• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab V - DOCRPIJM 1d072b0039 BAB VBAB 5 KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Bab V - DOCRPIJM 1d072b0039 BAB VBAB 5 KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

V-1

Bab V

Keterpaduan Strategi

Pengembangan

5.1. ARAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN LAMONGAN

Berdasarkan amanat Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, kabupaten/kota wajib menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota yang ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kabupaten/kota. Dalam penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya, beberapa yang perlu diperhatikan dari RTRW Kabupaten/Kota adalah seperti yang ditampilkan pada tabel berikut:

Tabel 5. 1 Arahan RTRW Kabupaten/Kota untuk Bidang Cipta Karya

ARAHAN POLA RUANG ARAHAN STRUKTUR RUANG

1. Kawasan Lindung 1. Rencana Pengembangan Sistem Perdesaan

a. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, melalui penetapan kawasan hutan di Kabupaten Lamongan dan pengamanan wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan solo;

Arahan pengembangan sistem perdesaan dilakukan dengan membentuk pusat pelayanan desa secara hierarki. Yang meliputi :

a. pusat pelayanan antar desa; b. pusat pelayanan setiap desa;

c. pusat pelayanan pada setiap dusun atau kelompok permukiman.

b. Kawasan perlindungan setempat, melalui perbaikan mangrove dan kawasan pesisir bagian utara Kabupaten Lamongan;

c. Kawasan suaka alam dan pelestarian alam, melalui perlidungan kawasan cagar budaya yang terdapat di bagian utara berupa Makam Sunan Drajad, Monumen Van Der Wijck dan dibagian selatan berupa Makam Nyai Andongsari;

2. Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan

1) Pusat kegiatan perkotaan meliputi :

a. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) terdapat di Perkotaan Lamongan yang merupakan bagian dari Kawasan Perkotaan Gerbangkertosusila;

b. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) meliputi Perkotaan Brondong-Paciran, Perkotaan Babat, Perkotaan Sukodadi dan Perkotaan Ngimbang;

c. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) meliputi perkotaan Sukorame, perkotaan Bluluk, perkotaan Sambeng, perkotaan Mantup, perkotaan Kembangbahu, perkotaan Sugio, perkotaan Kedungpring, perkotaan Modo, perkotaan Pucuk, perkotaan Tikung, perkotaan Sarirejo, perkotaan Deket, perkotaan Glagah, perkotaan

Karangbinangun, perkotaan Turi, perkotaan Kelitengah, perkotaan Karanggeneng, perkotaan Sekaran, perkotaan Maduran, perkotaan Laren dan perkotaan Solokuro. (2) Hierarki perkotaan meliputi :

a. perkotaan sedang meliputi Perkotaan Lamongan, Perkotaan Brondong-Paciran, dan Perkotaan Babat; d. Kawasan bencana alam, melalui

peningkatan kegiatan untuk penanggulangan bencana alam pada daerah yang dilalui oleh sungai Bengawan Solo; serta

e. Kawasan lindung lainnya, melalui pengembalian rona alam yang mengalami kerusakan pada kawasan-kawasan konservasi.

2. Kawasan Budidaya

(2)

V-2

ARAHAN POLA RUANG ARAHAN STRUKTUR RUANG

dari luas Kabupaten Lamongan. b. perkotaan kecil meliputi Perkotaan Sukodadi dan Perkotaan Ngimbang;

c. perkotaan sangat kecil meliputi Perkotaan lainnya di Kabupaten Lamongan

(3)Wilayah Pengembangan (WP) meliputi 5 (lima) WP: a. WP 1 meliputi: Kecamatan Lamongan, Kecamatan Deket,

Kecamatan Glagah, Kecamatan Tikung, Kecamatan Sarirejo, Kecamatan Karangbinangun dan Kecamatan Kembangbahu;

b. WP 2 meliputi: Kecamatan Paciran, Kecamatan Brondong, Kecamatan Laren dan Kecamatan Solokuro; c. WP 3 meliputi: Kecamatan Babat, Kecamatan Sekaran,

Kecamatan Maduran, Kecamatan Pucuk dan Kecamatan Kedungpring;

d. WP 4 meliputi: Kecamatan Sukodadi, Kecamatan Turi, Kecamatan Karanggeneng, Kecamatan Kalitengah dan Kecamatan Sugio;

e. WP 5 meliputi: Kecamatan Ngimbang, Kecamatan Sambeng, Kecamatan Bluluk, Kecamatan Sukorame, Kacamatan Mantup dan Kecamatan Modo.

(4) Pengembangan fasilitas kawasan perkotaan adalah : a. pada WP 1 dengan fungsi pengembangan sebagai pusat

pemerintahan kabupaten, pusat perdagangan dan jasa skala kabupaten, pusat kesehatan skala kabupaten, pusat pendidikan, pusat olahraga dan kesenian skala kabupaten, perlindungan sumber daya air di Sungai Bengawan Solo serta sebagai pengembangan pertambangan, pertanian, peternakan, kegiatan industri kerajinan rakyat, kegiatan perikanan dan kegiatan pariwisata dan sarana/prasarana penunjangnya;

b. pada WP 2 dengan fungsi pengembangan sebagai pemerintahan skala kecamatan/lokal, pusat perdagangan dan jasa skala regional, pusat industri besar dan strategis nasional, pusat transportasi nasional, pengembangan kawasan minapolitan, pusat pelabuhan dan industri perikanan skala regional dan nasional, pusat kegiatan pariwisata skala regional, pusat pelayanan pelabuhan barang skala regional, pusat pengembangan pendidikan, serta sebagai pengembangan kegiatan industri kerajinan rakyat, pertanian, peternakan dan pertambangan; c. pada WP 3 dengan fungsi pengembangan sebagai pusat

pemerintahan skala kecamatan/lokal, pusat perdagangan dan jasa skala regional, pusat pengembangan industri kerajinan rakyat, industri pengolahan hasil pertanian, pusat perlindungan sumberdaya air di aliran sungai bengawan solo, pengembangan jaringan transportasi darat regional, perlindungan sumber daya air di Sungai Bengawan Solo serta sebagai pengembangan kegiatan pertanian, kehutanan dan pariwisata;

d. pada WP 4 dengan fungsi pengembangan sebagai pusat pemerintahan skala kecamatan/lokal, pusat perdagangan regional dan jasa-jasa, pusat pelayanan umum, pusat pengembangan kegiatan industri, pusat kegiatan pariwisata, pusat kegiatan pertanian, serta sebagai pengembangan pertanian, peternakan, kegiatan industri kerajinan rakyat, transportasi, kegiatan pariwisata, b. Kawasan pertanian, melalui :

·Penetapan lahan pertanian pangan berkelanjutan (sawah beririgasi teknis); · Pengembangan holtikultura unggulan; · Pengembangan sentra peternakan; serta ·Pengembangan perikanan (Minapolitan

tangkap dan budidaya).

c. Kawasan industri, melalui pengembangan industri besar di wilayah pantura, industri menengah di wilayah selatan dan home industry di wilayah utara dan selatan. d. Kawasan pariwisata, melalui :

· Pengembangan zona wisata yang terbagi dalam tiga zona yaitu Zona I di Pantura dengan pusat WBL, Zona II di wilayah tengah dengan pusat Babat Barrage; Zona III diwilayah Selatan dengan pusat di Makam Nyai Andongsari; dan

·Pengembangan wisata unggulan di Kabupaten Lamongan, yaitu : Wisata alam : Waduk Gondang di Kecamatan Sugio, kecamatan Maduran, Makam Nyai Putri Andongsari di Kecamatan Ngimbang, serta Makam Tumenggung Surajaya (Mbah Lamomg) di Kecamatan Lamongan. Wisata Minat Khusus : TPI Kranji di Desa Kranji, TPI Brondong di kecamatan Brondong, Sumber mata air panas Tepanas di Desa Kranji Kecamatan Paciran, Sumber air panas Puncakwangi di kecamatan Babat, Babat Barrage di Kecamatan Maduran, Monumen van Der Wijck di Kecamatan Brondong,

(3)

V-3

ARAHAN POLA RUANG ARAHAN STRUKTUR RUANG

pengembangan jaringan transportasi skala regional, serta perlindungan sumber daya air di Sungai Bengawan Solo; e. pada WP 5 dengan fungsi pengembangan sebagai pusat

pemerintahan skala kecamatan/lokal, pusat kegiatan pertanian, pusat pengembangan agropolitan, pengembangan kegiatan industri kerajinan rakyat, industri pengolahan hasil pertanian, serta sebagai pengembangan pertanian berupa tanaman pangan dan perkebunan, peternakan, kegiatan industri kerajinan rakyat, pariwisata, kehutanan dan transportasi. 3. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Wilayah meliputi:

a. rencana sistem jaringan transportasi; b. rencana sistem jaringan prasarana energi; c. rencana sistem jaringan telekomunikasi;

d. rencana sistem jaringan prasarana sumber daya air; e. rencana sistem jaringan prasarana lainnya.

Tabel 5. 2 Identifikasi Kawasan Strategis Kabupaten Lamongan (KSK) Berdasarkan RTRW

KAWASAN STRATEGIS KAB./KOTA

SUDUT

KEPENTINGAN LOKASI/ BATAS KAWASAN

Kawasan Strategis

a. Perkotaan Lamongan sebagai KSN

b. Lamongan Shorebase (LS) di Kecamatan Paciran sebagai KSP c. Kawasan Agroindustri Gelang Utara (Gresik – Lamongan)

dengan industri pengolahan ikan laut di Kecamatan Brondong dan Paciran sebagai KSP

d. Kawasan Kerjasama Regional segitiga emas (Tuban – Lamongan – Bojonegoro) sebagai KSP

e. Kawasan Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong di Kecamatan Brondong;

f. Kawasan wisata pantai utara Lamongan (Wisata Bahari Lamongan, Gua Maharani dan zoo, Makam Sunan Drajad, Makam Sendang Duwur dan TPI di Pantura)

g. Kawasan Pelabuhan ASDP di Kecamatan Paciran h. Kawasan agropolitan di wilayah selatan

i. Kawasan perdagangan dan jasa di Kecamatan Babat Kawasan Strategis

a. Kawasan Monumen Van Der Wijck di Kecamatan Brondong b. Kawasan Makam Sunan Drajat di Kecamatan Paciran c. Kawasan Makam Sendang Duwur di Kecamatan Paciran d. Kawasan Makam Jaka Tingkir di Kecamatan Maduran e. Kawasan Makam Nyai Ratu Andongsari di Kecamatan

Ngimbang

f. Desa Balun di Kecamatan Turi Kawasan Strategis

a. kawasan DAS Bengawan Solo sebagai Kawasan Strategis Propinsi (KSP);

b. kawasan aliran sungai Bengawan Solo

c. kawasan Waduk Gondang dan Waduk Prijaten di Kecamatan Sugio

(4)

V-4 Tabel 5. 3 Identifikasi Indikasi Program RTRW Kabupaten Lamongan

Terkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI

MERUPAKAN KSK (Ya/Tidak)

SUMBER

PENDANAAN INSTANSI PELAKSANA

A Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten

1 . Perwujudan Pusat Kegiatan

2.1. Membentuk Pusat Kegiatan Perkotaan secara terintegrasi dan berhirarki a. Pemantapan ibukota kabupaten

sebaga Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

Bappenas, Bappeda Prov dan Kab.,Kementerian PU, DPU Prov dan Kabupaten

b. Penetapan perkotaan Pusat Wilayah Pengembangan (WP) sebagai Pusat Kegiatan Lokal Perioritas (PKLp)

Bappenas, Bappeda Prov dan Kab., Kementerian PU, DPU Prov dan Kabupaten

c. Penetapan perkotaan kecamatan sebagai Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)

Bappenas, Bappeda Prov dan Kab., Kementerian PU, DPU Prov dan Kabupaten

2.2.Pengembangan pusat kegiatan perkotaan.

a. Pengembangan perkotaan Lamongan sebagai pusat kegiatan pemerintahan Perhubungan, DPU Prov dan Kabupaten, Dinas

Perhubungan Prov dan Kabupaten

b. Pengembangan perkotaan Paciran-Brondong sebagai pusat industri dan perhubungan laut Perindustrian, DPU Prov dan Kabupaten, Dinas

Perhubungan Prov dan Kabupaten, Dinas Kelautan dan Perikanan Prov dan Kabupaten, Dinas Kopindag Prov dan Kabupaten

c. Pengembangan perkotaan Babat sebagai pusat perdagangan dan jasa skala regional Perindustrian, DPU Prov dan Kabupaten, Dinas

(5)

V-5

USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI

MERUPAKAN KSK (Ya/Tidak)

SUMBER

PENDANAAN INSTANSI PELAKSANA

d. Pengembangan perkotaan Ngimbang sebagai pusat pelayanan kegiatan agropolitan Kehutanan, DPU Prov dan Kabupaten, Dinas Perhubungan Prov dan Kabupaten, Dinas Kehutanan Prov dan Kabupaten 2. Perwujudan Sistem Prasarana

2.1.Transportasi

Transportasi Darat

a. Jalan nasional bebas hambatan :

Gresik – Lamongan - Tuban Kabupaten Lamongan

APBN, APBD Prov, APBD Kab., BUMN

Kemen PU, Kemen

Perhubungan, PT. Jasa Marga, DPU Prov dan Kab., Dinas Perhubungan Prov dan Kab., BPN, Bappeda Kab

b. Jalan nasional arteri Gresik – Jl.Pang.Sudirman;Jl.Pang.Sudirman – Jl. Jaksa Agung Suprapto; Jl.Jaksa Agung Suprapto – Lamongan; Lamongan – Babat; Babat – Widang

Kabupaten Perhubungan, DPU Prov dan Kab., BPN, Bappeda kab, Dinas Perhubungan Prov dan Kabupaten

c. Jalan nasional kolektor Babat – Bojonegoro dan Gresik – Sadang-Tuban Perhubungan, DPU Prov dan Kab., BPN, Bappeda kab, Dinas Perhubungan Prov dan Kabupaten

d. Jalan Provinsi jalan kolektor Babat – Temangkar; Jl.Lamongrejo; Jl.Akhmad Dahlan; Jl.Sunan Drajad; Jl.Raya Mantup; Lamongan – Bts Kab.Mojokerto; Babat –

Bts.Kab.Jombang; Jalan Lamongan- Babat; Jalan Halte (Dradah, Ngimbang dan Kambangan) Kab., BPN, Bappeda kab, Dinas Perhubungan Prov dan Kabupaten

e. Rencana pengembangan jalan antar kecamatan

Kabupaten

Lamongan

APBD Prov, APBD Kab.

DPU Bina Marga Prov dan Kab, DPU Cipta Karya Prov dan Kab, BPN, Bappeda, BPM, Dinas Perhubungan

Kabupaten

f. Jalan Lingkar Selatan Panturadengan ruas jalan Kecamatan Paciran – Solokuro – Brondong Perhubungan, DPU Prov dan Kab., BPN, Bappeda kab, Dinas Perhubungan Prov dan Kabupaten

g. Jalan Lingkar Utara Lamongan dengan ruas jalan Deket – Lamongan – Turi Perhubungan, DPU Prov dan Kab, Dinas Perhubungan Prov dan Kab, BPN, Bappeda Kab

h. Jalan Lingkar Selatan Babat (Kecamatan Babat – Kab. Bojonegoro) Perhubungan, DPU Prov dan Kab, Dinas Perhubungan Prov dan Kab, BPN, Bappeda Kab

(6)

V-6

USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI

MERUPAKAN KSK (Ya/Tidak)

SUMBER

PENDANAAN INSTANSI PELAKSANA

j. Peningkatan kelas terminal Perkotaan Babat

APBN, APBD Prov, APBD Kab.

Kemen Perhubungan, Kemen PU, Dinas Perhubungan Prov dan Kab, DPU Prov dan Kab, BPN, Bappeda Kab

k. Pengembangan terminal terpadu pantura di Kecamatan paciran

Kecamatan Paciran

APBN, APBD Prov, APBD Kab.

Kemen Perhubungan, Kemen PU, Dinas Perhubungan Prov dan Kab, DPU Prov dan Kab, BPN, Bappeda Kab

l. Pengadaan trayek baru yang menghubungkan kecamatan Paciran dengan Kabupaten Tuban

Kabupaten

Lamongan

APBD Prov, APBD Kab.

Kemen Perhubungan, Kemen PU, Dinas Perhubungan Prov dan Kab, DPU Prov dan Kab, BPN, Bappeda Kab

m. Rencana pengembangan terminal barang

Perhubungan Prov dan Kab, DPU Prov dan Kab, BPN, Bappeda Kab

n. Rencana pengembangan dan peningkatan terminal

Perhubungan Prov dan Kab, DPU Prov

dan Kab, BPN, Bappeda Kab

o. Pengembangan jalur angkutan bus metro rute Surabaya – Lamongan - Babat

Perhubungan Prov dan Kab, DPU Prov

dan Kab, BPN, Bappeda Kab

p. Pengembangan jalur perkeretaapian komuter rute Surabaya – Lamongan – Babat

Kabupaten

KAI, Dinas Perhubungan Prov dan Kab,

DPU Prov dan Kab, BPN, Bappeda Kab

q. Transportasi perkeretaapian

· Pengembangan jalur perkeretaapian

Kemen Perhubungan, PT KAI, Dinas

Perhubungan Prov dan Kab · Pengembangan jalur

perkerataapian komuter

Surabaya - Lamongan - Babat

BUMN

· Pengembangan jaringan kereta api ganda

Surabaya - Lamongan – Babat - Jombang

BUMN

· Pengembangan stasiun kereta api Perkotaan

Lamongan BUMN

· Konservasi jalur perkeretaapian mati

b. Pengembangan pelabuhan umum yaitu pelabuhan Lamongan Perhubungan Prov dan Kab, Swasta

Transportasi Udara

Relokasi Bandar Udara Juanda Kabupaten

(7)

V-7

USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI

MERUPAKAN KSK (Ya/Tidak)

SUMBER

PENDANAAN INSTANSI PELAKSANA

2.2. Prasarana Energi

a. Pengembangan sistem

interconected Jawa – Bali Pulau Jawa-Bali

BUMN

PLN b. Pengembangan jaringan pipa

minyak dan gas bumi Bunder – Lamongan; Lamongan – Babat; Babat –Bojonegoro;

Kemen ESDM, Dinas ESDM Prov, Bappeda, Bag. Perekonomian, BPMD Kab

c. Pengembangan SUTET Kec.Ngimbang – Modo – Kedungpring – Kec.Babat

d. Pengembangan SUTT

Kec.Babat-Pucuk – Sukodadi - Lamongan BUMN PLN

e. pengembangan Gardu Induk PLN 500 KV f. Pengembangan Gardu Induk PLN

150 KV 2.3. Prasarana Telekomunikasi

a. Penyediaan tower BTS (Base Transceiver Station) secara bersama-sama

teknologi telekomunikasi pada wilayah - wilayah terpencil

Kabupaten

2.4. Prasarana Sumber Daya Air a. Sumberdaya air lintas Provinsi

Sungai bengawan Solo dan Floodway

b. Normalisasi DAS Bengawan Solo Kabupaten

Lamongan

APBD Kab, APBD Prov dan APBN

c. Penataan Sistem Jaringan Bengawan Jero

Kabupaten

d. Rehabilitasi Kali Corong Kab. Lamongan – Kab. Gresik

APBD Kab, APBD Prov dan APBN

2.5. Prasarana Lainnya

a. TPA Kabupaten

b. Tempat pengelolaan limbah industri B3 dan non B3

Kabupaten

B Perwujudan Pola Ruang

1. Perwujudan Kawasan Lindung

1.1. Kawasan Perlindungan setempat a. Perlindungan setempat sempadan

pantai;

Kemen LH, Kemen PU, Kemen Kehutanan, Dinas Kelautan dan

Perikanan Prov dan Kab, BLH Prov dan

Kab, DPU Prov dan Kab, Dinas Pertanian dan Kehutanan Prov dan

(8)

V-8

USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI

MERUPAKAN KSK (Ya/Tidak)

SUMBER

PENDANAAN INSTANSI PELAKSANA

b. Perlindungan setempat sempadan sungai;

c. Perlindungan Waduk dan embung, dibatasi untuk pariwisata dan menghindari bangunan radius

d. Perlindungan mata air Kabupaten

Lamongan

APBN, APBD Prov, APBD Kab.

Perhutani

1.2. Pemantapan kawasan Cagar Budaya a. Memelihara nilai dan fungsinya

sebagai peninggalan sejarah, objek penelitian dan pariwisata Monumen Van Der Wijck di Kecamatan Brondong, Makam Sunan Drajad di Kecamatan Paciran, Makam Sendang Duwur di Kec.Paciran, Makam Joko Tingkir di Kecamatan Maduran, Makam Nyai Ratu Andongsari di Kec. Ngimbang, Desa Balun di Kec.Turi, situssitus lain

Pariwisata Prov dan Kab, BPN, Bappeda Kab

b. Pelaksanaan kerjasama pengelolaan kawasan

Bappenas, Bappeda Prov dan Kab

1.3. Kawasan Rawan Bencana Alam

a. Perlindungan kawasan rawan gelombang pasang

Kemen PU, BNPB, DPU Prov dan Kab, BPBD Prov dan Kab, Bappeda

b. Perlindungan kawasan rawan banjir Kecamatan Babat, Sekaran,

1.4. Kawasan Lindung Geologi

Perlindungan kawasan Gua Maharani dan Zoo sebagai kawasan

lindung geologi Kecamatan Paciran

dan Kab, Bappeda, BLH

2. Perwujudan Kawasan Budidaya

2.1. Pengembangan hutan produksi dan fungsi lindung

2.2. Pengembangan kawasan

hutanrakyat 27 Kecamatan

APBN, APBD Prov, APBD Kab.

Perhutani Kemen Kehutanan, Dinas Pertanhut

Prov dan Kab

2.3. Pengembangan kawasan pertanian

a. Pertanian tanaman pangan Kabupaten

lamongan

APBN,APBD Prov, APBD

(9)

V-9

USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI

MERUPAKAN KSK (Ya/Tidak)

SUMBER

PENDANAAN INSTANSI PELAKSANA

Kab. Pertanhut Prov dan Kab, DPU Prov dan Kab

b. Pertanian Hortikultura 27 Kecamatan APBD Prov,

APBD Kab. swasta

c. Kawasan Agropolitan Wilayah selatan

Lamongan

Kemenpera, Kemen PU, DPU Prov dan

Kab, Bappeda, BPN

2.9. Pengembangan kawasan pesisir Kecamatan Paciran dan

DPU Prov dan Kabupaten, Dinas

Perhubungan Prov dan Kabupaten,

Dinas Kelautan dan Perikanan Prov

dan Kabupaten, Dinas Kopindag Prov dan Kabupaten, Swasta

C. Perwujudan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK)

1.1. KSK untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi

a. Pengembangan Gerbangkertosusila sebagai KSN

b. Kawasan Strategis Ekonomi Lamongan Shorebase (LS) sebagai KSP

Kab, Dinas Perhubungan Prov dan Kab,

Disperindag Prov dan Kab c. Kawasan Agroindustri Gelang Utara

(Gresik – Lamongan) dengan industri pengolahan ikan laut sebagai KSP

Disperindag Prov dan Kab, Dinas

Kelautan dan Perikanan Prov dan Kab

Kemen PU, Kemen Perhubungan,

Kemen Perindustrian, Kemen Kelautan

dan Perikanan, DPU Prov dan Kab,

Dinas Perhubungan Prov dan Kab,

d. Kawasan Kerjasama Regional segitiga emas pertumbuhan Tuban – Lamongan – Bojonegoro sebagai KSP

(10)

V-10

USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI

MERUPAKAN KSK (Ya/Tidak)

SUMBER

PENDANAAN INSTANSI PELAKSANA

dan Kab,

Disperindag Prov dan Kab

e. Kawasan Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong

dan Perikanan, Dishub Prov dan Kab,

Dinas Keluatan dan Perikanan Prov

f. Kawasan Wisata Pantai Utara Lamongan (Wisata Bahari Lamongan, Maharani Zoo dan Goa, Makam Sunan Drajad, Makam Sendang Duwur, dan TPI di Pantura).

g. Kawasan Pelabuhan ASDP Kecamatan

Paciran Kehutanan, DPU Prov dan Kabupaten,

Dinas Perhubungan Prov dan Kabupaten, Dinas Kehutanan Prov dan Kabupaten, Dinas Perhubungan Prov dan

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Prov dan Kab, Bappeda

e. Kawasan Situs/Makam Nyai Ratu Andongsari

g. Situs-situs lainnya Kabupaten

Lamongan

APBN, APBD Prov dan APBD Kab

1.3. KSK untuk kepentingan penyelamatan lingkungan hidup a. Kawasan Penyangga DAS

Bengawan Solo sebagai KSP

Kabupaten Lamongan

APBN, APBD

Prov,

DAS Bengawan Solo Kemen PU, Kemen Perhutani, Kemen Kelautan dan Perikanan, BBWS

Bengawan Solo, DPU Prov dan Kab,

(11)

V-11

USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI

MERUPAKAN KSK (Ya/Tidak)

SUMBER

PENDANAAN INSTANSI PELAKSANA

Kab, Dinas

Pertanhut Prov dan Kab

b. Kawasan Waduk Gondang Kecamatan Sugio APBN, APBD

Prov, DAS Bengawan Solo

c. Kawasan berhutan bakau

Kecamatan Paciran, Kecamatan Brondong

APBN, APBD Prov dan APBD Kab, swasta

5.2. ARAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

5.2.1 Kebijakan Pembangunan Daerah 5.2.1.1 Visi dan Misi RPJMD

Visi Kabupaten Lamongan adalah :

“Terwujudnya Masyarakat Lamongan Yang Sejahtera, Berkeadilan, Beretika dan Berdaya Saing”

Pemahaman atas pernyataan visi tersebut mengandung makna terjalinnya sinergi yang dinamis antara masyarakat, Pemerintah Kabupaten dan seluruh stakeholder’s dalam merealisasikan pembangunan Kabupaten Lamongan secara terpadu. Secara filosofis visi tersebut dapat dijelaskan melalui makna yang terkandung di dalamnya, yaitu :

1) Terwujudnya terkandung upaya dan peran Pemerintah Daerah dalam mewujudkan Kabupaten Lamongan yang Sejahtera, Berkeadilan, Beretika dan Berdaya Saing.

2) Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama.

3) Lamongan adalah satu kesatuan masyarakat hukum dengan segala potensi dan sumber

dayanya dalam sistem Pemerintahan di Wilayah Kabupaten Lamongan.

4) Sejahtera dalam pengertian tercukupi kebutuhan lahiriah dan batiniah yang ditandai dengan meningkatnya kualitas kehidupan yang layak dan bermartabat karena

terpenuhinya kebutuhan masyarakat secara umum.

5) Berkeadilan mempunyai arti memberi dan menerima secara proporsional dan merata di seluruh wilayah, lapisan, dan golongan masyarakat.

6) Beretika mengandung arti bahwa masyarakat di dalam kehidupannya telah dapat menghargai dan menghormati sistem nilai yang berlaku dan sekaligus menjadi landasan

moral bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

7) Daya saing merupakan perwujudan masyarakat yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif, sehingga mampu bersaing secara sehat dengan segala potensi dan permasalahan yang dimiliki untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan. Tujuan tersebut tercermin pada kehidupan masyarakat di Kabupaten

(12)

V-12 Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk

mewujudkan visi. Misi berfungsi sebagai pemersatu gerak, langkah dan tindakan nyata bagi segenap komponen penyelenggara pemerintahan tanpa mengabaikan mandat yang diberikannya. Adapun Misi Pemerintah Kabupaten Lamongan adalah sebagai berikut :

1) Meningkatkan kualitas hidup dan daya saing masyarakat; serta menjamin ketersediaan sarana dan prasarana dasar (infrastruktur dan utilitas).

2) Memacu pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan investasi, produktivitas

sektor-sektor andalan, dan pendayagunaan sumber daya alam.

3) Mewujudkan Tata Kelola Kepemerintahan Yang Baik (Good Governance), Menuju Pemerintahan Yang Bersih (Clean Goverment).

4) Memelihara tatanan kehidupan masyarakat yang tenteram, tertib, dan aman dengan menjunjung tinggi kearifan nilai-nilai budaya lokal, dan kesetaraan gender.

5.2.1.2 Strategi Kebijakan

Kebijakan adalah arah/ tindakan yang ditetapkan oleh Instansi Pemerintah untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Kebijakan pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan yang dipergunakan untuk dijadikan pedoman, pegangan atau petunjuk dalam pengembangan program/kegiatan guna tercapainya kelancaran dan keterpaduan dalam mewujudkan tujuan. Kebijakan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Lamongan untuk mewujudkan

tujuan yang hendak dicapai lima tahun kedepan adalah:

1. Kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan untuk melaksanakan misi “Meningkatkan kualitas hidup dan daya saing masyarakat; serta menjamin ketersediaan sarana dan prasarana dasar (infrastruktur dan utilitas)” adalah :

1) Meningkatkan pemerataan dan kualitas pendidikan pada semua jenjang pendidikan 2) Meningkatkan pemerataan dan pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat,

terutama dengan membebaskan biaya pemeriksaan di puskesmas untuk penduduk miskin

3) Meningkatkan kualitas jalan dan jembatan 4) Meningkatkan pelayanan irigasi

5) Meningkatkan sarana dan parasarana dasar pemukiman

6) Meningkatkan dan mengefektifkan pengendalian tata ruang daerah melalui dokumen tata ruang dan penegakan penerapannya

7) Meningkatkan kelancaran angkutan orang, barang dan jasa serta peningkatan keselamatan lalu lintas jalan

8) Meningkatkan pembinaan atas usaha / kegiatan yang berpotensi mengakibatkan pencemaran pada tanah, air, dan udara.

9) Meningkatkan penanganan sampah secara berkelanjutan dengan mendorong

(13)

V-13

2. Kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan untuk melaksanakan misi “Memacu pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan investasi, produktivitas sektor-sektor

andalan, dan pendayagunaan sumber daya alam” adalah :

1) Mengembangkan jaringan pemasaran produk pertanian

2) Mengembangkan komoditas perkebunan, melalui kimbun (kawasan industri masyarakat perkebunan)

3) Meningkatkan wilayah pengembangan sentra-sentra produksi dan populasi peternakan serta didukung oleh peningkatan sarana dan prasarana produksi peternakan

4) Meningkatkan produksi perikanan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi terhadap

perairan umum, kolam, laut dan tambak 5) Mengembangkan industri kecil dan menengah

6) Mengembangkan sistem pemasaran produk unggulan/andalan

7) Optimalisasi pemanfaatan hutan dan lahan serta pengembangan tanamannya secara berkelanjutan

8) Mengembangkan produk-produk wisata dan meningkatkan promosi 9) Revitalisasi kelembagaan dan usaha koperasi melalui pembinaan intensif

10) Perluasan kesempatan kerja serta peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja

11) Meningkatkan investasi di daerah melalui instrumentasi prosedur pelayanan investasi serta pengembangan kawasan industri dan infrastruktur

12) Meningkatnya produksi dan ketersediaan pangan secara berkelanjutan dan sumber karbohidrat dan sumber protein.

13) Meningkatkan pembinaan, pengawasan dan pendapatan di bidang energi dan sumber daya mineral daerah.

3. Kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan untuk melaksanakan misi “Mewujudkan Tata Kelola Kepemerintahan Yang Baik (Good Governance), Menuju Pemerintahan Yang

Bersih (Clean Goverment)” adalah :

1) Mendorong keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan perencanaan

2) Meningkatkan pengelolaan pertanahan

3) Meningkatkan ketaatan masyarakat dalam administrasi kependudukan 4) Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih

5) Mendokumentasi- kan, mengembang kan dan menyebar luaskan informasi hasil-hasil pembangunan

6) Mengembangkan sistem administrasi pemerintahan dan pengelolaan arsip daerah 7) Meningkatkan pengelolaan informasi berbasis Teknologi Informasi (TI).

(14)

V-14

4. Kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan untuk melaksanakan misi “Memelihara tatanan kehidupan masyarakat yang tenteram, tertib, dan aman dengan menjunjung tinggi kearifan nilai-nilai budaya lokal, dan kesetaraan gender” adalah :

1) Meningkatkan peran perempuan dalam pembangunan melalui pemberdayaan pada lembaga pemerintah, sektor industri dan lembaga non formal

2) Meningkatkan kualitas keluarga melalui peningkatan akses pelayanan KB kepada masyarakat

3) Meningkatkan kualitas hidup bagi PMKS dengan peningkatan rehabilitasi dan bantuan dasar kesejahteraan sosial

4) Melestarikan dan mengembangkan keragaman kekayaan budaya dengan meningkatkan apresiasi dan peran serta komunitas budaya local

5) Meningkatkan prestasi pemuda dan olahraga melalui pembinaan induk organisasi

dan komite olahraga

6) Meningkatkan usaha ekonomi masyarakat perdesaan

(15)

V-15

5.3. ARAHAN PERATURAN DAERAH TENTANG BANGUNAN GEDUNG

Perda Bangunan Gedung Kabupaten Lamongan adalah Perda No. 06 Thn 2007 .

A. Ketentuan Perencanaan Tata Ruang Kota

1. Dengan ditetapkan Rencana Umum Tata Ruang Kota dan Rencana Detail Tata Ruang Kota, maka ketentuan yang dipakai pada bagian dari Rencana Umum Tata Ruang Kota adalah Rencana Detail Tata Ruang Kota dan Rencana Tata Ruang Kota yang ditetapkan tersebut.

2. Sepanjang perpetakan tanah belum diatur, maka perpetakan itu ditetapkan oleh

Kepala Daerah, dengan mempertimbangkan rekomendasi dari Instansi-instansi terkait. 3. Pada suatu petak diperkenankan lebih dari satu bangunan rumah, kecuali jika dalam

penentuan petak dalam Rencana detail Tata Ruang Kota maupun dalam rencana Teknis Tata Ruang Kota telah ditentukan lain.

B. Ketentuan Garis Sempadan

1. Pemerintah Daerah menetapkan garis sempadan pagar, garis sempadan muka bangunan, garis sempadan samping dan garis sempadan belakang bangunan, garis sempadan untuk perairan umum, jaringan umum lapangan umum, serta

kepentingan-kepentingan umum lainnya.

2. Dalam kawasan-kawasan yang belum ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang Rencana Detail Tata Ruang Kota, Rencana Tata Ruang Kota, bangunan yang telah ditetapkan keberadaannya dalam kawasan campuran, untuk klasifikasi bangunan itu dapat ditetapkan garis-garis sempadan bagi fungsi bangunan yang terbesar sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundangan yang berlaku.

3. Garis sempadan samping bangunan untuk berbagai type rumah tinggal kecuali type tunggal, ditetapkan di dalam Ijin Mendirikan Bangunan dengan ketentuan luas total lantai dasar tidak boleh melebihi 60 % dari luas persil.

4. Setidak-tidaknya salah satu sisi, garis sempadan samping atau garis sempadan belakang bangunan pada kapling pojok (sudut) ditetapkan minimum 2 meter.

5. Garis sempadan muka bangunan pada jalan-jalan buntu atau pada jalan-jalan umum lainnya yang belum diatur oleh Rencana Tata Ruang Kota ditetapkan minimum sebesar setengah lebar jalan atau minimum 3 meter.

6. Kepala Daerah dapat memberikan pembebasan antara garis sempadan muka bangunan dan garis sempadan pagar untuk mendirikan gardu kebun yang terbuka,

pergola-pergola dan bangunan semacamnya, yang merupakan bagian dari perlengkapan kebun.

7. Ketentuan garis sempadan samping dan garis sempadan belakang bangunan untuk bangunan-bangunan non rumah tinggal, bangunan campuran dan bangunan khusus adalah sebagai berikut :

(16)

V-16

✓ bangunan dengan ketinggian 5 lantai ditetapkan 5,50 meter ; ✓ bangunan dengan ketinggian 6 lantai ditetapkan 6,00 meter ;

✓ bangunan dengan ketinggian 7 sampai dengan 9 lantai ditetapkan 7, 00 meter ; ✓ bangunan dengan ketinggian 10 sampai dengan 16 lantai ditetapkan 9,00 meter ; ✓ bangunan dengan ketinggian 17 sampai dengan 24 lantai ditetapkan 10,00 meter ; ✓ bangunan dengan ketinggian 25 sampai dengan 30 lantai ditetapkan 12,00 meter ; ✓ bangunan dengan ketinggian 30 sampai dengan 120 lantai ditetapkan 30,00 meter ; 8. Untuk penetapan garis sempadan dan garis sempadan belakang bangunan bagi

bangunan berlantai 30 keatas dengan sistem sudut ditetapkan sebesar 77 dengan ketentuan titik sudut pada sepanjang batas persil tersebut.

9. Untuk penetapan garis sempadan bangunan samping dan belakang bangunan non perumahan khusus untuk ukuran minimum ditetapkan sebagai berikut :

✓ dikenakan satu sisi samping dan belakang jarak 3 meter untuk ukuran lebar kapling minimum 20 meter dan panjang minimal 20 meter dengan ketentuan bahwa bangunan lain yang bersebelahan yang berhimpit disyaratkan sama ;

✓ dikenakan dua sisi samping untuk ukuran lebar kapling minimum 20 meter dan panjang lebih dari 20 meter.

10. Untuk bangunan industri, garis sempadan samping dan belakang bangunan ditetapkan

minimum 6 meter.

11. Garis sempadan merupakan jarak bebas minimum dari bidang terluar suatu masa bangunan terhadap :

✓ batas lahan yang dikuasai ; ✓ batas tepian sungai/pantai ; ✓ antar masa bangunan lainnya atau

✓ rencana saluran, jaringan tegangan listrik, pipa gas dan lain-lain.

12. Pada bangunan rumah tinggal rapat tidak terdapat jarak bebas samping. Jarak bebas belakang ditentukan minimal ½ dari besar garis sempadan muka.

13. Jarak antar masa bangunan :

✓ jarak antar masa bangunan satu lantai minimum 4 meter ;

✓ untuk bangunan umum sekurang-kurangnya 6 meter dan 3 meter ;

✓ untuk bangunan bertingkat, setiap kenaikan satu lantai ditambah 0,5 meter ; ✓ mengikuti standart yang berlaku.

C. Ketentuan Luas Lantai, Tinggi Maksimum Bangunan Dan Jarak antar Bangunan

1.

Penetapan besarnya KDB, KLB, tinggi maksimum bangunan dan jarak antar bangunan pada setiap persyaratan permohonan IMB ditetapkan Kepala Daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan dituangkan dalam syarat zoning.

(17)

V-17 dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang

berlaku.

3.

Persyaratan tinggi maksimum bangunan pada bangunan rumah tinggal kecuali rumah susun, tinggi maksimum bangunan ditetapkan sebanding dengan jaraknya terhadap as jalan yang berdekatan di depannya, bagi jalan-jalan yang lebarnya 20 meter ke atas,

titik sudutnya ditetapkan 10 meter dan garis sempadan pagar ke tengah jalan.

4.

Tinggi maksimum bangunan maksimum pada bangunan-bangunan non rumah tinggal, bangunan campuran, rumah susun dan bangunan khusus tidak boleh melebihi 1, 5 x

jaraknya terhadap as jalan di depannya yang berdekatan. Untuk jalan-jalan yang lebarnya 20 meter kebawah, pada jalan-jalan yang lebarnya lebih dari 20 meter, titik sudut ditetapkan 10 meter dari garis sempadan pagar ke tengah.

5.

Bangunan tidak permanen tidak diperkenankan bertingkat.

6.

Jarak muka pada bangunan tinggi II bagi bangunan non rumah tinggal ditetapkan Kepala Daerah.

5.4. ARAHAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)

RISPAM Kabupaten Lamongan disusun tahun 2008, selanjutnya dilakukan revisi tahun 2014-2019

5.4.1 Rencana Sistem Pelayanan

Sistem penyediaan air bersih pada kawasan perkotaan yang padat permukiman

dilakukan oleh PDAM Kabupaten Lamongan. PDAM Kabupaten Lamongan memiliki tiga Unit Instalasi Pengelolaan Air (IPA) yang dua unit instalasi terletak pada kawasan tengah dan satu unit terletak di kawasan utara dari wilayah administasi Kabupaten Lamongan, Unit Instalasi tersebut yaitu :

✓ Unit IPA Babat

✓ Unit Sugio-Kembangbahu ✓ Unit Brondong

Dari ketiga Unit IPA tersebut didukung pula dengan jaringan distribusi perpipaan yang melayani beberapa kawasan Lamongan.

Sistem jaringan perpipaan yang telah ada perlu dilakukan pengkajian dan pengantian beberapa pipa dan pompa sehingga sesuai dengan karakteristik geografis tiap kawasan, hal ini

dimaksudkan agar distribusi air melalui sistem perpipaan lebih berjalan lanjar sehingga timbulnya kebocoran air bisa di minimalkan.

Kecamatan dan desa-desa yang tidak terjangkau pelayanan PDAM, pemenuhan air bersihnya dilakukan secara mandiri maupun kolektif oleh penduduk. Dengan potensi hidrologi yang cukup memadai maka desa-desa yang tidak terlayani bisa memanfaatkan sumber-sumber

(18)

V-18 Pelayanan air bersih oleh PDAM juga dilakukan dengan distribusi truk-truk tangki pada

kawasan-kawasan rawan air bersih. Desa-desa atau kecamatan yang merupakan kawasan rawan air bersih terutama pada musim kemarau telah di bangun tangki atau bak-bak penampungan air bersih komunal untuk melayanai kebutuhan air bersih desa-desa tersebut.

Rencana peningkatan prosentase cakupan pelayanan didasarkan pada data cakupan pelayanan saat ini, dengan penambahan tingkat pelayanan di masing-masing unit berdasarkan mempertimbangkan pertumbuhan penduduk sampai dengan akhir periode perencanaan.

Melihat kondisi pelayanan air bersih saat ini dimana cakupan pelayanan di masing - masing wilayah pelayanan berbeda, maka diproyeksikan bahwa cakupan pelayanan di masing - masing unit sampai dengan akhir perencanaan juga akan berbeda.

5.4.2 Rencana Pengembangan SPAM

Tujuan utama pengembangan sistem dalam penyediaan air minum Kabupaten

Lamongan adalah adalah peningkatan pelayanan. Komponen utama sistem yang akan dikembangkan terdiri dari komponen air baku, unit produksi dan unit distribusi termasuk di dalamnya serta penambahan sambungan pelayanan di konsumen. Komponen lain yang akan berpengaruh pada perencanaan sistem adalah aspek kelembagaan dan keuangan PDAM. Pokok-pokok perbaikan dalam struktur kelembagaan diharapkan akan membawa PDAM untuk mencapai tujuan. Demikian juga halnya dengan aspek financial, timbulnya biaya investasi

dalam rangka pengembangan sistem, yang akan berpengaruh terhadap tarif air diharapkan tidak akan membebani masyarakat/konsumen.

1.

SISTEM PERPIPAAN A. Aspek Teknis

Kondisi bangunan penangkap di PDAM Lamongan masih memerlukan banyak

pembenahan. Beberapa bangunan perlintasan pipa tidak sesuai dengan standar. Ada lima buah bangunan perlintasan di jaringan IPA Babat.

PDAM Lamongan sudah melakukan pembenahan taping system dengan melakukan

taping pada pipa diameter 200 mm saja. Taping pada pipa diameter 400 mm dihilangkan karena dapat menyebabkan kehilangan tekanan pada pipa utama. Hal ini akan mengurangi debit aliran yang seharusnya disuplai oleh pipa.

B. Aspek Pendanaaan

Perencanaan sistem penyediaan air minum PDAM Kabupaten Lamongan disusun sampai tahun 2020 yang dibagi dalam tiga tahapan waktu sebagai berikut :

❖ Jangka Pendek, untuk periode sampai tahun 2010 ❖ Jangka Menengah, untuk periode sampai tahun 2015 ❖ Jangka Panjang, untuk periode sampai tahun 2020

(19)

V-19 penyempurnaan dan peningkatan kapasitas produksinya yang disesuaikan dengan proyeksi

kebutuhan air bersih.

Untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas penyediaan air bersih di Instalasi. Pengolahan Air Babat, Brondong dan Sugio, dibutuhkan beberapa penambahan unit proses,

seperti:

- Pompa intake serta panel untuk instalasi Babat - Pipa transmisi

- Unit pengolahan (clarifier) - Sistem distribusi

- Pompa dan sistem perpipaan pembuangan lumpur dari bak prasedimentasi - Alat-alat ukur dan alat-alat laboratorium

Kebutuhan biaya pengembangan PDAM Lamongan terdiri dari kebutuhan dana untuk

pengembangan unit instalasi Babat, Sugio-Kembangbahu dan Brondong. Unit IPA Babat

Peningkatan kapasitas produksi IPA Babat dalam jangka pendek (tahun 2010)

direncanakan menjadi 255 l/det, atau tambahan kapasitas sebesar 65 l/det dari kapasitas desain sekarang, 190 l/det, yaitu dengan menambah satu unit clarifier kapasitas 100 l/det dan melengkapi unit filter carbon aktif yang sudah ada sehingga kapasitas terpasang menjadi 290 l/det. Sedangkan untuk jangka menengah (tahun 2015) kapasitas yang dibutuhkan sebesar 406 l/det, diperlukan penambahan satu unit clarifier kapasitas 100 l/det sehingga kapasitas terpasang menjadi 390 l/det. Kekurangan 16 l/det akan dipenuhi pada tahap jangka panjang

(2020) dimana kapasitas yang dibutuhkan sebesar 513 l/det, yaitu dengan menambah satu unit

clarifier kapasitas 125 l/det sehingga total kapasitas terpasang menjadi 515 l/det. Selain itu pembenahan sistem intake juga dilakukan pada jangka panjang.

Untuk pengembangan sistem jaringan, alokasi dana didominasi oleh penggantian pipa transmisi dan pipa primer dan perluasan reservoir. Prioritas pengembangan yang perlu dilakukan adalah:

Jangka Pendek

❖ Pembenahan pipa primer dan sekunder dengan memasang pipa diameter 300 mm di Jl. Veteran, Jl. Sumargo, Jl. Sunan Drajat, Jl. Andansari, Jl. Sunan Kalijogo. Jl. Suwoko, Jl. Sunan Giri dan Jl. Laras Liris.

Jangka Menengah

❖ Pemasangan pipa transmisi 200 mm antara Babat Lamongan ❖ Pemasangan pipa transmisi 400 mm antara Babat Lamongan ❖ Pengadaan dan pemasangan pompa transfer di IPA Babat Jangka Panjang

❖ Pembuatan Reservoir Sukodadi 300 m2

(20)

V-20

❖ Pengadaan genset

Unit Instalasi Sugio-Kembangbahu

Pada perencanaan jangka pendek dan menengah di daerah Sugio-Kembangbahu, diusahakan mengaktifkan unit-unit pengolahan yang sudah ada, yaitu menambah power untuk

mengoperasikan pompa intake dan pompa distribusi. Sedangkan perencanaan jangka panjang, menambah 1 (satu) unit IPA dengan sistem paket seperti yang sudah ada, yang terdiri dari 2 (dua) unit sand filter (closed sand filter) dan 1 (satu) unit flokulasi-sedimentasi

Perencanaan jangka pendek untuk system jaringan, dengan mengoptimalkan kondisi eksisting pipa yang ada, karena masih banyak jaringan pipa yang belum difungsikan. Dari perhitungan ternyata jaringan eksisting mampu mengalirkan debit hingga 30 lt/dt. Pada tahun 2010 jaringan yang ada masih bisa dimanfaatkan mengingat kebutuhan pada tahun tersebut adalah 22,36 lt/dt. Namun, untuk mengalirkan debit tersebut dibutuhkan tambahkan head yang

diperoleh dengan memasang pompa booster dengan debit q = 30 lt dengan head = 60 m.

Pada tahun 2015, debit air yang dibutuhkan adalah 40,46 lt/dt sehingga jaringan yang sudah ada sudah tidak mencukupi. Oleh karena itu, pada tahun 2015 ini tidak semua kebutuhan

bias dipenuhi oleh jaringan eksisting. Jaringan eksisting hanya mapu melayani sampai maksimum 30 lt/dt. Untuk mengalirkan debit ini perlu ditambahkan lagi sebuah pompa booster dengan debit q = 30 lt dengan head = 60 m.

Pada tahun 2020 kebutuhan air sudah mencapai 61 lt/dt. Oleh karena itu, untuk melayani kebutuhan tersebut perlu dibuat sebuah jaringan perpipaan baru yang dipasang disamping pipa eksisting. Jaringan baru tersebut harus mampu mengalirkan debit 30 lt/dt. untuk mengalirkan debit ini diperlukan tambahan pompa dengan kapasitas 30 lt/dt dengan head 60 m.

Untuk pengembangan unit instalasi Sugio-Kembangbahu diperlukan alokasi dana yang didominasi oleh instalasi sumur air tanah dan pengadaan pompa booster.

Unit Instalasi Brondong

Pada tahun 2010, kebutuhan air bersih untuk Kecamatan Brondong adalah 38,5 lt/dt. Untuk melayani kebutuhan air tersebut, jaringan eksisting yang sudah ada dioptimalkan/dimanfaatkan.

Pada tahun 2015 perencanaan pengembangan daerah yang dikembangkan adalah pada wilayah Brondong, Desa sedayulawas sampai desa Tlogoretno, sedangkan pada wilayah Paciran, daerah yang dikembangkan adalah Kelurahan Blimbing sampai desa Kranji. Jaringan pengembangan mengikuti jaringan eksisting. Pada wilayah Brondong tekanan/headnya negatif untuk mengalirkan air sampai ke desa Tlogoretno sehingga perlu ditambahkan satu pompa

(21)

V-21 Pada jaringan pengembangan wilayah Brondong-Paciran tahun 2020, daerah

pelayanannya dikembangkan lagi. Pengembangan pada wilayah Brondong adalah dari Desa Tlogoretno sampai desa Lohgung dan pada wilayah Paciran adalah dari Desa Kranji sampai Desa Tlogosandang. Pada kedua wilayah perencanaan ini, ditambahkan satu buah pompa booster pada wilayah Paciran dengan spesifikasi Q = 50 lt/dt dan head = 60 m serta dua buah pompa booster pada wilayah Paciran dengan spesifikasi Q = 50 lt/dt dengan head = 50 m dan Q = 40 lt/dt dengan head = 40 m, sehingga terdapat tiga buah pompa tambahan pada tahun

2020.

5.4.3 Rencana Penurunan Kebocoran Air Minum

a. Penurunan Kebocoran Teknis

Untuk itu kegiatan penurunan kebocoran secara teknis meliputi kegiatan-kegiatan antara lain :

1. Pemasangan meter induk di sistem produksi dan sistem distribusi. Saat ini rata-rata kondisi meter induk di sistem produksi dan sistem distribusi dalam kondisi rusak. 2. Penggantian meter air di konsumen

3. Penggantian pipa-pipa yang sudah tua. b. Penurunan Kebocoran Non Teknis

Untuk kabupaten lamongan dengan angka kebocoran yang melebihi ambang batas maka

dilaksanakannya studi penanggulangan kebocoran perlu dilakukan. Kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka penanggulangan kebocoran terutama kebocoran non teknis antara lain :

a. Melaksanakan studi kebocoran

b. Penyuluhan pada masyarakat tentang hemat air

c. Ketersediaan bengkel dengan peralatan yang lengkap merupakan sesuatu yang sangat penting untuk pemeliharaan peralatan.

d. Program training rutin dan O & M untuk meningkatkan kemampuan staf, hal ini harus dilaksanakan secara rutin

5.5. ARAHANSTRATEGI SANITASI KOTA (SSK)

A. Rencana Sistem Drainase Kota Lamongan

Pada sistem drainase Kota Lamongan, keberadaan saluran drainase tergantung pada perkembangan suatu wilayah. Kota Lamongan bagian Utara dan Selatan masih banyak berupa

(22)

V-22 Tetapi untuk kawasan pemukiman yang padat tidak selalu dilengkapi dengan fasilitas

sistem drainase yang memadai, misalnya di beberapa lokasi seperti Jl. Raya Pahlawan-Kel. Sukomulyo, Jl. Raya Simpang Kusuma Bangsa serta beberapa wilayah lainnya belum tersedia saluran drainase sehingga limpasan air hujan yang jatuh pada lokasi tersebut akan mengalir melalui badan jalan dan tidak memiliki saluran pembuang akhir dari sistem tersebut. Di beberapa wilayah masih banyak terdapat saluran drainase di kawasan pemukiman yang kemudian dibuang menuju lahan kosong. Hal seperti ini yang nantinya diharapkan dapat dibuat

saluran baru untuk mengarahkan menuju pembuang akhir terdekat. Catchment area saluran tersebut akan disesuaikan dengan kondisi eksisting, sedangkan untuk wilayah yang belum memiliki saluran akan direncanakan saluran baru dengan catchment area tertentu yang akan dilayani. Hal tersebut juga berlaku untuk wilayah yang belum berkembang dimana masih terdapat sawah dan tambak, sistem drainase akan disesuaikan dengan wilayah pengembangan

yang ada.

B. Konsep Perencanaan Master Plan Drainase

Master Plan Drainase Kota Lamongan meliputi 2 bagian perencanaan, yaitu rencana

perbaikan/ revitalisasi saluran drainase di bagian kota yang belum memenuhi standar perencanaan dan merencanakan sistem drainase di wilayah pemekaran Kota Lamongan. Konsep perencanaan Master Plan berdasarkan kondisi lapangan:

1. Pemukiman di kawasan perkotaan yang sudah terbangun

2. Pemukiman di kawasan yang merupakan pemekaran Kecamatan Lamongan dan mulai berkembang di sekitar badan air

3. Badan air terdekat berfungsi sebagai pembuangan akhir saluran primer sistem yang bersangkutan.

4. Pemukiman di kawasan pedesaan yang merupakan pemekaran Kecamatan Lamongan dimana masih terdapat persawahan atau tambak. dimana ada saluran irigasi dengan pengairan berasal dari badan air terdekat. Sistim irigasi tergolong non teknis dan

pengelolaannya non PU tapi dikelola oleh warga. Pengambilan air dari sungai / badan air umumnya dilakukan pada saat muka air di sungai menyusut, sehingga pengambilan air

menggunakan pompa (sistim “bong”)

5. Saluran irigasi eksisting berfungsi ganda, sebagai saluran pemberi untuk daerah persawahan di hilirnya, dan sebagai saluran drainase bagi pemukiman di dekatnya.

C. Skenario Perencanaan

Skenario penanganan sistem drainase untuk Kota Lamongan disesuaikan dengan konsep dan kondisi dari Kota Lamongan yang terdiri dari 40 Desa / Kelurahan.

C.1. Perencanaan Master Plan di Kawasan Perkotaan yang Sudah Terbangun

Sistem drainase yang ada direvitalisasi berdasarkan prinsip hidrologi dan hidrolika agar

(23)

V-23 1. Merencanakan dan menambahkan saluran drainase yang belum tersedia pada beberapa

lokasi.

2. Melakukan evaluasi terhadap lokasi street inlet yang menghambat air masuk dari badan jalan.

3. Menganalisa dan memaksimalkan fasilitas sistem drainase yang telah ada seperti gorong-gorong, pintu air dan rumah pompa.

4. Melakukan normalisasi saluran sesuai dengan kapasitas yang diperlukan dan sesuai

dengan kaidah hidrolika.

5. Mengarahkan sub sistem drainase yang ada, untuk dialirkan menuju 7 (tujuh) badan air yaitu Kali Kruwul, Kali Wiyu, Kali Plalangan, Kali Mengkuli, Kali Kenceng, Kali Dapur dan Kali Deket.

6. Membangun kolam retensi/telaga di Desa Jetis Kecamatan Lamongan selain untuk

penampungan air hujan juga dapat dimanfaatkan untuk tempat rekreasi dan estetika kota.

7. Adanya peraturan yang mendukung hasil analisa dari Laporan Master Plan dan DED Drainase Kota Lamongan.

8. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan pemeliharaan sistem drainase disekitarnya.

C.2. Pemukiman di Kawasan Pemekaran Kecamatan Lamongan

Pemukiman yang dimaksud adalah pemukiman yang sudah atau mulai berkembang di dekat badan air. Sistem drainase eksisting diubah dan direncana kembali, sehingga

mengikuti prinsip drainase perkotaan. Skenario penataan drainase di kawasan ini adalah sebagai berikut :

1. Pembuangan akhir saluran primer adalah badan air terdekat, dalam hal ini termasuk kawasan yang masih membuang airnya ke sawah atau ke rawa-rawa.

2. Saluran yang ada di daerah perkotaan adalah saluran drainase. Saluran irigasi yang ada

lambat laun akan berubah fungsi menjadi saluran drainase seiring dengan perkembangan kota.

3. Elevasi permukaan tanah pemukiman/bangunan baru yang dibangun di bekas lahan sawah sisi saluran irigasi minimum 0,50 m dari elevasi tepi saluran.

4. Fungsi saluran, selain mengalirkan air hujan juga mengalirkan air limbah penduduk

(sistem campuran).

5. Pada daerah yang dikembangkan di perkotaan, warga disarankan membuat MCK yang memadai dan sumur resapan untuk air hujan dan air buangan (air bekas mandi, cuci, dapur) dilengkapi dengan overflow ke saluran drainase di depan rumah.

6. Pada kondisi pembuangan sistem drainase belum terbangun, saluran berfungsi sebagai

(24)

V-24 7. Saluran drainase tepi jalan harus memiliki street inlet (drain inlet) tertutup atau terbuka.

Jarak street inlet maksimum 5,00 m dengan lebar bukaan minimal 0,40 m. 8. Tinggi pedestrian terhadap permukaan jalan minimal 0,30 m

9. Perlu ditetapkan garis sempadan saluran sebagai berikut : Garis sempadan saluran irigasi/drainase ditetapkan dan diatur berdasarkan Pasal 5 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 17 Tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel dibawah

Tabel Garis Sempadan Saluran Irigasi/Drainase

No Saluran Irigasi Sempadan

Bangunan Keterangan

A Saluran Bertanggul

1 Kapasitas > 4 m3/dt 5m

Dihitung dari tepi Saluran 2 Kapasitas 1 – 4 m3/dt 3 m

3 Kapasitas < 1 m3/dt 2 m B Saluran Tak Bertanggul

1 Kapasitas > 4 m3/dt 5m

Dihitung dari tepi Saluran 2 Kapasitas 1 – 4 m3/dt 3 m

3 Kapasitas < 1 m3/dt 2 m

10. Kriteria saluran drainase a. Lebar saluran :

Saluran primer : 1,50 - 2,00 m

Saluran sekunder : 0,80 – 1,50 m Saluran tersier : 0,50 – 0,80 m Saluran kwarter : 0,30 – 0,50 m

b. Jenis saluran : Penampang segiempat (U ditch precast)

c. Saluran yang di bangun dibawah pedestrian dilengkapi dengan bak kontrol dan

dilengkapi dengan street inlet (drain inlet). Dengan jarak maksimal 5,00 m. d. Kecepatan aliran saluran ditentukan selain berdasarkan kemampuan material

saluran terhadap kecepatan arus, juga perlu mempertimbangkan keamanan lingkungan. Kecepatan aliran diambil antara 0,40 m/dt – 1,50 m/dt.

(25)

V-25 C.3. Pemukiman di Pedesaan di Kawasan Pemekaran Kecamatan Lamongan

Ciri-ciri pemukiman adanya sekelompok pemukiman di dekat badan air dan pemukiman yang berada di sekitar saluran irigasi. Dalam hal ini sungai berfungsi sebagai sumber air pada akhir musim hujan dan kemarau (selama masih terdapat air). Air untuk irigasi dialirkan

ke saluran irigasi melalui gorong-gorong, dan apabila muka air cukup rendah, air ditampung

di “bong” dan selanjutnya dipompa ke saluran irigasi. Lahan sawah cukup rendah terhadap

tanggul sungai, sehingga apabila berkembang menjadi pemukiman, saluran irigasi akan berubah fungsi menjadi saluran drainase. Saluran pembuang irigasi akan beralih menjadi pembuangan akhir atau badan air baru.

Sket kawasan :

D. Rencana Sistem Drainase Utama

Sistem drainase pada Kota Lamongan akan dipisah berdasarkan banyaknya badan air, dalam hal ini terdapat 7 badan air yaitu badan air Kruwul, badan air Wiyu, badan air Plalangan, badan air Mengkuli, badan air Kenceng, badan air Dapur dan badan air Deket. Pada masing - masing sistem drainase yang ada terkait dengan ketujuh sistem tersebut, dibutuhkan adanya pemeliharaan berkala dan perbaikan operasional fasilitas drainase berkaitan dengan pompa

dan pintu air serta diperlukan adanya rencana saluran drainase baik saluran primer, sekunder maupun tersier pada masing – masing sistem. Untuk rumah pompa yang telah tersedia berdasarkan hasil survey di lapangan, terdapat 2 (dua) rumah pompa yaitu rumah pompa Jl. Ikan Bandeng dan rumah pompa Jl. Ikan Tombro, namun untuk kondisi eksisiting berkaitan dengan volume yang disediakan dan kapasitas belum sesuai kebutuhan sehingga dalam Master

Plan dan DED Drainase Kota Lamongan ini dilakukan evaluasi kembali terhadap kedua pompa tersebut. Berikut ini merupakan uraian dari masing – masing rencana sistem drainase, yaitu: D.1. Sistem Drainase Kali Kruwul

Sistem drainase Kali Kruwul memiliki luas catchment 29,95 km2.

- Saluran Tersier: pada sistem drainase Kruwul terdapat 3 saluran drainase tersier yang telah terbangun yaitu 2 saluran tersier di kawasan pasar Kriwul dan 1 saluran tersier yang terdapat di Desa Karang Langit. Pada sistem drainase Kruwul ini diperlukan beberapa

(26)

V-26 - Saluran Sekunder: terdapat 7 saluran sekunder pada sistem drainase Kali Kruwul yaitu

saluran sekunder Sukoanyar 1, saluran sekunder Sukoanyar 2, saluran sekunder Sukoanyar 3, saluran sekunder Sukoanyar 4, saluran Sekunder Karang Langit 1, saluran sekunder Karang Langit 2, saluran sekunder Sukorejo. Untuk penambahan saluran sekunder pada sistem drainase Kruwul diperlukan di sebelah barat Kali Kruwul yaitu pada Desa Sukoanyar.

- Saluran Primer: terdapat 5 saluran primer dalam sistem drainase Kali Kruwul yaitu saluran

primer Surabayan 1, saluran primer Surabayan 2, saluran primer saluran primer Sukoanyar 1, saluran primer J.A. Suprapto 1, saluran primer Karang Langit 1 dan saluran primer Karang Langit 2. Untuk rencana saluran primer baru, dibutuhkan pada beberapa wilayah pengembangan yaitu pada kawasan yang saat ini belum terbangun.

D.2.Sistem Drainase Kali Wiyu

Kali Wiyu memiliki luas catchment sebesar 5,8 km2. Saluran drainase yang masuk dalam sistem drainase Kali Wiyu yaitu saluran primer J.A Suprapto 2, saluran primer J.A Suprapto 3 dan saluran primer J.A Suprapto 4. Untuk saluran primer tersebut perlu dilakukan pemeliharaan berkala terkait dengan adanya sedimentasi yang pasti ikut terbawa dalam aliran. Sedangkan saluran baru yang perlu ditambahkan adalah saluran yang berada pada wilayah bagian utara saluran primer J.A. Suprapto dengan adanya pengembangan wilayah

pemukiman pada wilayah tersebut.

D.3.Sistem Drainase Kali Plalangan

Sistem drainase Kali Plalangan memiliki luas 27.63 km2, Batas sistem drainase kali Plalangan tidak mengalami perubahan. Arah aliran dari saluran-saluran eksisting juga diupayakan untuk dipertahankan. Sistem kali Plalangan memiliki beberapa saluran primer

yaitu:

1. Saluran Turi

Saluran primer Turi terletak di daerah utara sistem kali Plalangan yaitu di desa Tambak

Ploso. Arah aliran saluran primer Turi menuju Utara dan berbelok ke timur kemudian masuk kali Plalangan dengan panjang 2658,7 m.

2. Saluran Tambak Ploso

Saluran primer Tambak Ploso terletak di sebelah timur kali Plalangan dengan panjang 2961,12 m. Saluran ini menerima air dari 3 saluran primer yaitu Saluran Desa Made 1, Saluran Desa Made 2 dan Saluran Desa Made 3. Arah aliran menuju utara kemudian berbelok ke barat untuk masuk ke Kali Plalangan.

3. Saluran Jaksa Agung Suprapto

Saluran Jaksa Agung Suprapto mengalir menuju arah timur untuk kemudian masuk ke Kali Plalangan dengan panjang 932,68 m. Saluran ini diharapkan untuk melayani

(27)

V-27

4. Saluran Plosowahyu

Saluran Plosowahyu terletak disebelah barat Kali Plalangan yaitu Di desa Plosowahyu dan melayani beberapa saluran sekunder Plosowahyu 1, 2 dan 3. Arah aliran dipertahankan sesuai kondisi eksisting dimana aliran mengarah ke selatan dengan panjang 1262,81 m.

5. Saluran Pangkat Rejo

Saluran Pangkat Rejo mengalir ke arah selatan dan masuk ke kali Plalangan dengan panjang 1913,08 m.

6. Sal. Primer Mastrip 1

Saluran Primer Mastrip 1 direncanakan akan melayani desa Kebet dan wilayah sekitarnya. Saluran Mastrip 1 memiliki panjang 1169,56 m, dan melayani saluran sekunder Kebet 1, 2, 3 dan 4.

7. Sal. Primer Mastrip 2

Saluran Primer Mastrip 2 mengalir ke arah timur laut untuk kemudian masuk ke Saluran Primer Ulo dengan panjang 1658,98 m. Pada sisi selatan saluran Primer Mastrip 2

terdapat desa Sumberejo yang merupakan catchment areanya.

8. Sal. Primer Mastrip 3

Saluran primer Mastrip 3 mengalir di sebelah utara Jalan Mastrip menuju arah barat

untuk masuk ke Badan Air Rowo dengan panjang 1000,37 m.

9. Sal. Primer Mastrip 4

Saluran primer Mastrip 4 memiliki panjang 1054,78 m dengan arah aliran menuju ke

barat. Saluran ini melayani perumahan Made Raya dan memerlukan penanganan yang cukup mendesak dikarenakan terjadinya genangan yang cukup lama di daerah made raya. Untuk itu direncanakan normalisasi dan reorientasi arah saluran primer sampai saluran tersier. Untuk menanggulangi genangan di selatan perumahan Made Raya rumah pompa yang ada perlu direvitalisasi.

D.4.Sistem Drainase Kali Mengkuli

Sistem drainase kali Mengkuli memiliki luas catchment area seluas 15.28 km2. Saluran-saluran pada sistem drainase kali Mengkuli meliputi:

1. Saluran Primer

Saluran primer pada sistem kali Mengkuli terdiri dari 2 (dua) buah saluran Primer yaitu Saluran Primer Balun dan Saluran Primer Sendang Rejo. Saluran Primer Balun terletak disebelah utara sistem Kali Mengkuli di sekitar Desa Balun. Dengan melihat perkembangan Desa Balun yang cukup pesat, maka diperkirakan saluran ini akan

(28)

V-28 Kali Mengkuli. Selain dua saluran tersebut akan direncanakan minimal 2 saluran primer

lagi guna melayani Desa Rancangkencono dengan arah saluran diproyeksikan menuju arah utara sepanjang 1500 m dan Saluran Primer Sumberejo sepanjang 1000 m.

2. Saluran Sekunder

Saluran sekunder eksisting terdapat di Desa Balun yaitu Saluran Sekunder Balun dengan panjang 505 m. Penambahan saluran sekunder direncanakan pada beberapa desa tersebut untuk kemudian dihubungkan dengan saluran-saluran primer yang ada dan yang direncanakan.

Seperti sistem lainnya, daerah utara Kali Mengkuli dan beberapa desa tersebut masih memiliki wilayah berupa area persawahan yang diproyeksikan akan berkembang

menjadi wilayah pemukiman. Apabila hal tersebut terjadi, maka pengembangan saluran-saluran drainase untuk wilayah pemukiman harus direncanakan masuk ke sistem-sistem primer yang ada.

D.5.Sistem Drainase Kali Kenceng

Sistem drainase Kali Kenceng berada di wilayah pusat kota Lamongan dengan luas

catchment area 5,51 km2. Sistem drainase Kali Kenceng memiliki beberapa saluran yang diarahkan untuk dibuang ke Kali Kenceng yaitu:

1. Saluran Primer

Sistem Kali Kenceng memiliki 13 Saluran Primer dengan 12 Saluran mengarah ke Kali Kenceng dan ada 1 saluran primer yaitu Saluran Primer Pahlawan dengan outlet ke tambak. Dalam pengembangannya saluran-saluran primer ini perlu direvitalisasi agar kapasitasnya mencukupi debit rencana. Khusus untuk Saluran Primer Jalan Pahlawan akan direncanakan diteruskan menuju Saluran Primer Jaksa Agung Suprapto untuk

kemudian dibuang ke kali Kenceng.

2. Saluran Sekunder

Sistem saluran sekunder untuk Kali Kenceng sudah cukup terintegrasi dan memiliki

arah aliran yang jelas. Hanya saja pada jalan Simpang Kusuma Bangsa belum terdapat saluran sekunder untuk melayani daerah di sekitar Pasar Ikan. Untuk itu direncanakan saluran sekunder kanan-kiri di jalan Simpang Kusuma Bangsa dengan panjang saluran masing-masing kurang lebih 350 m untuk diarahkan menuju Saluran Primer Jaksa Agung Suprapto.

Selain sistem-sistem primer tersebut, hal yang perlu diperhatikan dalam sistem Kali Kenceng adalah kondisi badan air Kali Kenceng tersebut. Dari hasil survey lapangan diketahui hilir Kali Kenceng sudah tidak jelas karena berada di wilayah persawahan dan tambak, padahal dari peta Pengairan Kabupaten Lamongan diketahui Kali Kenceng merupakan saluran pematusan yang mengalir sampai ke Kali Blawi. Untuk itu perlu

(29)

V-29 D.6.5.4.6. Sistem Drainase Kali Dapur

Sistem drainase Kali Dapur memiliki luas catchment sebesar 30,96 km2, dengan beberapa saluran primer, sekunder dan tersier yang bermuara pada Kali Dapur kemudian mengalir menuju Kali Blawi. Berikut merupakan beberapa saluran tersebut, yaitu:

1. Saluran Primer

Terdapat 12 saluran primer dalam sistem drainase Kali Dapur, yaitu:

Saluran Primer Gedong Boyo Untung, saluran primer tersebut mencakup kawasan Desa

Gedong Boyo Untung. Pada wilayah tersebut telah terdapat pengembangan kawasan pemukiman, namun belum tersedia saluran drainase. Untuk itu diperlukan saluran drainase tersier dan sekunder baru untuk mengarahkan limpasan air hujan di desa tersebut untuk diarahkan menuju Saluran Primer Gedong Boyo Untung.

Saluran Primer Delanggu, Saluran Primer Delanggu ini akan mencakup seluruh kawasan

Desa Delanggu dengan penambahan saluran tersier dan sekunder untuk diarahkan menuju Saluran Primer Delanggu. Pada kondisi eksisting, telah terdapat 2 (dua) saluran sekunder.

Saluran Primer Kalianyar, pada Saluran Primer Kalianyar ini belum terdapat pengembangan kawasan pemukiman. Dengan adanya pengembangan wilayah ini nantinya diharapkan dapat ditambahkan saluran baru yang dialirkan menuju Saluran

Primer Kalianyar untuk dapat dibuang menuju badan air Kali Dapur.

Saluran Primer Sidoharjo, Saluran Primer Sidoharjo menerima dari Saluran Sekunder Sunan Drajat dengan daerah yang dilayani mencakup kawasan sekitar Sunan Drajat dan Pasar Sidoharjo

2. Saluran Sekunder

Terdapat dua saluran sekunder yang bermuara pada Saluran Primer Delanggu yaitu Saluran Sekunder Delanggu 1 dan Saluran Sekunder Delanggu 2. Di catchment area Saluran Sekunder Delanggu 2 belum terdapat pengembangan pemukiman.

Diperlukan adanya penambahan saluran sekunder untuk pengembangan wilayah yang terdapat pada Desa Gedong Boyo Untung untuk dialirkan menuju Saluran Primer Gedong Boyo Untung.

3. Saluran Tersier.

Diperlukan penambahan saluran tersier pada kawasan pemukiman yang berada di sekitar Jl. Sunan Drajat untuk dapat dialirkan menuju saluran sekunder terdekat.

D.7.Sistem Drainase Kali Deket

Sistem drainase Kali Deket memiliki luas Catchment sebesar 39.75 km2, Terdapat

beberapa saluran drainase yang bermuara pada Kali Deket, diantaranya adalah : - Saluran Primer

(30)

V-30 Primer Sidokumpul, Saluran Primer Tambak Boyo, Saluran Primer Jatirejo. Untuk daerah

pengembangan pada wilayah yang masih berupa lahan kosong, diperlukan adanya penambahan saluran primer untuk dialirkan menuju Kali Deket atau saluran pembuang terdekat.

5.6.

ARAHAN RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL)

Bangunan-bangunan di Kabupaten Lamongan secara umum saat ini diarahkan kepada penataan sesuai dengan fungsi kawasan yang telah direncanakan, baik untuk kegiatan perdagangan, perindustrian, perkantoran, permukiman, pendidikan dan kegiatan lainnya sesuai dengan produk rencana tata ruang yang telah disusun dan di Perda-kan.

Bangunan-bangunan yang ditemukan di Kabupaten Lamongan bisa di klasifikasikan berdasarkan pola kawasan yaitu bangunan-bangunan yang ada di perkotaan dan bangunan yang ada di kawasan perdesaan. Bangunan di kawasan perkotaan, misalnya kawasan alun-alun

Kota Lamongan (Kecamatan Lamongan) memiliki fungsi dan pola bangunan yang lebih beragam. Pada kawasan perkotaan, bangunan-bangunan tersebut lebih berfungsi sebagai bangunan publik dengan fungsi pelayanan sosial. Pada sekitar bangunan perkantoran juga memiliki fungsi kawasan sebagai areal perdagangan atau Pusat Kegiatan Perdagangan (CBD).

Bangunan-bangunan pada kawasan perkotaan tersebut di atas berdasarkan fungsinya baik bangunan perdagangan dan jasa, perkantoran dan pendidikan, bangunan tradisional tentu saja

Dari kondisi yang ada dan sasaran yang akan dicapai pada penataan bangunan gedung dan lingkungan di Kabupaten Lamongan, maka dapat diidentifikasi masalah yang terjadi sebagai berikut:

1. Belum adanya penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran

2. Tidak adanya program penataan dan pelestarian bangunan tradisonal/ bersejarah 3. Belum maksimalnya tersedianya ruang terbuka hijau

4. Tidak ada penataan dan pembangunan sarana prasarana permukiman kumuh

5. Belum tertibnya sarana reklame, belum terkelolanya sarana parkir dan Belum tertanya perijinan Bangunan Telepon Selular (BTS)

6. Belum adanya penataan yang terpadu terhadap Usaha Pedagang Kaki Lima

Berdasarkan hasil analisis terhadap data yang ada maka dari sektor tata ruang,

bangunan dan lingkungan tersebut maka permasalahan yang dihadapi dapat dikelompokkan sebagai berikut :

Permasalahan dan Tantangan di Bidang Bangunan Gedung

Pada Bidang Bangunan Gedung dihadapi permasalahan sebagai berikut :

Gambar

Tabel 5. 1 Arahan RTRW Kabupaten/Kota untuk Bidang Cipta Karya
Tabel 5. 2 Identifikasi Kawasan Strategis Kabupaten Lamongan  (KSK)
Tabel 5. 3 Identifikasi Indikasi Program RTRW Kabupaten Lamongan
Tabel Garis Sempadan Saluran Irigasi/Drainase
+4

Referensi

Dokumen terkait

Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama, bahwa Islam merupakan agama tauhid yang mengajak manusia untuk memurnikan ibadah mereka hanya kepada Allah dan

Persoalan lintasan terpanjang juga digunakan dalam penjadwalan rute dan mesin bor untuk mengebor lubang pada sebuah PCB dengan vertex sebagai bagian dari mesin atau

Tabulasi Data Nilai Jawaban Responden Mengenai Variabel Bebas Kepemimpinan Transaksional... Tabulasi Data Nilai Jawaban Responden Mengenai Variabel Bebas

Ketika saya merasa tidak mampu dalam beberapa hal, saya mencoba mengingatkan diri saya bahwa sebagian besar orang lain juga merasakan hal yang saya

Sedangkan untuk variabel harga dengan keputusan pembelian kosmetik wardah diperoleh hasil Thitung 0,514 &lt;Ttabel 2,01174 dengan nilai signifikansi 0,610 &gt;

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran interaksional menekankan pada proses yang bersifat dialogis. pada dasarnya manusia mempunyai

Sebagai contoh, di dunia nyata kita menggunakan peralatan yang sifatnya fisik seperti pensil, penggaris dan jangka, sedangkan dalam Geogebra kita dapat

Sesuai dengan subyek penelitian yang merupakan pendengar radio salah satu program dari RRI di Surabaya, kota Surabaya dipilih karena para pendengar tersebut berdomisili