• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN GAYO LUES - DOCRPIJM 51944a431b BAB VBAB V KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN GL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB V KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN GAYO LUES - DOCRPIJM 51944a431b BAB VBAB V KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN GL"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN GAYO LUES

5.1 Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten Gayo Lues

Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten merupakan perwujudan rencana tata ruang yang dijabarkan ke dalam indikasi program utama kabupaten dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahunan sampai akhir tahun perencanaan (20 tahun). Prioritas pemanfaatan ruang dikembangkan berdasarkan pertimbangan upaya untuk mengantisipasi kebutuhan dan dinamika pengembangan ruang kota. Dengan demikian dalam rangka mewujudkan struktur dan pola ruang kota maka prioritas pemanfaatan ruang di Kabupaten Gayo Lues secara umum adalah sebagai berikut:

a. Upaya untuk mengantisipasi ancaman bencana khususnya bencana alam longsor dan banjir diprioritaskan pada pembentukan struktur ruang pada ruang di kawasan lereng dan kawasan yang berada pada pergunungan Gunung Leuser. Kegiatan ini seharusnya diantisipasi dengan memberikan ketegasan bagi masyarakat untuk setiap kegiatan pembangunan memperhatikan kondisi alam dan memberikan pengertian terhadap kemungkinan bencana longsor, gunung berapi dan banjir bandang.

b. Upaya memenuhi kebutuhan dan dinamika pengembangan ruang permukiman dan kota pada beberapa bagian kabupaten ini mengalami perkembangan pembangunan yang cepat terutama di Kecamatan Blangkejeren, Terangun, Pining. Demikian pula pada wilayah kecamatan lain mengalami perkembangan pembangunan seperti Kecamatan, Rikit Gaib dan Kuta Panjang. Hal ini dilakukan dengan mendorong terwujudnya rencana pola ruang wilayah pada kawasan tersebut, serta perwujudan komponen komponen pembentuk struktur ruang yang dapat memacu pertumbuhan kawasan.

c. Upaya pemeliharaan dan perbaikan lingkungan perkotaan yang sudah tertata dan kawasan perdagangan dan jasa, kawasan pelestarian cagar budaya khususnya pada kawasan perumahan. Prioritas ini dimaksudkan untuk menjaga agar tidak terjadi penurunan kualitas lingkungan.

d. Upaya penyelamatan hutan dan satwa pada kawasan Taman Nasinal Gunung Leuser (TNGL) dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL). Sekalipun hutan di Provinsi Aceh umumnya dan Kabupaten Gayo Lues khususnya masih yang terbaik di Indonesia bahkan di dunia, namun kegiatan perambahan hutan dan ilegal logging. Kondisi ini terlihat semakin berkurangnya hutan yang di kabupaten ini termasuk perambahan di TNGL. Kabupaten Gayo Lues dengan TNGLnya mempunyai satwa yang unik dan bervariasi, beberapa satwa yang di lindungi masih terdapat di kawasan ini seperti Harimau Sumatera dan lain sebagainya.

(2)

Pemanfaatan ruang pada masing-masing kawasan yang diprioritaskan di Kabupaten Gayo Lues dilakukan dengan:

a. Pembangunan Baru yaitu pengembangan kawasan pada ruang kota yang masih kosong dan atau belum terbangun, pola ini diterapkan pada ruang-ruang yang rusak akibat bencana longsor, banjiras dan ruang-ruang yang akan dikembangkan sebagai kawasan perkotaan baru.

b. Pemeliharaan Lingkungan yaitu mempertahankan kualitas lingkungan yang sudah baik agar tidak mengalami penurunan kualitas. Pola ini di terapkan pada kawasan perumahan yang sudah tertata, kawasan perdagangan dan jasa komersial serta kawasan perkantoran yang sudah terencana dan tidak terjadi kecenderungan perubahan fungsi maupun intensitasnya.

c. Perbaikan Lingkungan yaitu memperbaiki struktur lingkungan yang sudah ada, dan dimungkinkan melakukan pembongkaran terbatas guna penyempurnaan pola fisik prasarana yang sudah ada. Pola ini diterapkan pada kawasan yang mengalami penurunan kualitas lingkungan akibat meningkatnya akivitas.

Berdasarkan pertimbangan daya dukung ruang dan tuntutan dinamika perkembangan kota, maka pengembangan ruang di Kabupaten Gayo Lues dikelompokkan sebagai berikut :

a. Ruang yang dibatasi perkembangannya meliputi ruang ruang memiliki tingkat kerawanan tinggi terhadap bencana (terutama bencana longsor dan banjir bandang dan kemungkinan aktifitas Gunung Berapi), ruang dengan daya dukung lingkungan rendah, serta ruang yang dijaga kelestariannya dalam upaya upaya untuk tetap menjaga keseimbangan ekologi pada Kawasan TNGL dan Kawasan Ekosistem Leuser. Pada kawasan ini prioritas pemanfaatan ruang di arahkan pada upaya mitigasi bencana dengan membatasi perkembangan pola ruang yang tidak sesuai serta mewujudkan struktur ruang yang dapat mereduksi ancaman bencana khususnya bencana banjir dan longsor.

b. Ruang yang dikendalikan perkembanganya adalah ruang kota yang sudah berkembang dan terencana. Pada kawasan yang dikendalikan pengembangannya, prioritas pemanfaatan ruang diarahkan pada upaya untuk menjaga lingkungan yang sudah stabil (tidak mengalami perubahan baik intensitas maupun fungsinya) khususnya pada kawasan perumahan dan kawasan perkantoran. Sedangkan untuk kawasan hutan baik Taman Nasional Gunung Leuser dan Kawasan Ekosistem Leuser pemanfaatan ruang harus dikendalikan sesuai dengan aturan pemanfaatan ruang kawasan kehutanan yang tidak menghilangkan fungsi hutan.

c. Ruang yang didorong perkembanganya adalah ruang kabupaten yang masih belum terbangun dan didorong pengembangan dalam rangka memenuhi kebutuhan dinamika perkembangan pembangunan. Prioritas pemanfaatan ruang pada ruang yang dorong perkembangannya menjadi diarahkan pada pengembangan jaringan jalan baru sebagai pembentuk struktur ruang utama dan pengembagan pola ruang sesuai dengan arahan rencana tata ruang wilayah kabupaten.

(3)

pada lima tahun pertama, sehingga diharapkan memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan Kabupaten Gayo Lues.

Tabel 5.1 Arahan RTRW Kabupaten Gayo Lues untuk Bidang Cipta Karya

ARAHAN POLA RUAN ARAHAN STRUKTUR RUANG

(1) (2)

Kawasan Hutan Produksi Terbatas Pemulihan lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat

Kawasan Pertanian Pembangunan prasarana dan Sarana

Kawasan Perkebunan Pembangunan Infrastruktur

Kawasan Peternakan Pembangunan prasarana dan Sarana

Kawasan Perikanan Pembangunan prasarana dan Sarana

Kawasan Pariwisata Pembangunan Infrastruktur

Kawasan Permukiman Pembangunan Prasarana dan sarana

infrastruktur perkotaan dan perdesaan

Tabel 5.2. Identifikasi Kawasan strategis Kabupaten Gayo Lues berdasarkan RTRW

KAWASAN STRATEGIS

KABUPATEN GAYO LUES SUDUT KEPENTINGAN

LOKASI/BATAS KAWASAN

(1) (2) (3)

Kawasan Taman Nasional Gunung Louser (TNGL)

Pariwisata,lingkungan hidup

Kec. Putri Betung, kec. Blangkejeren dan kec. Blang Pegayon

Kawasan Strategis Kota Terangon dan Pining

Ekonomi, lingkungan

hidup dan

pendayagunaan suber daya alam.

Kecamatan Terangon dan kec. pning

Tabel 5.3. Identifikasi indikasi program RTRW Kabupaten Gayo Lues terkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

NO USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI

MERUPAKAN

1 Rehabilitasi kawasan perkotaan Blangkejeren

Kota Blangkejeren

Tidak APBK/

APBA 2 Peningkatan sarana prasarana wilayah

kawasan perkotaan Blangkejeren

Kota Blangkejeren

Tidak APBN/APBA/

APBK 3 Peningkatan pengelolaan ruang terbuka

hijau

Kota Blangkejeren

Tidak

APBK

4 Peningkatan sarana prasarana fasilitas pemerintahan skala kabupaten

Kota Blangkejeren

Tidak APBK

5 Peningkatan Pembangunan Stadion Seribu Bukit

Kota Blangkejeren

Tidak

APBA

6 Penyusunan RDTR Kecamatan Terangun Kota Terangon Ya APBA/APBK

7 Peningkatan jaringan sarana prasarana wilayah sebagai kota transit barat

Kota Terangun Ya APBN/APBA/

(4)

8 Penyusunan RDTR Kecamatan Pining Kota Pining Ya APBA/APBK

9 Peningkatan jaringan sarana prasarana wilayah sebagai kota transit barat

Kota Pining Ya APBN/APBA/

APBK

10 Penyusunan RDTR Kuta Panjang Kec.

Kutapanjang

Tidak APBA/APBK

11 Peningkatan sarana dan prasarana lapangan pacuan kuda

Kec. Kutapanjang

Tidak APBA

12 Penyusunan RDTR Rikit Gaib Kec. Rikit Gaib Tidak APBA/APBK

13 Penyusunan RDTR Kuta Panjang Kec.

Blangpegayon

Tidak APBA/APBK

14 Penyusunan RDTR Kec. Dabun

Gelang

Tidak APBA/APBK

15 Peningkatan Instalasi Jaringan Air Minum Aih Sejuk

Desa Penggalangan

Tidak APBA/APBK

16 Peningkatan Instalasi Jaringan Air Minum Aih Sekat

Desa Cinta Maju

Tidak APBA/APBK

17 Peningkatan Instalasi Jaringan Air Minum Aih Badak Uken

Desa Sangir Tidak APBA/APBK

18 Peningkatan Instalasi Jaringan Air Minum Aih Selah

Desa Aih Selah Tidak APBA/APBK

19 Peningkatan Instalasi Jaringan Air Minum Aih Geseng

Desa Cane Toa

Tidak APBA/APBK

20 Peningkatan Instalasi Jaringan Air Minum Aih Pertik

Desa Pining Ya APBA/APBK

21 Peningkatan Instalasi Jaringan Air Minum Aih Buntul Musara

Desa Buntul Musara

Tidak APBA/APBK

22 Peningkatan Instalasi Jaringan Air Minum Aih Pucuk Padang

Desa Telege Jernih

Tidak APBA/APBK

23 Peningkatan Instalasi Jaringan Air Minum Aih Kedah

Desa Tingkem Tidak APBA/APBK

24 Pengelolaan TPST (28 unit/site) Desa Durin Tidak APBK

25 Pengelolaan TPST (28 unit/site) Desa

Kutalintang

Tidak APBK

26 Pengelolaan TPST (28 unit/site) Desa

Bustanussalam

Tidak

APBK

27 Pengelolaan TPST (28 unit/site) Desa Kampung Jawa

Tidak APBK

28 Pengelolaan TPST (28 unit/site) Desa

Penampaan

Tidak

APBK

29 Pengelolaan TPST (28 unit/site) Desa Badak Tidak APBK

30 Pengelolaan TPST (28 unit/site) Desa Sangir Tidak APBK

31 Pengelolaan TPST (28 unit/site) Desa Cinta Maju

Tidak APBK

32 Pengelolaan TPST (28 unit/site) Desa Bener Baru

Tidak

APBK

33 Pengelolaan TPST (28 unit/site) Desa

Kutapanjang

Tidak APBK

34 Pengelolaan TPST (28 unit/site) Desa Rikit Dekat

Tidak

APBK

35 Pengelolaan TPST (28 unit/site) Desa

Blangjerango

Tidak APBK

36 Pengelolaan TPST (28 unit/site) Desa

Blangnangka

Tidak

APBK

37 Pengelolaan TPST (28 unit/site) Desa Penosan Tidak APBK

38 Pengelolaan TPST (28 unit/site) Desa Penosan Sepakat

Tidak

APBK

39 Pengelolaan TPST (28 unit/site) Desa Rerebe Tidak APBK

(5)

41 Pengelolaan TPST (28 unit/site) Desa Terangun Ya APBK

42 Pengelolaan TPST (28 unit/site) Desa Pining Ya APBK

43 Pengelolaan TPST (28 unit/site) Desa

Gumpang

Tidak APBK

44 Pengelolaan TPST (28 unit/site) Desa

Marpunge

Tidak APBK

45 Design teknis pengolahan sampah dan limbah skala kabupaten

Desa Blangnangka

Tidak APBK

46 Peningkatan sarana prasarana TPA/IPLT Bangnangka

Desa Blangnangka

Tidak APBN/APBA/APBK

47 Pengembangan teknologi komposting sampah organik dan sistem Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), dan Recycle (mendaur ulang)

Kec. Blangjerango

Tidak APBA/APBK

48 Pengembangan sarana prasarana pengelolaan sampah, termasuk sarana prasarana pengangkutan sampah dari depo wadah komunal (TPS) ke tempat pemrosesan akhir sampah (TPSA) regional

Kec. Blankejeren

Tidak APBN/APBA/APBK

49 Blok drainase permukiman perkotaan Blangkejeren

Kec. Blankejeren

Tidak APBA/APBK

50 Jalan Kutapanjang Desa Blower, Mesjid Raya, Jalan Rikit Gaib Desa Kutalintang, Desa Pengkala, Desa Bustanussalam;

(Aih Porang)

Kec. Blankejeren

Tidak APBA/APBK

51 Kawasan Durin; (Aih Penampaan) Kec. Blankejeren

Tidak APBA/APBK

52 Kawasan Penampaan Uken - Raklunung - Gele - Sere - Lempuh; (Aih k)

54 Blok drainase permukiman perkotaan Kawasan perkotaan kutapanjang melintasi Desa Kuta Ujung - Desa Tampeng;

Kec. Blankejeren

Tidak APBA/APBK

55 Blok drainase permukiman perkotaan Kawasan RSUD melintasi Jalan Pangur - Desa Badak - Desa Sangir - Desa Panglima Linting -Desa Rigep - Desa Rerebe; (Aih Badak)

Kec. Dabun Gelang

Tidak APBA/APBK

56 Blok drainase permukiman perkotaan Kawasan Perkotaan Cinta Maju meliputi :

Kec. Blangpegayon

Tidak APBA/APBK

57 Desa Kong Bur - Desa Tetinggi - Desa Cinta Maju -Desa Umelah - Desa Kutebukit; ( Aih Jahul Tebukit)

Kec. Blangpegayon

Tidak APBA/APBK

58 Kawasan Desa Bener Baru, Desa Blangbengkik, Desa Akang Siwah, Desa Gele; (Aih Gele)

Kec. Blangpegayon

Tidak APBA/APBK

59 Blok drainase permukiman perkotaan Blangjerango melintasi Desa Blangjerango, Desa Peparik Gaib (Aih Peparik);

Kec. Blangjerango

Tidak APBA/APBK

60 Blok drainase permukiman perkotaan Rikit Gaib melintasi Kota Rikit Gaib, Desa Padang Pasir (Aih Tripe);

Kec. Rikit Gaib Tidak APBA/APBK

61 Blok drainase permukiman perkotaan Kota Rikit Gaib, Desa Ampa Kolak (aih tripe);

Kec. Rikit Gaib Tidak APBA/APBK

62 Blok drainase permukiman perkotaan Pantan Cuaca melintasi Desa Godang, Desa Cane Baru, Desa Suri (Aih Selah);

Kec. Pantan Cuaca

Tidak APBA/APBK

63 Blok drainase permukiman perkotaan Terangun melintasi Desa Terangun, Desa Reje Pudung, Desa Rempelam Pinang,

(6)

Desa Rumpi, Desa Garut, Desa Blangkuncir, Desa Kutesange, Desa Gawar (Aih Terangun);

64 Blok drainase permukiman perkotaan Rerebe melintasi Desa Pulo Gelime, Desa Setul, Desa Uyem Beriring, Desa Pasir (Aih Tripe)

Kec. Pantan Cuaca

Tidak APBA/APBK

65 Blok drainase permukiman perkotaan Pining melintasi Desa Gajah (Aih Gajah);

Kec. Pining Ya APBA/APBK

66 Pengembangan sistem saluran, meliputi penetapan saluran primer (Conveyor Drain), saluran pengumpul sekunder dan tersier (Colector Drain);

Kab. Gayo Lues

Tidak APBA/APBK

67 Peningkatan saluran drainase sekunder tersendiri pada kawasan fungsional perdagangan, perkantoran, pariwisata, dan kawasan terbangun lainnya;

Kab. Gayo

69 Peningkatan infrastuktur utama kawasan perkotaan Terango

Kec. Terangon Ya APBN/APBA/APBK

70 Peningkatan infrastuktur utama kawasan perkotaan Pining

Kec. Pining Ya APBN/APBA/APBK

71 Pembangunan Jaringan Air Minum IKK

5.1.1 Prinsip Dasar Safeguard

Prinsip dasar Safeguard Sosial dan Lingkungan dalam penyusunan RPIJM

Kabupaten Gayo Lues meliputi:

 Semua pihak terkait di Kabupaten Gayo Lues wajib memahami, menyepakati, dan

melaksanakan dengan baik dan konsisten kerangka Safeguard Lingkungan dan

Sosial. Bupati Gayo Lues secara formal perlu menyepakati isi kerangka Safeguard

Lingkungan dan Sosial yang disusun. Kerangka safeguard perlu disepakati dan

dilaksanakan bersama oleh stakeholder Kabupaten Gayo Lues yang bersangkutan,

tidak hanya dari pemerintah daerah, namun dari DPRD, LSM, perguruan tinggi dan

masyarakat.

 Pelaksanaan kerangka safeguard dapat dilakukan secara lebih efektif, diperlukan

(7)

kemampuan fasilitasi, penciptaan wadah multi stakeholder dan pengetahuan

teknis dari pihak-pihak terkait.

 Perancangan kerangka safeguard secara sederhana agar mudah dimengerti dan

keterkaitan dengan tahapan investasi menjadi jelas dan dapat dilaksanakan sesuai

prinsip dalam kerangka pekerjaan.

 Prinsip utama safeguard adalah untuk menjamin bahwa program investasi

infrastruktur tidak membiayai investasi apapun yang dapat mengakibatkan dampak

negatif yang serius yang tidak dapat diperbaiki/ dipulihkan. Apabila terjadi dampak

negatif maka perlu dipastikan adanya upaya mitigasi yang dapat meminimalkan

dampak negatif, baik pada tahap perencanaan, persiapan maupun tahap

pelaksanaannya.

 RPIJM diharapkan tidak membiayai kegiatan investasi karena kondisi lokal tertentu

yang tidak memungkinkan terjadinya konsultasi safeguard dengan masyarakat

yang potensial dipengaruhi dampak lingkungan atau warga terasing dan rentan

atau warga yang terkena dampak pemindahan secara memadai.

 Untuk memastikan bahwa safeguard dilaksanakan dengan baik dan benar, maka

diperlukan tahap-tahap sebagai berikut:

 Identifikasi, penyaringan dan pengelompokan (kategorisasi) dampak.

 Studi dan penilaian mengenai tindakan yang perlu dan dapat dilakukan. Pada

saat yang sama, juga perlu didiseminasikan dan didiskusikan dampak dan

alternatif rencana tindak penanganannya.

 Perumusan dan pelaksanaan rencana tindak

 Pemantauan dan pengkajian terhadap semua proses safeguard

 Perumusan mekanisme penanganan dan penyelesaian keluhan (complaints)

yang cepat dan efektif.

 Setiap keputusan, laporan dan draft perencanaan final yang berkaitan dengan

kerangka safeguard harus dikonsultasikan dan didiseminasikan secara luas,

terutama kepada warga yang berpotensi terkena dampak. Sasaran yang perlu

diprioritaskan adalah warga yang terkena dampak, harus mendapatkan

kesempatan untuk ikut mengambil keputusan dan menyampaikan aspirasi dan

keberatannya atas rencana investasi yang berpotensi dapat menimbulkan dampak

negatif atau tidak diinginkan oleh masyarakat.

(8)

Karakteristik kegiatan yang didanai dalam rencana program investasi

infrastruktur, kerangka safeguard RPIJM Infrastruktur Bidang PU/ Cipta Karya terdiri oleh

beberapa komponen antara lain:

 Safeguard Lingkungan

Kerangka ini dimaksudkan untuk membantu Kabupaten Gayo Lues dapat

melakukan evaluasi secara sistematik dalam penanganan, pengurangan dan

pengelolaan resiko lingkungan yang tidak diinginkan, promosi manfaat lingkungan,

dan pelaksanaan keterbukaan serta konsultasi publik dengan warga yang terkena

dampak atau PAP (Potentially Affected People).

 Safeguard Pengadaan Tanah dan Permukiman Kembali

Kerangka untuk membantu Kabupaten Gayo Lues dalam melakukan evaluasi

secara sistematik dalam penanganan, pengurangan dan pengelolaan resiko sosial

yang tidak diinginkan, promosi manfaat sosial, dan pelaksanaan keterbukaan serta

konsultasi publik dengan masyarakat yang terkena dampak pemindahan atau DP

(displaced people).

5.1.3 Pembiayaan

Pembiayaan rencana safeguard sosial dan lingkungan dapat dilaksanakan

melalui APBN, APBD Provinsi, dan APBD Kabupaten Gayo lues.

5.2 KOMPONEN SAFEGUARD 5.2.1 Komponen Sosial Ekonomi

Komponen Sosial Ekonomi yang akan dikaji dalam Rencana Program Investasi

Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Keciptakaryaan Kabupaten Gayo Lues berdasarkan

program-program pembangunan yang diusulkan per bidang. Pembahasan sosial ekonomi

berdasarkan kompensasi pembiayaan (ganti rugi) yang harus diterima oleh masyarakat

yang diakibatkan oleh realisasi program. Program Pembangunan TPA Blangnangka yang

pembebasan lahannya harus ditanggung oleh Pemerintah Kabupaten Gayo Lues dengan

mengganti ganti rugi dari harga tanah per m2. Pembangunan TPA Blangnangka akan

lebih efisien apabila menggunakan lahan Pemerintah Kabupaten Gayo Lues.

Program-program yang diusulkan dalam RPIJM Bidang PU/ Ciptakarya oleh

Pemerintah Kabupaten Gayo Lues dikategorikan program yang tidak menimbulkan

(9)

sharing dari masyarakat terutama pembebasan lahan yang akan ditanggung oleh

pemerintah daerah, terutama program yang akan direalisasikan fisiknya.

5.2.2 Komponen Sosial Budaya

Komponen sosial budaya yang akan dikaji dalam penyusunan Rencana Program

Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang PU/ Ciptakarya adalah pelaksanaan dari

program yang telah disusun tersebut yang kemudian berpotensi menimbulkan dampak

besar dan penting bagi masyarakat atau tidak.

Secara teknis program-program yang akan dilaksanakan tidak akan merubah

karakterisik masyarakat, terutama dari segi mata pencaharian. Namun Realisasi program

tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan merubah

perilaku masyarakat menjadi lebih baik, terutama perilaku hidup sehat.

Program-program yang akan menyentuh langsung dalam kehidupan masyarakat adalah

penyediaan sarana dan prasarana air minum dan penyehatan lingkungan.

5.2.3 Komponen Lingkungan

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) yang terkait dengan

komponen lingkungan adalah pembangunan TPA Blangnangka yang secara langsung

berdampak terhadap lingkungan, antara lain: air tanah, lahan dan vegetasi. Sedangkan

program lain yang diprediksikan dapat menimbulkan dampak besar dan penting apabila

tidak dikaji penanganannya adalah rencana pembangunan IPLT. Realisasi program

tersebut apabila tidak dikaji secara teknis dapat menimbulkan pencemaran air tanah.

5.3 METODA PENDUGAAN DAMPAK

Metoda pendugaan dampak digunakan untuk menentukan perubahan

kuantitatif yang meliputi dimensi waktu dan ruang yang akan terjadi pada suatu

kegiatan invetasi bidang keciptakaryaan yang akan dilaksanakan di Kabupaten Gayo

Lues. Metoda pendugaan dampak berdasarkan cara dampak ditetapkan dapat

diklasifikasikan menjadi:

1. Metoda Ad Hoc

a. Sangat sedikit memberikan pedoman cara melakukan pendugaan bagi

(10)

b. Anggota tim bebas menggunakan keahliannya dalam melakukan

pendugaan;

c. Komponen lingkungan yang digunakan biasanya merupakan bidang yang

luas, contoh: dampak pada hutan, danau dll.

2. Metoda Overlays

a. Menggunakan sejumlah peta di lokasi kegiatan yang akan dibangun dan

daerah di sekitarnya;

b. Tiap peta menggambarkan komponen lingkungan yang meliputi aspek

fisika- kimia, biologi, sosial-ekonomi dan sosial-budaya;

c. Penggabungan dalam bentuk overlays akan menunjukkan kumpulan/

susunan keadaan lingkungan secara keseluruhan;

d. Kelemahannya dalam penyajian dampak secara kuantitatif dan aliran

dampak dari komponen lingkungan.

3. Metada Checklist

a. Metoda ini berbentuk daftar komponen lingkungan yang kemudian

digunakan untuk menentukan komponen mana yang terkena dampak;

b. Awalnya metoda ini sangat sederhana, tetapi kemudian berkembang terus

dan hingga dapat mencari pemecahan masalah metoda lain;

c. Berdasarkan perkembangannya metoda ini dapat dibagi menjadi:

1) Checklist sederhana (simple checklist);

2) Checklist dengan uraian (decriptive checklist);

3) Checklist berskala (scaling checklist);

4) Checklist berskala dengan pembobotan (scale weighted checklist).

4. Metoda Matrices

a. Merupakan bentuk checklist dua dimensi yang menggunakan satu lajur

untuk komponen dan satu lajur lagi untuk daftar aktivitas proyek/ kegiatan;

b. Metoda ini tidak dapat menunjukan aliran dampak atau hubungan antar

komponen.

5. Metoda Networks

a. Disebut juga skema aliran (flowchart) atau aliran dampak (impact flow);

b. Disusun berdasarkan daftar aktivitas yang saling berhubungan dan

(11)

c. Penyusunan aliran dampak ini dapat menggambarkan dampak langsung dan

tidak langsung serta hubungan antar komponen sehingga dalam evaluasi

keseluruhan dapat dicari aktivitas utama yang perlu dikendalikan.

6. Metode Modifikasi dan Kombinasi

Menyadari kelemahan masing-masing metoda maka dapat dilakukan modifikasi

atau kombinasi dari kelima metoda yang ada.

5.4 PEMILIHAN ALTERNATIF 5.4.1 Proses Pemilihan Alternatif

Pemilihan alternatif sangat terkait dengan metoda pendugaan dampak RPIJM

Bidang Keciptakaryaan di Kabupaten Gayo Lues disesuaikan dengan usulan program

maupun kebutuhan per kegiatan. Kajian pendugaan dampak dapat diimplementasikan

dengan memperhatikan rencana kegiatan per bidang Ciptakarya yang wajib didukung

dengan dokumen Analisis Manajemen Dampak Lingkungan maupun kegiatan yang hanya

dilengkapi dengan dokumen UKL-UPL.

Pembangunan fisik yang tidak menimbulkan dampak besar dan penting namun

memberikan manfaat kepada masyarakat, terutama pembangunan sarana dan prasarana

air bersih tidak didukung dengan dokumen AMDAL ataupun UKL-UPL.

5.4.2 Penyajian Pemilihan Alternatif

Program pembangunan IPLT (Instalasi Pengolahan Limbah Tinja) membutuhkan

adanya dokumen AMDAL karena faktor yang perlu dikaji adalah lokasi dan jarak dengan

perumahan masyarakat ataupun badan sungai.

Program – program dalam RPIJM Kabupaten Gayo Lues perlu mengkaji

dukungan AMDAL atau tidak karena sebagian besar kegiatan masih dalam tahapan

rencana dan belum terbangun. Pembangunan perlu didukung UKL-UPL apabila kegiatan

pembangunan tersebut sudah teralisasikan namun belum didukung dengan AMDAL.

Sedangkan kegiatan yang tidak diwajibkan menyusun AMDAL dan dampak kegiatan

mudah dikelola dengan teknologi yang tersedia tetap menyusun kajian lingkungan.

Kajian lingkungan ini berupa Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya

Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL).

(12)

Pelaksanaan pembangunan yang diperkirakan memberi dampak terhadap

lingkungan harus memperhatikan peraturan perundangan yang berlaku. Studi AMDAL

wajib dilaksanakan dan dibahas sebelum suatu proyek/ kegiatan dilaksanakan/ didirikan

atau dibangun. Hasil studi Analisis Manajemen Dampak Lingkungan (AMDAL) menjadi

bahan pertimbangan dalam pemberian izin usaha atau kegiatan oleh Bupati/ Walikota

atau Gubernur atau Menteri.

5.5.2 Pelaksanaan Pengelolaan

Pelaksanaan pengelolaan dari pembangunan yang dilakukan menjadi tanggung

jawab pemrakarsa sebelum proyek tersebut selesai direalisasikan. Pengelolaan dapat

dilakukan oleh swasta maupun pemerintah daerah atau dikelola bersama antara swasta

dan pemerintah daerah.

5.5.3 Pembiayaan Pengelolaan

Semua pembiayaan pengelolaan lingkungan menjadi beban pemrakarsa mulai

dari pra konstruksi, konstruksi maupun pasca konstruksi.

Pemrakarsa menyampaikan pengumuman tentang kegiatan yang akan dilakukannya

studi AMDAL di wilayah kerja, dan masyarakat diberi kesempatan untuk memberi

tanggapan, saran, atau masukan. Pengumuman disampaikan melalui media cetak,

seperti: surat kabar, majalah, papan pengumuman di lokasi rencana proyek, atau di

kantor pemerintah setempat dan penyampaian pengumuman terdapat batas waktunya.

5.6 RENCANA PEMANTAUAN SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN 5.6.1 Tipe Pemantauan

Tipe pemantauan yang akan dilakukan terhadap realisasi kegiatan-kegiatan di

dalam Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kabupaten Gayo Lues adalah

periodik dan berkala.

5.6.2 Prosedur Pemantauan

Prosedur pemantauan terhadap realisasi kegiatan-kegiatan di dalam Rencana

Program Investasi Jangka Menengah Kabupaten Gayo Lues adalah monitoring dapat

dilakukan oleh Pemerintah Daerah, khususnya Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Gayo

(13)

5.6.3 Pelaksanaan Pemantauan

Pemantauan yang akan dilaksanakan terhadap realisasi rencana program

tersebut akan dilaksanakan secara periodik per minggunya ataupun dapat dilakukan

Gambar

Tabel 5.1 Arahan RTRW Kabupaten Gayo Lues untuk Bidang Cipta Karya

Referensi

Dokumen terkait

Karbon alami dan karbon aktif merupakan hasil pembakaran bahan seperti kayu, kulit, sabut kelapa, sekam padi, tempurung kelapa dan batu bara. Hanya yang membedakan adalah

Dengan diketahuinya kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal materi bangun ruang sisi datar kubus dan balok maka dalam melaksanakan kegiatan belajar

Pada penelitian ini terdapat dua peraturan perundangan yang dikhususkan untuk diteliti, yaitu PP 6/2007 jo PP 3/2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan

Rencana Induk Kewirausahaan Nasional adalah pedoman bagi pemerintah dan wirausaha dalam perencanaan dan pembangunan kewirausahaan nasional yang disusun untuk jangka waktu tertentu

Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama, bahwa Islam merupakan agama tauhid yang mengajak manusia untuk memurnikan ibadah mereka hanya kepada Allah dan

Sebagai contoh, di dunia nyata kita menggunakan peralatan yang sifatnya fisik seperti pensil, penggaris dan jangka, sedangkan dalam Geogebra kita dapat

Pengeringan benih merupakan suatu cara untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari suatu benih dengan menggunakan energi panas, sehingga tingkat kadar

Jumlah Siswa Putus Sekolah Jenjang Sekolah Menengah Atas Menurut Tingkat Tiap Provinsi..