• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN ACEH UTARA - DOCRPIJM 15081445295 BAB V Keterpaduan Strategis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB V KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN ACEH UTARA - DOCRPIJM 15081445295 BAB V Keterpaduan Strategis"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN

KABUPATEN ACEH UTARA

5.1. Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Aceh Utara Tahun

2012-2032

Berdasarkan amanat Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,

Kabupaten wajib menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten

yang ditetapkan oleh Qanun Kabupaten Aceh Utara. Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten Aceh Utara telah ditetapkan secara hukum dalam bentuk Peraturan Daerah

atau Qanun dengan nomor Qanun Kabupaten Aceh Utara No. 7 tahun 2013.

Dalam penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya, beberapa yang perlu diperhatikan

dari RTRW Kabupaten Aceh Utara adalah sebagai berikut:

a. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Aceh Utara (KSK) yang didasari sudut

kepentingan:

i. Pertahanan keamanan

ii. Ekonomi

iii. Lingkungan hidup

iv. Sosial budaya

v. Pendayagunaan sumberdaya alam atau teknologi tinggi

b. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup:

i. Arahan pengembangan pola ruang:

a) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya

b) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya

seperti pengembangan RTH.

ii. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti

pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan,

drainase, RTH, Rusunawa, maupun Agropolitan.

c. Ketentuan zonasi pembangunan prasarana sarana bidang Cipta Karya

(2)

kawasan budidaya, sistem perkotaan, dan jaringan prasarana.

d. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang

khususnya untuk bidang Cipta Karya.

Kawasan Strategis Kabupaten Aceh Utara (KSK) diperlukan sebagai dasar

pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya. Pada pembangunan infrastruktur

skala kawasan, pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya diarahkan pada

lokasi KSK, dan diharapkan keterpaduan pembangunan dapat terwujud diperlihatkan

(3)

Tabel 5.1. Arahan RTRW Kabupaten Aceh Utara Bidang Cipta Karya

1

Arahan Pola Ruang Arahan Struktur Ruang

Rencana Pola Ruang

(1) Rencana Pola Ruang wilayah Kota, terdiri atas: a. kawasan lindung;

b. kawasan budidaya; dan Rencana Kawasan Lindung

a. Kawasan Hutan lindung dikembangkan di Kec. Meurah Mulia, Kec. Paya bakong, kec. Langkahan dan Kec. Cot Girek.

b. Kawasan Perlindungan Setempat meliputi: Sepadan pantai, sepada n sungai, Kawasan sekitar waduk dan ruanng terbuka hijau.

c. Kawasan Cagar Budaya meliputi: Kawasan cagar budaya pra sejarah, kawasan kesultanan kerajaan islam samudra pase dan kawasan kerajaan pirak, kerajaan keureutoe dan ulama abad XIX.

d. Kawasan Geologi meliputi: kawasang rawan letusan gunung berapi, kawasan gempa bumi, kawasan rawan longsong, kawasan rawan tsunami dan kawasan abrasi pantai.

e. Kawasan Lindung lainnya berupa kawasan konservasi gajang. Rencana Kawasan Budidaya

Klasifikasi peruntukan Kawasan budidaya di Kabupaten Aceh Utara meliputi :

 Kawasan Hutan Produksi

b. sistem jaringan air minum; c. sistem pengolahan limbah;

d. sistem pengembangan dan peningkatan drainase.

(1) Sistem Penyediaan Air Minum

Sumber air baku untuk air minum untuk Kabupaten Aceh Utara terdiri dari sebelas unit Instalasi Pengolahan Air Minum yang sampai saat ini beroperasi di Kabupaten Aceh Utara, yaitu IPA Cot Girek dengan kapasitas terpasang 40 liter/detik, IPA lhoksukon I dengan kapasitas 60 liter/detik, IPA Lhoksukon II dengan kapasitas 150 liter/detik, IPA Geudong dengan kapasitas 20 liter/detik, IPA Krueng Pase 100 litertik, IPA Samudera 30 liter/detik, IPA Sawang I 10liter/detik, IPA Sawang II 20 liter/detik, IPA Gle Dagang 60 Liter/detik, IPA Langkahan 20 liter/detik dan DeepWell Simpang Kramat 42,5 liter/detik.

Kebutuhan air minum Kabupaten Aceh Utara diperkirakan akan meningkat dari 168,13 liter/detik hari pada tahun 2014 menjadi 1399,37 liter/detik pada tahun 2035. Cakupan pelayanan direncanakan telah mencapai 53,24% dari seluruh penduduk Kabupaten Aceh Utara, baik yang dipenuhi melalui sambungan rumah, hidrant umum maupun sumber air lainnya. (2) Sistem Pengelolaan Air Limbah

Sistem on site

Alternatif sistem septic tank yang akan diterapkan adalah : Sistem septic tank individual, yaitu pengelolaan air limbah dengan penggunaan septic tank pada rumah tipe besar di mana lahan yang tersedia cukup luas untuk pembangunan septic tank dan bidang rembesannya.

a. Sistem septic tank komunal, yaitu pengelolaan air limbah dengan penggunaan 1 septik tank untuk beberapa rumah, perumahan pedesaan dimensi septic tank disesuaikan dengan jumlah kelompok pemakai.

(4)

Kawasan Peruntukan Kawasan Hutan Produksi :

Kawasan Hutan Produksi meliputi Kecamatan Langkahan, Cot Girek,Meurah Mulia, Geureudong Pase, Nisam Antara,Sawang dan Paya Bakong.

Kawasan Pertanian:

Pengembangan kawasan pertanian meliputi seluruh kecamatan, kawasan pertanian basah seluas 45.714 hektar dan kawasan pertanian kering seluas 38410 hektar.

Kawasan Perikanan

Pengembangan kawasan perikanan terletak di Kecamatan Dewantara Nisam Syamtalira bayu, Smudera, Tanah Pasir, Lapang,Baktiya,Baktiya Barat, seunuddon dan Tanah Jabmbo aye seluas 16.712 hektrar dan perikanan tangkap terletak dalam kewenangan kabupaten aceh utara seluas 37.744 hektar.

Kawasan Pertambangan

Pengembangan kawasan pertambangan meliputi mineral logam, mineral non logam, batuan, batubara, panas bumi dan gas bumi.

Kawasan Industri

Kawasan industri meliputi kawsan industri besar, industi sedan dan industri kecil.

Industri besar meliputi wilayah Kecamatan Dewantara dan Kecamatan Sawang. Indusri sedang meliputi kecamatan Cot Girek kecamatan Lhoksukon,Kecamatan Geureudong Pase, Kecamatan Simpang Kramat, Kecamatan Kuta Makmur, Kecamatan Baktiya dan Kecamatn Seunuddon. Indusri kecil / industri rumah tangga meliputi seluruh Kecamatan.

Kawasan Pariwisata

Pengembangan kawasan pariwisata di Kabupaten Aceh Utara direncanakan sebagai berikut :

Pengembangan kawasan pariwisata alam diarahkan pada kawasan Air terjun Blang Kulam di Sidomulyo kecamatan Kuta Makmur, Air Terjun Seumirah di Seumirah di Seumirah KecamatanN Nisam Antara, Pantai Krueng Sawang di Keude Sawang Kecamatan Sawang, Pusat Latihan Gajah Lhok Asan kecamatan Kuta makmur, Waduk Krueng Keureutoe, Waduk Krung Jabo Aye dan Wadk Lhoks Gajah. Untuk wilayah pantai diarahakan Pantai Bantaian

Sistem off site

Sistem off site di Kabupaten Aceh Utara direncanakan Instalasi pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang dikelola Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Aceh Utara, IPLT tersebut berlokasi di Gampong Teupin Keubeu Kecamatan Lhoksukon.

(3) Sistem Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah sebagian besar direncanakan merupakan kawasan permukiman mengacu pada Tata Cara Pengelolaan Sampah di Permukiman (SNI 19-3242-1994), Tata Cara Teknik Pengelolaan Sampah Perkotaan (SNI 19-2454-2002) terutama mengenai persyaratan hukum dan persyaratan teknis operasionalnya.

Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kabupaten Aceh Utara sebagai tempat proses pengelolaan dan pembuangan akhir sampah terletak di Gampong Teupin Keubeu Kecamatan Lhoksukon yang berjarak 8 km dari pusat kota. Hingga saat ini yang telah difungsikan sebagai open dumpinf seluas 4 ha, dan yang belum difungsikan seluas 9 ha.

(4)Sistem Jaringan Drainase

(5)

KecamatanSeunuddon, Pantai Sawng Kecamatan sawang, Pantai Lancok Kecamatan syamtalira Bay, Pantai Krueng Geukueh Kecamatan dewantara dan Pantai Dakuta bungkah Kecamatan muara Batu.

Kawasan Permukiman

Kawasan permukiman meliputi kawasan permukiman perkotaan seluas 5.620 hektar dan kawasan permukiman gampong seluas 8.290 hektar

Kawasan lainnya

Kawasan lainya kawasan pelabuhan kawasan Pelabuhan umum Krueng Geukueh seluas 166 Ha dan Kawasan Banda Udara Malikssalaeh sesluas 83 hektar.

2 3

Tabel 5.2 Identifikasi Kawasan Strategis Kabupaten Aceh Utara (KSK)berdasarkan RTRW

4

Kawasan Strategis Kabupaten Aceh Utara Sudut Kepentingan Lokasi/Batas Kawasan

1. Kawasan Pusat Kota dan Sekitarnya Pertumbuhan Ekonomi Lhoksukon, Panton Labu, Simpang Kramat, Ulee Nye, Alue Dua, Mbang, Alue Bungkoh, Seunuddon, Baktiya, Samudera, Lapang dan Sawang.

2. Kawasan Cagar Budaya, Makam Tokoh Sejaran dan Ulama.

Sosial budaya dan ekonomi Kawasan Cagar Budaya, Makam Tokoh Sejaran dan Ulama.

3. Kawasan PKG dan Bencana Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup Kawasan PKG, Mitasi Bencana Tsunami,Bencana Bajir dan Longsor.

(6)

Tabel 5.3 Identifikasi Indikasi Program RTRW Kabupaten Aceh Utara terkait

A. PROGRAM PERWUJUDAN RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KOTA

1. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan

Kota Lhoksukon Lhoksukon

Ya

APBK Dinas Cipta karya 2. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan

Kota Panton Labu Panton Labu

Ya

APBK Dinas Cipta karya 3. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan

Kota Krueng Geukueh Krueng Geukueh

Ya

APBK Dinas Cipta karya 4. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan

Geudong Geudong

Ya

APBK Dinas Cipta karya INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

Sektor Air Bersih

a. Peningkatan Pelayanan Air Bersih Kabupaten Aceh Utara

Ya APBK, APBA dan

APBN PDAM b. Pengembangan Instalasi Pengolahan Air Minum

Kabupaten Aceh Utara

Ya APBK, APBA,dan

APBN Dinas Cipta Karya

c. Peningkatan Pelayanan Instalasi Pengolahan Air (IPA)

Kabupaten Aceh Utara

Ya APBK, APBA dan

APBN PDAM, Dinas Cipta Karya Sektor Persampahan

(7)

No. Usulan program utama Lokasi KSK ( ya /

Tidak ) SUMBER DANA

INSTANSI PENANGGUNG JAWAB

Sektor Drainase

e. Rehabilitasi Jaringan Drainase Yang Telah Ada Kabupataen Aceh Utara

Ya APBK,

Dinas Cipta karya

f. Pengembangan Sistem Drainase Baru Kabupaten Aceh Utara

Ya APBK, APBA,

dan APBN Dinas Cipta karya B. PROGRAM PERWUJUDAN RENCANA POLA RUANG WILAYAH

1. Rehabilitasi Kawasan Pesisir

a. Penyusunan Rencana Tindak Pengembangan Kawasan Pesisir

Pesisir Ya

APBK  Dinas Cipta Karya

b. Penataan Kawasan Pesisir Pesisir Ya APBK, APBN  Dinas Cipta Karya

c. Pengembangan Kawasan Pesisir

Pesisir Ya APBK, APBN,

Donor  Dinas Cipta Karya 2. Pengembangan Hutan Kota

a. Penyusunan Rencana Tindak Pengembangan Hutan Kota

Kota Lhoksukon, Panton Labu,

Dewantara

Ya

APBK  Dinas Cipta Karya

b. Pengembangan Hutan Kota Kota Lhoksukon, Panton Labu,

Dewantara

Ya

APBK, Donor  Dinas Cipta Karya 3. Pengembangan Kegiatan Wisata di Kawasan Konservasi

a. Penyusunan Rencana Tindak Pengembangan Kegiatan Wisata

Kec. Samudera, Paya Bakong,

Matangkuli

Ya

(8)

No. Usulan program utama Lokasi KSK ( ya /

4. Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL)

a. Penyusunan Rencana Tindak Penataan Lokasi PKL

b. Penataan Lokasi PKL Panton Labu, Lhoksukon,

Dewantara

Ya APBK, APBN

Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan

5. Pengembangan dan Peningkatan Pengelolaan RTH

a. Penyusunan Rencana Pengembangan RTH Dewantara, Lhoksukon

Ya APBK  Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan

b. Pengembangan dan Peningkatan RTH Dewantara, Lhoksukon

Ya APBK, APBN, Donor

 Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan

c. Pemeliharaan RTH Dewantara,

Lhoksukon

Ya APBK  Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan

6. Pengembangan Kawasan Wisata Alam dan Pantai, Wisata Spiritual dan Wisata Bersejarah

a. Penyusunan Rencana Induk Pengembangan

Pariwisata Aceh Utara

Ya

APBK  Dispora

b. Penyusunan Rencana Tindak Pengembangan

Kawasan Wisata Alam dan Pantai Aceh Utara

Ya

APBK  Dispora

c. Penyusunan Rencana Tindak Pengembangan Kawasan Wisata Spiritual, Kawasan Wisata Bersejarah dan Kawasan Wisata Tsunami

Aceh Utara

Ya

(9)

No. Usulan program utama Lokasi KSK ( ya /

Tidak ) SUMBER DANA

INSTANSI PENANGGUNG JAWAB

d. Pengembangan Kawasan Wisata Alam dan

Pantai Aceh Utara

Ya APBK, APBA,

Investor  Dispora

e. Pengembangan Kawasan Wisata Spiritual, Kawasan Wisata Bersejarah dan Kawasan 7. Pengembangan dan Pemeliharan Kawasan Sungai

a. Penyusunan Rencana Tindak Pengembangan dan Pemeliharaan Kawasan Sungai

b. Penataan Kawasan Bantaran Sungai Jambo Aye, Krueng Keureuto,

Krueng Pase

Ya APBK  Dinas Pengairan dan ESDM

c. Pemeliharaan Kawasan Bantaran Sungai Jambo Aye, Krueng Keureuto,

Krueng Pase

Ya APBK  Dinas Pengairan dan ESDM

C. PERWUJUDAN KAWASAN STRATEGIS KOTA

1. Penyusunan Rencana Tata Ruang (RTR)

Kawasan Pusat Kota Lhoksukon Lhoksukon

Ya

APBK  Dinas Cipta Karya 2. Penyusunan Rencana Tata Ruang (RTR)

Kawasan Pusat Kota dan sekitarnya Panton Labu,

(10)

5

5..22.. AArraahhaannRReennccaannaaPPeemmbbaanngguunnaannJJaannggkkaaMMeenneennggaahhKKaabbuuppaatteennAAcceehhUUttaarraa T

Taahhuunn22001122--22001177

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) disusun berdasarkan

Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional. Dalam undang-undang tersebut, RPJM Daerah dinyatakan sebagai

penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya

berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah

kebijakan keuangan Daerah, strategi pembangunan Daerah, kebijakan umum,

dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat

Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana- rencana kerja dalam

kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

Penyusunan RPI2-JM tentu perlu mengacu pada rencana pembangunan daerah

yang tertuang dalam RPJMD agar pembangunan sektor Cipta Karya dapat terpadu

dengan pembangunan bidang lainnya.

5.2.1. Kebijakan Pembangunan Daerah Berupa Visi dan Misi, Strategi, Arah

Kebijakan, Program serta Anggaran Pembangunan Infrastruktur Bidang

Cipta Karya

Visi :

Visi pembangunan Kabupaten Aceh Utara tahun 2012-2017 adalah :

Terwujudnya Masyarakata Aceh Utara yang Berbudaya, Sejahtera, Mandiri dan

Islami (BERSEMI). Kota yang penduduknya beriman dan berakhlak mulia, menjaga

persatuan dan kesatuan, toleran dalam perbedaan, taat hukum, dan memiliki ruang

publik yang luas. Di samping itu masyarakatnya ikut berpartisipasi dalam

penyelenggaraan pembangunan, inklusif, mampu bekerjasama untuk menggapai

tujuan bersama yang dicita-citakan. Keadaan ini diharapkan melahirkan warga

Kabupaten Aceh Utara yang memiliki jati diri yang ramah, taat aturan, damai,

(11)

5.2.2 Kebijakan Keuangan Daerah

Menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang pengelolaan Keuangan Daerah

yang diubah dengan Undang-undang Nomor 59 Tahun 2007, kelompok belanja

daerah telah dibagi menjadi Belanja tidak Langsung (Pengganti Belanja Aparatur)

dan Belanja Langsung (Pengganti Belanja Pelayanan Publik). Selama periode tahun

2010-2014, rata-rata presentase proporsi belanja langsung terhadap jumlah belanja

daerah dengan pengeluaran pembiayaan daerah adalah 28,88%. Belanja langsung

merupakan belanja yang terkait langsung dengan program dan kegiatan yang terdiri

dari belanja pegawai yang terkait dalam pelaksanaan program dan kegiatan

pemerintah daerah, belanja barang dan jasa serta belanja modal. Sedangkan

rata-rata belanja tidak langsung yaitu belanja yang tidak terkait dengan pelaksanaan

program dan kegiatan periode tahun 2010-2014 adalah 71,12%, belanja tidak

langsung terdiri dari belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja

bagi hasil, bantuan keuangan dan belanja tidak terduga.

5.2.2.1 Komponen Pembiayaan

Komponen pembiayaan (Financing) merupakan komponen yang baru dalam

sistem keuangan daerah. Istilah pembiayaan berbeda dengan pendanaan (Fundi).

Pendanaan diartikan sebagai dana atau uang dan digunakan sebagai kata umum,

sedangkan pembiayaan diartikan sebagai penerimaan yang perlu dibayar kembali

dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali. Kemampuan keuangan daerah

merupakan kemampuan dalam menggali sumber-sumber keuangan dan

kemampuan pengelola keuangan, baik yang bersumber dari Pendapatan Asli

Daerah (PAD) maupun bersumber dari dan perimbangan. Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah (APBD) yang sekarang dikenal dengan Anggaran Pendapatan

dan Belanja Aceh (APBA) yang sekarang dikenal dengan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Kabupaten/Kota (APBK) untuk Kabupaten/Kota (UU. No. 11 tahun 2006

tentang Pendapatan Aceh), merupakan instrumen kebijakan yang utama bagi

pemerintah daerah. Sebagai instrumen kebijakan, anggaran daerah menduduki

posisi sentral dalam upaya pengembangan kapasitas dan efektifitas pemerintah

daerah.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintah

Daerah, maupun Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan

Aceh, menyebutkan bahwa Penerimaan Daerah bersumber dari :

1. Pendapatan Asli Daerah;

2. Dana Penimbangan;

3. Dana Otonomi khusus; dan

(12)

Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006,

terdiri atas :

a. Pajak Daerah;

b. Retribusi Daerah;

c. Hasil Pengelola Kekayaan Daerah yang dipisahkan, Milik

Aceh/Kabupaten/Kota dan Hasil Penyerahan Modal Aceh/Kabupaten/Kota;

d. Zakat; dan

e. Lain-lain PAD yang Sah dan PAD Kabupaten/Kota yang Sah

Pasal 181 ayat (1) Undang-undang nomor 11 Tahun 2006 menyatakan bahwa Dana

Perimbangan terdiri atas :

1. Dana Bagi Hasil Pajak;

2. Dana Bagi Hasil yang Bersumber dari hidrokarbon dan Sumberdaya Alam

lain;

3. Dana Alokasi Umum (DAU); dan

4. Dana Alokasi khusus (DAK).

5.2.2.2.Keuangan Daerah

Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka

penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk

segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah.

Penyelenggaraan fungsi Pemerintahan Daerah akan terlaksana secara optimal

apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti dengan pemberian

sumber-sumber penerimaan yang cukup kepada daerah dengan mengacu pada peraturan

perundang-undangan (money follow function). Analisis pengelolaan keuangan

daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk menghasilkan gambaran tentang

kapasitas atau kemampuan keuangan daerah dalam mendanai penyelenggaraan

pembangunan daerah. Mengingat bahwa pengelolaan keuangan daerah diwujudkan

dalam suatu APBD maka analisis pengelolaan keuangan daerah dilakukan terhadap

APBD dan laporan keuangan daerah sekurang-kurangnya 5 tahun sebelumnya.

Arah kebijakan keuangan daerah yang diambil oleh Kabupaten Aceh Utara

adalah kebijakan anggaran berdasarkan pendekatan kinerja dan berkomitmen untuk

menerapkan prinsip transparansi dan akuntabilitas. Anggaran Kinerja adalah suatu

anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kegiatan atau output dari

rencana alokasi biaya atau input yang ditetapkan dengan memperhatikan kondisi

semua komponen keuangan.

Efisiensi, efektifitas, transparansi dan akuntabilitas merupakan prinsip

pengelolaan keuangan yang dilakukan diantaranya dengan mengefektifkan fungsi

pengawasan serta upaya-upaya penghematan sehingga dana yang terbatas dapat

dimanfaatkan secara maksimal untuk kegiatan pembangunan dan pemerintahan

(13)

pembangunan. Kebijakan belanja daerah diarahkan untuk mendukung kebijakan dan

prioritas strategis, terutama untuk mendukung kebutuhan dana program strategis

yang memiliki nilai tambah (value-added), sesuai dengan capaian target visi dan misi

lima tahun kedepan.

Mengingat bahwa komponen anggaran menggunakan struktur surplus/defisit

maka atas selisih antara pendapatan dan belanja dihitung sebagai surplus/defisit dan

dialokasikan ke pembiayaan. Dalam hal suatu APBD mengalami defisit maka

kebijakan pembiayaan mengupayakan sumber pemasukan kas untuk menutup

defisit tersebut (pembiayaan penerimaan). Sebaliknya, apabila APBD mengalami

selisih lebih maka atas surplus tersebut akan dialokasikan dalam pembiayaan

pengeluaran pada pos-pos pembiayaan yang diperkenankan oleh peraturan.

Sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008

dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Daerah, serta Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005

tentang Pengelolaan Keuangan Daerah yang antara lain menyebutkan bahwa

keuangan daerah harus dikelola secara tertib, taat pada peraturan

perundangan-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan

memperhatikan keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat, maka semua

penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan

harus dimasukkan dalam APBD, dan selanjutnya APBD tersebut akan dipakai

sebagai dasar bagi Pemerintah Daerah dalam pengelolaan penerimaan dan

pengeluaran daerah yang disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan

pemerintahan serta kemampuan keuangan daerah, oleh karena itu prinsip

pengelolaan ini akan tercermin pada proses penyusunan anggaran daerah, struktur

pendapatan dan struktur belanja daerah.

5.2.3. Indikator Kinerja

Indikator kinerja Pemerintah Kabupaten Aceh Utara diukur berdasarkan indikator

kinerja daerah terhadap capaian kineja penyelenggaraan urusan pemerintah

Kabupaten Aceh Utara

5.3. Arahan Peraturan Daerah Tentang Bangunan Gedung Pemerintah Kabupaten Aceh Utara

Penyusunan Perda Bangunan Gedung diamanatkan pada Peraturan Pemerintah

No. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU 28 tahun 2002 tentang

Bangunan Gedung, yang menyatakan bahwa pengaturan dilakukan oleh

pemerintah daerah dengan penyusunan Peraturan Daerah tentang Bangunan

Gedung berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi

(14)

peraturan perundang-undangan, pedoman, petunjuk, dan standar teknis bangunan

gedung dan operasionalisasinya di masyarakat.

Perda Bangunan Gedung mengatur tentang persyaratan administrasi dan teknis

bangunan gedung. Salah satunya mengatur persyaratan keandalan gedung,

seperti keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan. Persyaratan ini

wajib dipenuhi untuk memberikan perlindungan rasa aman bagi pengguna

bangunan gedung dalam melakukan aktifitas di dalamnya dan sebagai landasan

operasionalisasi penyelenggaraan bangunan gedung di daerah. Utamanya untuk

daerah rawan bencana, Perda Bangunan Gedung sangat penting sebagai payung

hukum di daerah dalam menjamin keamanan dan keselamatan bagi pengguna.

Ketersediaan Perda BG bagi kabupaten/kota merupakan salah satu prasyarat

dalam prioritas pembangunan bidang Cipta Karya di Kabupaten Aceh Utara.

5.3.1 Ketentuan Fungsi Bangunan Gedung

Qanun Pemerintah Kabupaten Aceh Utara No. 1 Tahun 2015 tentang bangunan

gedung menjelaskan bahwa ketentuan fungsi bangunan gedung sebagai berikut:

(1) Fungsi bangunan gedung di wilayah Kota meliputi fungsi hunian,

pemerintahan, keagamaan, usaha, sosial dan budaya serta fungsi

khusus.

(2) Bangunan gedung fungsi hunian sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) meliputi bangunan untuk rumah tinggal tunggal, rumah

tinggal deret, dan rumah tinggal sementara.

(3) Bangunan gedung fungsi pemerintahan sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) meliputi bangunan untuk kegiatan pemerintahan.

(4) Bangunan gedung fungsi keagamaan sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) meliputi mesjid, meunasah, mushalla, gereja, pura,

wihara dan kelenteng.

(5) Bangunan gedung fungsi usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) meliputi bangunan gedung untuk perkantoran, perdagangan;

perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan

pergudangan.

(6) Bangunan gedung fungsi sosial dan budaya sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) meliputi bangunan gedung untuk pendidikan,

kebudayaan, pelayanan kesehatan, laboratorium dan pelayanan

umum.

(7) Bangunan gedung fungsi khusus sebagaimana dimaksud dala1n ayat

(1) meliputi bangunan gedung yang fungsinya mer.1punyai thgkat

kerahasiaan tinggi untuk kepentingan nasional atau yang

penyelenggaraannya dapat membahayakan masyarakat di

sekitarnya dan/atau mempunyai risiko bahaya tinggi dan

(15)

gedung berdasarkan usulan menteri terlkait.

(8) Bangunan gedung dapat memiliki lebih dari satu fungsi.

5.3.2 Persyaratan Bangunan Gedung

Qanun Pemerintah Kabupaten Aceh Utara No. 1 Tahun 2015 tentang bangunan

gedung menjelaskan bahwa persyaratan bangunan gedung sebagai berikut:

(1) Setiap bangunan gedung harus dibangun, dimanfaatkan, dilestarikan,

dan/atau dibongkar sesuai dengan persyaratan bangunan gedung

yang dia.tur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administrasi

agar bangunan dapat dimanfaatkan sesuaidengan fungsi yang

ditetapkan.

(3) Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan teknis,

haik persyaratan tata bangunan maupun persyaratan keandalan

bangunan gedung, agar bangunan gedung laik fungsi dan layak

huni, serasi dan selaras dengan lingkungannya.

(4) Pemenuhan persyaratan teknis disesuaikan dengan fungsi,

klasifikasi, dan tingkat permanensi bangunan gedung

5.3.3 Penyelenggaraan Bangunan Gedung

Penyelenggaraan bangunan gedung yang dijelaskan dalam Qanun Pemerintah

Kabupaten Aceh Utara No. 1 Tahun 2015 sebagai berikut:

(1) Penyelenggaraan bangunan gedung meliputi k e g i a t a n

pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran.

(2) Dalam penyelenggaraan bangunan gedung sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1), penyelenggara berkewajiban memenuhi persyaratan

bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Bab IV.

(3) Penye!enggara bangunan gedung terdiri alas pemilik bangunan

gedung, penyedia jasa konstruksi dan pengguna bangunan gedung.

(4) Pemilik bangunan gedung yang belum dapat memenuhi persyaratan

sebagaimana dimaksud dalam Bab IV, tetap harus memenuhi ketentuan

tersebut secara bertahap.

5.3.4 Peran Masyarakat dan Pembinaan Dalam Penyelenggaraan Bangunan

Gedung

Masyarakat Kabupaten Aceh Utara berperan dalam penyelenggaraan

bangunan gedung seperti keterlibatan masyakarat dalam pembangunaan gedung

tersebut adalah pengusulan program selanjutnya mengawasi jalannya

(16)

bangunan gedung perlu dilakukan oleh pemerintah, hal ini sangat berperan dalam

implemantasi Qanun Pemerintah Kabupaten Aceh Utara Nomor 1 Tahun 2015

tentang bangunan gedung.

5.4 Arahan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI- SPAM)

Berdasarkan Permen PU No. 18 Tahun 2007, Rencana Induk Pengembangan

Sistem Penyediaan Air Minum adalah suatu rencana jangka panjang (15-20 tahun)

yang merupakan bagian atau tahap awal dari perencanaan air minum jaringan

perpipaan dan bukan jaringan perpipaan berdasarkan proyeksi kebutuhan air

minum pada satu periode yang dibagi dalam beberapa tahapan dan memuat

komponen utama sistem beserta dimensi-dimensinya. RI-SPAM dapat berupa RI-

SPAM dalam satu wilayah administrasi maupun lintas kabupaten/kota/provinsi.

Penyusunan rencana induk pengembangan SPAM memperhatikan aspek

keterpaduan dengan prasarana dan sarana sanitasi sejak dari sumber air hingga

unit pelayanan dalam rangka perlindungan dan pelestarian air. Rencana Induk

Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM) Kabupaten Aceh Utara.

5.5. Arahan Rencana Strategi Sanitasi Kabupaten Aceh Utara (SSK)

5.5.1. Kerangka Kerja Pembangunan Sanitasi

Strategi Sanitasi Kota adalah dokumen rencana strategis berjangka

menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi

suatu Kota/ Kabupaten, yang berisi potret kondisi sanitasi kota saat ini, rencana

strategi dan rencana tindak pembangunan sanitasi jangka menengah. SSK disusun

oleh Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota didukung fasilitasi dari pemerintah pusat dan

pemerintah provinsi. Dalam menyusun SSK, Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota

berpedoman pada prinsip:

a. Berdasarkan data aktual (Buku Putih Sanitasi);

b. Berskala kota dan lintas sektor (air limbah, drainase,

persampahan);

c. Disusun sendiri oleh kota dan untuk kota; dan

d. Menggabungkan pendekatan ‘top down’ dengan ‘bottom up’

5.5.2. Strategi Menyeluruh Pengembangan Sanitasi Kota

5.5.2.1 Visi dan misi Sanitasi

Visi misi sanitasi telah dirumuskan untuk memberi arah bagi pengembangan

sanitasi Kabupaten Aceh Utara dalam rangka mencapai visi misi Kabupaten

(17)

5.5.2.2 Tujuan dan sasaran pengembangan sanitasi

Pengembangan sanitasi Kabupaten Aceh Utara bertujuan untuk meningkatkan

kualitas lingkungan melalui peningkatan pembangunan infrastruktur serta

pelayanan sanitasi menyeluruh sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup

masyarakat. Sasaran pengembangan sanitasi adalah Kabupaten Aceh Utara

namun dengan tetap membuka peluang kajian untuk mengadakan kerjasama

pembangunan sanitasi dengan kota/kabupaten tetangga.

5.5.2.3 Kebijakan umum pengembangan sanitasi Kabupaten

Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan sanitasi tersebut, telah

disusun beberapa kebijakan umum pengembangan sanitasi kabupaten yang

tertuang dalam Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Utara adalah:

1. Penguatan kinerja kelembagaan tim sanitasi;

2. Menguatkan lembaga leading sektor dalam sistem manajemen dan

fungsi kontrol secara efekftif;

3. Mengupayakan penggalangan sumber daya strategis (dana dan

non-dana) non-APBK;

4. Melibatkan sektor swasta dalam pengelolaan sanitasi perkotaan;

5. Merubah sistem on-site menuju off-site di wilayah prioritas dan

wilayah pusat Kabupaten Aceh Utara;

6. Pengelolaan sampah diarahkan pada usaha-usaha produktif (3R,

komposting dan pemanfaatan kembali sampah);

7. Industri kecil menengah yang menghasilkan limbah dapat terkontrol

melalui pemberian ijin usaha dan mengikuti SPM untuk sanitasi;

8. Industri kecil dan menengah memiliki IPAL mandiri sesuai SNI;

9. Fasilitas umum, tempat pengolahan makanan dan minuman

serta permukiman penduduk memenuhi syarat hygiene dan

sanitasi.

5.5.2.4 Kebijakan S a n i t a s i saat ini

Pembangunan infrastruktur sanitasi menjadi sangat tinggi. Berkaitan dengan

hal itu, telah ditetapkan bahwa perbaikan kesehatan lingkungan sebagai

salah satu prioritas pembangunan di Kabupaten Aceh Utara pada tahun 2010

dengan fokus pada kegiatan yang bersifat non-fisik (contohnya adalah kegiatan

perubahan perilaku) yang akan menjadi dasar bagi kegiatan-kegiatan

fisik tahun berikutnya. Program ini secara tidak langsung menjadi salah satu

pendorong perlunya upaya percepatan pembangunan sanitasi di Kabupaten Aceh

(18)

5

5..55..33 Pengembangan Strategis Infrastruktur Sanitasi 2010 – 2025

A. Air bersih

Pengembangan infrastruktur air bersih oleh Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM) Tirta Mon Pase dalam jangka pendek ditujukan untuk

meningkatkan cakupan pelayanan hingga mencapai persyaratan dalam

Millenium Development Goals (MDGs) yaitu 80% cakupan layanan di

perkotaan dengan konsumsi 100 l/orang/hari. Dalam jangka panjang,

direncanakan seluruh masyarakat Banda Aceh akan mendapatkan pelayanan

PDAM Tirta Mon Pase dengan kualitas air yang diterima adalah kualitas air

minum.

B. Air limbah

Beberapa inisiatif dalam bidang pengelolaan air limbah telah dilakukan

terutama untuk mendorong pengembangan sistem sanitasi on-site yang lebih

baik. Inisiatif tersebut diantaranya adalah adanya proses legislasi untuk

memasukkan persyaratan infrastruktur sanitasi (tangki septik sesuai SNI).

Hingga saat ini, proses ini sedang berjalan antara Dinas Cipta Karya

Kabupaten Aceh Utara dan Provinsi yang difasilitasi oleh Tim Sanitasi.

Untuk pengembangan sistem off-site diprioritaskan pada wilayah pusat

kota lama dan wilayah prioritas. Berkaitan dengan hal ini, Dinas Cipta

Karya Kabupaten Aceh Utara telah merencanakan pembangunan tangki

septik komunal dalam wilayah Kabupaten Aceh Utara yang dibiayai oleh

DAK. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk secara bertahap

menerapkan sistem offsite di wilayah prioritas. Selain itu, terdapat beberapa

kriteria yang digunakan dalam penentuan prioritas pengembangan sistem

off-site berdasarkan ketentuan dari SPM.

Di dalam SSK ini, telah dilakukan penentuan wilayah prioritas pengembangan

sistem pengelolaan sistem air limbah (apakah onsite maupun offsite) secara

umum. Empat (4) kriteria digunakan dalam penentuan prioritas tersebut, yaitu;

(i) kepadatan penduduk, (ii) karakteristik tata guna lahan, komersial atau

rumah tinggal, (iii) resiko kesehatan, serta (iv) kondisi muka air tanah.

C. Drainase

a. Sistem drainase makro dan saluran utama

Kota Lhoksukon akan menerapkan empat (4) zona drainase. Pada saat ini

kegiatan jaringan drainase utama (main drain) di dalam keempat zona drainase

(19)

D. Persampahan

a. Timbulan sampah

Dalam jangka menengah, timbulan sampah yang perlu diangkut akan

dikurangi sebesar 20% dari kondisi sekarang dengan mengintensifkan

kegiatan 3R (Recycle, Reuse, Reduce) yang telah dimulai. Tujuannya

adalah untuk mengurangi beban Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sehingga

pada akhirnya dapat memperpanjang masa pakai (lifetime) dari TPA tersebut.

Untuk mencapai pengurangan itu langkah-langkah berikut akan dijalankan

hingga tahun 2014:

- Mengembangkan kegiatan percontohan industri pengolahan limbah

plastik dalam rangka pengembangan kegiatan daur ulang baik untuk

limbah plastik maupun limbah lainnya,

- Mengembangkan lebih lanjut dalam skala yang lebih luas usaha

pengkomposan skala rumah tangga.

- Mengembangkan kegiatan pemisahan sampah dari sumbernya

(separation at source). Kegiatan ini selain mendukung upaya pengurangan

timbulan sampah juga akan mendukung secara langsung usaha

pengkomposan dan daur ulang limbah.

b. Pengangkutan

Dalam jangka panjang, prosentase sampah terangkut akan ditingkatkan menjadi

100%. Peningkatan prosentase sampah terangkut dilakukan dengan

meningkatkan prosentase penduduk terlayani dari 76% (2008) ditingkatkan

100%. Selain peningkatan prosentase penduduk terlayani, intensitas

pengangkutan sampah 2 kali dalam seminggu direncanakan dapat terjadi di

semua wilayah Kabupaten Aceh Utara.

c. Tempat pemrosesan akhir (TPA)

Saat ini pemrosesan akhir sampah Kabupaten Aceh Utara dilakukan di TPA

Teupin Keubeu Kecamatan Lhoksukon. Kapasitas TPA ini adalah 750 m3/hari

TPA Teupin Keubeu ini sudah disiapkan DED dan sedang dilaksanakan

pembangunannya tahap I tahun 2015 dan akan ditindak lanjuti tahun berikutnnya.

d. Pengelolaan limbah medis

Pada saat ini masih terjadi limbah medis yang dibuang ke TPA. Untuk

mengantisipasi hal itu sedang direncanakan akan dikembangkan sebuah

tempat khusus untuk bagi pembuangan limbah medis di TPA Teupin Keubeu

Kecamatan Lhoksukon yang dilakukan oleh Dinas Pasar, Kebersihan dan

Pertamanan. Untuk mendukung hal itu, koordinasi antar dinas (terutama Dinas

Kesehatan) akan ditingkatkan untuk menghindari pencampuran limbah medis

dalam proses pengangkutan apabila telah dilakukan pemisahan di level

pengguna.

Selain pembangunan tempat pembuangan khusus di TPA Teupin Keubeu,

(20)

limbah medis secara thermal perlu ditingkatkan. Pemanfaatan insinerator perlu

ditingkatkan agar dapat digunakan oleh pihak lain yang juga

menghasilkan limbah medis. Dalam jangka pendek kerjasama pemanfaatan

bersama insinerator ini perlu untuk difasilitasi oleh Tim Sanitasi.

5.6 Arahan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)

Berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana

Tata Bangunan dan Lingkungan, RTBL didefinisikan sebagai panduan rancang

bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan

pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi

pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan

rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman

pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan. Arahan rencana

tata bangunan dan lingkungan (RTBL) Kota Lhoksukon sampai dengan saat belum

ada dokumennya.

5.7 Arahan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman

(RP2KP) Kabupaten Aceh Utara

Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman merupakan

suatu dokumen strategi operasional dalam pembangunan permukiman dan

infrastruktur perkotaan yang sinergi dengan arah pengembangan kota, sehingga

dapat menjadi acuan yang jelas bagi penerapan program-program pembangunan

infrastruktur Cipta Karya. RP2KP memuat arahan kebijakan dan strategi

pembangunan infrastruktur permukiman makro pada skala kabupaten/kota yang

berbasis pada rencana tata ruang (RTRW) dan rencana pembangunan (RPJMD).

RP2KP sampai saat ini belum ada dokumennya

5.8 Arahan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan di Kawasan Strategis

Kota (RTBL KSK)

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan di Kawasan Strategis

Kabupaten/Kota (RTBL KSK), dimana keduanya tetap mengacu pada

strategi pengembangan kota yang sudah ada. RTBL KSK merupakan

rencana aksi program strategis untuk penanganan permasalahan

permukiman dan pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya pada

kawasan prioritas di perkotaan. Dalam konteks pengembangan kota, RTBL

KSK merupakan rencana terpadu bidang permukiman dan infrastuktur

bidang Cipta Karya pada lingkup wilayah perencanaan berupa kawasan

dengan kedalaman rencana teknis yang dituangkan dalam peta 1:5000

atau 1:1000. RTBL KSK disamping berfungsi sebagai alat operasionalisasi

dalam penanganan kawasan permukiman prioritas juga berfungsi sebagai

masukan dalam penyusunan JM. Oleh karena itu, dalam hal ini

RPI2-JM perlu mengutip matriks rencana aksi program serta peta pengembangan

(21)

5.3. Arahan Peraturan Daerah Tentang Bangunan Gedung Pemerintah Kabupaten Aceh Utara

Penyusunan Perda Bangunan Gedung diamanatkan pada Peraturan Pemerintah

No. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU 28 tahun 2002 tentang

Bangunan Gedung, yang menyatakan bahwa pengaturan dilakukan oleh

pemerintah daerah dengan penyusunan Peraturan Daerah tentang Bangunan

Gedung berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi

dengan memperhatikan kondisi kabupaten/kota setempat serta penyebarluasan

peraturan perundang-undangan, pedoman, petunjuk, dan standar teknis bangunan

gedung dan operasionalisasinya di masyarakat.

Perda Bangunan Gedung mengatur tentang persyaratan administrasi dan teknis

bangunan gedung. Salah satunya mengatur persyaratan keandalan gedung,

seperti keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan. Persyaratan ini

wajib dipenuhi untuk memberikan perlindungan rasa aman bagi pengguna

bangunan gedung dalam melakukan aktifitas di dalamnya dan sebagai landasan

operasionalisasi penyelenggaraan bangunan gedung di daerah. Utamanya untuk

daerah rawan bencana, Perda Bangunan Gedung sangat penting sebagai payung

hukum di daerah dalam menjamin keamanan dan keselamatan bagi pengguna.

Ketersediaan Perda BG bagi kabupaten/kota merupakan salah satu prasyarat

dalam prioritas pembangunan bidang Cipta Karya di Kabupaten Aceh Utara.

5.3.1 Ketentuan Fungsi Bangunan Gedung

Qanun Pemerintah Kabupaten Aceh Utara No. 1 Tahun 2015 tentang bangunan

gedung menjelaskan bahwa ketentuan fungsi bangunan gedung sebagai berikut:

(9) Fungsi bangunan gedung di wilayah Kota meliputi fungsi hunian,

pemerintahan, keagamaan, usaha, sosial dan budaya serta fungsi

khusus.

(10) Bangunan gedung fungsi hunian sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) meliputi bangunan untuk rumah tinggal tunggal, rumah

tinggal deret, dan rumah tinggal sementara.

(11) Bangunan gedung fungsi pemerintahan sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) meliputi bangunan untuk kegiatan pemerintahan.

(12) Bangunan gedung fungsi keagamaan sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) meliputi mesjid, meunasah, mushalla, gereja, pura,

wihara dan kelenteng.

(13) Bangunan gedung fungsi usaha sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) meliputi bangunan gedung untuk perkantoran, perdagangan;

perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan

pergudangan.

(14) Bangunan gedung fungsi sosial dan budaya sebagaimana

(22)

pendidikan, kebudayaan, pelayanan kesehatan, laboratorium dan

pelayanan umum.

(15) Bangunan gedung fungsi khusus sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) meliputi bangunan gedung yang fungsinya mer.1punyai thgkat

kerahasiaan tinggi untuk kepentingan nasional atau yang

penyelenggaraannya dapat membahayakan masyarakat di

sekitarnya dan/atau mempunyai risiko bahaya tinggi dan

penetapannya dilakukan oleh menteri yang membidangi bangunan

gedung berdasarkan usulan menteri terlkait.

(16) Bangunan gedung dapat memiliki lebih dari satu fungsi.

5.3.2 Persyaratan Bangunan Gedung

Qanun Pemerintah Kabupaten Aceh Utara No. 1 Tahun 2015 tentang bangunan

gedung menjelaskan bahwa persyaratan bangunan gedung sebagai berikut:

(5) Setiap bangunan gedung harus dibangun, dimanfaatkan, dilestarikan,

dan/atau dibongkar sesuai dengan persyaratan bangunan gedung

yang dia.tur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(6) Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administrasi

agar bangunan dapat dimanfaatkan sesuaidengan fungsi yang

ditetapkan.

(7) Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan teknis,

haik persyaratan tata bangunan maupun persyaratan keandalan

bangunan gedung, agar bangunan gedung laik fungsi dan layak

huni, serasi dan selaras dengan lingkungannya.

(8) Pemenuhan persyaratan teknis disesuaikan dengan fungsi,

klasifikasi, dan tingkat permanensi bangunan gedung

5.3.3 Penyelenggaraan Bangunan Gedung

Penyelenggaraan bangunan gedung yang dijelaskan dalam Qanun Pemerintah

Kabupaten Aceh Utara No. 1 Tahun 2015 sebagai berikut:

(5) Penyelenggaraan bangunan gedung meliputi k e g i a t a n

pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran.

(6) Dalam penyelenggaraan bangunan gedung sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1), penyelenggara berkewajiban memenuhi persyaratan

bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Bab IV.

(7) Penye!enggara bangunan gedung terdiri alas pemilik bangunan

gedung, penyedia jasa konstruksi dan pengguna bangunan gedung.

(8) Pemilik bangunan gedung yang belum dapat memenuhi persyaratan

sebagaimana dimaksud dalam Bab IV, tetap harus memenuhi ketentuan

(23)

5.3.4 Peran Masyarakat dan Pembinaan Dalam Penyelenggaraan Bangunan

Gedung

Masyarakat Kabupaten Aceh Utara berperan dalam penyelenggaraan

bangunan gedung seperti keterlibatan masyakarat dalam pembangunaan gedung

tersebut adalah pengusulan program selanjutnya mengawasi jalannya

pembangunannya. Peran masyarakat dan pembinaan dalam penyelenggaran

bangunan gedung perlu dilakukan oleh pemerintah, hal ini sangat berperan dalam

implemantasi Qanun Pemerintah Kabupaten Aceh Utara Nomor 1 Tahun 2015

tentang bangunan gedung.

5.4 Arahan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI- SPAM)

Berdasarkan Permen PU No. 18 Tahun 2007, Rencana Induk Pengembangan

Sistem Penyediaan Air Minum adalah suatu rencana jangka panjang (15-20 tahun)

yang merupakan bagian atau tahap awal dari perencanaan air minum jaringan

perpipaan dan bukan jaringan perpipaan berdasarkan proyeksi kebutuhan air

minum pada satu periode yang dibagi dalam beberapa tahapan dan memuat

komponen utama sistem beserta dimensi-dimensinya. RI-SPAM dapat berupa RI-

SPAM dalam satu wilayah administrasi maupun lintas kabupaten/kota/provinsi.

Penyusunan rencana induk pengembangan SPAM memperhatikan aspek

keterpaduan dengan prasarana dan sarana sanitasi sejak dari sumber air hingga

unit pelayanan dalam rangka perlindungan dan pelestarian air. Rencana Induk

Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM) Kabupaten Aceh Utara.

5.5. Arahan Rencana Strategi Sanitasi Kabupaten Aceh Utara (SSK)

5.5.1. Kerangka Kerja Pembangunan Sanitasi

Strategi Sanitasi Kota adalah dokumen rencana strategis berjangka

menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi

suatu Kota/ Kabupaten, yang berisi potret kondisi sanitasi kota saat ini, rencana

strategi dan rencana tindak pembangunan sanitasi jangka menengah. SSK disusun

oleh Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota didukung fasilitasi dari pemerintah pusat dan

pemerintah provinsi. Dalam menyusun SSK, Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota

berpedoman pada prinsip:

e. Berdasarkan data aktual (Buku Putih Sanitasi);

f. Berskala kota dan lintas sektor (air limbah, drainase,

persampahan);

g. Disusun sendiri oleh kota dan untuk kota; dan

(24)

5.5.2. Strategi Menyeluruh Pengembangan Sanitasi Kota

5.5.2.1 Visi dan misi Sanitasi

Visi misi sanitasi telah dirumuskan untuk memberi arah bagi pengembangan

sanitasi Kabupaten Aceh Utara dalam rangka mencapai visi misi Kabupaten

Aceh Utara.

5.5.2.2 Tujuan dan sasaran pengembangan sanitasi

Pengembangan sanitasi Kabupaten Aceh Utara bertujuan untuk meningkatkan

kualitas lingkungan melalui peningkatan pembangunan infrastruktur serta

pelayanan sanitasi menyeluruh sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup

masyarakat. Sasaran pengembangan sanitasi adalah Kabupaten Aceh Utara

namun dengan tetap membuka peluang kajian untuk mengadakan kerjasama

pembangunan sanitasi dengan kota/kabupaten tetangga.

5.5.2.3 Kebijakan umum pengembangan sanitasi Kabupaten

Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan sanitasi tersebut, telah

disusun beberapa kebijakan umum pengembangan sanitasi kabupaten yang

tertuang dalam Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Utara adalah:

10. Penguatan kinerja kelembagaan tim sanitasi;

11. Menguatkan lembaga leading sektor dalam sistem manajemen dan

fungsi kontrol secara efekftif;

12. Mengupayakan penggalangan sumber daya strategis (dana dan

non-dana) non-APBK;

13. Melibatkan sektor swasta dalam pengelolaan sanitasi perkotaan;

14. Merubah sistem on-site menuju off-site di wilayah prioritas dan

wilayah pusat Kabupaten Aceh Utara;

15. Pengelolaan sampah diarahkan pada usaha-usaha produktif (3R,

komposting dan pemanfaatan kembali sampah);

16. Industri kecil menengah yang menghasilkan limbah dapat terkontrol

melalui pemberian ijin usaha dan mengikuti SPM untuk sanitasi;

17. Industri kecil dan menengah memiliki IPAL mandiri sesuai SNI;

18. Fasilitas umum, tempat pengolahan makanan dan minuman

serta permukiman penduduk memenuhi syarat hygiene dan

sanitasi.

5.5.2.4 Kebijakan S a n i t a s i saat ini

Pembangunan infrastruktur sanitasi menjadi sangat tinggi. Berkaitan dengan

hal itu, telah ditetapkan bahwa perbaikan kesehatan lingkungan sebagai

salah satu prioritas pembangunan di Kabupaten Aceh Utara pada tahun 2010

dengan fokus pada kegiatan yang bersifat non-fisik (contohnya adalah kegiatan

(25)

pendorong perlunya upaya percepatan pembangunan sanitasi di Kabupaten Aceh

Utara.

5

5..55..33 Pengembangan Strategis Infrastruktur Sanitasi 2010 – 2025

B. Air bersih

Pengembangan infrastruktur air bersih oleh Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM) Tirta Mon Pase dalam jangka pendek ditujukan untuk

meningkatkan cakupan pelayanan hingga mencapai persyaratan dalam

Millenium Development Goals (MDGs) yaitu 80% cakupan layanan di

perkotaan dengan konsumsi 100 l/orang/hari. Dalam jangka panjang,

direncanakan seluruh masyarakat Banda Aceh akan mendapatkan pelayanan

PDAM Tirta Mon Pase dengan kualitas air yang diterima adalah kualitas air

minum.

B. Air limbah

Beberapa inisiatif dalam bidang pengelolaan air limbah telah dilakukan

terutama untuk mendorong pengembangan sistem sanitasi on-site yang lebih

baik. Inisiatif tersebut diantaranya adalah adanya proses legislasi untuk

memasukkan persyaratan infrastruktur sanitasi (tangki septik sesuai SNI).

Hingga saat ini, proses ini sedang berjalan antara Dinas Cipta Karya

Kabupaten Aceh Utara dan Provinsi yang difasilitasi oleh Tim Sanitasi.

Untuk pengembangan sistem off-site diprioritaskan pada wilayah pusat

kota lama dan wilayah prioritas. Berkaitan dengan hal ini, Dinas Cipta

Karya Kabupaten Aceh Utara telah merencanakan pembangunan tangki

septik komunal dalam wilayah Kabupaten Aceh Utara yang dibiayai oleh

DAK. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk secara bertahap

menerapkan sistem offsite di wilayah prioritas. Selain itu, terdapat beberapa

kriteria yang digunakan dalam penentuan prioritas pengembangan sistem

off-site berdasarkan ketentuan dari SPM.

Di dalam SSK ini, telah dilakukan penentuan wilayah prioritas pengembangan

sistem pengelolaan sistem air limbah (apakah onsite maupun offsite) secara

umum. Empat (4) kriteria digunakan dalam penentuan prioritas tersebut, yaitu;

(i) kepadatan penduduk, (ii) karakteristik tata guna lahan, komersial atau

rumah tinggal, (iii) resiko kesehatan, serta (iv) kondisi muka air tanah.

C. Drainase

a. Sistem drainase makro dan saluran utama

Kota Lhoksukon akan menerapkan empat (4) zona drainase. Pada saat ini

kegiatan jaringan drainase utama (main drain) di dalam keempat zona drainase

(26)

D. Persampahan

a. Timbulan sampah

Dalam jangka menengah, timbulan sampah yang perlu diangkut akan

dikurangi sebesar 20% dari kondisi sekarang dengan mengintensifkan

kegiatan 3R (Recycle, Reuse, Reduce) yang telah dimulai. Tujuannya

adalah untuk mengurangi beban Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sehingga

pada akhirnya dapat memperpanjang masa pakai (lifetime) dari TPA tersebut.

Untuk mencapai pengurangan itu langkah-langkah berikut akan dijalankan

hingga tahun 2014:

- Mengembangkan kegiatan percontohan industri pengolahan limbah

plastik dalam rangka pengembangan kegiatan daur ulang baik untuk

limbah plastik maupun limbah lainnya,

- Mengembangkan lebih lanjut dalam skala yang lebih luas usaha

pengkomposan skala rumah tangga.

- Mengembangkan kegiatan pemisahan sampah dari sumbernya

(separation at source). Kegiatan ini selain mendukung upaya pengurangan

timbulan sampah juga akan mendukung secara langsung usaha

pengkomposan dan daur ulang limbah.

b. Pengangkutan

Dalam jangka panjang, prosentase sampah terangkut akan ditingkatkan menjadi

100%. Peningkatan prosentase sampah terangkut dilakukan dengan

meningkatkan prosentase penduduk terlayani dari 76% (2008) ditingkatkan

100%. Selain peningkatan prosentase penduduk terlayani, intensitas

pengangkutan sampah 2 kali dalam seminggu direncanakan dapat terjadi di

semua wilayah Kabupaten Aceh Utara.

c. Tempat pemrosesan akhir (TPA)

Saat ini pemrosesan akhir sampah Kabupaten Aceh Utara dilakukan di TPA

Teupin Keubeu Kecamatan Lhoksukon. Kapasitas TPA ini adalah 750 m3/hari

TPA Teupin Keubeu ini sudah disiapkan DED dan sedang dilaksanakan

(27)

d. Pengelolaan limbah medis

Pada saat ini masih terjadi limbah medis yang dibuang ke TPA. Untuk

mengantisipasi hal itu sedang direncanakan akan dikembangkan sebuah

tempat khusus untuk bagi pembuangan limbah medis di TPA Teupin Keubeu

Kecamatan Lhoksukon yang dilakukan oleh Dinas Pasar, Kebersihan dan

Pertamanan. Untuk mendukung hal itu, koordinasi antar dinas (terutama Dinas

Kesehatan) akan ditingkatkan untuk menghindari pencampuran limbah medis

dalam proses pengangkutan apabila telah dilakukan pemisahan di level

pengguna.

Selain pembangunan tempat pembuangan khusus di TPA Teupin Keubeu,

penggunaan insinerator di RSUD Cut Meutia untuk melakukan pengolahan

limbah medis secara thermal perlu ditingkatkan. Pemanfaatan insinerator

perlu ditingkatkan agar dapat digunakan oleh pihak lain yang juga

menghasilkan limbah medis. Dalam jangka pendek kerjasama pemanfaatan

bersama insinerator ini perlu untuk difasilitasi oleh Tim Sanitasi.

5.6 Arahan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)

Berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana

Tata Bangunan dan Lingkungan, RTBL didefinisikan sebagai panduan rancang

bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan

pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi

pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan

rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman

pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan. Arahan rencana

tata bangunan dan lingkungan (RTBL) Kota Lhoksukon sampai dengan saat belum

ada dokumennya.

5.7 Arahan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan

Permukiman (RP2KP) Kabupaten Aceh Utara

Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman merupakan

suatu dokumen strategi operasional dalam pembangunan permukiman dan

infrastruktur perkotaan yang sinergi dengan arah pengembangan kota, sehingga

(28)

infrastruktur Cipta Karya. RP2KP memuat arahan kebijakan dan strategi

pembangunan infrastruktur permukiman makro pada skala kabupaten/kota yang

berbasis pada rencana tata ruang (RTRW) dan rencana pembangunan (RPJMD).

RP2KP sampai saat ini belum ada dokumennya

5.8 Arahan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan di Kawasan Strategis

Kota (RTBL KSK)

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan di Kawasan Strategis

Kabupaten/Kota (RTBL KSK), dimana keduanya tetap mengacu pada

strategi pengembangan kota yang sudah ada. RTBL KSK merupakan

rencana aksi program strategis untuk penanganan permasalahan

permukiman dan pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya pada

kawasan prioritas di perkotaan. Dalam konteks pengembangan kota, RTBL

KSK merupakan rencana terpadu bidang permukiman dan infrastuktur

bidang Cipta Karya pada lingkup wilayah perencanaan berupa kawasan

dengan kedalaman rencana teknis yang dituangkan dalam peta 1:5000

atau 1:1000. RTBL KSK disamping berfungsi sebagai alat operasionalisasi

dalam penanganan kawasan permukiman prioritas juga berfungsi sebagai

masukan dalam penyusunan JM. Oleh karena itu, dalam hal ini

RPI2-JM perlu mengutip matriks rencana aksi program serta peta

pengembangan kawasan dalam RTBL KSK yang didetailkan pada program

Gambar

Tabel 5.1. Arahan RTRW Kabupaten Aceh Utara Bidang Cipta Karya
Tabel 5.3 Identifikasi Indikasi Program RTRW Kabupaten Aceh Utara terkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Referensi

Dokumen terkait

Misi 3 : Meningkatkan infrastruktur daerah baik prasarana, jalan, air bersih, energi listrik, penanganan limbah, yang sesuai dengan kebutuhan daerah

Ruang Wilayah Kabupaten/K ota (RTRWK) Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) - - Indikasi Program Bidang Cipta Karya AM/PLP/ Bangkim/PB L *) AM/PLP/ Bangkim/PB L *)

Permasalahan lain yang dihadapi adalah belum tertangani bencana kebakaran secara maksimal pada bangunan gedung baik di lingkungan perdagangan, perkantoran dan

Arahan kebijakan daerah yang diakomodir untuk keterpaduan strategi pengembangan Kabupaten Lampung Selatan antara lain arahan Rencana Tata Ruang Wilayah

Kawasan prioritas Kegiatan Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Pusat Kota Kabupaten Deli Serdang merupakan arahan Dokumen RUTRK Kecamatan Lubuk

Kebijakan umum pembangunan daerah diarahkan untuk menghasilkan atau memperolehnya berbagai program yang paling efektif mencapai sasaran, selanjutnya adalah perumusan

Wilayah (PKW) yaitu daerah perkotaan atau kota yang mempunyai wilayah pelayanan yang mencakup beberapa kawasan atau kabupaten yang diarahkan.. pengembangannya sebagai kota besar

Ruang Wilayah Kabupaten/K ota (RTRWK) Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) - - Indikasi Program Bidang Cipta Karya AM/PLP/ Bangkim/PB L *) AM/PLP/ Bangkim/PB L *)