BAB 5
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KOTA
5.1.
Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tarakan
Penetapan kawasan strategis di Kota Tarakan mengkombinasikan kriteria kawasan strategis menurut UU No. 26 tahun 2007 dan PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dan Pemerintah Kota Tarakan, usulan dari pemerintah Kota Tarakan serta arah kecenderungan dan karakteristik wilayah.
Kawasan strategis merupakan kawasan yang di dalamnya berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap:
1. Tata ruang di wilayah sekitarnya;
2. Kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang lainnya; 3. Peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang menetapkan bahwa kawasan yang termasuk dalam kawasan strategis adalah kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan, pertumbuhan ekonomi, sosial, budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, serta fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
1. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan, antara lain, adalah kawasan perbatasan negara, termasuk pulau kecil terdepan/kawasan pesisir, dan kawasan latihan pertahanan keamanan. 2. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi, antara
lain, adalah kawasan metropolitan, kawasan ekonomi khusus, kawasan pengembangan ekonomi terpadu, kawasan tertinggal, serta kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas.
3. Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya, antara lain, adalah kawasan adat tertentu, kawasan konservasi warisan budaya, termasuk warisan budaya yang diakui sebagai warisan dunia.
A. Kawasan Strategis Aspek Pertahanan dan Keamanan
Adapun beberapa lokasi yang selama ini dapat dikategorikan sebagai Kawasan Pertahanan keamanan Kota Tarakan adalah sebagai berikut.
a. Keberlanjutan pembangunan pelabuhan sebagai Pangkalan Angkatan Laut di Sub Pusat Pelayanan Kota Lama Barat, tepatnya di Kelurahan Mamburungan dan Mamburungantimur. Bersamaan itu akan dikembangkan menjadi area perkantoran Pangkalan Utama TNI AL ke depan (± 400 Ha);
b. Pembangunan sarana dan fasilitas perbaikan serta pemeliharaan pangkalan pada area Peningki dan Mamburungan;
c. Kawasan Rest dan Recreation bagi anak buah kapal yang telah beroperasi. Fasilitas sarana dan prasarana perawatan personel tersebut akan dibangun di Kawasan Mako Lanal (saat ini) yakni di Kawasan Sebengkok A dan Sebengkok B, Lingkasujung dan Karangrejo (saat ini Karang Balik);
d. Kawasan Komando Distrik Militer (KODIM) di Sub Pusat Pelayanan Kota Lama Barat;
e. Landasan Pacu AURI menggunakan Landasan Pacu Bandara Udara Juwata di Kelurahan Karanganyar, Kecamatan Tarakan Barat;
f. Pengembangan Kawasan Satradar AURI di Kelurahan Mamburungantimur Kecamatan Tarakan Timur.
g. Pengembangan Polair di Kelurahan Juatalaut Kecamatan Tarakan Utara. Sehubungan dengan pekerjaan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Tarakan, maka Kawasan Strategis Pertahanan keamanan diarahkan sebagai berikut.
1. Membatasi antara lahan terbangun di sekitar kawasan khusus dengan kawasan lainnya yang belum terbangun sehingga diperoleh batas yang jelas dalam pengelolaannya.
2. Pemberian hak pengelolaan kepada masyarakat atau pemerintah, harus berdasarkan kerjasama berdasarkan ketentuan yang telah disepakati sehingga akan menguntungkan kedua belah pihak.
B. Kawasan Strategis Aspek Ekonomi
1. Kawasan Pengembangan Kota Baru Tarakan (New Town)
Kawasan pengembangan ini dikatergorikan sebagai kawasan strategis karena memiliki skala pelayanan Kota Tarakan yang mampu melayani wilayah Utara Kota Tarakan. Kawasan ini terdiri dari Kawasan Pemerintahan dan Kawasan Permukiman dengan kepadatan penduduk sedang hingga rendah.
2. Kawasan Pengembangan Pelabuhan
Kawasan pengembangan yang dikategorikan sebagai Kawasan strategis adalah Kawasan Pelabuhan Kota Tarakan sebagai sarana dan prasarana perdagangan dan jasa di Lingkasujung dan Karangrejo.
3. Kawasan Pengembangan Industri dan Pergudangan
Kawasan pengembangan yang dikategorikan sebagai Kawasan strategis adalah Kawasan Industri dan Pergudangan Kota Tarakan sebagai sarana dan prasarana perindustrian yang memiliki nilai tambah bagi pendapatan daerah Kota Tarakan; khususnya di Juatalaut.
4. Kawasan Pengembangan Pariwisata
Karakter wilayah dan potensi geografis Pantaiamal yang menghadap ke Selat Makasar dengan kekayaan alam dan budaya lokal, merupakan aset pariwisata yang sangat potensial dikembangkan dan menjadi andalan pembangunan wilayah yang berada Kota Tarakan.
5. Kawasan Pengembangan Budidaya Perikanan
Dengan dukungan potensi lautan, kawasan pengembangan Budidaya perikanan laut dan Pusat Pengembangan Budidaya Perikanan di Sub Pelayanan Kota Baru Utara. Khususnya di Juatalaut.
C. Kawasan Strategis Aspek Daya Dukung Lingkungan
Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup ditetapkan dengan :
1. Merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati.
2. Merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan. 3. Memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun
berpeluang menimbulkan kerugian negara.
Adapun kawasan strategis di tinjau dari aspek Daya Dukung Lingkungan adalah sebagai berikut:
1. Kawasan Hutan Lindung
2. Kawasan high control direncanakan akan diterapkan pada perumahan tepi pantai yang berada di Karangrejo, Karanganyarpantai, Selumitpantai, Sebengkok, dan Lingkasujung.
Tabel 5.1 Arahan RTRW Kota Tarakan Untuk Bidang Cipta Karya
Arahan Pola Ruang Arahan Struktur Ruang
( 1 ) ( 2 )
ARAHAN RTH:
Rencana penyediaan RTH Kota Tarakan untuk mencapai sekurangkurangnya 30 persen dari luas wilayah kota, yaitu sekurangkurangnya 20 persen untuk RTH Publik dan sekurang-kurangnya 10 persen untuk RTH Privat, meliputi:
a. pengembangan taman RT dan RW yang akan didistribusikan pada pusat unit-unit pengembangan permukiman;
b. pengembangan taman kota yang akan didistribusikan di setiap Kelurahan dan Kecamatan pada wilayah Kota Tarakan; dan c. pengembangan hutan kota di Kelurahan
Mamburungan, Mamburungan Timur, Pantai Amal, Kampung Enam Kecamatan Tarakan Timur, Kelurahan Kampung Satu/Skip Kecamatan Tarakan Tengah, Kelurahan Juata Permai, Juata Laut Kecamatan Tarakan Utara.
Drainase
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan drainase sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. zona jaringan drainase terdiri atas:
1) zona manfaat adalah untuk penyaluran air dan dapat diletakkan pada zona manfaat jalan; dan
2) zona bebas di sekitar jaringan drainase dibebaskan dari kegiatan yang dapat mengganggu kelancaran penyaluran air.
b. pemeliharan dan pengembangan jaringan drainase dilakukan selaras dengan pemeliharaan dan pengembangan atas ruang milik jalan.
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 huruf a meliputi:
a. zonasi kawasan permukiman terdiri:
1) zona permukiman dengan kepadatan tinggi adalah untuk pembangunan permukiman dengan kepadatan bangunan 51-100unit per ha; 2) zona permukiman dengan kepadatan sedang adalah untuk pembangunan rumah dan permukiman dengan kepadatan bangunan 26-50 unit per ha;
3) zona permukiman dengan kepadatan rendah adalah untuk pembangunan rumah dengan tipe rumah taman dengan kepadatan bangunan ≤ 25 unit per ha;
b. prasarana dan sarana minimal kawasan permukiman mengacu pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang permukiman.
c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan permukiman terdiri atas :
1) permukiman berkepadatan tinggi meliputi : a) rumah tunggal dengan KDB maksimal 70%, KLB maksimal 2,1, KDH minimal 20%, dan tinggi bangunan 3 lantai; dan
b) rumah kopel dengan KDB maksimal 70%, KLB maksimal 2,1, KDH minimal 20%, dan tinggi bangunan 3 lantai.
2) permukiman berkepadatan sedang meliputi: a) rumah tunggal dengan KDB maksimal 60%, KLB maksimal 1,2, KDH minimal 30%, dan tinggi bangunan 2 lantai; dan
Persampahan
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan persampahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf d terdiri atas:
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk Tempat Penampungan Sementara (TPS) meliputi:
1) zona ruang manfaat adalah untuk penampungan sampah dan tempat peralatan angkutan sampah; dan
2) zona ruang penyanggah dilarang untuk kegiatan yang mengganggu penampungan dan pengangkutan sampah sampai sejarak 10 m dari sekeliling zona ruang manfaat;
3) persentase luas lahan terbangun sebesar 10 persen;
4) dilengkapi dengan prasarana dan sarana minimum berupa ruang pemilahan, gudang, tempat pemindah sampah yang dilengkapi dengan landasan container dan pagar tembok keliling; dan
5) luas lahan minimal 100 m2 untuk melayani penduduk pendukung 2500 jiwa (1 RW).
Arahan Pola Ruang Arahan Struktur Ruang
( 1 ) ( 2 )
b) rumah kopel dengan KDB maksimal 60%, KLB maksimal 1,2, KDH minimal 30%, dan tinggi bangunan 2 lantai.
3) permukiman berkepadatan rendah yaitu rumah dengan KDB maksimal 50%, KLB maksimal 1,0, KDH minimal 40%, dan tinggi bangunan 2 lantai; dan
4) rumah susun meliputi:
a) apartemen dengan KDB maksimal 40%, KLB maksimal 3,2, KDH minimal 30%, dan tinggi bangunan 8 lantai; dan
b) rumah susun sederhana dengan KDB maksimal 40%, KLB maksimal 2 KDH minimal 30%, dan tinggi bangunan 5 lantai.
ruang manfaat;
3) persentase luas lahan terbangun sebesar 20 persen dilengkapi dengan prasarana dan sarana minimum berupa lahan penampungan, sarana dan peralatan pemrosesan sampah, jalan khusus kendaraan sampah, kantor pengelola, tempat parkir kendaraan, tempat ibadah, tempat olahraga dan pagar tembok keliling;
4) menggunakan metode lahan urug terkendali; 5) tempat pemrosesan akhir adalah tempat untuk mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman; dan
6) lokasi dilarang di kawasan perkotaan dan kawasan lindung.
Air Limbah
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem pembuangan air limbah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c meliputi:
a. zona limbah domestik terpusat terdiri atas ; 1) zona ruang manfaat adalah untuk bangunan atau instalasi pengolahan limbah; dan
2) zona ruang penyangga dilarang untuk kegiatan yang mengganggu fungsi pengolahan limbah hingga jarak 10 m sekeliling ruang manfaat
3) persentase luas lahan terbangun maksimal sebesar 10 persen;
b. pelayanan minimal sistem pembuangan air limbah berupa unit pengolahan kotoran manusia/tinja dilakukan dengan menggunakan sistem setempat atau sistem terpusat agar tidak mencemari daerah tangkapan air/ resapan air baku;
c. permukiman dengan kepadatan rendah hingga sedang, setiap rumah wajib dilengkapi dengan sistem pembuangan air limbah setempat atau individual yang berjarak minimal 10 m dari sumur;.
d. permukiman dengan kepadatan tinggi, wajib dilengkapi dengan system pembuangan air limbah terpusat atau komunal, dengan skala pelayanan satu lingkungan, hingga satu kelurahan sertamemperhatikan kondisi daya dukung lahan dan SPAM serta
mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi masyarakat; dan
e. sistem pengolahan limbah domestik pada kawasan dapat berupa
IPAL sistem konvensional atau alamiah dan pada bangunan
tinggi berupa IPAL dengan teknologi modern.
Jaringan Jalan
arahan pengembangan sistem jaringan jalan terdiri atas:
a) peningkatan kondisi jalan existing untuk jalan arteri primer, arteri sekunder, kolektor sekunder, lokal; dan
Tabel 5.2 Identifikasi Kawasan Strategis Kota (SSK) berdasarkan RTRW
1 Kawasan Pangkalan Utama Angkatan Laut (Lantamal) 2 Kawasan Satuan Radar
(Satradar) Angkatan Udara
3 Kawasan pengembangan Polisi Air (POLAIR)
Pertahanan Keamanan
Kelurahan Juata Laut Kecamatan Tarakan Utara
4 Kawasan Batalion Infanteri (Yonif) 613
Pertahanan Keamanan
Kelurahan Juata Kerikil Kecamatan Tarakan Utara 5 Kawasan pengembangan
Komando Distrik Militer (Kodim)
Pertahanan Keamanan
Kelurahan Kampung Satu / Skip Kecamatan Tarakan Tengah
6 Kawasan pangkalan Angkatan Udara
Pertahanan Keamanan
Kelurahan Karang Anyar Pantai Kecamatan Tarakan Barat; 7 Kawasan Mako Lanal Pertahanan
Keamanan
Kelurahan Sebengkok Kecamatan Tarakan Tengah
8 Kawasan pemerintahan dan permukiman
Ekonomi Kelurahan Juata Permai dan Juata Laut
9 Kawasan pelabuhan Ekonomi Kelurahan Lingkas Ujung, Kelurahan Sebengkok, Kelurahan Karang Rejo dan Kelurahan Juata Laut
10 kawasan industri dan pergudangan
Ekonomi Kelurahan Juata Laut, Kelurahan Juata Permai, Kelurahan Karang Harapan, Kelurahan Mamburungan, Gunung Lingkas dan Lingkas Ujung 11 kawasan pariwisata pantai Ekonomi Kelurahan Pantai amal
12 kawasan minapolitan Ekonomi Kelurahan Karang Harapan dan Kelurahan Karang rejo, Kecamatan Tarakan Barat
13 kawasan permukiman berkepadatan tinggi
Ekonomi Kelurahan Karang Anyar Pantai, Kelurahan Karang Rejo, Kelurahan Selumit Pantai, Kelurahan
Sebengkok, dan Kelurahan Lingkas Ujung
14 hutan lindung seluas kurang lebih 6.997 Ha
Daya Dukung Lingkungan
Kecamatan Tarakan
Barat, Kecamatan Tarakan Tengah, Kecamatan Tarakan Timur, dan Kecamatan Tarakan Utara 15 hutan mangrove Daya Dukung
Lingkungan
1. Kelurahan Karang Rejo,
Kelurahan Karang Anyar Pantai, Kelurahan Karang Harapan di Kecamatan Tarakan Barat 2. Kelurahan Pamusian dan
Kelurahan Kampung Satu/Skip di Kecamatan Tarakan Tengah, 3. Kelurahan Lingkas Ujung,
Kelurahan Mamburungan dan Kelurahan Pantai Amal di Kecamatan Tarakan Timur, dan 4. Kelurahan Juata Laut dan
Tabel 7.3 Identifikasi Indikasi Program RTRW Kota Terkait Pembanguann Infrastruktur Bidang Cipta Karya
No Usulan Program Utama Lokasi
Merupakan
1 Program Pengembangan Fasilitas Pelayanan Regional Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan, serta Peraturan Zonasi Kawasan Perdagangan dan Jasa
Tarakan Ya APBN / APBD DPU&TR Bappeda
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan, serta Peraturan Zonasi Kawasan Pendidikan
Tarakan Tidak APBN / APBD DPU&TR Bappeda
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan, serta Peraturan Zonasi Kawasan Industri
Tarakan Ya APBN / APBD DPU&TR Bappeda
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan, serta Peraturan Zonasi Kawasan Perkantoran
Tarakan Ya APBN / APBD DPU&TR Bappeda
2 Program Pengembangan Pusat Pelayanan Kota Penyusunan Rencana Detail
Tata Ruang Kawasan Tarakan Ya APBN / APBD
DPU&TR Bappeda Penyusunan Peraturan Zonasi Tarakan Ya APBN / APBD DPU&TR
Bappeda Penyunan Rencana Tata
Bangunan dan lingkungan Tarakan Ya APBN / APBD
DPU&TR Bappeda Penyusunan Panduan Rancang
Kawasan Perkotaan Tarakan Ya APBN / APBD
DPU&TR Bappeda 3 Program Pengembangan Sub
Pelayanan Kota
Penyusunan Rencana Detail
Tata Ruang Tarakan Ya APBN / APBD
DPU&TR Bappeda Penyusunan Peraturan Zonasi Tarakan Ya APBN / APBD DPU&TR
Bappeda Penyunan Rencana Tata
Bangunan dan lingkungan Tarakan Ya APBN / APBD
DPU&TR Bappeda Penyusunan Panduan Rancang
Kawasan Perkotaan Tarakan Ya APBN / APBD
DPU&TR Bappeda 4 Program Pembinaan Teknis
Kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Tarakan Tidak APBD Kota DPU&TR
5 Program Pengembangan dan pengelolaan irigasi, rawa dan jaringan pengairan lainnya Pembangunan Jaringan Air
Bersih/Air Minum Tarakan Ya
APBN, APBD
I & APBD II DPU&TR Pembangunan Instalasi
Pengolahan Air Tarakan Ya
APBN, APBD
I & APBD II DPU&TR 6 Program Pengembangan,
Pengelolaan dan Konservasi Sungai, Danau dan Sumber Daya Air Lainnya 7 Program Pembuatan Sumur
Umum dan Sumur Bor 8 Program Pemb Saluran
Drainase/Gorong-Gorong Penyusunan program pengelolaan drainase dan sumber daya air
Tarakan Ya APBD Kota DPU&TR
Perencanaan dan pengawasan pembangunan saluran
Pembangunan Saluran
drainase/gorong-gorong Tarakan Ya APBD Kota DPU&TR Perencanaan Pembangunan
Perkuatan Tebing Sungai dan Saluran Drainase/gorong-gorong
Tarakan Ya APBD Kota DPU&TR
Pembangunan Perkuatan
Tebing Sungai Tarakan Ya APBD Kota DPU&TR 9 Program Rehabilitasi dan
Pemeliharaan Drainase Rehabilitasi dan pemeliharaan
Drainase / gorong-gorong Tarakan Ya APBD Kota
DPU&TR, DKPP 10 Program pengembangan
kinerja pengelolaan
pengelolaan persampahan Tarakan Tidak APBD Kota DKPP Peningkatan peran serta
pengelolaan persampahan Tarakan Tidak APBD Kota DKPP 11 Program Pengelolaan Ruang
Terbuka Hijau (RTH)
Pengembangan taman rekreasi Tarakan Tidak APBD Kota DKPP Pengawasan dan Pengendalian
RTH Tarakan Tidak APBD Kota DKPP Penataan persemaian Tarakan Tidak APBD Kota DKPP 12 Program Perencanaan dan
Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh
Kawasan
13 Program Pembangunan Sarana Pengaman Pantai Pembangunan Revetment
Pantai Amal Tarakan Ya APBN
DPU&TR
Pembangunan Pencegah Abrasi
pantai Kritis Tarakan Timur Tarakan Ya APBN
DPU&TR Green Belt di seluruh Pantai Tarakan
Tarakan Ya APBN
DPU&TR
5.2.
Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD)
5.2.1. Visi
permasalahan dan isu strategis daerah. Visi juga dibangun sebagai usaha bersama pemerintah, masyarakat, dan segenap komponen pembangunan daerah untuk menyamakan dan menyelaraskan pandangan tentang apa yang ingin dicapai dalam satu periode pembangunan.
Berdasarkan komitmen Walikota dan Wakil Walikota terpilih, permasalahan serta isu strategis Kota Tarakan yang menjadi prioritas untuk ditangani dalam lima tahun ke depan, serta keselarasan dengan sasaran pokok pembangunan jangka panjang dalam RPJPD Tarakan, maka untuk memajukan Kota Tarakan ditetapkanlah visi Walikota dan Wakil Walikota Kota Tarakan untuk periode 2014-2019 sebagai berikut:
Tarakan adalah terwujudnya pusat perdagangan, jasa, industri, perikanan, dan pariwisata yang didukung oleh SDM serta infrastruktur yang handal dan berwawasan. Dengan demikian, kata kunci dari visi tersebut meliputi bidang perdagangan, jasa, industri, perikanan, pariwisata, sumber daya manusia, serta infrastruktur yang handal dan berwawasan lingkungan. Keterhubungan antara perdagangan, jasa, industri, perikanan, pariwisata, sumber daya manusia, serta infrastruktur yang handal dan berwawasan sebagai visi pembangunan dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 5. 1 Hubungan Antar Elemen Visi Pembangunan Kota Tarakan
Kota Jasa
MEWUJUDKAN TARAKAN SEBAGAI KOTA PERDAGANGAN, JASA,
INDUSTRI, PERIKANAN, DAN PARIWISATA DIDUKUNG OLEH
SUMBER DAYA MANUSIA SERTA INFRASTRUKTUR YANG HANDAL
5.2.2. Misi
Misi merupakan upaya umum tentang bagaimana cara mewujudkan Visi. Misi juga menjadi alasan utama mengapa suatu organisasi harus ada dan bagaimana komitmen terus dijaga oleh segenap stakeholders selaku pemangku kepentingan dalam pembangunan. Berdasarkan visi di atas, maka ditetapkan misi pembangunan daerah jangka menengah sebagai berikut:
5.2.3. Tujuan Dan Sasaran
Berdasarkan visi dan misi beserta penjelasan yang telah dijabarkan di atas, maka tujuan pembangunan Kota Tarakan selama 5 (lima) tahun ke depan diuraikan sebagai berikut:
1) Meningkatkan kemandirian masyarakat;
2) Meningkatkan peran sektor perdagangan, jasa, industri, perikanan, dan pariwisata sebagai penggerak utama perekonomian daerah;
3) Meningkatkan kualitas pembangunan manusia; 4) Meningkatkan kualitas sumber daya aparatur; 5) Meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur; 6) Meningkatkan ketersediaan infrastruktur energi; dan 7) Meningkatkan kualitas lingkungan hidup.
1.
Melaksanakan Pengembangan dan Pembangunan Kawasan
Perdagangan, Jasa,
Industri, Perikanan, dan Pariwisata.
2.
Meningkatkan dan Mengembangkan Kualitas Sumber Daya
Manusia.
Tabel 5. 1
Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran
No Tujuan Sasaran Indikator Sasaran Kondisi
awal RPJMD 2014 2015 2016 2017 2018
1. Menurunnya tingkat
pengangguran Tingkat pengangguran 8,26%* 7,94% 7,60% 7,49% 7,00% 6,89% 6-7%
2. Menurunnya tingkat
kemiskinan Tingkat Kemiskinan 7,95%* 7,54% 7,33% 7,23% 6,81% 6,61% 6-7%
3. Terkendalinya tingkat
inflasi Tingkat Inflasi 10,35%** 8,54% 7,93% 7,18% 6,57% 6,27% 5-7% 5. Meningkatnya kontribusi
sektor pariwisata terhadap PDRB
Kontribusi sektor
pariwisata 1,92%* 2,02% 2,13% 2,25% 2,37% 2,48% 2,60%
6. Meningkatnya investasi daerah
7. Meningkatnya Angka
Melek Huruf Angka Melek Huruf 98,89* 98,95 98,98 99,00 99,10 99,21 99,25
8. Meningkatnya rata-rata lama sekolah
Angka rata-rata lama
sekolah 9,44* 9,55 9,59 9,63 9,71 9,91 10,00
9. Meningkatnya Angka
harapan hidup Angka Harapan Hidup 72,19* 72,33 72,40 72,48 72,71 72,88 73,00
10. Meningkatnya kemampuan daya beli masyarakat
Paritas Daya Beli
(per kapita/bulan) 653.000* 655.690 658.260 659.410 662.840 663.690 665.000
No Tujuan Sasaran Indikator Sasaran Kondisi
awal RPJMD 2014 2015 2016 2017 2018
Kondisi Akhir RPJMD (2019)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
13. Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja
14. Meningkatnya kepuasan masyarakat terhadap
16. Ketersediaan energi gas kota
Jumlah kelurahan yang menggunakan gas kota (kelurahan)
2 2 2 3 4 4 4
17. Tercukupinya kebutuhan energi listrik bagi
5.2.4. Strategi dan Arah Kebijakan
Strategi merupakan langkah-langkah yang berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. Strategi dijadikan salah satu rujukan penting dalam perencanaan pembangunan daerah (strategy focused management) dimana perumusan strategi merupakan pernyataan yang menjelaskan bagaimana sasaran akan dicapai dan selanjutnya diperjelas dengan serangkaian arah kebijakan.
Rumusan strategi menunjukkan keinginan yang kuat dari pemerintah daerah dalam menciptakan nilai tambah (value added) bagi para pemangku kepentingan pembangunan daerah. Penetapan strategi dilakukan untuk menjawab bagaimana tahap-tahap pencapaian sasaran-sasaran pembangunan dengan batas waktu tertentu. Sebuah strategi dapat dilakukan untuk menjawab lebih dari 1 (satu) sasaran pembangunan dengan mempertimbangkan aspek efektifitas dan efisiensi pencapaian target sasaran.
Berdasarkan kertas kerja yang telah dikembangkan, strategi pembangunan jangka menengah Kota Tarakan Tahun 2014–2019, dapat dilihat pada gmbar di bawah ini.
Arah kebijakan merupakan instrumen perencanaan yang memberikan panduan kepada pemerintah daerah agar lebih terarah dalam menentukan dan mencapai tujuan. Arah kebijakan pembangunan jangka menengah daerah merupakan pedoman untuk menentukan tahapan dan prioritas pembangunan lima tahunan guna mencapai sasaran RPJMD secara bertahap. Tahapan dan prioritas yang ditetapkan harus mencerminkan urgensi permasalahan dan isu strategis yang hendak diselesaikan dengan memperhatikan pengaturan waktu. Meski penekanan prioritas pada setiap tahapan berbeda-beda, namun memiliki kesinambungan dari satu periode ke periode lainnya dalam rangka mencapai sasaran tahapan lima tahunan dalam RPJMD.
Arah kebijakan merupakan pedoman untuk mengarahkan perumusan strategi yang dipilih agar lebih terarah dalam mencapai tujuan dan sasaran dari tahun ke tahun selama 5 (lima) tahun. Rumusan arah kebijakan merasionalkan pilihan strategi agar memiliki fokus dan tujuan sesuai dengan pengaturan pelaksanaannya. Penekanan fokus atau tema dalam setiap tahun selama 5 (lima) tahun memiliki kesinambungan dalam rangka mencapai visi, misi, tujuan, dan sasaran yang telah ditetapkan. Fokus atau tema pembangunan Kota Tarakan dapat dilihat pada Gambar 6.2. sebagai berikut:
5.3.
Arahan RISPAM Kota Tarakan
Prakiraan kebutuhan air Kota berdasarkan jumlah penduduk diketahui bahwa total kebutuhan air pada tahun 2030 yaitu 666.60 lt/det. Kebutuhan total tersebut terbagi atas kebutuhan air domestik 512.88 lt/det dan kebutuhan air non domestik 153.72 lt/det. Faktor jumlah kehilangan air pada tahun 2030 diperkirakan 133.32 lt/det. Uraian perkiraan kebutuhan air Kota Tarakan Tahun 2010 – 2030 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 5. 2 Perkiraan Kebutuhan Air Kota Tarakan Tahun 2030
No Uraian Satuan Tahun
2010 2015 2020 2025 2030
A Kependudukan
1 Jumlah Penduduk jiwa 200851 242956 285061 327166 369271
2 Tingkat Pelayanan % 30.00% 80.00% 80.00% 80.00% 100.00%
3 Penduduk Terlayani jiwa
60,255 194,365 228,04
9 261,733 369,271
4 Jumlah Penduduk Per SR jiwa 5 5 5 5 5
B Kebutuhan Domestik
1 Jumlah SR unit 15,064 48,591 57,012 65,433 92,318
2 Pemakaian per orang lt/hari 150 150 150 150 150
3 Kebutuhan Air SR lt/det 83.69 269.95 316.73 363.52 512.88 Total Kebutuhan Domestik lt/det 83.69 269.95 316.73 363.52 512.88
C Kebutuhan Non Domestik
1 Faslitas Pendidikan lt/det 22.17 22.77 23.38 23.98 24.59
2 Fasilitas Peribadatan lt/det 4.41 4.60 4.80 5.00 5.19
3 Fasilitas Komersial lt/det 117.29 118.51 119.69 120.92 122.13
4 Fasilitas Kesehatan lt/det 1.09 1.35 1.52 1.66 1.81
Total Kebutuhan Non Domestik lt/det 144.96 147.23 149.39 151.56 153.72
D Kebutuhan Air Total lt/det 228.65 417.18 466.12 515.08 666.60
E Kehilangan Air
% Kehilangan Air % 20% 20% 20% 20% 20%
Jumlah Kehilangan Air lt/det 45.73 83.44 93.22 103.02 133.32
F Kebutuhan Air Rata-rata (D+E)
lt/det 274.38 500.62 559.35 618.09 799.92
G Kebutuhan Hari Maksimum
- Faktor Koefisien 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2
- Kebutuhan Air lt/det 329.25 600.74 671.22 741.71 959.90
H Kebutuhan Jam Puncak
- Faktor Koefisien 1.7 1.7 1.7 1.7 1.7
- Kebutuhan Air lt/det 466.44 851.05 950.89 1050.76 1359.86
Saat ini pendistribusian air pada umumnya belum merata sehingga ada beberapa wilayah yang aliran airnya kecil dan kurang lancar. Hal ini disebabkan oleh adanya daerah-daerah pengembangan baru di luar rencana pengembangan PDAM, disamping kondisi jaringan pipa yang digunakan sebagian sudah tua sehingga rawan terjadi kebocoran dan penyumbatan-penyumbatan.
Sistem pendistribusian air pada wilayah pelayanan IPA Persemaian, Kampung Bugis dan Kampung Satu, sebagian masih menggunakan sistem penggiliran. Wilayah dengan kondisi pengaliran air cukup dan yang secara bergiliran dapat dijelaskan berdasarkan tabel berikut ini.
Tabel 5. 3 Jalur distribusi dan kondisi pengaliran air tiap wilayah
Sumber : Masterplan SPAM Tahun 2010
Kondisi demikian secara bertahap dapat ditanggulangi dengan adanya pengembangan jaringan baru yang diimbangi dengan penambahan kapasitas produksi. Total perpipaan yang telah terpasang diseluruh Kota Tarakan sampai tahun 2009 ini adalah yang berdiameter dari 400 mm s/d 50 mm adalah 250.227 meter. Sistem perpipaan pada jaringan air bersih Kota Tarakan sampai dengan tahun 2009 dapat dilihat pada berikut ini:
Tabel 5. 4 Jaringan Pipa Air Bersih PDAM Kota Tarakan Sampai Dengan Tahun 2009
No. Uraian Jalur pipa induk distribusi Kondisi pengaliran air Cukup Kurang Giliran
1. Wilayah I Jl. Aki Balak
Sumber : Masterplan SPAM Tahun 2010
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Tarakan saat ini mempunyai 4 (empat) lokasi instalasi yaitu Instalasi Kampung Bugis, Instalasi Persemaian, Instalasi Kampung Satu, dan Instalasi Juata Laut. Jumlah sambungan pada akhir tahun 2009 ialah 13.108 unit sambungan dimana 85% dari sambungan ialah termasuk non niaga/rumah tangga (Tabel 3.4). Konsumsi per capita domestik dalam kota ialah 200 liter per hari. PDAM Kota Tarakan memerlukan kapasitas tambahan untuk pengembangan di masa mendatang.
Sistem PDAM Kota Tarakan pada umumnya berada dalam kondisi operasional yang baik. Namun demikian diketahui bahwa pemeliharaan terhadap beberapa pompa kurang memadai, dengan demikian mengurangi kapasitas dan membatasi sambungan baru yang potensial pada daerah-daerah tertentu. Kehilangan air di seluruh PDAM 40% dalam sistem distribusi.
IPA yang dimiliki saat ini oleh PDAM Kota Tarakan tersebar di 4 (empat) lokasi yaitu : Kampung Bugis, Persemaian, Kampung Satu dan Juata Laut. Total kapasitas terpasang sebesar 400 lt/det (Tabel 3.5). Sedangkan lokasi reservoar beserta kapasitasnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Tabel 5. 5 Jumlah Pelanggan PDAM Menurut Kategori Pelanggan dan Jumlah Sambungan Baru PDAM Di Kota Tarakan Tahun 2009
No Kelurahan
Kategori Pelanggan
Sambungan baru PDAM Rumah
Tangga Niaga Industri Sosial
No Kelurahan
Kategori Pelanggan
Sambungan baru PDAM Rumah
Tangga Niaga Industri Sosial
15 Kampung Enam 112 2 0 0 0
Sumber : Masterplan SPAM Tahun 2010
Tabel 5. 6 Lokasi IPA (Instalasi Pengolahan Air) Kota Tarakan
Lokasi IPA Kapasitas Terpasang
- IPA Persemaian 155 L/det 155 L/det 139,11 L/det Sungai Persemaian dan Sumber : Masterplan SPAM Tahun 2010
Tabel 5. 7 Lokasi Reservoar Kota Tarakan
LOKASI RESERVOAR KAP.TERPASANG KAP.BEROPERASI
- IPA Kamp. Bugis
Sumber : Masterplan SPAM Tahun 2010
Kondisi instalasi pengolahan air (IPA) beserta jenisnya dapat dilihat pada tabel rekapitulasi IPA PDAM Kota Tarakan berikut ini.
Tabel 5. 8 Rekapitulasi IPA PDAM Kota Tarakan
No. IPA Q beroperasi
Uraian mengenai unit-unit pada tiap instalasi pengolahan air (IPA) dapat dijelaskan sebagai berikut :
IPA Kampung Bugis
Pada IPA Kampung Bugis terdapat 2 buah IPA, yaitu IPA konvensional kapasitas 60 L/dtk dan IPA Paket kapasitas 60 L/dtk (Gambar 3.1 dan 3.2). IPA yang beroperasi adalah IPA konvensional kapasitas 60 L/dtk.
Gambar 5. 4 IPA Konvensional Kampung Bugis 60 L/detik (Kiri) IPA Paket Kampung Bugis 60 L/detik (Kanan)
Sedangkan sumber air yang digunakan saat ini adalah sumber air permukaan yaitu Sungai Kampung Bugis. Pengambilan air baku dari Sungai Kampung Bugis dilakukan melalui bangunan sadap (intake) yang dilengkapi dengan pintu air untuk mengatur masuknya air ke sumur pengumpul. Bangunan pintu air terbuat dari konstruksi beton.
Pipa distribusi IPA Kampung Bugis
mempunyai jenis dan diameter yang bervariasi dari jenis ACP, GIP, dan PVC dengan diameter antara 400 mm sampai dengan 100 mm. Jalur distribusi IPA Kampung Bugis menjadi satu sistem yang tergabung dengan IPA Persemaian dan IPA Kampung Satu. Jalur distribusi dan daerah pelayanan IPA Kampung Bugis juga dapat dilihat pada Gambar 3.4
Gambar 5. 6 Skema Sistem Air Bersih Eksisting Wilayah Pelayanan IPA Kampung Bugis
IPA Persemaian
Pada IPA Persemaian terdapat 5 buah IPA yang semuanya beroperasi, yaitu IPA-A dari bahan plat baja kapasitas 60 L/dtk, IPA-B dari bahan beton kapasitas 30L/dtk, IPA-C bahan plat baja kapasitas 25 L/dtk, IPA-D bahan plat baja kapasitas 10 L/dtk, dan IPA-E bahan fiber glass kapasitas 30 L/dtk. Beberapa unit IPA pada IPA Persemaian dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Sedangkan sumber air yang digunakan adalah dari Sungai Persemaian dan Embung Persemaian. Embung Persemaian hanya menyuplai air baku untuk IPA-A jenis Plat Baja Kapasitas 60 L/dtk. Sedangkan IPA lainnya
menggunakan air baku dari Sungai Persemaian. Pipa distribusi IPA Persemaian mempunyai jenis dan diameter yang bervariasi dari jenis ACP, GIP, dan PVC
dengan diameter antara 250 mm sampai dengan 100 mm. Jalur distribusi untuk
sistem jaringan IPA Persemaian, IPA Kampung Bugis dan Kampung Satu serta
daerah pelayanannya dapat dilihat pada Gambar 3.6.). Jalur distribusi ini
melayani Kecamatan Tarakan Barat, Tengah, dan Timur. Sedangkan daerah
pelayanan IPA Persemaian sendiri meliputi Kecamatan Tarakan Barat, Tarakan
Tengah, dan sebagian Tarakan Timur.
Gambar 5. 8 Skematik Sistem Air Bersih Eksisting Wilayah Pelayanan IPA Persemaian
IPA Juata Laut
Pada IPA Juata Laut terdapat 2 buah IPA. Akan tetapi hanya 1 buah IPA yang beroperasi. Dua unit IPA tersebut antara lain :
Gambar 5. 9 IPA Fiber Glass Juata Laut Kapasitas 30 L/detik (kiri), IPA Plat Baja Juata Laut Kapasitas 5 L/detik (kanan)
Adapun sumber air baku yang digunakan oleh PDAM Kota Tarakan berasal dari air permukaan yaitu Sungai Semunti yang berhulu di Hutan Lindung Pulau Tarakan.
Pipa distribusi IPA Juata Laut yang telah terpakai adalah menggunakan jenis pipa PVC dan diameter 200 mm yang telah melayani 360 pelanggan yang tersebar di Kelurahan Juata Laut. Penyempurnaan sistem distribusi sedang dan telah dilakukan
menggunakan jenis pipa HDPE untuk melayani pemukiman penduduk di Perumahan PNS, Perumahan Korpri dan Perumahan Intraca di Kelurahan Juata Kerikil dan Kelurahan Juata Permai. Gambar jalur pipa distribusi serta daerah pelayanannya dapat dilihat pada Gambar 3.9.
Gambar 5. 11 Skematik Sistem Air Bersih Eksisting Wilayah Pelayanan IPA Juata Laut
IPA Kampung Satu
Pada IPA Kampung Satu, terdapat 2 buah IPA. Akan tetapi hanya 1 buah IPA yang beroperasi. Dua unit IPA tersebut antara lain :
Gambar 5. 12 IPA Fiber Glass Kampung Satu Kapasitas 30 L/detik (Kiri), IPA Plat Baja Kampung Satu Kapasitas 2x30 L/detik (Kanan)
Gambar 5. 13 Sumber Air Baku Binalatung dan Intake
Adapun sumber air baku yang digunakan oleh PDAM Kota Tarakan berasal dari air permukaan yaitu Sungai dan Embung Binalatung. Untuk mengambil sumber air baku dari embung digunakan intake tipe sumuran. Tipe ini digunakan untuk mengantisipasi fluktuasi permukaan air embung.
Pipa distribusi IPA Kampung Satu mempunyai jenis dan diameter yang
bervariasi dari jenis PVC dengan diameter antara 250 mm sampai dengan 100
mm. Daerah pelayanan IPA Kampung Satu sebagian besar merupakan wilayah
yang termasuk dalam Kecamatan Tarakan Timur dan sebagian kecil wilayah
Gambar 5. 14 Skematik Sistem Air Bersih Eksisting Wilayah Pelayanan IPA Juata Laut
Dari hasil analisa Masterplan SPAM, dapat disimpulkan bahwa total IPA yang terpasang 400 l/dt secara operasional hanya mampu menghasilkan debit 305 l/dt saja, ini menunjukan bahwa telah terjadi penyusutan kinerja IPA sebanyak 23.74%, hal ini dimungkinkan mengingat bahwa umur IPA yang ada kebanyakan lebih dari 10 tahun disamping itu dari segi kualitas air minum kurang memenuhi persyaratan fisik mengingat pada hari-hari dimana hujan sangat deras air minum yang di distribusikan PDAM Kota Tarakan keruh, maka pada periode awal di prioritaskan mengoptimalkan fungsi IPA dan optimalisasi jaringan.
Optimalisasi jaringan dilakukan sebab berdasarkan hasil analisa jaringan eksisting dengan menggunakan program EPANET 2.0, terdapat beberapa lokasi dalam jaringan yang mengindikasikan adanya tekanan negatif sehingga pada daerah tersebut air tidak dapat mengalir ke pelanggan. Optimalisasi jaringan dilakukan dengan beberapa tahap yaitu:
1. Pembentukan zona pelayanan
2. Optimalisasi Jaringan Distribusi dari setiap zona tersebut
Dari hasil analisis jaringan menunjukkan setiap zona pelayanan memiliki permasalahan yang berbeda-beda, namun masalah utama dari ketiga zona tersebut adalah adanya tekanan negatif pada sistem tersebut. Optimalisasi pada zona pelayanan dapat diuraikan sebagai berikut
a. Zona Pelayanan IPA Persemaian
Pada zona pelayanan IPA Persemaian, optimalisasi dilakukan dengan melakukan pergantian pompa dari head 70 m menjadi 90 m, sebab pompa telah bekerja pada kondisi optimum sementara pada jaringan masih terdapat daerah dengan tekanan negatif. Kemudian perubahan titik percabangan pada pipa sekunder, hal ini dimaksdudkan agar dapat membagi tekanan pada daerah dengan tekanan lebih dengan daerah dengan tekanan yang kurang. Pergantian pipa sekunder ø 75 mm menjadi ø 100 mm sepanjang ± 1026 m dilakukan untuk memperbesar tekanan. Pengembangan kapasitas produksi dengan membangun IPA baru 250 l/det dan mengurangi operasional IPA lama yang kurang efesien.
b. Zona Pelayanan IPA Kampung Bugis
c. Zona Pelayanan IPA Kampung Satu
Hasil analisis jaringan menunjukkan masalah pada zona pelayanan Kampung Satu ini adalah tekanan negatif pada sistem. Jaringan distribusi IPA Kampung Satu menggunakan sistem gravitasi, sehingga untuk mengatasi masalah tersebut maka perlu dilakukan perubahan pada pipa jaringan distribusi utama dari sebelumnya 250 mm menjadi ø 400 mm sepanjang ± 2.297 m dan ø 300 mm sepanjang ± 1.126 m. Pemasangan pipa jaringan distribusi yang baru ini dapat dilakukan dengan pemasangan secara paralel maupun pergantian pipa pada beberapa pipa, hal ini disesuaikan dengan kondisi yang ada sehingga pipa lama masih dapat dimanfaatkan. Pengembangan kapasitas produksi dari 90 l/det menjadi 340 l/det dengan membangun IPA baru 250 l/det dan memindahkan IPA lama kapasitas 90 l/det mendekati sumber air baku Embung Binalatung. Membangun Reservoar kapasitas 3000 m3 pada posisi elevasi tertinggi dan membangun jaringan transmisi dari IPA menuju Reservoar. Pada tahapan selanjutnya akan dibangun Jaringan Distribusi Induk/Bagi yang baru dan dilengkapi Pompa Booster dan Resevoar untuk mengalirkan air menuju kawasan Mamburungan dan Mamburungan Timur.
d. Zona Pelayanan IPA Juata Laut
e. Zona Pelayanan IPA Pantai Amal
Kawasan Pantai Amal di sepanjang pesisir pantai timur Pulau Tarakan meliputi Tanjung Maya, Andulung, Binalatung, Amal Baru, Amal Lama hingga Tanjung Batu/Tanjung Pasir hingga saat ini belum terlayani perpipaan PDAM. Sesuai arahan RTRW kawasan ini diperuntukan untuk pengembangan Kawasan Wisata, Kawasan Pendidikan, Kawasan Pemukiman Swadaya dan Kawasan Campuran. Seiring dengan pengembangan kawasan-kawasan tersebut dan pertambahan jumlah penduduk maka air bersih/air minum menjadi kebutuhan utama. Untuk itu dalam waktu dekat akan segera dibangun prasarana/sarana Pembangunan IPA dan Jaringan Distribusi Kawasan Pantai Amal meliputi pekerjaan Jalan Masuk, Pematangan Lahan, WTP Pantai Amal 90 l/det, Intake, Pompa Booster, Reservoar, Jaringan Distribusi Induk/Bagi.
5.4.
Arahan Strategi Sanitasi Kota (SSK)
Tujuan umum dalam pengelolaan sanitasi Kota Tarakan sesuai yang yang tercantum RPJMD meliputi :
1. Meningkatkan pemanfaatan sumber daya daerah secara lestari dan berwawasan lingkungan, dengan sasaran :
Meningkatnya kemanfatan sumber daya lokal bagi pertumbuhan ekonomi daerah
Meningkatnya kualitas lingkungan hidup di perkotaan
2. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana kota guna menunjang kelancaran arus distribusi barang dan jasa, mobilitas penduduk dan kesejahteraan warga kota, dengan sasaran :
Meningkatnya kualitas sarana dan prasarana perhubungan darat dan laut
Meningkatnya kuantitas dan kualitas fasilitas umum kota
Meningkatnya kualitas pelayanan air bersih, energi dan telekomunikasi
3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai sumber daya utama pembangunan, dengan sasaran :
Meningkatnya kualitas pendidikan masyarakat Meningkatnya kualitas kesehatan masyarakat Meningkatnya kualitas pemuda
Meningkatnya kualitas perempuan
Meningkatnya kualitas dan aksesibilitas penyandang masalah-masalah kesejahteraan sosial (PMKS) dan penduduk miskin.
5.4.1. Rona Wilayah Kota Tarakan A. Kesehatan Lingkungan Kota
Kriteria sehat yang digunakan oleh Dinas Kesehatan adalah berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.829/MENKES/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan.
Adapun beberapa komponen persyaratan kesehatan rumah tinggal yaitu :
1. Bahan bangunan, tidak terbuat dari bahan yang dapat melepas zat-zat yang membahayakan kesehatan serta bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya mikro organism pathogen
2. Komponen dan penataan ruang rumah, meliputi lantai kedap air, mudah dibersihkan, dinding kedap air dan mudah dibersihkan, ventilasi baik, langit-langit mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan, bubungan rumah lebih dari 10 meter harus dilengkapi dengan penangkal petir, ruang dalam rmah ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, dapur, ruang mandi dan bermain anak. Ruang dapur juga harus dilengkapi sarana pembuangan asap.
3. Pencahayaan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan
4. Kualitas udara dalam rumah ditentukan sushu 18o-30oC, kelembaban 40-70%
5. Ventilasi minimal 10% dari luas lantai
6. Tidak menjadi sarang binatang penular penyakit
7. Tersedia air bersih untuk kapasitas 60/liter/hari dan sehat 8. Tersedia sarana penyimpanan makanan yang aman
9. Limbah padat dan cair tidak memncemari sumber air dan permukaan tanah serta tidak berbau.
10. Kepadatan hunian ruang tidur dengan luas minimal 8 meter.
diperiksa, sedangkan untuk persentase rumah sehat terendah terdapat di Kecamatan Tarakan Tengah yaitu di Sekitar wilayah Puskesmas Sebengkok dengan persentase sebesar 30,71%.
Pada tahun 2010, keluarga yang ada 52.920 yang diperiksa 10.902 jumlah yang memberikan respon 9.261 kk. Dengan perincian rumah tangga yang menggunakan ledeng/PDAM 3.539, sumur bor 55, sumur gali 484, air hujan 4.625 dan lainnya 558.
A.1 Kegiatan Pengawasan Penyehatan Makanan dan Minuman
Kegiatan pokok program penyehatan makanan dan minuman yang dilaksanakan yaitu :
a. Pembinaan,pengawasan hygiene sanitasi Tempat pengelolaan makanan/minuman (TPM).
b. Pengambilan sampel bahan tambahan pangan, bahan makanan,makanan dan minuman.
c. Penyuluhan keamanan pangan. d. Gradding restoran/rumah makan.
e. Pemberian rekomendasi kesehatan tempat pengolahan makanan/minuman.
Hasil kegiatan pengawasan Penyehatan Makanan dan Minuman tahun 2010 sebagai berikut:
a) Jumlah TPM yang diperiksa 812 dari 1291 TPM yang didata ( % cakupan TPM diperiksa 63 % ).
b) TPM yang memenuhi syarat 689 dari 812 TPM yang diperiksa ( % cakupan TPM MS 85 % ).
A.2 Kegiatan Pengawasan Sanitasi Tempat-Tempat Umum (TTU)
Kegiatan pokok yang dilaksanakan pada program pengawasan sanitasi tempat-tempat umum (TTU) adalah :
a. Pembinaan hygiene sanitasi Hotel, penginapan, salon kecantikan, sekolah, dll.
b. Pengawasan hygiene sanitasi Hotel, penginapan, salon kecantikan, sekolah, dll.
Hasil kegiatan pembinaan dan pengawasan hygiene sanitasi tempat-tempat umum tahun 2010 sebagai berikut :
a. Cakupan TTU yang diperiksa sebesar 60 % dengan jumlah TTU yang diperiksa sebanyak 492 sarana dari jumlah TTU yang didata 821 sarana. b. Tempat-tempat umum yang memenuhi syarat sebanyak 401 sarana (
A.3 Kesehatan dan Pola Hidup Masyarakat
Kondisi kesehatan masyarakat dapat ditunjukkan langsung dengan data penyakit yang secara umum di derita penduduk Tarakan dan memberikan sumbangan kepada salah satu factor penyebab kematian pada penduduk Kota Tarakan. Sebagai salah satu indikator kesehatan, angka kesakitan yang ada di suatu wilayah menunjukkan pola penyebaran penyakit dan tingkat ketanggapan petugas kesehatan pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk segera melakukan penanganan terhadap kasus-kasus penyakit yang ada. Adapun catatan tentang angka kesakitan yang ada di Kota Tarakan sampai dengan tahun 2010 dapat dilihat pada uraian berikut:
Sepuluh Besar Penyakit Kota Tarakan Tahun 2010
1. Infeksi. Akut lain pd sal.pernafasan bag. Atas jumlah kasus 30166 (43,07%).
2. Gangguan gigi & jar.penyangga lainnya jumlah kasus 7234 (10,33%). 3. Tukak lambung dan Usus Dua Belas jari jumlah kasus 6079 (8,7%). 4. Penyakit kulit infeksi jumlah kasus 5587 (7,98%).
5. Diare (termasuk tersangka kolera) jumlah kasus 5056 (7,22%). 6. Penyakit Kulit Alergi jumlah kasus 4117 (5,88%).
7. Penyakit pada sistem otot & jaringan pengikat (penyakit Tlg belulang, radang sendi termasuk reumatik) jumlah kasus 3595 (5,13%).
8. Penyakit tekanan darah tinggi jumlah kasus 3479 (4,97%). 9. Tonsilitis jumlah kasus 2560 (3,66%).
10. Penyakit gusi & jar.periodental jumlah kasus 2165 (3,09%). Sepuluh Besar Kunjungan Penyakit Kota Tarakan Tahun 2010
1. Infeksi akut lain pada sal. pernafasan bag. Atas jumlah kasus 36465 (40,65%)
2. Gangguan gigi dan jar. Penyangga lainnya jumlah kasus 8978 (10,01%) 3. Penyakit Tekanan Darah Tinggi jumlah kasus 9074 (10,11%)
4. Tukak lambung dan usus dua belas jari jumlah kasus 8243 (9,18%) 5. Penyakit Kulit Infeksi jumlah kasus 6831 (7,61%)
6. Penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat jumlah kasus 6204 (6,92%)
7. Diare (termasuk tersangka kolera) jumlah kasus 5589 (6,23%) 8. Penyakit gusi dan jar.periodontal jumlah kasus 2958 (3,30%) 9. Tonsilitas jumlah kasus 3004 (3,35%)
Dari data diatas ternyata penyakit terbanyak yaitu ISPA. Hal ini disebabkan cuaca/iklim di Tarakan yang tidak menentu sehingga menurunkan daya tahan tubuh dan mudah terkena ISPA.
Masih banyaknya kasus penyakit sanitasi tersebut telah dijelaskan di atas disebabkan oleh pola hidup masyarakat yang kurang sehat, yang ditunjukkan perilaku:
1. Sebagian besar masyarakat masih membuang sampah di sungai, saluran drainase, pekarangan rumah.
2. Masih rendahnya pola cuci tangan pakai sabun saat akan makan, menyiapkan makanan atau setelah membersihkan kotoran anak.
5.4.2. Kualitas Air Bersih A.1 Sumber Air (Sungai)
Kebutuhan air bersih bagi masyarakat Kota Tarakan dipenuhi dari beberapa sumber, baik yang diolah maupun langsung dipergunakan. Air tersebut berasal dari:
1. Sistem penyediaan Air Minum (SPAM) melalui jaringan perpipaan, baik yang dikelola oleh PDAM Kota Tarakan, Pertamina, perusahaan-perusahaan lain yang memiliki kawasan permukiman sendiri maupun pengembangan kawasan permukiman yang mengelola SPAM mandiri. 2. Mobil tangki yang menghantarkan air dari PDAM maupun sumur bor yang
dikelola swasta
3. Sumur dalam atau dangkal yang dikelola secara pribadi, kelompok warga atau perusahaan. Ada yang tidak diolah atau diolah sebelum dipergunakan.
4. Air hujan yang ditampung dengan tampungan khusus.
Tabel 5. 9 Hasil Pengujian Kualitas Air Sungai, Tahun 2010
A.2 Kualitas Air Embung
Pada Tahun 2010 BPLH Kota Tarakan melakukan pemantauan di Embung Persemaian pada bulan Juli dan Oktober 2010. Parameter kualitas air Embung Persemaian yang dipantau, terdapat beberapa parameter yang melebihi baku mutu Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, yaitu: pH, DO, BOD, COD, Minyak & Lemak, Besi (Fe) dan Mangan (Mn).
Tabel 5. 10 Hasil pengujian kualitas air Embung yang melebihi Baku Mutu
No Lokasi Koordinat Parameter Yg melebihi bakumutu bulan Juli 2010
Parameter yg melebihi bakumutu bulan
Oktober 2010
Embung/ waduk Persemaian
N 03°21’23,5”
E 117°34’26,5” DO, BOD, Fe, Cd, Pb (5 parameter)
pH, COD, Fe, Cu dan Bakteri Fecal Coli (5 parameter)
5.4.3. Limbah Cair Rumah Tangga
IPAL adalah bangunan yang tediri dari beberapa unit pengolah yang mempunyai fungsi yang berbeda-beda dalam mengolah air kotor. Di instalasi ini, air buangan diolah menjadi air yang kualitasnya lebih baik sehingga aman untuk dibuang. Sementara kotoran-kotoran berbentuk padatan akan diendapkan menjadi lumpur.
Limbah yang diolah dalam IPAL ini adalah limbah padat cair yang berasal dari WC, kamar mandi, dan dapur. Teknologi yang digunakan dalam IPAL ini adalah lumpur aktif (extended aeration) dengan karakteristik sebagai berikut :
COD (Chemical Oxigen Demand) = 500 mg/lt BOD (Biological Oxigen Demand) = 300 mg/lt SS (Suspended Solid) = 300 mg/lt
NH3-N (N) = 15 mg/lt
Dengan adanya proses pengolahan, diharapkan air limbah terolah (effluent) mempunyai nilai BOD ≤ 30 mg/lt; COD ≤ 50 mg/lt; SS ≤ 80 mg/lt; dan bakteri ≤ 2.000/100 ml golongan fecal coli most probable number (MPN).
Unit-unit IPAL yang digunakan untuk mengolah air limbah ini adalah : Stasiun pompa dan screen : menaikkan air limbah manhole ke instalasi
dan menyaring sampahsampah yang terbawa bersama limbah
Bak ekualisasi: meratakan beban aliran air limbah yang masuk ke instalasi dan yang akan diolah di instalasi serta meratakan beban atau organik yang terdapat di air limbah
Bak aerasi (extended aeration):mengubah kandungan organik yanga da di dalam limbah menjadi bentuk lain yang tidak berbahaya bagi manusia melalui pengolahan biologis dan mengurangi kemungkinan timbulnya bau yang mengganggu lingkungan sekitarnya
Bak sedimentasi: mengendapkan padatan-padatan yang terbentuk dari hasil proses pengolahan biologis di bak aerasi
Bak klorinasi:membunuh mikroorganisme yang bersifat patogen dengan cara membubuhkan bahna kimia
Bak digester aerobik: menstabilkan dan mengurangi bahan padat dari lumpur, bakteri patogen, dan bau
Bak air olahan (clearwell): menyimpan air hasil pengolahan yang sudah bersih dan siap digunakan untuk kegiatan lain
5.4.4. Limbah Padat (Sampah)
Gambar 5. 15 Sistem Pengelolaan Sampah Konvensional (Silasko)
Sumber: Community Base Of Integrated Solid Waste Management, 2009.
Sistem pengelolaan sampah konvensional (Silasko) memiliki permasalahan sebagai berikut:
Menurunnya kualitas lingkungan (pencemaran air, tanah dan udara), baik
pada saat proses pengumpulan maupun pengangkutan, sehingga dapat menyebabkan menurunnya tingkat kesehatan masyarakat
Munculnya berbagai permasalahan mengenai Tempat Pengolahan Akhir,
karena sampah kota setiap saat selalu bertambah sedangkan luas lahan TPA sangat terbatas, kemudian sangat sulit untuk mendapatkan lahan TPA baru
Kesadaran dan keterlibatan masyarakat akan pengelolaan sampah masih
belum optimal. Karena pelayanan persampahan semuanya diserahkan kepada Pemerintah Kota.
- TPA masih merupakan tempat pembuangan akhir dari sampah kota atau tempat pemrosesan sampah.
- TPS hanya berfungsi sebagai tempat pengumpul sementara sebelum sampah diangkut ke TPA.
- Tidak ada pemrosesan sampah dalam TPS.
- Masyarakat masih belum banyak mengetahui nilai tambah yang dapat dihasilkan dari sampah
Pengelolaan sampah belum menjadi prioritas pembangunan
Limbah padat dan limbah industri sebagian besar dihasilkan oleh industri. Limbah tersebut merupakan sisa-sisa bahan produksi yang tidak dapat dimanfaatkan lagi. Limbah yang dihasilkan tersebut selalu dipilah berdasarkan kategorinya dan ditempatkan dalam wadah yang telah ditentukan. Untuk limbah yang masih dapat dimanfaatkan, selanjutnya digunakan sesuai jenis dan peruntukannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah juga telah mewajibkan bahwa untuk setiap usaha/industri yang memiliki
Sumber Sampah
TPS Transfer Depo
TPA
Sarana Pengangkut (Gerobak)
limbah yang dapat membahayakan lingkungan diwajibkan untuk mengolah limbahnya sendiri dengan IPAL, sehingga limbah yang dibuang nantinya sudah tidak mencemari lingkungan.
Untuk limbah B3, secara prinsip harus ditangani dengan cara ditampung sementara dalam penampungan khusus sebelum diambil dan dikelola oleh pihak ketiga yang memiliki ijin transporter maupun mengelola lombah sesuai dengan peraturan yang ada. Untuk kegiatan pengukuran dan pemantauan limbah B3 dilakukan minimal 3 bulan sekali untuk kemudian dilaporkan kepada instansi terkait dalam hal ini adalah Badan Lingkungan Hidup Kota Tarakan.
Untuk limbah pada fasilitas kesehatan umumnya sudah mengalami pemilahan antara limbah medis dan non medis. Perlakuan terhadap limbah medis bisanya dibuang pada tempat sampah khusus seperti incenerator sehingga limbah berbahaya seperti alat suntik dapat langsung dibakar pada suhu tertentu di dalam incenerator tersebut.
A.1 Komposisi Sampah
Komposisi sampah merupakan perbandingan antara komponen/jenis masing-masing sampah terhadap keseluruhan sampah. Komposisi sampah dinyatakan dalam prosentase berat basah. Komposisi fisik sampah mencakup prosentase dari komponen pembentuk sampah yang secara fisik dapat dibedakan menjadi sampah Organik, Kertas, Plastik, Logam dan lain-lain dimana komposisinya sangat bergantung kepada karakteristik kegiatan yang ada pada kawasan penghasil sampah.
Berdasarkan asal/sumber penghasil sampah, sampah-sampah yang ada di Kota Tarakan terdiri dari sampah yang dihasilkan oleh Kawasan Perumahan, Kawasan Industri, Kawasan Perdagangan dan Jasa, Kawasan Perkantoran, Rumah Sakit serta Pasar. Karakteristik penanganan sampah yang dihasilkan oleh kawasan-kawasan diatas adalah sebagai berikut ;
1. Perumahan, Kawasan Perumahan sampah pada umumnya tidak dipilah namun langsung diangkut ke tempat pengumpulan sementara yang terletak di dekat perumahan.
3. Fasilitas Perdagangan dan Jasa, Sistem pemilahan sampah pada kawasan perdagangan dan jasa tidak dilakukan sehingga sampah yang masuk ke dalam TPS Kontainer merupakan sampah yang tercampur. Setiap hari sampah yang sudah diletakkan di depan Toko diangkut oleh petugas penyapu jalan ke dalam TPS yang ada di wilayah tersebut. 4. Fasilitas Kesehatan, Sampah pada fasilitas kesehatan umumnya sudah
mengalami pemilahan antara sampah medis dan non medis. Perlakuan terhadap sampah medis bisanya dibuang pada tempat sampah khusus seperti incenerator sehingga sampah berbahaya seperti alat suntik dapat langsung dibakar pada suhu tertentu di dalam incenerator tersebut.
5. Pasar, Dalam pembuangannya langsung dibuang ke TPS Kota Tarakan setelah sebelumnya ditempatkan pada TPS Kontainer yang terdapat dilingkungan pasar.
Komposisi sampah merupakan perbandingan antara komponen/jenis masing-masing sampah terhadap keseluruhan sampah. Komposisi sampah dinyatakan dalam prosentase berat basah. Komposisi fisik sampah mencakup prosentase dari komponen pembentuk sampah yang secara fisik dapat dibedakan menjadi sampah Organik, Kertas, Plastik, Logam dan lain-lain dimana komposisinya sangat bergantung pada karakteristik kegiatan pada kawasan penghasil sampah.
A.2 Sarana dan Prasarana
Sarana Perangkutan dan Peralatan Berat, berkaitan dengan operasional pelayanan kebersihan dan pengelolaan sampah, sarana pengangkutan yang dimiliki Bidang Kebersihan pada Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman (DKPP) Kota Tarakan hingga tahun 2011 adalah sebanyak 16 unit kendaraan yang terdiri dari berbagai jenis.
TPS (Tempat Pengumpulan Sementara), meningkatnya kegiatan pengembangan kawasan pemukiman sebagai sebuah konsekwensi dari meningkatnya laju pertumbuhan penduduk mengakibatkan peningkatan kebutuhan akan ketersediaan prasarana pengumpulan sementara. Jumlah TPS mencapai 184 unit.
A.3 Volume Sampah Yang Terangkut Ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap terakhir dalam perjalanannya sejak mulai dari timbul di sumber, pengumpulan, pemindahan hingga pengangkutan.
Sebelum pelaksanaan pembongkaran dan pemilahan sampah pada petak-petak yang telah ditentukan berdasarkan jenis sampah yang masuk, terlebih petugas TPA mencatat sumber, volume serta alat angkut yang digunakan.
5.4.5. Drainase
Pengembangan jaringan drainase di Kota Tarakan sampai saat ini masih difokuskan pada kawasan perkotaan atau kawasan permukiman dengan kepadatan tinggi. Jaringan drainase yang ada terutama untuk sistem tersier, sekunder maupun primer pada umumnya atau sebagain besar masih menjadi satu dengan sistem jaringan jalan. Selain itu sistem pembuangan air limbah masih menjadi satu atau belum terpisah dengan sistem pembuangan air hujan.
Sistem penyaluran air hujan berdasarkan sistem grafitasi atau mengikuti garis kontour tanah, aliran dari permukaan masuk ke saluran pembuang untuk kemudian masuk ke sistem pembuang utama (sungai) yang ada. Di semua wilayah studi, sistem jaringan yang ada belum terbagi menurut sistem blok pelayanan sesuai dengan area yang (mungkin) dilayani. Sehingga ketidak-sesuaian antara debit yang ada dengan kapasitas saluran merupakan permasalahan yang umum terjadi.
Tinjauan kondisi drainase studi di wilayah studi merupakan bagian dari proses penyusunan RPIJM untuk komponen drainase. Dengan mengetahui kondisi sistem drainase makro maupun mikro yang ada di wilayah studi, maka akan dapat didefinisikan indikasi permasalahan yang ada secara lebih detail dan komprehensif, untuk selanjutnya dapat dirumuskan rencana penanganan yang sesuai dengan kondisi lapangan.
Untuk selanjutnya dapat dirumuskan rencana penanganan yang sesuai dengan kondisi lapangan.
1. Drainase Makro
juga menggunakan saluran irigasi sebagai saluran pembuangannya. Terdapat 3 sungai utama sebagai badan penerima air.
2. Drainase Mikro
Disamping sungai – sungai tersebut di atas, terdapat juga saluran – saluran pembuang dari pusat – pusat daerah tangkapan di dalam kota atau wilayah permukiman ke sungai dan atau anak sungai yang dikategorikan sebagai saluran sekunder atau primer. Drainase mikro berupa saluran – saluran pembuang dari suatu kawasan, dimana sistem yang ada masih menjadi satu antara pembuangan air hujan dengan limbah rumah tangga. Pada umumnya saluran drainase yang ada mengikuti alur jalan yang ada dan belum terbagi menurut hirarki sistem aliran maupun sistem blok pelayanan.
Secara umum jaringan drainase yang ada berupa saluran alami dan saluran buatan, baik saluran terbuka atau tertutup, saluran pasangan/beton maupun saluran galian tanah. Saluran drainase yang ada sebagian besar menjadi satu dengan saluran drainase jalan. Hasil pengamatan lapangan terhadap saluran eksisting yang ada di kota Tarakan adalah sebagai berikut :
Genangan yang terjadi kebanyakan disebabkan oleh kapasitas saluran kurang dan kurangnya tali air, terutama disepanjang saluran yang ada di sisi jalan;
Selain itu juga disebabkan oleh kurangnya perawatan, sehingga banyak gorong – gorong dan tali air yang tersumbat.
Sistem saluran yang ada belum ter-integrasi secara baik, terutama dalam rumusan kapasitas saluran terhadap area yang dilayani, sehingga ada saluran yang melayani area terlalu luas.
Masalah kemiringan dasar saluran juga memerlukan penanganan. Perubahan kemiringan tersebut kemungkinan disebabkan oleh adanya sedimentasi.
Kerusakan – kerusakan pada saluran dan gorong – gorong juga menjadi salah satu penyebab yang menimbulkan genangan.
Sedimentasi dan timbunan sampah merupakan masalah yang ditemui di lapangan.
Inlet saluran tidak berfungsi dengan baik, sehingga limpasan air permukaan tidak dapat masuk dengan lancar ke saluran yang ada.
Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk ikut menjaga dan merawat kebersihan saluran.
dengan limbah rumah tangga. Pada umumnya saluran drainase yang ada mengikuti alur jalan yang ada dan belum terbagi menurut hirarki sistem aliran maupun sistem blok pelayanan.
Secara umum jaringan drainase yang ada berupa saluran alami dan saluran buatan, baik saluran terbuka atau tertutup, saluran pasangan/beton maupun saluran galian tanah. Saluran drainase yang ada sebagian besar menjadi satu dengan saluran drainase jalan.
5.4.6. Visi dan Misi Sanitasi Kota Tarakan
1. Meningkatkan Kuantitas dan Kualitas Air Baku. 2. Meningkatkan Kinerja Kelembagaan Pokja Sanitasi.
3. Mewujudkan Kepastian Hukum yang Mendukung Pembangunan dan Pengelolaan Sanitasi melalui Perda.
4. Meningkatkan Kapasitas Kelembagaan dan Pendanaan untuk Pembangunan dan Pengelolaan Sanitasi.
5. Meningkatnya PHBS bagi masyarakat Kota Tarakan.
Kebijakan umum pembangunan sebagaimana tercantum dalam RPJMD Kota Tarakan tahun 2010-2014 terkait bidang sanitasi diarahkan pada :
1. Penyelenggaraan penyehatan lingkungan;
2. Pemberdayaan masyarakat untuk menciptakan lingkungan sehat; 3. Pemberdayaan masyarakat mengenai pola hidup sehat;
4. Pemantapan manajemen pengelolaan persampahan;
5. Penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan persampahan;
6. Peningkatan operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan;
7. Pengembangan teknologi pengolahan persampahan;
8. Peningkatan kemampuan aparat pengelolaan persampahan;
9. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan; 10. Peningkatan kualitas kebersihan dan kesehatan lingkungan permukiman
dan perkotaan;
11. Pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3); 12. Pengendalian dampak lingkungan hidup;
13. Pengembangan produksi ramah lingkungan;
14. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengendalian lingkungan hidup;
16. Pengendalian emisi, polusi dan pencemaran udara ; 17. Pengendalian polusi limbah padat dan limbah cair;
18. Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar bagi masyarakat kurang mampu;
19. Pembinaan kualitas lingkungan sehat perumahan; 20. Pengendalian dampak pencemaran lingkungan;
21. Penyediaan, pemeliharaan dan rehabilitasi sarana dan prasarana air minum dan air limbah;
22. Pengembangan teknologi pengelolaan air minum dan air limbah; 23. Pengembangan sistem distribusi air minum.
Arah strategi pembangunan sebagaimana tercantum dalam RPJMD Kota Tarakan tahun 2010-2014 terkait bidang sanitasi diarahkan untuk :
Meningkatkan manajemen mutu pelayanan kesehatan secara merata dan terjangkau serta peningkatan kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.
Mewujudkan kualitas lingkungan hidup yang terjaga kelestariannya secara berkelanjutan dengan dukungan peran serta aktif masyarakat. Menyeimbangkan kepentingan lingkungan hidup dengan kepentingan
sosial ekonomi masyarakat dalam konteks pembangunan berkelanjutan. Meningkatkan kualitas dan kuantitas penyediaan air bersih, penyediaan
energi listrik dan telekomunikasi untuk warga kota.
Tujuan umum dalam pengelolaan sanitasi Kota Tarakan sesuai yang yang tercantum RPJMD meliputi :
1. Meningkatkan pemanfaatan sumber daya daerah secara lestari dan berwawasan lingkungan, dengan sasaran :
Meningkatnya kemanfatan sumber daya lokal bagi pertumbuhan ekonomi daerah
Meningkatnya kualitas lingkungan hidup di perkotaan
2. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana kota guna menunjang kelancaran arus distribusi barang dan jasa, mobilitas penduduk dan kesejahteraan warga kota, dengan sasaran :
Meningkatnya kualitas sarana dan prasarana perhubungan darat dan laut
Meningkatnya kuantitas dan kualitas fasilitas umum kota
3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai sumber daya utama pembangunan, dengan sasaran :
Meningkatnya kualitas pendidikan masyarakat Meningkatnya kualitas kesehatan masyarakat Meningkatnya kualitas pemuda
Meningkatnya kualitas olahraga Meningkatnya kualitas perempuan
Meningkatnya kualitas dan aksesibilitas penyandang masalah-masalah kesejahteraan sosial (PMKS) dan penduduk miskin
5.4.7. Arahan Pentahapan Capaian Sektor Sanitasi
Arahan pentahapan pencapaian pembangunan sektor sanitasi disusun berdasarkan pilihan sistem dan penetapan zona sanitasi dengan mempertimbangkan:
a. Arah pengembangan kota yang merupakan perwujudan dari visi dan misi Kota Tarakan dalam jangka panjang
b. Kepadatan penduduk Kota Tarakan c. Kawasan beresiko sanitasi
d. Kondisi fisik wilayah (topografi dan struktur tanah)
Sektor Air limbah Domestik
Kota Tarakan telah berkembang menjadi Pusat Kegiatan dan pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin pesat, berakibat pada meningkatnya volume pencemar khususnya yang berasal dari buangan domestik, baik air limbah cucian dan kamar mandi (grey water) dan limbah WC (black water). Sehingga baik dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang diperlukan suatu pengelolaan air limbah yang terpadu dalam mendukung pembangunan sanitasi di Kota Tarakan. Di dalam SSK ini telah dilakukan penentuan wilayah prioritas pengembangan sistem pengelolaan air limbah (apakah on site maupun off site) secara umum. Beberapa kriteria telah digunakan dalam penentuan prioritas tersebut, yaitu: kepadatan penduduk, klasifikasi wilayah (perkotaan atau perdesaan), karakteristik tata guna lahan/Center of Business Development (CBD) (komersial atau rumah tangga), serta resiko kesehatan lingkungan.
jangka panjang pengelolaan air limbah Kota Tarakan, yang ujungnya adalah pengelolaan air limbah terpusat (off site system).
Rencana pengembangan tersebut diilustrasikan sebagai berikut:
Zona 1, Merupakan area dengan tingkat resiko menengah yang dapat diatasi dalam jangka pendek dengan perubahan perilaku dan oleh karena merupakan daerah padat penduduk pada wilayah terbangunnya, maka pemilihan sistem nya adalah sistem setempat (on site) dengan pendekatan komunal (tidak berbasis rumah tangga), IPAL Setempat atau Gabungan. Zona ini mencakup 15 kelurahan, yaitu: Karang Balik, Karang Anyar Pantai, Karang Rejo, Gunung Lingkas, Lingkas Ujung, Kampung Empat, Kampung Enam, Mamburungan, Mamburungan Timur, Pantai Amal, Selumit, Kampung Satu Skip, Juata Laut, Juata Permai dan Juata Laut. Dalam peta diberi warna hijau.