untuk dikelola/diolah menjadi air bersih sehingga dapat menyuplai kebutuhan air di Kota Madiun (bisa mengurangi beban yang ditanggung oleh PDAM).

- Sinar Matahari : untuk dikelola dan dimanfaatkan sebagai sumber energi ramah lingkungan.

- Tekanan Angin : untuk dikelola dan dimanfaatkan sebagai sumber energi ramah lingkungan.

Kondisi air tanah sebagai baku air bersih di Kota Madiun saat ini masih relatif baik. Dari data yang diperoleh, cadangan air tanah paling banyak di Kelurahan Taman, Kelurahan Winongo, Kelurahan Manisrejo, Kelurahan Banjarejo, dan Kelurahan Josenan. Kebutuhan air adalah jumlah air yang diperlukan secara w ajar untuk keperluan pokok

manusia dan kegiatan lainnya yang memerlukan air. Sedangkan untuk memprediksikan kebutuhan air diperoleh dengan mengacu pada kriteria kota berikut ini:

Alokasi Standar Konsumsi Air Bersih Berdasarkan Kategori Daerah

KATEGORI DAERAH JUMLAH PENDUDUK UNIT KONSUMSI AIR

(LTR/ORG/HARI) I Kota Besar 500.000-1.000.000 100 I I Kota Sedang 100.000-500.000 90 I I I Kota Kecil 20.000-100.000 60 I V I bu Kota Kecamatan 3.000-20.000 45 Sumber : Standar PU

Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana air bersih didasarkan pada asumsi tingkat pelayanan sebesar 80% dari penduduk Kota Madiun yang terlayani. Adapun pertimbangan- pertimbangan yang digunakan sebagai analisa adalah sebagai berikut:

BABI V - 44

- Fasilitas kantor = 10% kebutuhan rumah tangga

- Fasilitas sosial dan umum = 20% kebutuhan rumah tangga

- Fasilitas industri dan perdagangan = 70% kebutuhan rumah tangga - Kebocoran = 10% kebutuhan rumah tangga

- Hidran = 10% kebutuhan rumah tangga

Kebutuhan air bersih untuk rumah tangga sampai 20 tahun mendatang rata-rata mencapai 84045360 lt/hari. Sistem penyediaan air bersih harus dapat melayani kebutuhan perumahan dengan sarana sebagai berikut:

a. Sambungan Rumah

- Sambungan rumah adalah tiap sambungan dari sistem penyediaan air minum yang dilengkapi dengan sebuah meteran air dan disambungkan pada sistem plambing rumah.

- Kapasitas 100 liter/orang/hari.

- Harus tersedia sistem plambing dalam rumah. - Ukuran minimal pipa dinas 18 mm.

- Harus dipasang meter air dengan ukuran 12,5 mm. - Pipa tertanam dalam tanah dipakai pipa PVC.

- Pipa diatas tanah tanpa perlindungan dapat dipakai pipa Galv anized I ron Pipe (GI P).

b. Sambungan Halaman

- Sambungan halaman adalah tiap sambungan dari sistem penyediaan air bersih yang hanya berhenti sampai halaman rumah dan dilengkapi dengan meteran air dan sebuah katup.

- Kapasitas minimal 60 liter/orang/hari. - Ukuran pipa dinas 12,5 mm.

- Harus dipasang meter air dengan ukuran 12,5 mm. - Pipa tertanam dalam tanah dipakai pipa PVC.

- Pipa diatas tanah tanpa perlindungan dapat dipakai pipa Galv anized I ron Pipe (GI P).

c. Sambungan Kran Umum

- Kapasitas minimal 30 liter/orang/hari.

- Ditempatkan pada jarak pelayanan tidak lebih dari 100 meter. - Jumlah rumah yang dilayani tidak lebih dari 20 unit.

BABI V - 45

- Tiap unit dilengkapi dengan meter air. - Tiap unit dilengkapi dua kran.

d. Hydran Kebakaran

- Ditempatkan 100 meter untuk bangunan yang berfungsi komersil dan 200 meter untuk perumahan.

- Mudah dilihat dan mudah dicapai oleh unit mobil pemadam kebakaran.

- Jika tidak tersedia saluran air minum kota perlu dibuat sumur-sumur kebakaran dalam jarak sesuai persyaratan untuk kran kebakaran.

Untuk pra konstruksi perpipaan jaringan air bersih dapat diuraikan sebagai berikut:

 Suplai air diambil dari sumber dengan pipa distribusi primer PVC 150 mm-200 mm.

 Pipa distribusi sekunder/sambungan pelayanan diameternya 100 mm (PVC).

 Pipa distribusi tersier PVC diameter 80 mm.

 Pipa pembagi PVC diameter 50 mm.

 Jaringan perpipaan dipasang di baw ah trotoar diluar perkerasan jalan, namun masih dalam batas Damija. Penempatan jaringan pipa di jalan lebar lebih atau sama dengan 7 meter dan berkonstruksi aspal adalah di setiap sisi jalan, untuk tidak merusak pipa serv ice ke rumah dalam penyeberangan di jalan. Ukuran galian pipa sesuai dengan ukuran standar pipa rata-rata 80 cm dan dalam 120 cm.

 Untuk mengendalikan tekanan yang tinggi di dalam pipa maka galian pipa diisi dengan pasir setebal 40 cm.

Selain itu terdapat pengelolaan untuk mengatasi Kali Brantas akan bahaya banjir maka diperlukan adanya suatu ev akuasi dengan frekuensi genangan dan RTH harus 30%. Raw annya bencana banjir pada saat hujan dan adanya air limpasan dari Kabupaten Madiun, maka air yang sampai ke Kota Madiun dipompa balik ke Kabupaten Madiun, selain itu perlu adanya pelebaran drainase untuk mengatasi air yang nendon di Kelurahan Kelun dan Kelurahan Taw angrejo, serta pembuatan embung-embung untuk irigasi dan dijadikan w isata. Dalam hal ini juga diperlukan penjagaan terhadap kaw asan raw an bencana yang dimunculkan dari berbagai titik-titik hidran.

BABI V - 46 5.5 Arahan Strategi Sanitasi Kota (SSK)

Strategi Sanitasi Kota adalah dokumen rencana strategis berjangka menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi suatu Kota/Kabupaten, yang berisi potret kondisi sanitasi kota saat ini, rencana strategi dan rencana tindak pembangunan sanitasi jangka menengah. SSK disusun oleh Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota didukung fasilitasi dari pemerintah pusat dan pemerintah prov insi. Dalam menyusun SSK, Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota berpedoman pada prinsip:

a. Berdasarkan data aktual (Buku Putih Sanitasi);

b. Berskala kota dan lintas sektor (air limbah, drainase, persampahan); c. Disusun sendiri oleh kota dan untuk kota; dan

d. Menggabungkan pendekatan „top down‟ dengan „bottom up’.

Di dalam Strategi Sanitasi Kota telah ditetapkan sistem dan zona sanitasi yang dilakukan untuk mengindentifikasi sistem sanitasi yang sesuai untuk suatu w ilayah dan membantu dalam perumusan program dan kegiatan pengembangan sanitasi di w ilayah tersebut. Sistem sanitasi ditentukan berdasarkan pentahapan implementasi jangka pendek (1-2 tahun), jangka menengah (5 tahun), dan jangka panjang (10-15 tahun). Zona sanitasi menjelaskan dimana sistem tersebut akan diterapkan.

BABI V - 47

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menetapkan sistem sanitasi adalah (i) faktor pengelolaan, meliputi: peraturan, pengelolaan kelembagaan, pengaturan operasional dan pemeliharaan, serta kepemilikan aset; (ii) faktor fisik w ilayah, meliputi: kepadatan penduduk, pemanfaatan lahan, dan topografi; (iii) faktor keuangan dan pendanaan, meliputi: kapasitas fiskal, dukungan, dan mekanisme pendanaan.

Sedangkan faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan teknologi adalah (i) lingkungan (risiko kesehatan, pemanfaatan air tanah dan air permukaan); (ii) budaya – perilaku (tingkat kesadaran, keterampilan manajemen masyarakat); dan (iii) biaya inv estasi dan berulang (keterjangkauan, ketepatan teknologi).

Dokumen terkait