• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KETERPADUAN STARTEGI PENGEMBANGAN KOTA MADIUN - DOCRPIJM 5fed12ff7d BAB VBAB 5 KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KOTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB V KETERPADUAN STARTEGI PENGEMBANGAN KOTA MADIUN - DOCRPIJM 5fed12ff7d BAB VBAB 5 KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KOTA"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

BABI V - 1

BAB V

KETERPADUAN STARTEGI

PENGEMBANGAN

KOTA MADIUN

5.1. Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Madiun

5.1.1. Rencana Sistem Pusat Pelayanan

5.1.1.1. Peran Kota Madiun dalam Lingkup Regional a. Dalam Lingkup Nasional

Arahan Sistem Perkotaan Nasional adalah sebagai PKW, untuk meningkatkan fungsi Kota Madiun sebagai PKW maka arahan pengembangan adalah sebagai berikut: 1. Mengembangkan jalan lingkar

2. Pengembagan perdagangan modern dan jasa pelayanan kota pada pusat pelayanan kota sekaligus sebagai kaw asan w isata belanja

3. Mengembangkan pendidikan khusus perkeretaapian di SPPK I

4. Mengembangkan kaw asan industri pada bagian utara kota

Arahan pengembangan kaw asan andalan nasional dengan sektor unggulan pertanian, industri, perikanan, perkebunan dan pariw isata. Untuk menunjang pengembangan fungsi tersebut maka arahan pengembangan pada kaw asna ini meliputi:

1. Mengembangkan pasar induk yang menyatu dengan perdagangan modern

2. Mengembangkan jalan lingkar kota dan jalan kolektor, lokal primer pada kaw asan sekitarnya

b. Dalam Lingkup Jaw a Timur

Peranan Kota Madiun dilihat dalam lingkup perkembangan Propinsi Jaw a Timur, meliputi:

1. Arahan pengembangan sistem perkotaan Jaw a Timur adalah sebagai PKW;

(2)

BABI V - 2

kehutanan, peternakan, pertambangan, pariw isata, pendidikan, kesehatan dan industri. Fungsi pusat pengembagan adalah pusat pelayanan pemerintahan, perdagangan, jasa, industri, pendidikan dan kesehatan.

5.2.2.2. Rencana Pusat Kegiatan Pelayanan a. Sistem Perkotaan

Rencana pusat kegiatan pelayanan terdiri dari pembagian pola struktur pusat kegiatan pelayanan yang berdasarkan pusat kota dan pembagian bagian w ilayah kota. Pembagian pola struktur ruang meggunakan pola Struktur Pusat Banyak Berjenjang (Multiple Nuklei) dengan pertimbangan:

1. Konsep kepusatan yang lebih dari satu dan berjenjang (hierarki) diasumsikan akan lebih mampu untuk memfilter terjadinya arus pergerakan tarikan dari pusat-pusat bangkitan secara berlebihan ke pusat kota.

2. Konsep ini relatif lebih memberdayakan fungsi pusat-pusat yang akan dibentuk, terlebih pada pusat dengan hierarki paling baw ah.

3. Dengan konsep ini pemerataan pembangunan akan dapat terdistribusikan secara merata sampai ke tingkat paling baw ah.

4. Pusat pelayanan hierarki baw ah akan lebih dapat memaksimalkan potensinya dan meminimalisir ketergantungan pada pusat hierarki di atasnya.

Berdasarkan kondisi yang ada sekarang, secara spatial perkembangan pola penggunaan tanah di Kota Madiun masih tetap menunjukkan kecenderungan perkembangan pada jalan utama kota terutama perkembangan ke arah utara, selatan, dan timur, mulai dari Terminal Purboyo dan Pabrik Gula Redjo Agung di Jl. Yos Sudarso ke arah selatan yaitu ke kaw asan perdagangan di Jl. H. Agus Salim, Jl. Cokroaminoto, dan Jl. Ponorogo serta dari pusat kota yaitu di sekitar Aloon-Aloon Kota Madiun di Jl. Kolonel Marhadi ke arah timur yaitu sampai di sekitar Jl. Setia Budi. Sedangkan perkembangan yang ke arah barat masih kurang pesat. Pola penggunaan lahan yang ada di Kota Madiun secara umum dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Pusat Pelayanan Kota (Pelayanan Skala Kota dan Regional)

(3)

BABI V - 3

Jl. Cokroaminoto. Kegiatan yang terdapat di pusat kota ini berupa kegiatan perdagangan dan jasa serta pelayanan umum (perkantoran dan fasilitas sosial). Pusat kota merupakan kaw asan yang memiliki intensitas perkembangan yang tinggi, kepadatan penduduk pada kaw asan permukiman yang tinggi, dan transportasi terpadat. Kecenderungan yang terjadi pada w ilayah pusat kota ini di masa mendatang adalah bergesernya kegiatan pelayanan umum menjadi kegiatan komersial (perdagangan dan jasa), selain itu ada kemungkinan meluasnya w ilayah pusat kota yang ditandai dengan perkembangan kegiatan perdagangan dan jasa pada jalur-jalur utama w ilayah kota.

 Keberadaan pusat kota ini tidak hanya melayani w ilayahnya saja tetapi saat ini masih sebagai sentra pelayanan seluruh Kota Madiun karena pusat pelayanan yang lainnya belum berkembang secara maksimal. Sebagai pusat kegiatan dan orientasi utama Kota Madiun dalam hal ini merupakan pusat kota sehingga fasilitas yang ada telah berkembang secara maksimal. I ni berarti pergerakan utama kota akan menuju ke tempat ini sehingga lebih lanjut v olume lalu lintas akan tinggi pada kaw asan ini.

 Pusat Pelayanan kota berlokasi di sekitar Jl. Panglima Sudirman dan pertemuan dengan Jl. Cokroaminoto, Jl. Pahlaw an dan Jl. H. Agus Salim, dengan kegiatan utama yaitu berupa kegiatan komersial (perdagangan dan jasa) skala regional dan pelayanan umum (perkantoran dan fasilitas sosial).

(4)

BABI V - 4

semakin meningkat intensitasnya pada masa yang akan datang sehingga secara v isual pada bagian pusat kota ini kenampakannya akan bergeser pada pusat kegiatan komersial dibandingkan dengan fasilitas sosial dan perkantoran/jasa.

 Untuk saat ini Pusat Pelayanan kota sudah mulai mengalami perkembangan ke arah utara dan selatan. Hal ini ditandai dengan adanya bangunan-bangunan baru yang nantinya berfungsi sebagai fasilitas perdagangan seperti misalnya pusat perdagangan grosir serta semakin menjamurnya fasilitas perdagangan baik yang berupa bangunan permanen maupun Pedagang Kaki Lima (PK-5). Untuk jenis fasilitas perdagangan yang ada di sepanjang Jl. Pahlaw an ke arah utara, umumnya jenis barang yang diperdagangkan merupakan alat-alat yang menunjang perkantoran yang ada di sekitar Jl. Pahlaw an, karena hampir semua fasilitas perkantoran utama, seperti kantor pembantu gubernur, kantor bupati, kantor polisi, dan kantor dinas-dinas lainnya banyak tersebar di sepanjang jalan ini.

 Memiliki fungsi sebagai pusat pemerintahan, perdagangan dan jasa skala regional, industri, pendidikan, fasilitas kesehatan skala regional dan pusat pelayanan pariw isata.

2. Sub Pusat Pelayanan Kota

Sesuai dengan penetapan orde kota untuk w ilayah Kota Madiun, maka sistem dan

fungsi perwilayahan st rykt ur

ruang di Kota Madiun yang terbagi dibagi menjadi 3 (tiga) Sub Pusat Pelayanan Kota yang telah disesuaikan dengan w ilayah administrasi Kota Madiun. Masing-masing Sub Pusat Pelayanan Kota akan memiliki fungsi dan peran sesuai dengan potensi yang dimikinya, serta arahan kegiatan utama berdasarkan kegiatan dominan yang mungkin dikembangkan di w ilayah pengembangan masing-masing.

(5)

BABI V - 5  Sub Pusat Pelayanan Kota I (Manguharjo), diarahkan untuk kegiatan

Fungsi Primer (F1) kegiatan industri besar, kecil, dan rumah tangga maupun Fungsi Sekunder (F2) perdagangan dan jasa, pendidikan, perumahan, kesehatan, peribadatan, perhubungan, pariwisata,

pendidikan, cagar budaya, dan kaw asan khusus, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah, pertanian, dan sebagian kecil untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH)/konserv asi.

Adapun kegiatan utama yang diarahkan untuk dikembangkan di Sub Pusat Pelayanan Kota I ini adalah:

1. Pengembangan kegiatan pelayanan pemerintahan skala kecamatan;

2. Pengembangan kegiatan industri skala regional;

3. Pengembangan kegiatan perhubungan melalui pengembangan terminal angkutan, stasiun, dan terminal kargo;

4. Pengembangan kegiatan pendidikan skala regional;

5. Pengembangan perumahan kepadatan rendah;

6. Pengembangan kaw asan konserv asi rel KA dan DAS Kali Madiun.

 Sub Pusat Pelayanan Kota I I (Kartoharjo), diarahkan untuk kegiatan Fungsi Primer (F1) berupa kegiatan industri dan Fungsi Sekunder (F2) sebagian besar pada fungsi lindung untuk RTH dan daerah resapan air, perumahan, pendidikan, kesehatan, peribadatan, perkantoran, olah raga, perdagangan, dan sebagian kecil untuk sentra industri kerajinan dan pariw isata. Pengembangan pusat pelayanan di Sub Pusat Pelayanan Kota I I yaitu di Kelurahan Oro-Oro Ombo dan Kelurahan Klegen.

Adapun kegiatan utama yang diarahkan untuk dikembangkan di Sub Pusat Pelayanan Kota I I ini adalah:

1. Pengembangan kegiatan pelayanan pemerintahan skala kecamatan;

2. Pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa skala regional;

3. Pengembangan perumahan berkepadatan sedang;

(6)

BABI V - 6

5. Pengembangan pelayanan kesehatan skala regional; dan

(7)
(8)

BABI V - 8

 Sub Pusat Pelayanan Kota I II (Taman) diarahkan untuk kegiatan Fungsi Primer (F1) berupa kegiatan industri besar, kecil, dan rumah tangga serta (Fungsi Sekunder (F2) perumahan, pendidikan, perkantoran, peribadatan, kesehatan, perdagangan dan jasa, pariw isata budaya (cagar budaya), pertanian, dan sebagian kecil untuk RTH/konservasi. Adapun kegiatan utama yang diarahkan untuk dikembangkan di Sub Pusat Pelayanan Kota I I I ini adalah:

1. Pengembangan kegiatan pelayanan pemerintahan skala kota;

2. Pengembangan perdagangan dan jasa skala regional;

3. Pengembangan fasilitas pendidikan skala regional;

4. Pengembangan kegiatan industri kecil dan rumah tangga;

5. Pengembangan perumahan berkepadatan sedang-tinggi; dan

6. Pengembangan kaw asan militer.

(9)

BABI V - 9

b. Rencana Sistem Prasarana Kota 1. Prasarana Jalan

Jaringan jalan yang ada di Kota Madiun secara regional terletak pada pusat jaringan jalan Kabupaten Madiun, sehingga Kota Madiun dalam hal ini berfungsi sebagai terminal jasa distribusi bagi pengembangan w ilayah dan juga sebagai pencapaian terhadap berbagai macam kebutuhan bagi daerah hinterland Kota Madiun.

Sedangkan tingkat aksesibilitas jaringan transportasi di Kota Madiun berdasarkan kondisi eksisting antara lain:

 Di Kota Madiun yang berfungsi sebagai jalan akses utara-selatan adalah: Dari arah utara-selatan

1. Jl. Yos Sudarso, Jl. Basuki Rahmad, Jl. Thamrin, Jl. Letjen Haryono, Jl. Mayjen. Panjaitan sampai ke Jl. Ponorogo

2. Jl. Yos Sudarso, Jl. Pahlaw an, Jl. Cokroaminoto, Jl. Musi, Jl. Trunojoyo, Jl. Soekarno Hatta sampai ke Jl. Ponorogo

3. Jl. Yos Sudarso - Jalan Lingkar Barat - Jl. Urip Sumoharjo Dari arah selatan-utara

1. Jl. Ponorogo, Jl. Soekarno Hatta, Jl. Trunojoyo, Jl. H. Agus Salim, Jl. Kolonel Marhadi, Jl. Pahlaw an sampai ke Jl. Yos Sudarso

2. Jl. Ponorogo, Jl. Soekarno Hatta, Jl. Trunojoyo, Jl. H. Agus Salim, Jl. Kolonel Marhadi, Jl. Pahlaw an, Jl. Yos Sudarso sampai ke Jl. Basuki Rahmad

3. Jl. Ponorogo, Jl. Trunojoyo, Jl. H. Agus Salim, Jl. Mayjen. Sungkono, Jl. Ahmad Yani, Jl. Pahlaw an sampai ke Jl. Yos Sudarso

4. Jl. Ponorogo, Jl. Trunojoyo, Jl. H. Agus Salim, Jl. Mayjen. Sungkono, Jl. Ahmad Yani, Jl. Pahlaw an, sampai ke Jl. Yos Sudarso, dari Jl. Basuki Rahmad ke Jl. Yos Sudarso - Jalan Lingkar Barat - Jl. Urip Sumoharjo

5. Jl. Ponorogo, Jl. Trunojoyo, Jl. H. Agus Salim, Jl. Mayjen. Sungkono, Jl. Ahmad Yani, Jl. Pahlaw an sampai ke Jl. Yos Sudarso

(10)

BABI V - 10

7. Jl. Ponorogo, Jl. Trunojoyo, Jl. H. Agus Salim, Jl. Mayjen. Sungkono, Jl. Ahmad Yani, Jl. Pahlaw an sampai ke Jl. Yos Sudarso

8. Jl. Ponorogo, Jl. Trunojoyo, Jl. H. Agus Salim, Jl. Mayjen. Sungkono, Jl. Ahmad Yani, Jl. Pahlaw an, sampai ke Jl. Yos Sudarso, dari Jl. Basuki Rahmad ke Jl. Yos Sudarso - Jalan Lingkar Barat - Jl. Urip Sumoharjo

 Jaringan jalan di Kota Madiun yang berfungsi sebagai jalan akses barat-timur adalah:

Dari arah barat-timur

1. Jl. Urip Sumoharjo, Jl. Kolonel Marhadi, Jl. Panglima Sudirman, Jl. Mastrip, Jl. Setia Budi sampai ke Jl. Pucang Rejo

Dari arah timur-barat

1. Jl. Pucang Rejo, Jl. Setia Budi, Jl. Mastrip, Jl. Panglima Sudirman, Jl. Dr. Sutomo, Jl. Jaw a, Jl. Ahmad Yani, Jl. Kolonel Marhadi sampai ke Jl. Urip Sumoharjo

2. Jl. Pucang Rejo, Jl. Setia Budi, Jl. Mastrip, Jl. Panglima Sudirman, Jl. Dr. Sutomo, Jl. Jaw a, Jl. Pahlaw an, Jl. Cokroaminoto, Jl. Mayjen. Sungkono sampai ke Jl. Urip Sumoharjo.

3. Jl. Pucang Rejo, Jl. Setia Budi, Jl. Mastrip, Jl. Panglima Sudirman, Jl. Dr. Sutomo, Jl. Sulaw esi, Jl. Pahlaw an, Jl. Cokroaminoto, Jl. Mayjen. Sungkono sampai ke Jl. Urip Sumoharjo

4. Jl. Pucang Rejo, Jl. Setia Budi, Jl. Letjen. Haryono, Jl. Mayjen. Panjaitan, Jl. Ponorogo, Jl. Trunojoyo, Jl. H. Agus Salim, Jl. Mayjen. Sungkono, Jl. Hayam Wuruk sampai ke Jl. Urip Sumoharjo

5. Jl. Pucang Rejo, Jl. Setia Budi, Jl. Letjen. Haryono, Jl. Mayjen. Panjaitan, Jl. Ponorogo, Jl. Trunojoyo, Jl. H. Agus Salim, Jl. Mayjen. Sungkono sampai ke Jl. Urip Sumoharjo

 Jaringan jalan di Kota Madiun yang berfungsi sebagai jalan akses barat-utara

adalah:

(11)

BABI V - 11

2. Jl. Urip Sumoharjo, Jl. Kolonel Marhadi, Jl. Ahmad Yani, Jl. Pahlaw an sampai ke Jl. Yos Sudarso

 Jaringan jalan di Kota Madiun yang berfungsi sebagai jalan akses

Selatan-Barat adalah:

1. Jl. Ponorogo, Jl. Trunojoyo, Jl. H. Agus Salim, Jl. Mayjen. Sungkono, Jl. Hayam Wuruk sampai ke Jl. Urip Sumoharjo

 Jaringan jalan di Kota Madiun yang berfungsi sebagai jalan akses Utara-Barat

adalah:

1. Jl. Basuki Rahmad, Jl. Thamrin, Jl. Letjen. Haryono, Jl. Mayjen. Panjaitan, Jl. Ponorogo, Jl. Trunojoyo, Jl. H. Agus Salim, Jl. Mayjen. Sungkono, Jl. Hayam Wuruk sampai ke Jl. Urip Sumoharjo. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Peta 4.5 Rencana Struktur Jaringan Jalan kota Madiun.

2. Relokasi rel KA di Jl. Yos sudarso ke w ilayah Sukosari

3. Menyetujui adanya pengembangan Ringroad Timur untuk memecah kemacetan dalam kota

4. Menghidupkan kembali rel komuter Madiun - Ponorogo sesuai RTRWP

2. Rencana Jaringan Prasarana Energi

Jaringan listrik yang digunakan untuk mensuplai penduduk Kota Madiun berasal dari jaringan interkoneksi Jaw a Bali. Pelayanan akan pemenuhan kebutuhan listrik telah merata hampir di semua w ilayah Kota Madiun.

Prediksi kebutuhan listrik diperoleh berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan perumahan dengan mengkoneksikannya terhadap besaran kapling kebutuhan listrik dihitung dengan ketentuan sebagai berikut:

 Rumah kapling besar 1300 VA

 Rumah kapling sedang 900 VA

 Rumah kapling kecil 450 VA

 Non perumahan 25% dari perumahan

 Perdagangan dan jasa 10% dari perumahan

 Fasilitas umum dan sosial 15% dari perumahan

(12)

BABI V - 12  Jaringan Sekunder yaitu jaringan distribusi tegangan rendah dengan sistem

tegangan 220/380 V.

 Jaringan Primer yaitu jaringan distribusi tegangan menengah yang diarahkan pada sistem tegangan 20 KV. Jaringan ini diletakkan pada jaringan jalan utama dengan menggunakan tiang beton setinggi 15 meter.

 Gardu Distribusi yaitu untuk menurunkan tegangan dari 20 KV menjadi 220/380 V dan didistribusikan melalui jaringan tegangan rendah.

 Pengembangan gardu induk Manisrejo di JAlan Tanjung Manis.

Prakonstruksi jaringan listrik yang akan dikembangkan adalah sebagai berikut:

 Peremajaan jaringan dan mengganti jaringan distribusi hantaran udara kaw at terbuka menjadi jaringan distribusi kabel udara yang disesuaikan dengan kondisi lahan.

 Menambah jaringan distribusi baru khususnya saluran udara tegangan rendah untuk perumahan baru di semua blok perencanaan.

 Penambahan kapasitas gardu distribusi lama yang melayani beban lama dan juga untuk beban yang baru.

 Penambahan gardu yang baru disesuaikan dengan peningktan kebutuhan

daya listrik dan tumbuhnya pusat beban yang baru.

Pemasangan lampu penerangan jalan pada t iang dist ribusi t egangan

rendah dengan posisi selang sat u t iang 50 met er. Pemasangan lampu

ini

dapat dipasang terutama untuk lampu penerangan utama (Merkuri 500 VA)di jalan utama.

 Untuk pekerjaan instalasi pada bangunan disarankan pemasangan kaw at pada pemakaian pipa tidak melanggar ketentuan Peraturan Umum I nstalasi Listrik (PUIL) 1997.

Kota Madiun dilew ati oleh Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT), adapun kaw asan yang dilew ati adalah Kelurahan Sogaten, Kelurahan Ngegong, Kelurahan Manguharjo, Kelurahan Kelun, dan Kelurahan Taw angrejo. Oleh karena itu perlu arahan pengembangan untuk sempadan SUTT dengan cara:

 Untuk sempadan penyaluran tegangan listrik ditetapkan 19-25 meter dari titik tengah gaw ang menara.

(13)

BABI V - 13  Penduduk disarankan tidak berada di luar rumah terutama pada malam hari,

karena pada saat itu arus yang mengalir pada kaw at penghantar SUTT lebih tinggi dari pada siang hari.

Pengembangan sistem jaringan listrik SUTM dan SUTR diarahkan mengikuti jalan kolektor dan jalan lokal yang dimanfaatkan sebagai sirkulasi utama di lingkungan permukiman.Alternatif energi lainnya yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber energy antara lain:Potensi Energi Matahari, Tenaga matahari tersedia luas, dengan solar cell dapat dihasilkan listrik skala terbatas. Namun harga per KVA listrik tenaga solar sangat mahal dan tidak mungkin dibebankan ke keluarga sederhana. Pemanfaatan energi matahari dimanfaatkan untuk penerangan rumah penduduk.

3. Rencana Jaringan Prasarana Telekomunikasi

Komunikasi merupakan kebutuhan yang penting pada saat ini. Berkembangnya komunikasi yang pesat ini ditandai dengan semakin memasyarakatnya penggunaan telepon seluler dan makin semaraknya operator yang melayani pengguna telepon jenis ini. Kebutuhan prasarana komunikasi telepon dalam pemenuhan kebutuhan telekomunikasi di w ilayah Kota Madiun akan mengalami peningkatan seiring dengan pertumbuhan penduduknya. Pemenuhan kebutuhan ini dapat dilakukan dengan adanya penambahan jumlah satuan sambungan telepon, penambahan Sentral Telepon Otomat (STO), maupun telepon umum serta perbaikan-perbaikan pada sistem pelayanan yang ada. Kebutuhan akan fasilitas telepon di w ilayah Kota Madiun pada dasarnya diambil asumsi yang sama dengan pemenuhan sarana kelistrikan akan tetapi standar kebutuhannya saja yang berlainan. Proyeksi untuk fasilitas telepon ini terdiri atas telepon pribadi dan umum. Untuk 20 tahun mendatang teknologi tentunya semakin canggih dan berkembang secara signifikan, mengingat juga perkembangan penduduk yang semakin pesat. Perkembangan telepon bergerak yang semakin turun harganya bertambah populer/diminati orang dan layanannya pun bertambah bukan saja suara tapi juga data, fax, dan personal interactiv e v ideo serv ice.

 Generasi ke-3/Third-Generation Technology (3G) dikenal dengan nama Univ ersal Mobile Telecommunication Services (UMTS) yang dapat

(14)

BABI V - 14  Faktor yang dominan dalam perkembangan sistem mobile masa depan

adalah bandw idth dan kapasitas.

 Frekuensi sangat terbatas dan bandw idth ditentukan oleh frekuensi oleh karena itu digunakan frequency re-use.

 Sel didesain sedemikian rupa agar memenuhi kebutuhan kapasitas dengan penggunaan macrocells, microcells, dan picocells.

Pra konstruksi jaringan telepon di w ilayah perencanaan akan dikembangkan sebagai berikut:

 Pendistribusian jaringan sambungan telepon dari STO ke pelanggan adalah:

1. Jaringan distribusi primer, jaringan kabel tanah yang menghubungkan STO dengan terminal utama pembagi Main Distribution Frame (MDF) dan Ruang Kabel (RK), dan antar RK.

2. Jaringan distribusi sekunder, merupakan kabel tanah atau udara yang menghubungkan RK dan Distribution Point (DP).

3. Jaringan distribusi tersier, merupakan jaringan kabel udara yang menghubungkan DP dengan masing-masing pelanggan.

 Berdasarkan ketentuan PP No. 26 Tahun 1985 tentang Ruang Bebas di Dalam Batas Damija, maka pemasangan jaringan kabel telepon di w ilayah perencanaan dilakukan di baw ah jalur pejalan kaki/trotoar di luar perkerasan jalan.

Keberadaan menara t elekomunikasi at au t ower sangat lah pent ing

unt uk perkembangangan t eknologi saat ini, mengingat dengan

prasarana ini masarakat dengan mudah bisa menerima informasi

t erbaru dari suat u ilmu baru. Konsep sist em pelayanan BTS adalah

dengan:

 Jangkauan pelayanan maksimal (pada daerah layanan padat dan atau peak hour) per antena BTS diarahkan limit kurang lebih dari 3 km.

 Jarak antar tow er minimum (antar prov ider/kelompok prov ider yang tergabung dalam tow er pemanfaatan bersama) diarahkan mendekati/limit 6 km.

(15)

BABI V - 15

disamarkan menyesuaikan karakteristik estetika kawasan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Untuk w ilayah Kota Madiun perkembangan menara telekomunikasi ini sudah pesat. Hal ini dapat dilihat dengan adanya 47 tempat telematika yang tersebar di seluruh w ilayah Kota Madiun. Permasalahan yang terjadi adalah banyaknya keberadaan tow er di Kota Madiun yang tidak tertata dan beberapa prov ider belum memiliki ijin lokasi, selain itu belum adanya pelaksanaan tow er bersama, sehingga untuk 1 prov ider menggunakan satu tow er yang selain membutuhkan biaya besar juga tidak efektif dalam penggunaan ruang.

Arahan pengembangan untuk kaw asan sekitar tow er atau telematika antara lain adalah:

 Penggunaan tanah sekitar tow er difungsikan sebagai kawasan RTH dan jauh dari permukiman.

 Pemagaran yang rapat pada sepanjang tow er demi keamanan, karena mempunyai tegangan tinggi.

Berdasarkan Peraturan Menteri Telekomunikasi dan I nformatika tentang Pedoman Pendirian Menara Telekomunikasi dan Penyiaran, beberapa ketentuan yang diatur dalam pengembangan menara telekomunikasi, antara lain:

 Struktur Menara Telekomunikasi dan Penyiaran

1. Menara telekomunikasi dan penyiaran dapat didirikan di atas permukaan tanah maupun pada bagian bangunan/gedung.

2. Pendirian menara telekomunikasi dan penyiaran w ajib memperhitungkan kekuatan dan kestabilan yang berkaitan dengan:

o pondasi;

o pembebanan; dan o struktur.

 Menara Telekomunikasi dan Penyiaran Bersama

1. Menara telekomunikasi dan penyiaran dapat berupa:

o Menara tunggal, apabila digunakan untuk penempatan satu

(16)

BABI V - 16

o Menara bersama, apabila digunakan untuk penempatan beberapa

antena dari beberapa penyelenggara telekomunikasi dan atau penyiaran.

2. Dalam upaya meminimalkan jumlah menara telekomunikasi, para operator yang mengajukan pembangunan menara telekomunikasi baru diharuskan menyiapkan konstruksi menara telekomunikasi yang memenuhi syarat dijadikan menara telekomunikasi bersama.

3. Menara telekomunikasi yang telah ada (eksisting) apabila secara teknis memungkinkan harus digunakan secara bersama-sama oleh lebih dari satu operator atau dijadikan menara telekomunikasi bersama.

4. Penggunaan Menara Telekomunikasi dan Penyiaran bersama dilarang menimbulkan interferensi antar sistem jaringan.

5. Setiap pengguna Menara Telekomunikasi dan Penyiaran bersama w ajib saling berkoordinasi dalam hal terjadi suatu masalah.

6. Beban maksimal untuk menara bersama tidak boleh melebihi perhitungan struktur menara.

7. I solasi antar pemancar merupakan batas aman antar antena

8. pemancar yaitu 30 dB atau dengan jarak antar antena 3 meter.

4. Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air Kota

Pengaturan kebutuhan air untuk masing-masing kegiatan dalam rangka menjaga neraca air; Dalam penetapan prioritas kebutuhan air bagi masyarakat Kota Madiun, penyediaan air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari dan irigasi bagi pertanian dalam sistem irigasi yang sudah ada merupakan prioritas utama penyediaan sumber daya air di atas semua kebutuhan. Urutan prioritas penyediaan sumber daya air ditetapkan pada setiap w ilayah sungai oleh Pemerintah Daerah Kota Madiun.

(17)

BABI V - 17

air tanah. Dalam penyusunan pola tersebut, harus melibatkan masyarakat dan dunia usaha.

Pola pengelolaan sumberdaya air juga harus memperhatikan prinsip keseimbangan antara upaya konserv asi dan pendayagunaan sumber daya air, w ilayah sungai, dan cekungan air tanah. Konserv asi sumber daya air bertujuan untuk menjaga kelangsungan keberadaan daya dukung, daya tampung, dan fungsi sumber daya air. Konserv asi sumber daya air dapat dilakukan melalui kegiatan:

 Perlindungan dan pelestarian sumber air,

 Pengaw etan air,

 Pengelolaan kualitas air, dan

 Pengendalian pencemaran air.

Hal tersebut diatas mengacu pada pola pengelolaan sumber daya air yang ditetapkan pada setiap w ilayah sungai. Konserv asi sumber daya air tersebut harus menjadi acuan dalam perencanaan tata ruang. Perlindungan dan pelestarian sumber air bertujuan untuk melindungi dan melestarikan sumber air beserta lingkungan keberadaannya terhadap kerusakan atau gangguan yang disebabkan oleh daya alam,termasuk kekeringan dan yang disebabkan oleh tindakan manusia. Perlindungan dan pelestarian sumber air dapat dilakukan melalui:

 Pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air,

 Pengendalian pemanfaatan sumber air,

 Pengisian air pada sumber air,

 Pengaturan prasarana dan sarana sanitasi,

 Perlindungan sumber air dalam hubungannya dengan kegiatan pembangunan dan pemanfaatan lahan pada sumber air,

 Pengendalian pengolahan tanah di daerah hulu,

 Pengaturan daerah sempadan sumber air.

Upaya tersebut diatas merupakan dasar dalam penatagunaan lahan. Perlindungan dan pelestarian sumber air dapat dilaksanakan secara v egetatif dan juga secara teknis melalui pendekatan sosial, ekonomi, dan budaya.

Pengaw etan air bertujuan untuk memelihara keberadaan dan ketersediaan air atau kuantitas air yang sesuai dengan fungsi dan manfaatnya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara :

(18)

BABI V - 18  Menghemat air dengan pemakaian yang efisien dan efektif,

 Mengendalikan penggunaan air tanah.

Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air bertujuan untuk mempertahankan dan memulihkan kualitas air yang masuk dan yang ada pada sumber-sumber air. Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan cara memperbaiki kualitas air pada sumber air dan prasarana sumber daya air. Sedangkan pengendalian pencemaran air dilakukan dengan cara mencegah masuknya pencemaran air pada sumber air dan prasarana sumber daya air. Konserv asi sumber daya air dapat dilaksanakan pada w ilayah sungai, w aduk, embung, cekungan air tanah, sistem irigasi, dan daerah tangkapan air.

Tabel 5.2 Arahan RTRW Kota Madiun untuk Bidang Cipta Karya

ARAHAN POLA RUANG ARAHAN STRUKTUR RUANG

(1) (2)

Pemantapan pelestarian dan perlindungan kawasan lindung guna menghindari kerusakan lingkungan untuk mendukung keberlanjutan pembangunan dalam jangka panjang di Daerah;

Pengembangan sistem pusat pelayanan Daerah secara berhierarki guna pemerataan pembangunan sampai ke tingkat bawah; dan

Pengembangan kawasan budidaya untuk mendukung pemantapan fungsi Daerah sebagai pusat pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Bagian Barat;

Pengembangan sistem prasarana wilayah Daerah guna mendukung pembangunan dan fungsi Daerah sebagai Pusat Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Bagian Barat.

(19)

BABI V - 19 Tabel 5.3 Identifikasi Kawasan Strategis Kota Madiun (KSK) berdasarkan RTRW

KAWASAN STRATEGIS

KOTA MADIUN SUDUT KEPENTINGAN LOKASI/BATAS KAWASAN

(1) (2) (3)

a. Kawasan industri besar terdapat di Jl. Yos Sudarso b. Kawasan industri besar dan

menengah terdapat di sekitar jl. Basuki Rachmad c. Kawasan industri kecil

terdapat di Jl. Imam Bonjol (meubel/kayu), jl. Delima (sambel pecel), Jl. Agus Salim, Jl. Pahlawan, Jl. Cokroaminoto, Jl. Kol. Marhadi, Jl. Trunojoyo-Soekarno Hatta, Jl. Urip Sumoharjo, Jl. Mayjen Sungkono, Jl. S, Parman Kawasan Wisata Kawasan ini menjadi salah

(20)

BABI V - 20 Panguripan) yang berada di Kelurahan Taman g. Sendang Sumber Umis,

yang berada di jl Sulawesi h. Benteng Pendem, yang

berada di Jl. Diponegoro i. Umpak Kuno, yang berada

di Kelurahan Demangan

Kawasan Strategis

Lingkungan Hidup

Kawasan ini menjadi strategis karena menjadi kawasn

perlindungan untuk

lingkungan hidup

a. Sempadan Kali Madiun b. Beberapa titik mata air di

sekitar Kota Madiun c. Hutan Kota yang terdapat

di Kota Madiun

Tabel 5.4 Identifikasi Indikasi Program RTRW Kota Madiun terkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

NO USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI

MERUPAKAN kegiatan Kota Madiun

sebagai pusat

pengembangan

Kota Madiun Ya APBD Kota

Madiun

Bappeda

2 Penyediaan prasarana wilayah meningkatkan kelengkapannya, skala pelayanannya,

pemerataannya, di Kota Madiun secara efisien

Kota Madiun Ya APBD Kota

Madiun

DPU

(21)

BABI V - 21 lindungsempadan sungai

Madiun dan sungai kecil

lainnya melalui

pembatasan kegiatan fisik sekitar sungai sebagai

upaya penanganan

bencana genangan dan banjir

rawan banjir di Kota Madiun

Kota Madiun Ya APBD Kota

7 Mencegah pemanfaatan ruang disekitar kawasan perlindungan yang akan mengurangi fungsi lindung kawasan tersebut

Kota Madiun Ya APBD Kota

Madiun

5.2 Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

5.2.1. Visi

(22)

BABI V - 22

Pembangunan Nasional. Sehingga dala hal ini penyusunan RPI 2JM tentu harus mengacu pada rencana pembangunan daerah yang tertuang dalam RPJMD.

Adapun v isi Kota Madiun dalam hal pembangunan yang tertuang dalam RPJMD Kota Madiun adalah

Bekerja untuk Kemajuan Kota Madiun Sejahtera

5.2.2. Misi

MISI merupakan suatu upaya yang harus dilaksanakan, agar tujuan dan sasaran dapat terlaksana dengan baik, atau dengan kata lain Misi merupakan pernyataan tentang tujuan yang diw ujudkan dalam produk dan pelayanan, kebutuhan masyarakat, nilai yang dapat diperoleh serta aspirasi dan cita-cita dimasa mendatang.

Misi Kota Madiun untuk mencapai Visi Kota Madiun adalah sebagai berikut:

1. Mew ujudkan pembangunan berbasis pada partisipasi masyarakat (partisipatoris);

2. Mew ujudkan pemerintahan yang bersih, berw ibaw a, dan transparan (good and clean governance) melalui penegakan Pakta I ntegritas sebagai upaya pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme;

3. Mew ujudkan pelayanan publik;

4. Mewujudkan tatanan sosial yang dinamis. 5.2.3. Strategi Pembangunan

Adapun strategi Pembangunan Kota Madiun, yaitu :

a. Strategi yang pertama adalah Pengembangan Jaringan Kemitraanb dengan stakeholder. Strategi ini merupakan langkah untuk mew ujudkan misi pertama

“mewujudkan pembangunan berbasis pada partisipasi masyarakat (partisipatoris)” dan misi kedua “mewujudkan tatanan sosial yang dinamis”.

b. Strategi kedua yaitu Percepatan kemajuan perkotaan dengan pengembangan infrastruktur, peningkatan pelayanan publik, pembangunan/pengembangan potensi ekonomi dan peningkatan kualitas SDM pelaku ekonomi dalam menghadapi pasar global. Strategi ini

(23)

BABI V - 23 Pembangunan Berbasis Pada Partisipasi Masyarakat (Partisipatoris)” dan misi ketiga “Mewujudkan pelayanan publik”.

c. Strategi yang ketiga adalah Perubahan dan kesinambungan khususnya dalam penyusunan kebijakan, perencanaan dan pemanfaatan hasil–hasil pembangunan, penataan ruang, dan penataan birokrasi. Setrategi ini untuk

mewujudkan misi kedua “Mewujudkan Pemerintahan yang bersih, berw ibawa, dan transparan (Good and Clean Gov ernance) melalui

penegakan Pakta I ntegritas sebagai upaya pemberantasan Korupsi, Kolusi,

dan Nepotisme”.

d. Untuk mewujudkan misi keempat “Mewujudkan tatanan sosial yang dinamis” maka strategi yang digunakan adalah Peningkatan peran serta masyarakat dan organisasi sosial kemasyarakatan serta aturan main (kelembagaan) dalam pengelolaan pembangunan.

5.2.4. Arah Kebijakan Pembangunan

a. Kebijakan Pembangunan daerah Kota Madiun, yaitu:

1. Mew ujudkan Pemerintahan yang bersih, berw ibaw a, dan transparan (Good and Clean Gov ernance) melalui Reformasi Birokrasi:

 penataan struktur organisasi yang efisien dan efektif,

 penataan personil yang sesuai dengan struktur organisasi dan berdasarkan the right man an the right place,

 ev aluasi dan penyusunan peraturan yang berorientasi pada kemandirian, berdaya saing, up to date dan berorientasi pada pelayanan publik,

 pengendalian pelaksanaan pemerintahan berdasarkan peraturan yang berlaku untuk mew ujudkan pemerintahan yang bersih dan berw ibaw a untuk kepentingan masyarakat..

2. Meningkatkan kapasitas pasar, UMKM dan ekonomi lokal khususnya Perdagangan dan Jasa:

 peningkatkan kualitas produk lokal melalui pemberdayaan UKM, Memperluas jaringan pemasaran,

 Memberdayakan asset tanah dan gedung pemerintah daerah yang potensial untuk pengembangan perdagangan dan jasa,

(24)

BABI V - 24  peningkatan akses modal usaha,

 pelayanan kredit dan sarana untu usaha mikro kecil dan menengah (UMKM),

 mendatangkan inv estor dan kemudahan dalam perizinan usaha,

 penyediaan pelayanan “Klinik Konsultasi Bisnis” guna menumbuhkan

potensi w irausaha,

 memberdayakan koperasi,

 meningkatkan kualitas produk lokal melalui pemberdayaan dan penyediaan jaringan pasar produk unggulan.

3. Meningkatkan kulaitas pelayanan publik yang merata bagi seluruh masyarakat Kota Madiun,

b. Bidang Pendidikan:

1. Meningkatkan SDM guru dan tenaga pengajar, 2. SDM pendidik profesional,

3. rev italisasi sarana dan prasarana pendidikan khususnya laboratorium, dan perpustakaan,

4. mendukung pelaksanaan w ajib belajar 12 tahun, 5. Meningkatkan PAUD,

6. peningkatan peran serta masyarkat dalam pendidikan meningkatkan derajat dan kualitas pendidikan.

c. Bidang Kesehatan

1. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang murah dan merata,

2. Mew ujudkan Rumah Sakit Umum Daerah unggulan dengan spesialisasi khusus (klinik geriatri),

3. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana kesehatan,

4. meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang prima, murah dan merata, derajat kesehatan dan gizi,

5. mengendalikan penyebaran penyakit dan dampak kesehatan lingkungan, 6. menciptakan organisasi kesehatan yang fungsional dan profesional,

7. peningkatan fasilitas puskesmas dan Rumah Sakit,

(25)

BABI V - 25

10. Meningkatkan Kesejahteraan sosial masyarakat dan peningkatan ekonomi masyarakat miskin

 Pengembangan data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial dan kemiskinan (PMKS) yang v alid,

 Pengendalian pelaksanaan program penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan kemiskinan,

 Peningkatan kesempatan kerja,

 Pemberdayaan masyarakat dalam bidang ekonomi, sosial dan lingkungan,

 Peningkatan peran serta masyarakat dalam menangani Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan kemiskinan.

 Mewujudkan pembangunan yang berbasis pada “Eco-City” melalui Optimalisasi infrastruktur, Lingkungan Hidup dan Penataan Ruang yang baik.

 Penanganan infrastruktur pengendalian banjir,

 Pengembangan akses Bagian Wilayah Kota (BWK) Utara,

 Pengembangan Kaw asan Ruang Terbuka Hijau dan sumur resapan

 Peningkatan kualitas perencanaan, pemanfatan dan pengendalian ruang kota.

11. Mengoptimalkan peran masyarakat dan organisasi sosial kemasyarakatan, profesi dll dalam pengelolaan pembangunan.

 Mengembangkan perangkat lunak peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan pembangunan (perencanaan, pelaksanaan dan ev aluasi,

 Mengembangkan fungsi dan peran masyarakat dalam tatanan sosial yang dinamis,

 Meningkatkan sinergitas pemerintah daerah dengan masyarakat dalam pengelolaan pembangunan.

5.3 Arahan Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung

Penyusunan Perda Bangunan Gedung diamanatkan pada Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, yang menyatakan bahw a pengaturan dilakukan oleh pemerintah daerah dengan penyusunan Peraturan Daerah tentang Bangunan

(26)

BABI V - 26 dengan memperhatikan kondisi kabupaten/kota setempat serta penyebarluasan

peraturan perundang-undangan, pedoman, petunjuk, dan standar teknis

bangunan gedung dan operasionalisasinya di masyarakat.

Perda Bangunan Gedung mengatur tentang persyaratan administrasi dan teknis bangunan gedung. Salah satunya mengatur persyaratan keandalan gedung, seperti keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan. Persyaratan ini w ajib dipenuhi untuk memberikan perlindungan rasa aman bagi pengguna bangunan gedung dalam melakukan aktifitas di dalamnya dan sebagai landasan operasionalisasi penyelenggaraan bangunan gedung di daerah. Utamanya untuk daerah raw an bencana, Perda Bangunan Gedung sangat penting sebagai payung hukum di daerah dalam menjamin keamanan dan keselamatan bagi pengguna. Ketersediaan Perda BG bagi kabupaten/kota merupakan salah satu prasyarat dalam prioritas pembangunan bidang Cipta Karya di kabupaten/kota.

5.3.1. Kaw asan Strategis

Penetapan kaw asan strategis berisikan arahan penetapan lokasi kegiatan prioritas yang memiliki nilai strategis nasional, propinsi maupun kota. Kaw asan strategis adalah w ilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup nasional/propinsi/kota terhadap pertahanan dan keamanan, ekonomi, sosial budaya, teknologi tinggi dan/atau lingkungan. Berdasarkan pengertian tersebut, serta arahan pengembangan kaw asan kegiatan utama dari kebijakan pembangunan dan kebijakan tata ruang Kota Madiun yang telah di analisa sebelumnya, maka ditetapkan beberapa kaw asan yang merupakan kaw asan strategis.

Kaw asan strategis merupakan kaw asan yang di dalamnya berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap:

a. Tata ruang di w ilayah sekitarnya;

b. Kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang lainnya; dan/atau c. Peningkatan Kesejahteraan masyarakat.

Kaw asan Strategis yang memungkinkan pada w ilayah kota meliputi: a. Aspek Ekonomi

b. Aspek Lingkungan c. Aspek Sosial Budaya

d. Aspek Pendayagunaan SDA dan Teknologi Tnggi

(27)

BABI V - 27

Kaw asan I ndustri Strategis daerah

Kaw asan Pelabuhan Khusus

(28)

BABI V - 28 Gambar 5.1 Konsepsi Kawasan Strategis Kota

Berdasarkan pengertian tersebut, serta arahan pengembangan kaw asan kegiatan utama dari kebijakan pembangunan dan kebijakan tata ruang Kota Madiun yang telah di sebelumnya, maka ditetapkan beberapa kaw asan yang merupakan kaw asan strategis.

5.3.2. Kaw asan Strategi Pertumbuhan Ekonomi

Kaw asan Strategis berdasarkan aspek ekonomi di Kota Madiun meliputi Kaw asan Perdagangan dan Jasa serta Kaw asan I ndustri.

Berdasarkan sektor unggulan yang ada di Kota Madiun yaitu industri dan perdagangan, serta karakteristik w ilayah yang dimiliki Kota Madiun maka kaw asan yang diasumsikan dapat menjadi kaw asan berpotensi atau kaw asan strategis ekonomi di w ilayah Kota Madiun adalah sebagai berikut:

4.2.3. Kaw asan I ndustri

Kegiatan industri yang terdapat di Kota Madiun adalah industri besar, sedang dan industri kecil (industri rumah tangga). Kaw asan industri yang dapat dijadikan sebagai kaw asan andalan di Kota Madiun meliputi:

a. Kaw asan industri besar, terdiri dari:

(29)

BABI V - 29

2. Kaw asan pabrik gula Rejoagung di Jl. Yos Sudarso dan Pabrik Gula Kanigoro di Kelurahan Banjarejo yang berada di dua w ilayah (Kabupaten dan Kota Madiun)

b. Kaw asan industri besar dan menengah di sekitar Jl. Basuki Rahmad, terdiri dari: 1. Pabrik kembang api Kali Catur

2. Pabrik partical board

3. Pabrik es batu, dan lainnya c. Kaw asan industri kecil, terdiri dari:

1. Kaw asan industri meubel/kayu olahan di sekitar Jl. I mam Bonjol (Rejomulyo), Pilangbango dan Klegen

2. Kaw asan industri pengolahan makanan (sambel pecel) di sekitar Jl. Delima

3. Kaw asan industri pengolahan makanan (lempeng) di sekitar Jl. Gajahmada (Manguharjo) dan Kecamatan Taman

4. Kaw asan industri pengolahan makanan (tempe) di Kelurahan Kelun dan Sogaten

5. Kaw asan industri pengolahan makanan (tahu) di sekitar Jl. Serayu (Banjarejo) 4.2.4. Kaw asan Perdagangan dan Jasa

Selain pengembangan kegiatan industri, Kota Madiun sebagai pusat SWP Madiun dan sekitarnya untuk lingkup Propinsi Jaw a Timur mempunyai fungsi sebagai pusat perdagangan skala regional. Kegiatan perdagangan dan jasa di Kota Madiun sudah mulai berkembang khususnya dalam hal distribusi barang,

Kaw asan perdagangan dan jasa yang potensial untuk dikembangkan adalah: a. Kaw asan perdagangan dan jasa di sepanjang Jalan Panglima Sudirman b. Kaw asan perdagangan dan jasa Jalan K.H. Agus Salim

c. Kaw asan perdagangan dan jasa Jalan Pahlaw an d. Kaw asan perdagangan dan jasa Jalan Cokroaminoto e. Kaw asan perdagangan dan jasa Jalan Kolonel Marhadi f. Kaw asan perdagangan Jalan Trunojoyo-Soekarno Hatta g. Kaw asan perdagangan Jalan Urip Sumoharjo

(30)

BABI V - 30

4.2.5. Kaw asan Wisata

Pengembangan Kota Madiun sebagai Center Culture of East Jav a dengan pengembangan atraksi meliputi pameran budaya dan produk daerah, parade budaya pagelaran seni budaya, dll yang akan dipusatkan sementara di sekitar kaw asan sport Center (Stadion Wilis) namun bisa pula menggunakan bekas pendopo Kabupaten Madiun jika nanti pemerintahan Kabupaten Madiun pindah ke Caruban. Sedangkan parade budaya akan memakai rute di mulai dari alun-alun ke utara melalui Jalan Pahlaw an-Basuki Rahmad kearah selatan hingga Jalan Mayjen Panjaitan menuju Jalan Soekarno-Hatta-Trunojoyo-Agus Salim hingga kembali ke Alun-alun. Adapun ilustrasinya adalah sebagai berikut:

4.2.6. Kaw asan Strategis Sosial Budaya

Selain sempadan bangunan sebagai kaw asan lindung, juga terdapat tempat-tempat dan benda yang mempunyai nilai sejarah. Tempat dan kaw asan (yang tidak dapat bergerak) yang mempunyai nilai sejarah tersebut antara lain:

a. Makam Sogaten yang berada di Kelurahan Sogaten Kecamatan Manguharjo yaitu makam pendiri Kelurahan Sogaten (Makam Rekso Gati)

b. Makam Kuncen yang berada di Kelurahan Kuncen Kelurahan Taman yaitu makam pendiri Madiun (makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Jumeno)

c. Makam Taman yang berada di Kelurahan Taman Kecamatan Taman yaitu makam Bupati Madiun (makam R. Ronggo Praw iro Dirdjo)

d. Masjid Kuno (Masjid Donodipuro) yang berada di Kelurahan Taman Kecamatan Taman yang di dirikan oleh Eyang I sbah, selain itu juga ada lagi masjid kuno yang berada di Kuncen (Masjid Kuncen)

e. Monumen Kolonel Marhadi yang berada di Jalan Alun-alun Selatan, Monumen Mastrip di Jalan Mastrip, Monumen TGP dan Monumen Perjuangan yang berada di Kelurahan Oro-oro Ombo.

f. Sumber Air (sendang panguripan) yang berada di Kelurahan Taman yang sampai saat ini rutin digunakan untuk jamas pusaka.

g. Sendang Sumber Umis yang berada di Jalan Sulaw esi. h. Benteng Pendem yang berada di Jalan Diponegoro.

i. Umpak Kuno yang berada di Kelurahan Sogaten dan Batu Gilang yang berada di Kelurahan Demangan.

(31)

BABI V - 31

Agung yang berada di Jalan Yos Sudarso, perumahan yang berada di sekitar Stadion, Gereja yang berada di Jalan Pahlaw an.

Berdasarkan uraian diatas maka keberadaan bangunan kuno dan kaw asan bersejarah yang tersebut diatas perlu adanya upaya-upaya pelestarian dan perlindungan. Karena pada selain mempunyai nilai budaya juga pada bangunan-bangunan kuno yang ada mempunyai nilai arsitektur.

4.2.7. Strategis Lingkungan Hidup

Kaw asan Strategis berdasarkan aspek lingkungan di Kota Madiun meliputi sempadan sungai Kali Madiun yang memanjang dari selatan-utara sebagai bagian DAS Bengaw an Solo Hulu dan sebaran Mata air.

a. Sempadan Kali Madiun

Sesuai dengan jenis kaw asan perlindungan, maka Kota Madiun yaitu berupa sempadan sungai yang merupakan kaw asan sepanjang kanan-kiri sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Daerah Aliran Sungai (DAS) yang besar di Kota Madiun yaitu Sungai Bengaw an Madiun. Keberadaan sungai tersebut membelah Kota Madiun yang membujur dari arah selatan ke Utara. Aliran sungai tersebut merupakan pertemuan antara sungai yang berasal dari arah Ngaw i dan ke arah Ponorogo dan muaranya berada di Sungai Bengaw an Solo.

Pada w ilayah aliran Sungai Bengaw an Madiun/bantaran sungai relatif padat permukiman, tetapi keberadaanya saat ini tidak menggangu konserv asi terhadap sungai, hal ini karena pada sepanjang DAS telah di tanggul yang dilakukan oleh pihak PU Pengairan.

Dengan melihat kondisi di lapangan saat ini, permasalahan-permasalahan yang ada di sepanjang bantaran sungai adalah mengenai konserv asi yang dirasakan sangat kurang, sehingga keberadaannya perlu dilakukan penghijauan, terutama penanaman terhadap tumbuh-tumbuhan yang mempunyai akar kuat, sehingga mampu menahan erosi terhadap tanah permukaan. Usaha-usaha yang telah dilakukan saat ini, terutama dalam kaitannya dengan mengatasi erosi pada bibir sungai yaitu telah dilakukan pelengsengan disepanjang kanan dan kiri bantaran sungai.

(32)

BABI V - 32

barat, sungai terate timur dan lain-lain) harus dilakukan konserv asi pada sekitar bantaran sungai. Ketentuan konservasi sungai secara umum adalah sebagai berikut: 1. Sungai besar yang berada di luar kaw asan permukiman yaitu 100 meter.

2. Sungai kecil yang berada di luar kaw asan permukiman yaitu ditentukan 50 meter.

3. Sungai besar dan sungai kecil yang melew ati kaw asan permukiman yaitu 15 meter.

Mengingat keberadaan sungai yang ada di Kota Madiun berada di kaw asan permukiman penduduk, dan untuk jangka panjang keberadaan w ilayah Kota Madiun diarahkan untuk pengembangan fisik kota, maka untuk konserv asi sungai besar dan sungai kecil yang berada di w ilayah Kota Madiun diarahkan 15 meter pada kanan-kiri sungai. Maka kaw asan sempadan sungai ini merupakan bagia dari kaw asan strategis di Kota Madiun, karena kerusakan di sekitar sungai dan sempadannya akan menimbulkan efek negativ e terhadap keberlangsungan lingkungan di sekitarnya.

a. Mata Air

Kaw asan sekitar mata air adalah kaw asan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting mempertahankan kelestarian fungsi mata air. Keberadaan sumber mata air di w ilayah Kota Madiun terdapat beberapa titik yaitu S.A Ngrow o di Taman, S.A Kapuas di Taman, Sumber air Winongo di Winongo, sumber air Perumnas I dan Perumnas I I di Manisrejo, sumber air Banjarejo di Banjarejo dan sumber air PPAT di Josenan.

Kriteria penetapan kaw asan sekitar mata air adalah perlindungan sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 meter di sekitar mata air. Sedangkan pada mata air yang memiliki debit kecil perlindungan dapat disesuaikan dengan kondisinya. Perlindungan sempadan mata air di Kota Madiun seluas 88 Ha yang terbagi atas 2 Bagian Wilayah Kota.

1. BWK I memiliki 2 mata air dengan luas sempadan mata air 25,13 Ha.

2. BWK I I I memiliki 5 mata air dengan luas sempadan mata air 62,87 Ha.

(33)

BABI V - 33

Langkah pengamanan perlu dilakukan pada setiap sumber mata air melalui beberapa cara antara lain:

1. Pemberian papan peringatan yang dipasang ditiap lokasi sumber mata air.

2. Sosialisasi kepada w arga sekitar agar ikut menjaga kelestarian sumber air.

3. Kaw asan sempadan mata air difungsikan untuk penananaman v egetasi yang sesuai.

b. Hutan Kota

RTH Hutan kota adalah penghijauan yang memiliki fungsi sebagai penyeimbang ekologi dan klimatologi kota, sehingga diharapkan lingkungan kota masih tetap memiliki daya dukung minimal untuk kehidupan kota.

Kebutuhan untuk hutan kota di Kota Madiun hingga akhir tahun perencanaan adalah sebesar 106,85 Ha, rencana penempatan dan pengembangan hutan kota untuk skala kota adalah dipusatkan di Sub Pusat Kota I dan I I pada bagian Utara, dengan pertimbangan pada w ilayah ini sering terjadi genangan maupun banjir, serta masih tersedia lahan yang cukup luas, hutan kota yang direncanakan dan difungsikan sebagai tempat rekreasi seperti kebun binatang kecil, tempat perkemahan dan penelitian, dll dengan skala pelayanan kota.

Pengembangan Hutan kota diarahkan dan di utamakan di kaw asan Sub Pusat Kota I dan I I , serta hutan kota pendukung di kaw asan Kota Madiun antara lain adalah: 1. Hutan Kota Kuncen

2. Hutan Kota PDAM I dan I I

3. Hutan Kota Ringroad Barat I

4. Hutan Kota Ringroad Barat I I

5. Hutan Kota TPA Winongo

6. Hutan Kota Madiun Lor

7. Hutan Kota Pilangbango

8. Hutan Kota Pandaan

9. Hutan Kota Oro-Oro Ombo

(34)

BABI V - 34

Dengan jenis tanaman yang memiliki fungsi ekologi dan klimatologi, dengan kriteria tanaman berdaun lebat, berakar kuat serta jenis-jenis tanaman langka yang perlu di lestarikan. Saat ini pengembangan hutan kota berada di Jalan Rimba Mulya yang berfungsi sebagai arboretum sekaligus sebagai obyek w isata di Kota Madiun. 4.2.8. Kebijakan dan program Penataan Bangunan dan Lingkungan

a. Kebijakan

1. Meningkatkan pembinaan penyelenggaraan Bangunan Gedung, termasuk bangunan gedung dan rumah negara.

2. Meningkatkan pemahaman, kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk memenuhi persyaratan Bangunan Gedung dan Penataan Lingkungan Permukiman.

3. Meningkatkan kapasitas penyelenggara dalam penataan lingkungan permukiman.

4. Meningkatkan kualitas lingkungan untuk mendukung pengembangan jatidiri dan produktifitas masyarakat.

5. Mengembangkan kawasan-kawasan yang memiliki peran dan potensi strategis bagi pertumbuhan kota.

6. Mengembangkan kemitraan antara pemerintah, sw asta dan lembaga-lembaga nasional maupun internasional lainnya di bidang Bangunan Gedung dan Penataan Lingkungan Permukiman.

7. Mew ujudkan arsitektur perkotaan yang memperhatikan/mempertimbangkan khasanah arsitektur lokal dan nilai tradisional.

8. Menjaga kelestarian nilai-nilai arsitektur Bangunan Gedung yang dilindungi dan dilestarikan serta keahlian membangun (seni dan budaya).

9. Mendorong upaya penelitian dan pengembangan teknologi rekayasa arsitektur Bangunan Gedung melalui kerjasama dengan pihak-pihak yang kompeten.

b. Program

Pelaksanaan program-program tersebut diatas dilakukan melalui beberapa kegiatan yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:

(35)

BABI V - 35

Secara terperinci terdiri dari:

 Kegiatan diseminasi peraturan perundang-undangan penataan bangunan dan lingkungan

1. Sasaran Kegiatan,

Meningkatkan peran pemerintah daerah dan masyarakat dalam penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan sehingga dapat turut aktif ambil bagian dalam proses penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung dan penataan lingkungan, serta dapat menyeleraskan peraturan perundangan tentang bangunan gedung di w ilayahnya agar memenuhi persyaratan administratif dan teknis yang diamanatkan Undang-Undang Bangunan Gedung dan peraturan pelaksanaannya. 2. Bentuk dan Pelaksanaan Kegiatan,

Pelaksanaan kegiatan dilakukan dalam bentuk Sosialisasi Paket materi yang disosialisasikan terdiri dari; (i) UU 28 tahun 2002 tentang Bangunan dan Gedung dan PP 36 tahun 2005 tentang peraturan pelaksanaan UUBG, (ii) Standar pelaksanaan teknis tentang bangunan gedung, (iii) Pedoman teknis tentang bangunan gedung negara, (iv ) Peraturan dan pedoman tentang penataan lingkungan permukiman dan (v ) Materi lokal terkait dengan penataan bangunan dan lingkungan.

3. Keluaran/Produk Kegiatan

Produk dari kegiatan ini adalah laporan penyelenggaraan Diseminasi Peraturan Perundang-undangan Penataan Bangunan dan Lingkungan.

2. Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung

1. Sasaran kegiatan

- Memberikan pemahaman dan w aw asan dalam penyusunan Raperda bangunan gedung, sekaligus peningkatan pemahaman kelembagaannya - Peningkatan kemampuan kelembagaan bangunan gedung

2. Bentuk dan pelaksanaan kegiatan

- Penyiapan materi yang diperlukan dalam penyusunan perda bangunan gedung,

(36)

BABI V - 36

- Pembentukan tim ahli bangunan gedung 3. Keluaran/produk kegiatan

- Laporan kegiatan bangunan gedung yang memuat inv entarisasi lembaga/instansi terkait dengan penyelenggaraan, bangunan gedung termasuk didalmnya tupoksi dan susunan organisasinya serta konsep pengembangan kelembagaan

- Laporan kegiatan fasilitasi penyusunan raperda bangunan gedung

- Dengan memuat pemetaan substansi Perda dan Raperda sesuai yang diamanatkan oleh undang-undang bangunan gedung dan peraturan pelaksanaanya serta tindak lanjutnya

- Laporan kegiatan bantuan teknis pembentukan tim ahli bangunan

- gedung, dengan memuat laporan penyelenggaraan sosialisasi mengenai pedoman teknis pembentukan tim ahli bangunan gedung

3. Penyusunan Rencana I nduk Sistem Proteksi Kebakaran (RI SPK)

1. Sasaran kegiatan

- tersedianya panduan pencegahan dan penanggulangan kebakaran

- dalam rangka meningkatkan kemampuan kelembagaan pemadam kebakaran/Dinas Pemadam kebakaran dan masyarakat dalam pelaksanaan tugas pencegahan dan penanggulangan kebakaran, serta menurunnya kejadian kebakaran, jumlah kerugian dan korban jiw a akibat bencana 2. Bentuk dan pelaksanaan kegiatan berupa :

- RI K merupakan acuan pencegahan penanggulangan kebakaran untuk kurun w aktu 5-10 tahun

3. Keluaran/produk kegiatan

- Naskah kajian akademis Rencana I nduk Sistem Proteksi Kebakaran (RI SPK) Kabupaten/Kota, yang minimal memuat:

Hasil identifikasi dan kajian teknis tentang latar belakang permasalahan, pengalaman pemerintah daerah terhadap penanganan kaw asan/w ilayah yang mengalami peristiw a kebakaran, narasumber, dinas/instansi yang berkepentingan dengan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran

(37)

BABI V - 37

Penjabaran mengenai potensi topografi, kondisi alam, dan persebaran titik-titik raw an kebakaran, dan penentuan daerah yang memiliki potensi sumber air, serta faktor-faktor lain yang pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran; Program pengendalian, pengaw asan dan pembinaan dalam rangka program dan pendanaan yang diusulkan; dan

- Kesepakatan untuk ditindaklanjuti dalam bentuk Peraturan Walikota 5.2.9. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman

1. Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)

1. Sasaran kegiatan

- Sasaran yang hendak dicapai adalah tersedianya panduan rancang bangun suatu kaw asan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui Perw ujudan kualitas lingkungan yang layak huni (liv eable), berjatidiri (imageable), dan produktif (enduring).

2. Bentuk dan pelaksanaan kegiatan berupa

- RTBL merupakan pengaturan persyaratan tata bangunan dan lingkungan sebagai tindak lanjut dari RTRW dan atau RTDRKP, digunakan dalam pengendalian pemanfaatan ruang suatu kaw asan dan sebagai panduan rancangan kaw asan untuk mew ujudkan kesatuan karakter serta kuw alitas bangunan gedung dan lingkungan yang berkelanjutan ;

- Pemantapan lokasi dan batas lokasi w ilayah perencanaan - Melakukan koordinasi dengan instansi terkait

- Melakukan pengendalian produk konsultan berupa naskah RTBL

- sesuai dengan substansi yang ada didalam Pedoman Umum Penyusunan RTBL - konsultasi dan pembahasan produk RTBL dengan instansi terkait di tingkat

propinsi

- naskah RTBL menjadi Peraturan Bupati/Walikota. 3. Keluaran/produk kegiatan

- Naskah kajian akademis RTBL, yang minimal memuat:

Hasil identifikasi dan kajian teknis tentang latar belakang permasalahan, pengalaman pemerintah daerah terhadap penanganan kaw asan/w ilayah yang menjadi obyek RTBL;

(38)

BABI V - 38

- Draft Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan sesuai dengan - Pedoman Umum yang minimal memuat:

Penetapan lokasi dan delineasi RTBL (disetujui Dinas Teknis, pengendalian pelaksanaan;

- Draft Pengaturan Kepala Daerah berupa Draft Peraturan Walikota yang memberikan status hukum serta mengoperasionalkan muatan pengaturan RTBL yang telah disusun;

- Kesepakatan untuk ditindak lanjuti dalam bentuk program pelaksanaan dan pembiayaan;

2. Bantuan Teknis Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)

1. Sasaran kegiatan

- Tersedianya usulan penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH) untuk satu kaw asan di kabupaten/kota yang terpilih, untuk mew ujudkan kaw asan kota yang nyaman dan sehat.

2. Bentuk dan pelaksanaan kegiatan - Pendataan Ruang Terbuka Hijau

- Melakukan pengendalian pekerjaan konsultan dalam : Melakukan penataan

RTH;

3. Keluaran/produk kegiatan

- Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah laporan identifikasi RTH, dan usulan penataannya beserta sarana prasarananya dan indikasi arahan pengembangannya;

3. Pembangunan Prasarana dan Sarana Peningkatan Lingkungan Permukiman Kumuh

1. Sasaran kegiatan

- Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya fungsi lingkungan permukiman bagi masyarakat dikaw asan kumuh sehingga mampu memberikan dukungan peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan ekonomi;

2. Bentuk dan pelaksanaan kegiatan

(39)

BABI V - 39

- Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam bentuk prasarana dan sarana dasar, fasilitas penunjang dan rehabilitasi prasarana dan sarana dasar yang telah ada;

- Diutamakan untuk dilaksanakan oleh masyarakat dengan KSO (Kerja Sama Operasional) untuk pekerjaan sederhana dengan pendampingan oleh konsultan;

- Penyediaan prasarana dan sarana serta dukungan rehabilitasi fasilitas pelayanan sosial-ekonomi, dilaksanakan dengan mempertimbangkan keberadaan fasilitas serupa disekitar lokasi;

- Untuk hasil yang lebih optimal disarankan untuk menterpadukan dan mengintegrasikan program program prasarana dan sarana perkotaan ke kaw asan ini;

3. Bentuk pekerjaan dapat berupa: - Jalan Lingkungan/Jalan Setapak; - Gorong-gorong;

- Saluran Lingkungan/Drainase; - MCK Umum;

- Terminal Air/Hidran Umum/PS Air Bersih sederhana; - Sarana persampahan;

- Sarana penunjang ruang terbuka hijau; - Talud;

- Sumur gali/bor; - Dermaga; - Gerbang;

- Balai pertemuan;

- Bangunan fasilitas umum lainnya; 4. Keluaran/produk kegiatan

- Keluaran dari kegiatan ini adalah adalah tersedianya prasarana dan sarana dasar lingkungan permukiman kumuh yang mampu mendukung masyarakat dalam peningkatan perkonomian dan kesejahteraanya;

4. Pembangunan Prasarana dan Sarana Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional

(40)

BABI V - 40

- Sasaran kegiatan ini adalah tertatanya kembali lingkungan permukiman tradisional/bersejarah sehingga mampu memberikan dukungan peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan ekonomi bagi masyarakat yang berada di dalamnya dalam rangka melestarikan budaya lokal sebagai aset nasional 2. Bentuk dan pelaksanaan kegiatan

- Pelaksanaan kegiatan di kaw asan yang merupakan kaw asan strategis dan telah disusun RTRP-nya;

- Merupakan lokasi permukiman Tradisional dan atau Bersejarah;

- Kabupaten atau Kota yang sedang berupaya melakukan penataan dan perbaikan kaw asan lingkungan permukiman tradisionil dan bersejarah;

- Lokasi dapat berada atau tidak berada pada peruntukan perumahan dalam RUTR/RDTR Kabupaten atau Kota, Dalam hal tidak ada peruntukan perumahan perlu dilakukan rev iew terhadap rencana tata ruang atau rencana turunannya; - Masyarakat cukup kooperatif dan dapat menerima masukan, perubahan

sepanjang tidak mengganggu tradisi dan budaya setempat; - Dukungan dari Pemerintah Kabupaten dan atau Kota;

- Pelaksanaan fisik dilakukan setelah disusun Rencana Tindak Rev italisasi Permukiman yang disusun bersama masyarakat;

3. Bentuk kegiatan berupa: - Gerbang/Gapura; - Balai karya;

- Balai pertemuan;

- Jalan Lingkungan/Jalan Setapak; - Gorong-gorong;

- Saluran Lingkungan/Drainase; - MCK Umum;

- Terminal Air/Hidran Umum/PS Air Bersih sederhana; - Sarana persampahan;

- Sarana penunjang ruang terbuka hijau; - Talud;

- Sumur gali/bor; - Dermaga;

(41)

BABI V - 41

4. Keluaran/produk kegiatan

- Keluaran dari kegiatan ini adalah adalah tersedianya prasarana dan sarana dasar mendukung penataan kembali lingkungan permukiman tradisional/bersejarah sehingga mampu mendorong masyarakat dalam peningkatan kemampuan perekonomian dan kesejahteraanya.

5.4 Arahan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM)

Berdasarkan Permen PU No. 18 Tahun 2007, Rencana I nduk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum adalah suatu rencana jangka panjang (15-20 tahun) yang merupakan bagian atau tahap aw al dari perencanaan air minum jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan berdasarkan proyeksi kebutuhan air minum pada satu periode yang dibagi dalam beberapa tahapan dan memuat komponen utama sistem beserta dimensi-dimensinya. RI -SPAM dapat berupa RI SPAM dalam satu w ilayah administrasi maupun lintas kabupaten/kota/prov insi. Penyusunan rencana induk pengembangan SPAM memperhatikan aspek keterpaduan dengan prasarana dan sarana sanitasi sejak dari sumber air hingga unit pelayanan dalam rangka perlindungan dan pelestarian air.

Air baku untuk air minum rumah tangga yang selanjutnya disebut air baku adalah sumber air yang berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum. Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) bertujuan untuk:

 Terw ujudnya pengelolaan dan pelayanan air minum yang berkualitas dengan harga terjangkau;

 Tercapainya kepentingan yang seimbang antara konsumen dan penyedia jasa pelayanan;

 Tercapainya peningkatan efisiensi dan cakupan pelayanan air minum.

(42)

BABI V - 42

Rencana sistem pengembangan penyediaan air bersih di Kota Madiun harus memperhatikan lokasi sumber mata air yang ada, sistem jaringan pipa eksisting yaitu pipa PDAM beserta dengan sumur pompanya, jumlah penduduk yang bersangkutan, serta keadaan topografi Kota Madiun. Lokasi sumber mata air Kota madiun tahun 2008 terdapat beberapa titik antara lain adalah :

Sumber Air Kota Madiun

SUMBER AIR LOKASI KAPASITA

(LT/DTK)

Ngrow o Kelurahan Mojorejo 25,41 Kapuas Kelurahan Taman 26,25 Manisrejo I Kelurahan Manisrejo 12,25 Manisrejo I I Kelurahan Manisrejo 13,5 PPAT Kelurahan Banjarejo 13,5 Banjarejo Kelurahan Banjarejo 22,5 Kelun Kelurahan Kelun 8,9 Sidomakmur Kelurahan Manguharjo 9 Ngebong Kelurahan Banjarejo 19,3 Taw ang Bakti Kelurahan Taw angrejo 10,9

Pemilihan sistem grav itasi ini juga dipilih karena alasan kondisi topografi Kota Madiun yang relatif datar (tidak bergelombang) dari utara ke selatan.

Sistem pengembangan penyediaan air bersih Kota Madiun untuk mengatasi permasalahan kebutuhan air yang semakin bertambah terbagi menjadi 3 sistem pengembangan yang cukup efektif dan efisien dalam membantu penyediaan dan pendistribusian air bersih kepada penduduk yang belum terjangkau air bersih. Selain itu, pembagian siatem pengembangan penyediaan air bersih juga didasarkan atas 3 pembagian w ilayah pendistribusian air PDAM, yakni pendistribusian w ilayah utara, tengah, dan selatan.

(43)

BABI V - 43

(1) Penggunaan Teknologi (Alternatif) Tepat Guna Berbasis Ekologi

Dalam optimasi pengembangan sistem penyediaan air bersih Kota Madiun telah diperoleh data hidrologi dan klimatologi yang menunjukkan bahw a daerah ini memiliki sumber daya air yang sangat potensial untuk dimanfaatkan yaitu:

- Air Hujan : untuk dikelola/diolah menjadi air bersih sehingga dapat menyuplai kebutuhan air di Kota Madiun (bisa mengurangi beban yang ditanggung oleh PDAM).

- Sinar Matahari : untuk dikelola dan dimanfaatkan sebagai sumber energi ramah lingkungan.

- Tekanan Angin : untuk dikelola dan dimanfaatkan sebagai sumber energi ramah lingkungan.

Kondisi air tanah sebagai baku air bersih di Kota Madiun saat ini masih relatif baik. Dari data yang diperoleh, cadangan air tanah paling banyak di Kelurahan Taman, Kelurahan Winongo, Kelurahan Manisrejo, Kelurahan Banjarejo, dan Kelurahan Josenan. Kebutuhan air adalah jumlah air yang diperlukan secara w ajar untuk keperluan pokok

manusia dan kegiatan lainnya yang memerlukan air. Sedangkan untuk memprediksikan kebutuhan air diperoleh dengan mengacu pada kriteria kota berikut ini:

Alokasi Standar Konsumsi Air Bersih Berdasarkan Kategori Daerah

KATEGORI DAERAH JUMLAH PENDUDUK UNIT KONSUMSI AIR

(LTR/ORG/HARI)

I Kota Besar 500.000-1.000.000 100 I I Kota Sedang 100.000-500.000 90 I I I Kota Kecil 20.000-100.000 60 I V I bu Kota Kecamatan 3.000-20.000 45 Sumber : Standar PU

Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana air bersih didasarkan pada asumsi tingkat pelayanan sebesar 80% dari penduduk Kota Madiun yang terlayani. Adapun pertimbangan- pertimbangan yang digunakan sebagai analisa adalah sebagai berikut:

(44)

BABI V - 44

- Fasilitas kantor = 10% kebutuhan rumah tangga

- Fasilitas sosial dan umum = 20% kebutuhan rumah tangga

- Fasilitas industri dan perdagangan = 70% kebutuhan rumah tangga - Kebocoran = 10% kebutuhan rumah tangga

- Hidran = 10% kebutuhan rumah tangga

Kebutuhan air bersih untuk rumah tangga sampai 20 tahun mendatang rata-rata mencapai 84045360 lt/hari. Sistem penyediaan air bersih harus dapat melayani kebutuhan perumahan dengan sarana sebagai berikut:

a. Sambungan Rumah

- Sambungan rumah adalah tiap sambungan dari sistem penyediaan air minum yang dilengkapi dengan sebuah meteran air dan disambungkan pada sistem plambing rumah.

- Kapasitas 100 liter/orang/hari.

- Harus tersedia sistem plambing dalam rumah. - Ukuran minimal pipa dinas 18 mm.

- Harus dipasang meter air dengan ukuran 12,5 mm. - Pipa tertanam dalam tanah dipakai pipa PVC.

- Pipa diatas tanah tanpa perlindungan dapat dipakai pipa Galv anized I ron Pipe (GI P).

b. Sambungan Halaman

- Sambungan halaman adalah tiap sambungan dari sistem penyediaan air bersih yang hanya berhenti sampai halaman rumah dan dilengkapi dengan meteran air dan sebuah katup.

- Kapasitas minimal 60 liter/orang/hari. - Ukuran pipa dinas 12,5 mm.

- Harus dipasang meter air dengan ukuran 12,5 mm. - Pipa tertanam dalam tanah dipakai pipa PVC.

- Pipa diatas tanah tanpa perlindungan dapat dipakai pipa Galv anized I ron Pipe (GI P).

c. Sambungan Kran Umum

- Kapasitas minimal 30 liter/orang/hari.

(45)

BABI V - 45

- Tiap unit dilengkapi dengan meter air. - Tiap unit dilengkapi dua kran.

d. Hydran Kebakaran

- Ditempatkan 100 meter untuk bangunan yang berfungsi komersil dan 200 meter untuk perumahan.

- Mudah dilihat dan mudah dicapai oleh unit mobil pemadam kebakaran.

- Jika tidak tersedia saluran air minum kota perlu dibuat sumur-sumur kebakaran dalam jarak sesuai persyaratan untuk kran kebakaran.

Untuk pra konstruksi perpipaan jaringan air bersih dapat diuraikan sebagai berikut:

 Suplai air diambil dari sumber dengan pipa distribusi primer PVC 150 mm-200 mm.

 Pipa distribusi sekunder/sambungan pelayanan diameternya 100 mm (PVC).

 Pipa distribusi tersier PVC diameter 80 mm.

 Pipa pembagi PVC diameter 50 mm.

 Jaringan perpipaan dipasang di baw ah trotoar diluar perkerasan jalan, namun masih dalam batas Damija. Penempatan jaringan pipa di jalan lebar lebih atau sama dengan 7 meter dan berkonstruksi aspal adalah di setiap sisi jalan, untuk tidak merusak pipa serv ice ke rumah dalam penyeberangan di jalan. Ukuran galian pipa sesuai dengan ukuran standar pipa rata-rata 80 cm dan dalam 120 cm.

 Untuk mengendalikan tekanan yang tinggi di dalam pipa maka galian pipa diisi dengan pasir setebal 40 cm.

(46)

BABI V - 46 5.5 Arahan Strategi Sanitasi Kota (SSK)

Strategi Sanitasi Kota adalah dokumen rencana strategis berjangka menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi suatu Kota/Kabupaten, yang berisi potret kondisi sanitasi kota saat ini, rencana strategi dan rencana tindak pembangunan sanitasi jangka menengah. SSK disusun oleh Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota didukung fasilitasi dari pemerintah pusat dan pemerintah prov insi. Dalam menyusun SSK, Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota berpedoman pada prinsip:

a. Berdasarkan data aktual (Buku Putih Sanitasi);

b. Berskala kota dan lintas sektor (air limbah, drainase, persampahan); c. Disusun sendiri oleh kota dan untuk kota; dan

d. Menggabungkan pendekatan „top down‟ dengan „bottom up’.

Gambar

Tabel 5. 1 Pembagian Sub Pusat Pelayanan Kota Madiun Tahun 2010-2030
Tabel 5.2 Arahan RTRW Kota Madiun untuk Bidang Cipta Karya
Tabel 5.3 Identifikasi Kawasan Strategis Kota Madiun (KSK) berdasarkan RTRW
Tabel 5.4 Identifikasi Indikasi Program RTRW Kota Madiun terkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya
+3

Referensi

Dokumen terkait

KEBIJAKAN PROGRAM RUANG LINGKUP KEGIATAN OUTPUT OUTCOME PENILAIAN KINERJA 1 2 3 4 Angka morbiditas penyakit diare tahun 2010 adalah 30,13/100.000 penduduk dari target

2) zona bebas di sekitar jaringan drainase dibebaskan dari kegiatan yang dapat mengganggu kelancaran penyaluran air. pemeliharan dan pengembangan jaringan drainase

Sebagai simpul utama kawasan yaitu Kota Rumbia, pusat pelayanan berada di Kelurahan Kasipute Fungsi pusat pelayanan ini sebagai permukiman yang ditandai dengan

(1) SPAM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, diarahkan untuk perluasan jaringan pelayanan di seluruh kecamatan, penekanan penurunan kehilangan air dan

Optimalisasi pemanfaatan ruang kawasan strategis untuk mendukung pembangunan permukiman dan infrastruktur dalam kerangka menanggulangi kawasan permukiman kumuh.dan

a. Pemeliharaan dan pembangunan prasarana dan sarana umum melalui optimalisasi sumber-sumber pembiayaan pemerintah, swasta, dan masyarakat. Peningkatan kinerja penataan

Wilayah (PKW) yaitu daerah perkotaan atau kota yang mempunyai wilayah pelayanan yang mencakup beberapa kawasan atau kabupaten yang diarahkan.. pengembangannya sebagai kota besar

Pusat pelayanan lingkungan adalah kawasan yang mempunyai fungsi melayani pelayanan di skala lingkungan. Pusat lingkungan ini tersebar di seluruh Wilayah Kota Palembang, terutama