BAB V
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN
KABUPATEN ACEH UTARA
5.1. Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Aceh Utara Tahun
2012-2032
Berdasarkan amanat Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
Kabupaten wajib menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
yang ditetapkan oleh Qanun Kabupaten Aceh Utara. Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Aceh Utara telah ditetapkan secara hukum dalam bentuk Peraturan Daerah
atau Qanun dengan nomor Qanun Kabupaten Aceh Utara No. 7 tahun 2013.
Dalam penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya, beberapa yang perlu diperhatikan
dari RTRW Kabupaten Aceh Utara adalah sebagai berikut:
a. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Aceh Utara (KSK) yang didasari sudut
kepentingan:
i. Pertahanan keamanan
ii. Ekonomi
iii. Lingkungan hidup
iv. Sosial budaya
v. Pendayagunaan sumberdaya alam atau teknologi tinggi
b. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup:
i. Arahan pengembangan pola ruang:
a) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya
b) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya
seperti pengembangan RTH.
ii. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti
pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan,
drainase, RTH, Rusunawa, maupun Agropolitan.
c. Ketentuan zonasi pembangunan prasarana sarana bidang Cipta Karya
kawasan budidaya, sistem perkotaan, dan jaringan prasarana.
d. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang
khususnya untuk bidang Cipta Karya.
Kawasan Strategis Kabupaten Aceh Utara (KSK) diperlukan sebagai dasar
pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya. Pada pembangunan infrastruktur
skala kawasan, pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya diarahkan pada
lokasi KSK, dan diharapkan keterpaduan pembangunan dapat terwujud diperlihatkan
Tabel 5.1. Arahan RTRW Kabupaten Aceh Utara Bidang Cipta Karya
1
Arahan Pola Ruang Arahan Struktur Ruang
Rencana Pola Ruang
(1) Rencana Pola Ruang wilayah Kota, terdiri atas: a. kawasan lindung;
b. kawasan budidaya; dan Rencana Kawasan Lindung
a. Kawasan Hutan lindung dikembangkan di Kec. Meurah Mulia, Kec. Paya bakong, kec. Langkahan dan Kec. Cot Girek.
b. Kawasan Perlindungan Setempat meliputi: Sepadan pantai, sepada n sungai, Kawasan sekitar waduk dan ruanng terbuka hijau.
c. Kawasan Cagar Budaya meliputi: Kawasan cagar budaya pra sejarah, kawasan kesultanan kerajaan islam samudra pase dan kawasan kerajaan pirak, kerajaan keureutoe dan ulama abad XIX.
d. Kawasan Geologi meliputi: kawasang rawan letusan gunung berapi, kawasan gempa bumi, kawasan rawan longsong, kawasan rawan tsunami dan kawasan abrasi pantai.
e. Kawasan Lindung lainnya berupa kawasan konservasi gajang. Rencana Kawasan Budidaya
Klasifikasi peruntukan Kawasan budidaya di Kabupaten Aceh Utara meliputi :
Kawasan Hutan Produksi
b. sistem jaringan air minum; c. sistem pengolahan limbah;
d. sistem pengembangan dan peningkatan drainase.
(1) Sistem Penyediaan Air Minum
Sumber air baku untuk air minum untuk Kabupaten Aceh Utara terdiri dari sebelas unit Instalasi Pengolahan Air Minum yang sampai saat ini beroperasi di Kabupaten Aceh Utara, yaitu IPA Cot Girek dengan kapasitas terpasang 40 liter/detik, IPA lhoksukon I dengan kapasitas 60 liter/detik, IPA Lhoksukon II dengan kapasitas 150 liter/detik, IPA Geudong dengan kapasitas 20 liter/detik, IPA Krueng Pase 100 litertik, IPA Samudera 30 liter/detik, IPA Sawang I 10liter/detik, IPA Sawang II 20 liter/detik, IPA Gle Dagang 60 Liter/detik, IPA Langkahan 20 liter/detik dan DeepWell Simpang Kramat 42,5 liter/detik.
Kebutuhan air minum Kabupaten Aceh Utara diperkirakan akan meningkat dari 168,13 liter/detik hari pada tahun 2014 menjadi 1399,37 liter/detik pada tahun 2035. Cakupan pelayanan direncanakan telah mencapai 53,24% dari seluruh penduduk Kabupaten Aceh Utara, baik yang dipenuhi melalui sambungan rumah, hidrant umum maupun sumber air lainnya. (2) Sistem Pengelolaan Air Limbah
Sistem on site
Alternatif sistem septic tank yang akan diterapkan adalah : Sistem septic tank individual, yaitu pengelolaan air limbah dengan penggunaan septic tank pada rumah tipe besar di mana lahan yang tersedia cukup luas untuk pembangunan septic tank dan bidang rembesannya.
a. Sistem septic tank komunal, yaitu pengelolaan air limbah dengan penggunaan 1 septik tank untuk beberapa rumah, perumahan pedesaan dimensi septic tank disesuaikan dengan jumlah kelompok pemakai.
Kawasan Peruntukan Kawasan Hutan Produksi :
Kawasan Hutan Produksi meliputi Kecamatan Langkahan, Cot Girek,Meurah Mulia, Geureudong Pase, Nisam Antara,Sawang dan Paya Bakong.
Kawasan Pertanian:
Pengembangan kawasan pertanian meliputi seluruh kecamatan, kawasan pertanian basah seluas 45.714 hektar dan kawasan pertanian kering seluas 38410 hektar.
Kawasan Perikanan
Pengembangan kawasan perikanan terletak di Kecamatan Dewantara Nisam Syamtalira bayu, Smudera, Tanah Pasir, Lapang,Baktiya,Baktiya Barat, seunuddon dan Tanah Jabmbo aye seluas 16.712 hektrar dan perikanan tangkap terletak dalam kewenangan kabupaten aceh utara seluas 37.744 hektar.
Kawasan Pertambangan
Pengembangan kawasan pertambangan meliputi mineral logam, mineral non logam, batuan, batubara, panas bumi dan gas bumi.
Kawasan Industri
Kawasan industri meliputi kawsan industri besar, industi sedan dan industri kecil.
Industri besar meliputi wilayah Kecamatan Dewantara dan Kecamatan Sawang. Indusri sedang meliputi kecamatan Cot Girek kecamatan Lhoksukon,Kecamatan Geureudong Pase, Kecamatan Simpang Kramat, Kecamatan Kuta Makmur, Kecamatan Baktiya dan Kecamatn Seunuddon. Indusri kecil / industri rumah tangga meliputi seluruh Kecamatan.
Kawasan Pariwisata
Pengembangan kawasan pariwisata di Kabupaten Aceh Utara direncanakan sebagai berikut :
Pengembangan kawasan pariwisata alam diarahkan pada kawasan Air terjun Blang Kulam di Sidomulyo kecamatan Kuta Makmur, Air Terjun Seumirah di Seumirah di Seumirah KecamatanN Nisam Antara, Pantai Krueng Sawang di Keude Sawang Kecamatan Sawang, Pusat Latihan Gajah Lhok Asan kecamatan Kuta makmur, Waduk Krueng Keureutoe, Waduk Krung Jabo Aye dan Wadk Lhoks Gajah. Untuk wilayah pantai diarahakan Pantai Bantaian
Sistem off site
Sistem off site di Kabupaten Aceh Utara direncanakan Instalasi pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang dikelola Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Aceh Utara, IPLT tersebut berlokasi di Gampong Teupin Keubeu Kecamatan Lhoksukon.
(3) Sistem Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah sebagian besar direncanakan merupakan kawasan permukiman mengacu pada Tata Cara Pengelolaan Sampah di Permukiman (SNI 19-3242-1994), Tata Cara Teknik Pengelolaan Sampah Perkotaan (SNI 19-2454-2002) terutama mengenai persyaratan hukum dan persyaratan teknis operasionalnya.
Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kabupaten Aceh Utara sebagai tempat proses pengelolaan dan pembuangan akhir sampah terletak di Gampong Teupin Keubeu Kecamatan Lhoksukon yang berjarak 8 km dari pusat kota. Hingga saat ini yang telah difungsikan sebagai open dumpinf seluas 4 ha, dan yang belum difungsikan seluas 9 ha.
(4)Sistem Jaringan Drainase
KecamatanSeunuddon, Pantai Sawng Kecamatan sawang, Pantai Lancok Kecamatan syamtalira Bay, Pantai Krueng Geukueh Kecamatan dewantara dan Pantai Dakuta bungkah Kecamatan muara Batu.
Kawasan Permukiman
Kawasan permukiman meliputi kawasan permukiman perkotaan seluas 5.620 hektar dan kawasan permukiman gampong seluas 8.290 hektar
Kawasan lainnya
Kawasan lainya kawasan pelabuhan kawasan Pelabuhan umum Krueng Geukueh seluas 166 Ha dan Kawasan Banda Udara Malikssalaeh sesluas 83 hektar.
2 3
Tabel 5.2 Identifikasi Kawasan Strategis Kabupaten Aceh Utara (KSK)berdasarkan RTRW
4
Kawasan Strategis Kabupaten Aceh Utara Sudut Kepentingan Lokasi/Batas Kawasan
1. Kawasan Pusat Kota dan Sekitarnya Pertumbuhan Ekonomi Lhoksukon, Panton Labu, Simpang Kramat, Ulee Nye, Alue Dua, Mbang, Alue Bungkoh, Seunuddon, Baktiya, Samudera, Lapang dan Sawang.
2. Kawasan Cagar Budaya, Makam Tokoh Sejaran dan Ulama.
Sosial budaya dan ekonomi Kawasan Cagar Budaya, Makam Tokoh Sejaran dan Ulama.
3. Kawasan PKG dan Bencana Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup Kawasan PKG, Mitasi Bencana Tsunami,Bencana Bajir dan Longsor.
Tabel 5.3 Identifikasi Indikasi Program RTRW Kabupaten Aceh Utara terkait
A. PROGRAM PERWUJUDAN RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KOTA
1. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan
Kota Lhoksukon Lhoksukon
Ya
APBK Dinas Cipta karya 2. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan
Kota Panton Labu Panton Labu
Ya
APBK Dinas Cipta karya 3. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan
Kota Krueng Geukueh Krueng Geukueh
Ya
APBK Dinas Cipta karya 4. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan
Geudong Geudong
Ya
APBK Dinas Cipta karya INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA
Sektor Air Bersih
a. Peningkatan Pelayanan Air Bersih Kabupaten Aceh Utara
Ya APBK, APBA dan
APBN PDAM b. Pengembangan Instalasi Pengolahan Air Minum
Kabupaten Aceh Utara
Ya APBK, APBA,dan
APBN Dinas Cipta Karya
c. Peningkatan Pelayanan Instalasi Pengolahan Air (IPA)
Kabupaten Aceh Utara
Ya APBK, APBA dan
APBN PDAM, Dinas Cipta Karya Sektor Persampahan
No. Usulan program utama Lokasi KSK ( ya /
Tidak ) SUMBER DANA
INSTANSI PENANGGUNG JAWAB
Sektor Drainase
e. Rehabilitasi Jaringan Drainase Yang Telah Ada Kabupataen Aceh Utara
Ya APBK,
Dinas Cipta karya
f. Pengembangan Sistem Drainase Baru Kabupaten Aceh Utara
Ya APBK, APBA,
dan APBN Dinas Cipta karya B. PROGRAM PERWUJUDAN RENCANA POLA RUANG WILAYAH
1. Rehabilitasi Kawasan Pesisir
a. Penyusunan Rencana Tindak Pengembangan Kawasan Pesisir
Pesisir Ya
APBK Dinas Cipta Karya
b. Penataan Kawasan Pesisir Pesisir Ya APBK, APBN Dinas Cipta Karya
c. Pengembangan Kawasan Pesisir
Pesisir Ya APBK, APBN,
Donor Dinas Cipta Karya 2. Pengembangan Hutan Kota
a. Penyusunan Rencana Tindak Pengembangan Hutan Kota
Kota Lhoksukon, Panton Labu,
Dewantara
Ya
APBK Dinas Cipta Karya
b. Pengembangan Hutan Kota Kota Lhoksukon, Panton Labu,
Dewantara
Ya
APBK, Donor Dinas Cipta Karya 3. Pengembangan Kegiatan Wisata di Kawasan Konservasi
a. Penyusunan Rencana Tindak Pengembangan Kegiatan Wisata
Kec. Samudera, Paya Bakong,
Matangkuli
Ya
No. Usulan program utama Lokasi KSK ( ya /
4. Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL)
a. Penyusunan Rencana Tindak Penataan Lokasi PKL
b. Penataan Lokasi PKL Panton Labu, Lhoksukon,
Dewantara
Ya APBK, APBN
Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan
5. Pengembangan dan Peningkatan Pengelolaan RTH
a. Penyusunan Rencana Pengembangan RTH Dewantara, Lhoksukon
Ya APBK Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan
b. Pengembangan dan Peningkatan RTH Dewantara, Lhoksukon
Ya APBK, APBN, Donor
Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan
c. Pemeliharaan RTH Dewantara,
Lhoksukon
Ya APBK Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan
6. Pengembangan Kawasan Wisata Alam dan Pantai, Wisata Spiritual dan Wisata Bersejarah
a. Penyusunan Rencana Induk Pengembangan
Pariwisata Aceh Utara
Ya
APBK Dispora
b. Penyusunan Rencana Tindak Pengembangan
Kawasan Wisata Alam dan Pantai Aceh Utara
Ya
APBK Dispora
c. Penyusunan Rencana Tindak Pengembangan Kawasan Wisata Spiritual, Kawasan Wisata Bersejarah dan Kawasan Wisata Tsunami
Aceh Utara
Ya
No. Usulan program utama Lokasi KSK ( ya /
Tidak ) SUMBER DANA
INSTANSI PENANGGUNG JAWAB
d. Pengembangan Kawasan Wisata Alam dan
Pantai Aceh Utara
Ya APBK, APBA,
Investor Dispora
e. Pengembangan Kawasan Wisata Spiritual, Kawasan Wisata Bersejarah dan Kawasan 7. Pengembangan dan Pemeliharan Kawasan Sungai
a. Penyusunan Rencana Tindak Pengembangan dan Pemeliharaan Kawasan Sungai
b. Penataan Kawasan Bantaran Sungai Jambo Aye, Krueng Keureuto,
Krueng Pase
Ya APBK Dinas Pengairan dan ESDM
c. Pemeliharaan Kawasan Bantaran Sungai Jambo Aye, Krueng Keureuto,
Krueng Pase
Ya APBK Dinas Pengairan dan ESDM
C. PERWUJUDAN KAWASAN STRATEGIS KOTA
1. Penyusunan Rencana Tata Ruang (RTR)
Kawasan Pusat Kota Lhoksukon Lhoksukon
Ya
APBK Dinas Cipta Karya 2. Penyusunan Rencana Tata Ruang (RTR)
Kawasan Pusat Kota dan sekitarnya Panton Labu,
5
5..22.. AArraahhaannRReennccaannaaPPeemmbbaanngguunnaannJJaannggkkaaMMeenneennggaahhKKaabbuuppaatteennAAcceehhUUttaarraa T
Taahhuunn22001122--22001177
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) disusun berdasarkan
Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional. Dalam undang-undang tersebut, RPJM Daerah dinyatakan sebagai
penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya
berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah
kebijakan keuangan Daerah, strategi pembangunan Daerah, kebijakan umum,
dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat
Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana- rencana kerja dalam
kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.
Penyusunan RPI2-JM tentu perlu mengacu pada rencana pembangunan daerah
yang tertuang dalam RPJMD agar pembangunan sektor Cipta Karya dapat terpadu
dengan pembangunan bidang lainnya.
5.2.1. Kebijakan Pembangunan Daerah Berupa Visi dan Misi, Strategi, Arah
Kebijakan, Program serta Anggaran Pembangunan Infrastruktur Bidang
Cipta Karya
Visi :
Visi pembangunan Kabupaten Aceh Utara tahun 2012-2017 adalah :
Terwujudnya Masyarakata Aceh Utara yang Berbudaya, Sejahtera, Mandiri dan
Islami (BERSEMI). Kota yang penduduknya beriman dan berakhlak mulia, menjaga
persatuan dan kesatuan, toleran dalam perbedaan, taat hukum, dan memiliki ruang
publik yang luas. Di samping itu masyarakatnya ikut berpartisipasi dalam
penyelenggaraan pembangunan, inklusif, mampu bekerjasama untuk menggapai
tujuan bersama yang dicita-citakan. Keadaan ini diharapkan melahirkan warga
Kabupaten Aceh Utara yang memiliki jati diri yang ramah, taat aturan, damai,
5.2.2 Kebijakan Keuangan Daerah
Menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang pengelolaan Keuangan Daerah
yang diubah dengan Undang-undang Nomor 59 Tahun 2007, kelompok belanja
daerah telah dibagi menjadi Belanja tidak Langsung (Pengganti Belanja Aparatur)
dan Belanja Langsung (Pengganti Belanja Pelayanan Publik). Selama periode tahun
2010-2014, rata-rata presentase proporsi belanja langsung terhadap jumlah belanja
daerah dengan pengeluaran pembiayaan daerah adalah 28,88%. Belanja langsung
merupakan belanja yang terkait langsung dengan program dan kegiatan yang terdiri
dari belanja pegawai yang terkait dalam pelaksanaan program dan kegiatan
pemerintah daerah, belanja barang dan jasa serta belanja modal. Sedangkan
rata-rata belanja tidak langsung yaitu belanja yang tidak terkait dengan pelaksanaan
program dan kegiatan periode tahun 2010-2014 adalah 71,12%, belanja tidak
langsung terdiri dari belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja
bagi hasil, bantuan keuangan dan belanja tidak terduga.
5.2.2.1 Komponen Pembiayaan
Komponen pembiayaan (Financing) merupakan komponen yang baru dalam
sistem keuangan daerah. Istilah pembiayaan berbeda dengan pendanaan (Fundi).
Pendanaan diartikan sebagai dana atau uang dan digunakan sebagai kata umum,
sedangkan pembiayaan diartikan sebagai penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali. Kemampuan keuangan daerah
merupakan kemampuan dalam menggali sumber-sumber keuangan dan
kemampuan pengelola keuangan, baik yang bersumber dari Pendapatan Asli
Daerah (PAD) maupun bersumber dari dan perimbangan. Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) yang sekarang dikenal dengan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Aceh (APBA) yang sekarang dikenal dengan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Kabupaten/Kota (APBK) untuk Kabupaten/Kota (UU. No. 11 tahun 2006
tentang Pendapatan Aceh), merupakan instrumen kebijakan yang utama bagi
pemerintah daerah. Sebagai instrumen kebijakan, anggaran daerah menduduki
posisi sentral dalam upaya pengembangan kapasitas dan efektifitas pemerintah
daerah.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintah
Daerah, maupun Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan
Aceh, menyebutkan bahwa Penerimaan Daerah bersumber dari :
1. Pendapatan Asli Daerah;
2. Dana Penimbangan;
3. Dana Otonomi khusus; dan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006,
terdiri atas :
a. Pajak Daerah;
b. Retribusi Daerah;
c. Hasil Pengelola Kekayaan Daerah yang dipisahkan, Milik
Aceh/Kabupaten/Kota dan Hasil Penyerahan Modal Aceh/Kabupaten/Kota;
d. Zakat; dan
e. Lain-lain PAD yang Sah dan PAD Kabupaten/Kota yang Sah
Pasal 181 ayat (1) Undang-undang nomor 11 Tahun 2006 menyatakan bahwa Dana
Perimbangan terdiri atas :
1. Dana Bagi Hasil Pajak;
2. Dana Bagi Hasil yang Bersumber dari hidrokarbon dan Sumberdaya Alam
lain;
3. Dana Alokasi Umum (DAU); dan
4. Dana Alokasi khusus (DAK).
5.2.2.2.Keuangan Daerah
Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk
segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah.
Penyelenggaraan fungsi Pemerintahan Daerah akan terlaksana secara optimal
apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti dengan pemberian
sumber-sumber penerimaan yang cukup kepada daerah dengan mengacu pada peraturan
perundang-undangan (money follow function). Analisis pengelolaan keuangan
daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk menghasilkan gambaran tentang
kapasitas atau kemampuan keuangan daerah dalam mendanai penyelenggaraan
pembangunan daerah. Mengingat bahwa pengelolaan keuangan daerah diwujudkan
dalam suatu APBD maka analisis pengelolaan keuangan daerah dilakukan terhadap
APBD dan laporan keuangan daerah sekurang-kurangnya 5 tahun sebelumnya.
Arah kebijakan keuangan daerah yang diambil oleh Kabupaten Aceh Utara
adalah kebijakan anggaran berdasarkan pendekatan kinerja dan berkomitmen untuk
menerapkan prinsip transparansi dan akuntabilitas. Anggaran Kinerja adalah suatu
anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kegiatan atau output dari
rencana alokasi biaya atau input yang ditetapkan dengan memperhatikan kondisi
semua komponen keuangan.
Efisiensi, efektifitas, transparansi dan akuntabilitas merupakan prinsip
pengelolaan keuangan yang dilakukan diantaranya dengan mengefektifkan fungsi
pengawasan serta upaya-upaya penghematan sehingga dana yang terbatas dapat
dimanfaatkan secara maksimal untuk kegiatan pembangunan dan pemerintahan
pembangunan. Kebijakan belanja daerah diarahkan untuk mendukung kebijakan dan
prioritas strategis, terutama untuk mendukung kebutuhan dana program strategis
yang memiliki nilai tambah (value-added), sesuai dengan capaian target visi dan misi
lima tahun kedepan.
Mengingat bahwa komponen anggaran menggunakan struktur surplus/defisit
maka atas selisih antara pendapatan dan belanja dihitung sebagai surplus/defisit dan
dialokasikan ke pembiayaan. Dalam hal suatu APBD mengalami defisit maka
kebijakan pembiayaan mengupayakan sumber pemasukan kas untuk menutup
defisit tersebut (pembiayaan penerimaan). Sebaliknya, apabila APBD mengalami
selisih lebih maka atas surplus tersebut akan dialokasikan dalam pembiayaan
pengeluaran pada pos-pos pembiayaan yang diperkenankan oleh peraturan.
Sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah, serta Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah yang antara lain menyebutkan bahwa
keuangan daerah harus dikelola secara tertib, taat pada peraturan
perundangan-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan
memperhatikan keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat, maka semua
penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan
harus dimasukkan dalam APBD, dan selanjutnya APBD tersebut akan dipakai
sebagai dasar bagi Pemerintah Daerah dalam pengelolaan penerimaan dan
pengeluaran daerah yang disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan
pemerintahan serta kemampuan keuangan daerah, oleh karena itu prinsip
pengelolaan ini akan tercermin pada proses penyusunan anggaran daerah, struktur
pendapatan dan struktur belanja daerah.
5.2.3. Indikator Kinerja
Indikator kinerja Pemerintah Kabupaten Aceh Utara diukur berdasarkan indikator
kinerja daerah terhadap capaian kineja penyelenggaraan urusan pemerintah
Kabupaten Aceh Utara
5.3. Arahan Peraturan Daerah Tentang Bangunan Gedung Pemerintah Kabupaten Aceh Utara
Penyusunan Perda Bangunan Gedung diamanatkan pada Peraturan Pemerintah
No. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU 28 tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung, yang menyatakan bahwa pengaturan dilakukan oleh
pemerintah daerah dengan penyusunan Peraturan Daerah tentang Bangunan
Gedung berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
peraturan perundang-undangan, pedoman, petunjuk, dan standar teknis bangunan
gedung dan operasionalisasinya di masyarakat.
Perda Bangunan Gedung mengatur tentang persyaratan administrasi dan teknis
bangunan gedung. Salah satunya mengatur persyaratan keandalan gedung,
seperti keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan. Persyaratan ini
wajib dipenuhi untuk memberikan perlindungan rasa aman bagi pengguna
bangunan gedung dalam melakukan aktifitas di dalamnya dan sebagai landasan
operasionalisasi penyelenggaraan bangunan gedung di daerah. Utamanya untuk
daerah rawan bencana, Perda Bangunan Gedung sangat penting sebagai payung
hukum di daerah dalam menjamin keamanan dan keselamatan bagi pengguna.
Ketersediaan Perda BG bagi kabupaten/kota merupakan salah satu prasyarat
dalam prioritas pembangunan bidang Cipta Karya di Kabupaten Aceh Utara.
5.3.1 Ketentuan Fungsi Bangunan Gedung
Qanun Pemerintah Kabupaten Aceh Utara No. 1 Tahun 2015 tentang bangunan
gedung menjelaskan bahwa ketentuan fungsi bangunan gedung sebagai berikut:
(1) Fungsi bangunan gedung di wilayah Kota meliputi fungsi hunian,
pemerintahan, keagamaan, usaha, sosial dan budaya serta fungsi
khusus.
(2) Bangunan gedung fungsi hunian sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) meliputi bangunan untuk rumah tinggal tunggal, rumah
tinggal deret, dan rumah tinggal sementara.
(3) Bangunan gedung fungsi pemerintahan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) meliputi bangunan untuk kegiatan pemerintahan.
(4) Bangunan gedung fungsi keagamaan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) meliputi mesjid, meunasah, mushalla, gereja, pura,
wihara dan kelenteng.
(5) Bangunan gedung fungsi usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) meliputi bangunan gedung untuk perkantoran, perdagangan;
perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan
pergudangan.
(6) Bangunan gedung fungsi sosial dan budaya sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) meliputi bangunan gedung untuk pendidikan,
kebudayaan, pelayanan kesehatan, laboratorium dan pelayanan
umum.
(7) Bangunan gedung fungsi khusus sebagaimana dimaksud dala1n ayat
(1) meliputi bangunan gedung yang fungsinya mer.1punyai thgkat
kerahasiaan tinggi untuk kepentingan nasional atau yang
penyelenggaraannya dapat membahayakan masyarakat di
sekitarnya dan/atau mempunyai risiko bahaya tinggi dan
gedung berdasarkan usulan menteri terlkait.
(8) Bangunan gedung dapat memiliki lebih dari satu fungsi.
5.3.2 Persyaratan Bangunan Gedung
Qanun Pemerintah Kabupaten Aceh Utara No. 1 Tahun 2015 tentang bangunan
gedung menjelaskan bahwa persyaratan bangunan gedung sebagai berikut:
(1) Setiap bangunan gedung harus dibangun, dimanfaatkan, dilestarikan,
dan/atau dibongkar sesuai dengan persyaratan bangunan gedung
yang dia.tur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administrasi
agar bangunan dapat dimanfaatkan sesuaidengan fungsi yang
ditetapkan.
(3) Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan teknis,
haik persyaratan tata bangunan maupun persyaratan keandalan
bangunan gedung, agar bangunan gedung laik fungsi dan layak
huni, serasi dan selaras dengan lingkungannya.
(4) Pemenuhan persyaratan teknis disesuaikan dengan fungsi,
klasifikasi, dan tingkat permanensi bangunan gedung
5.3.3 Penyelenggaraan Bangunan Gedung
Penyelenggaraan bangunan gedung yang dijelaskan dalam Qanun Pemerintah
Kabupaten Aceh Utara No. 1 Tahun 2015 sebagai berikut:
(1) Penyelenggaraan bangunan gedung meliputi k e g i a t a n
pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran.
(2) Dalam penyelenggaraan bangunan gedung sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), penyelenggara berkewajiban memenuhi persyaratan
bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Bab IV.
(3) Penye!enggara bangunan gedung terdiri alas pemilik bangunan
gedung, penyedia jasa konstruksi dan pengguna bangunan gedung.
(4) Pemilik bangunan gedung yang belum dapat memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Bab IV, tetap harus memenuhi ketentuan
tersebut secara bertahap.
5.3.4 Peran Masyarakat dan Pembinaan Dalam Penyelenggaraan Bangunan
Gedung
Masyarakat Kabupaten Aceh Utara berperan dalam penyelenggaraan
bangunan gedung seperti keterlibatan masyakarat dalam pembangunaan gedung
tersebut adalah pengusulan program selanjutnya mengawasi jalannya
bangunan gedung perlu dilakukan oleh pemerintah, hal ini sangat berperan dalam
implemantasi Qanun Pemerintah Kabupaten Aceh Utara Nomor 1 Tahun 2015
tentang bangunan gedung.
5.4 Arahan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI- SPAM)
Berdasarkan Permen PU No. 18 Tahun 2007, Rencana Induk Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum adalah suatu rencana jangka panjang (15-20 tahun)
yang merupakan bagian atau tahap awal dari perencanaan air minum jaringan
perpipaan dan bukan jaringan perpipaan berdasarkan proyeksi kebutuhan air
minum pada satu periode yang dibagi dalam beberapa tahapan dan memuat
komponen utama sistem beserta dimensi-dimensinya. RI-SPAM dapat berupa RI-
SPAM dalam satu wilayah administrasi maupun lintas kabupaten/kota/provinsi.
Penyusunan rencana induk pengembangan SPAM memperhatikan aspek
keterpaduan dengan prasarana dan sarana sanitasi sejak dari sumber air hingga
unit pelayanan dalam rangka perlindungan dan pelestarian air. Rencana Induk
Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM) Kabupaten Aceh Utara.
5.5. Arahan Rencana Strategi Sanitasi Kabupaten Aceh Utara (SSK)
5.5.1. Kerangka Kerja Pembangunan Sanitasi
Strategi Sanitasi Kota adalah dokumen rencana strategis berjangka
menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi
suatu Kota/ Kabupaten, yang berisi potret kondisi sanitasi kota saat ini, rencana
strategi dan rencana tindak pembangunan sanitasi jangka menengah. SSK disusun
oleh Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota didukung fasilitasi dari pemerintah pusat dan
pemerintah provinsi. Dalam menyusun SSK, Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota
berpedoman pada prinsip:
a. Berdasarkan data aktual (Buku Putih Sanitasi);
b. Berskala kota dan lintas sektor (air limbah, drainase,
persampahan);
c. Disusun sendiri oleh kota dan untuk kota; dan
d. Menggabungkan pendekatan ‘top down’ dengan ‘bottom up’
5.5.2. Strategi Menyeluruh Pengembangan Sanitasi Kota
5.5.2.1 Visi dan misi Sanitasi
Visi misi sanitasi telah dirumuskan untuk memberi arah bagi pengembangan
sanitasi Kabupaten Aceh Utara dalam rangka mencapai visi misi Kabupaten
5.5.2.2 Tujuan dan sasaran pengembangan sanitasi
Pengembangan sanitasi Kabupaten Aceh Utara bertujuan untuk meningkatkan
kualitas lingkungan melalui peningkatan pembangunan infrastruktur serta
pelayanan sanitasi menyeluruh sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup
masyarakat. Sasaran pengembangan sanitasi adalah Kabupaten Aceh Utara
namun dengan tetap membuka peluang kajian untuk mengadakan kerjasama
pembangunan sanitasi dengan kota/kabupaten tetangga.
5.5.2.3 Kebijakan umum pengembangan sanitasi Kabupaten
Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan sanitasi tersebut, telah
disusun beberapa kebijakan umum pengembangan sanitasi kabupaten yang
tertuang dalam Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Utara adalah:
1. Penguatan kinerja kelembagaan tim sanitasi;
2. Menguatkan lembaga leading sektor dalam sistem manajemen dan
fungsi kontrol secara efekftif;
3. Mengupayakan penggalangan sumber daya strategis (dana dan
non-dana) non-APBK;
4. Melibatkan sektor swasta dalam pengelolaan sanitasi perkotaan;
5. Merubah sistem on-site menuju off-site di wilayah prioritas dan
wilayah pusat Kabupaten Aceh Utara;
6. Pengelolaan sampah diarahkan pada usaha-usaha produktif (3R,
komposting dan pemanfaatan kembali sampah);
7. Industri kecil menengah yang menghasilkan limbah dapat terkontrol
melalui pemberian ijin usaha dan mengikuti SPM untuk sanitasi;
8. Industri kecil dan menengah memiliki IPAL mandiri sesuai SNI;
9. Fasilitas umum, tempat pengolahan makanan dan minuman
serta permukiman penduduk memenuhi syarat hygiene dan
sanitasi.
5.5.2.4 Kebijakan S a n i t a s i saat ini
Pembangunan infrastruktur sanitasi menjadi sangat tinggi. Berkaitan dengan
hal itu, telah ditetapkan bahwa perbaikan kesehatan lingkungan sebagai
salah satu prioritas pembangunan di Kabupaten Aceh Utara pada tahun 2010
dengan fokus pada kegiatan yang bersifat non-fisik (contohnya adalah kegiatan
perubahan perilaku) yang akan menjadi dasar bagi kegiatan-kegiatan
fisik tahun berikutnya. Program ini secara tidak langsung menjadi salah satu
pendorong perlunya upaya percepatan pembangunan sanitasi di Kabupaten Aceh
5
5..55..33 Pengembangan Strategis Infrastruktur Sanitasi 2010 – 2025
A. Air bersih
Pengembangan infrastruktur air bersih oleh Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Tirta Mon Pase dalam jangka pendek ditujukan untuk
meningkatkan cakupan pelayanan hingga mencapai persyaratan dalam
Millenium Development Goals (MDGs) yaitu 80% cakupan layanan di
perkotaan dengan konsumsi 100 l/orang/hari. Dalam jangka panjang,
direncanakan seluruh masyarakat Banda Aceh akan mendapatkan pelayanan
PDAM Tirta Mon Pase dengan kualitas air yang diterima adalah kualitas air
minum.
B. Air limbah
Beberapa inisiatif dalam bidang pengelolaan air limbah telah dilakukan
terutama untuk mendorong pengembangan sistem sanitasi on-site yang lebih
baik. Inisiatif tersebut diantaranya adalah adanya proses legislasi untuk
memasukkan persyaratan infrastruktur sanitasi (tangki septik sesuai SNI).
Hingga saat ini, proses ini sedang berjalan antara Dinas Cipta Karya
Kabupaten Aceh Utara dan Provinsi yang difasilitasi oleh Tim Sanitasi.
Untuk pengembangan sistem off-site diprioritaskan pada wilayah pusat
kota lama dan wilayah prioritas. Berkaitan dengan hal ini, Dinas Cipta
Karya Kabupaten Aceh Utara telah merencanakan pembangunan tangki
septik komunal dalam wilayah Kabupaten Aceh Utara yang dibiayai oleh
DAK. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk secara bertahap
menerapkan sistem offsite di wilayah prioritas. Selain itu, terdapat beberapa
kriteria yang digunakan dalam penentuan prioritas pengembangan sistem
off-site berdasarkan ketentuan dari SPM.
Di dalam SSK ini, telah dilakukan penentuan wilayah prioritas pengembangan
sistem pengelolaan sistem air limbah (apakah onsite maupun offsite) secara
umum. Empat (4) kriteria digunakan dalam penentuan prioritas tersebut, yaitu;
(i) kepadatan penduduk, (ii) karakteristik tata guna lahan, komersial atau
rumah tinggal, (iii) resiko kesehatan, serta (iv) kondisi muka air tanah.
C. Drainase
a. Sistem drainase makro dan saluran utama
Kota Lhoksukon akan menerapkan empat (4) zona drainase. Pada saat ini
kegiatan jaringan drainase utama (main drain) di dalam keempat zona drainase
D. Persampahan
a. Timbulan sampah
Dalam jangka menengah, timbulan sampah yang perlu diangkut akan
dikurangi sebesar 20% dari kondisi sekarang dengan mengintensifkan
kegiatan 3R (Recycle, Reuse, Reduce) yang telah dimulai. Tujuannya
adalah untuk mengurangi beban Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sehingga
pada akhirnya dapat memperpanjang masa pakai (lifetime) dari TPA tersebut.
Untuk mencapai pengurangan itu langkah-langkah berikut akan dijalankan
hingga tahun 2014:
- Mengembangkan kegiatan percontohan industri pengolahan limbah
plastik dalam rangka pengembangan kegiatan daur ulang baik untuk
limbah plastik maupun limbah lainnya,
- Mengembangkan lebih lanjut dalam skala yang lebih luas usaha
pengkomposan skala rumah tangga.
- Mengembangkan kegiatan pemisahan sampah dari sumbernya
(separation at source). Kegiatan ini selain mendukung upaya pengurangan
timbulan sampah juga akan mendukung secara langsung usaha
pengkomposan dan daur ulang limbah.
b. Pengangkutan
Dalam jangka panjang, prosentase sampah terangkut akan ditingkatkan menjadi
100%. Peningkatan prosentase sampah terangkut dilakukan dengan
meningkatkan prosentase penduduk terlayani dari 76% (2008) ditingkatkan
100%. Selain peningkatan prosentase penduduk terlayani, intensitas
pengangkutan sampah 2 kali dalam seminggu direncanakan dapat terjadi di
semua wilayah Kabupaten Aceh Utara.
c. Tempat pemrosesan akhir (TPA)
Saat ini pemrosesan akhir sampah Kabupaten Aceh Utara dilakukan di TPA
Teupin Keubeu Kecamatan Lhoksukon. Kapasitas TPA ini adalah 750 m3/hari
TPA Teupin Keubeu ini sudah disiapkan DED dan sedang dilaksanakan
pembangunannya tahap I tahun 2015 dan akan ditindak lanjuti tahun berikutnnya.
d. Pengelolaan limbah medis
Pada saat ini masih terjadi limbah medis yang dibuang ke TPA. Untuk
mengantisipasi hal itu sedang direncanakan akan dikembangkan sebuah
tempat khusus untuk bagi pembuangan limbah medis di TPA Teupin Keubeu
Kecamatan Lhoksukon yang dilakukan oleh Dinas Pasar, Kebersihan dan
Pertamanan. Untuk mendukung hal itu, koordinasi antar dinas (terutama Dinas
Kesehatan) akan ditingkatkan untuk menghindari pencampuran limbah medis
dalam proses pengangkutan apabila telah dilakukan pemisahan di level
pengguna.
Selain pembangunan tempat pembuangan khusus di TPA Teupin Keubeu,
limbah medis secara thermal perlu ditingkatkan. Pemanfaatan insinerator perlu
ditingkatkan agar dapat digunakan oleh pihak lain yang juga
menghasilkan limbah medis. Dalam jangka pendek kerjasama pemanfaatan
bersama insinerator ini perlu untuk difasilitasi oleh Tim Sanitasi.
5.6 Arahan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan, RTBL didefinisikan sebagai panduan rancang
bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan
pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi
pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan
rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman
pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan. Arahan rencana
tata bangunan dan lingkungan (RTBL) Kota Lhoksukon sampai dengan saat belum
ada dokumennya.
5.7 Arahan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman
(RP2KP) Kabupaten Aceh Utara
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman merupakan
suatu dokumen strategi operasional dalam pembangunan permukiman dan
infrastruktur perkotaan yang sinergi dengan arah pengembangan kota, sehingga
dapat menjadi acuan yang jelas bagi penerapan program-program pembangunan
infrastruktur Cipta Karya. RP2KP memuat arahan kebijakan dan strategi
pembangunan infrastruktur permukiman makro pada skala kabupaten/kota yang
berbasis pada rencana tata ruang (RTRW) dan rencana pembangunan (RPJMD).
RP2KP sampai saat ini belum ada dokumennya
5.8 Arahan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan di Kawasan Strategis
Kota (RTBL KSK)
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan di Kawasan Strategis
Kabupaten/Kota (RTBL KSK), dimana keduanya tetap mengacu pada
strategi pengembangan kota yang sudah ada. RTBL KSK merupakan
rencana aksi program strategis untuk penanganan permasalahan
permukiman dan pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya pada
kawasan prioritas di perkotaan. Dalam konteks pengembangan kota, RTBL
KSK merupakan rencana terpadu bidang permukiman dan infrastuktur
bidang Cipta Karya pada lingkup wilayah perencanaan berupa kawasan
dengan kedalaman rencana teknis yang dituangkan dalam peta 1:5000
atau 1:1000. RTBL KSK disamping berfungsi sebagai alat operasionalisasi
dalam penanganan kawasan permukiman prioritas juga berfungsi sebagai
masukan dalam penyusunan JM. Oleh karena itu, dalam hal ini
RPI2-JM perlu mengutip matriks rencana aksi program serta peta pengembangan
5.3. Arahan Peraturan Daerah Tentang Bangunan Gedung Pemerintah Kabupaten Aceh Utara
Penyusunan Perda Bangunan Gedung diamanatkan pada Peraturan Pemerintah
No. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU 28 tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung, yang menyatakan bahwa pengaturan dilakukan oleh
pemerintah daerah dengan penyusunan Peraturan Daerah tentang Bangunan
Gedung berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
dengan memperhatikan kondisi kabupaten/kota setempat serta penyebarluasan
peraturan perundang-undangan, pedoman, petunjuk, dan standar teknis bangunan
gedung dan operasionalisasinya di masyarakat.
Perda Bangunan Gedung mengatur tentang persyaratan administrasi dan teknis
bangunan gedung. Salah satunya mengatur persyaratan keandalan gedung,
seperti keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan. Persyaratan ini
wajib dipenuhi untuk memberikan perlindungan rasa aman bagi pengguna
bangunan gedung dalam melakukan aktifitas di dalamnya dan sebagai landasan
operasionalisasi penyelenggaraan bangunan gedung di daerah. Utamanya untuk
daerah rawan bencana, Perda Bangunan Gedung sangat penting sebagai payung
hukum di daerah dalam menjamin keamanan dan keselamatan bagi pengguna.
Ketersediaan Perda BG bagi kabupaten/kota merupakan salah satu prasyarat
dalam prioritas pembangunan bidang Cipta Karya di Kabupaten Aceh Utara.
5.3.1 Ketentuan Fungsi Bangunan Gedung
Qanun Pemerintah Kabupaten Aceh Utara No. 1 Tahun 2015 tentang bangunan
gedung menjelaskan bahwa ketentuan fungsi bangunan gedung sebagai berikut:
(9) Fungsi bangunan gedung di wilayah Kota meliputi fungsi hunian,
pemerintahan, keagamaan, usaha, sosial dan budaya serta fungsi
khusus.
(10) Bangunan gedung fungsi hunian sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) meliputi bangunan untuk rumah tinggal tunggal, rumah
tinggal deret, dan rumah tinggal sementara.
(11) Bangunan gedung fungsi pemerintahan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) meliputi bangunan untuk kegiatan pemerintahan.
(12) Bangunan gedung fungsi keagamaan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) meliputi mesjid, meunasah, mushalla, gereja, pura,
wihara dan kelenteng.
(13) Bangunan gedung fungsi usaha sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) meliputi bangunan gedung untuk perkantoran, perdagangan;
perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan
pergudangan.
(14) Bangunan gedung fungsi sosial dan budaya sebagaimana
pendidikan, kebudayaan, pelayanan kesehatan, laboratorium dan
pelayanan umum.
(15) Bangunan gedung fungsi khusus sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) meliputi bangunan gedung yang fungsinya mer.1punyai thgkat
kerahasiaan tinggi untuk kepentingan nasional atau yang
penyelenggaraannya dapat membahayakan masyarakat di
sekitarnya dan/atau mempunyai risiko bahaya tinggi dan
penetapannya dilakukan oleh menteri yang membidangi bangunan
gedung berdasarkan usulan menteri terlkait.
(16) Bangunan gedung dapat memiliki lebih dari satu fungsi.
5.3.2 Persyaratan Bangunan Gedung
Qanun Pemerintah Kabupaten Aceh Utara No. 1 Tahun 2015 tentang bangunan
gedung menjelaskan bahwa persyaratan bangunan gedung sebagai berikut:
(5) Setiap bangunan gedung harus dibangun, dimanfaatkan, dilestarikan,
dan/atau dibongkar sesuai dengan persyaratan bangunan gedung
yang dia.tur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(6) Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administrasi
agar bangunan dapat dimanfaatkan sesuaidengan fungsi yang
ditetapkan.
(7) Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan teknis,
haik persyaratan tata bangunan maupun persyaratan keandalan
bangunan gedung, agar bangunan gedung laik fungsi dan layak
huni, serasi dan selaras dengan lingkungannya.
(8) Pemenuhan persyaratan teknis disesuaikan dengan fungsi,
klasifikasi, dan tingkat permanensi bangunan gedung
5.3.3 Penyelenggaraan Bangunan Gedung
Penyelenggaraan bangunan gedung yang dijelaskan dalam Qanun Pemerintah
Kabupaten Aceh Utara No. 1 Tahun 2015 sebagai berikut:
(5) Penyelenggaraan bangunan gedung meliputi k e g i a t a n
pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran.
(6) Dalam penyelenggaraan bangunan gedung sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), penyelenggara berkewajiban memenuhi persyaratan
bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Bab IV.
(7) Penye!enggara bangunan gedung terdiri alas pemilik bangunan
gedung, penyedia jasa konstruksi dan pengguna bangunan gedung.
(8) Pemilik bangunan gedung yang belum dapat memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Bab IV, tetap harus memenuhi ketentuan
5.3.4 Peran Masyarakat dan Pembinaan Dalam Penyelenggaraan Bangunan
Gedung
Masyarakat Kabupaten Aceh Utara berperan dalam penyelenggaraan
bangunan gedung seperti keterlibatan masyakarat dalam pembangunaan gedung
tersebut adalah pengusulan program selanjutnya mengawasi jalannya
pembangunannya. Peran masyarakat dan pembinaan dalam penyelenggaran
bangunan gedung perlu dilakukan oleh pemerintah, hal ini sangat berperan dalam
implemantasi Qanun Pemerintah Kabupaten Aceh Utara Nomor 1 Tahun 2015
tentang bangunan gedung.
5.4 Arahan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI- SPAM)
Berdasarkan Permen PU No. 18 Tahun 2007, Rencana Induk Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum adalah suatu rencana jangka panjang (15-20 tahun)
yang merupakan bagian atau tahap awal dari perencanaan air minum jaringan
perpipaan dan bukan jaringan perpipaan berdasarkan proyeksi kebutuhan air
minum pada satu periode yang dibagi dalam beberapa tahapan dan memuat
komponen utama sistem beserta dimensi-dimensinya. RI-SPAM dapat berupa RI-
SPAM dalam satu wilayah administrasi maupun lintas kabupaten/kota/provinsi.
Penyusunan rencana induk pengembangan SPAM memperhatikan aspek
keterpaduan dengan prasarana dan sarana sanitasi sejak dari sumber air hingga
unit pelayanan dalam rangka perlindungan dan pelestarian air. Rencana Induk
Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM) Kabupaten Aceh Utara.
5.5. Arahan Rencana Strategi Sanitasi Kabupaten Aceh Utara (SSK)
5.5.1. Kerangka Kerja Pembangunan Sanitasi
Strategi Sanitasi Kota adalah dokumen rencana strategis berjangka
menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi
suatu Kota/ Kabupaten, yang berisi potret kondisi sanitasi kota saat ini, rencana
strategi dan rencana tindak pembangunan sanitasi jangka menengah. SSK disusun
oleh Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota didukung fasilitasi dari pemerintah pusat dan
pemerintah provinsi. Dalam menyusun SSK, Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota
berpedoman pada prinsip:
e. Berdasarkan data aktual (Buku Putih Sanitasi);
f. Berskala kota dan lintas sektor (air limbah, drainase,
persampahan);
g. Disusun sendiri oleh kota dan untuk kota; dan
5.5.2. Strategi Menyeluruh Pengembangan Sanitasi Kota
5.5.2.1 Visi dan misi Sanitasi
Visi misi sanitasi telah dirumuskan untuk memberi arah bagi pengembangan
sanitasi Kabupaten Aceh Utara dalam rangka mencapai visi misi Kabupaten
Aceh Utara.
5.5.2.2 Tujuan dan sasaran pengembangan sanitasi
Pengembangan sanitasi Kabupaten Aceh Utara bertujuan untuk meningkatkan
kualitas lingkungan melalui peningkatan pembangunan infrastruktur serta
pelayanan sanitasi menyeluruh sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup
masyarakat. Sasaran pengembangan sanitasi adalah Kabupaten Aceh Utara
namun dengan tetap membuka peluang kajian untuk mengadakan kerjasama
pembangunan sanitasi dengan kota/kabupaten tetangga.
5.5.2.3 Kebijakan umum pengembangan sanitasi Kabupaten
Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan sanitasi tersebut, telah
disusun beberapa kebijakan umum pengembangan sanitasi kabupaten yang
tertuang dalam Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Utara adalah:
10. Penguatan kinerja kelembagaan tim sanitasi;
11. Menguatkan lembaga leading sektor dalam sistem manajemen dan
fungsi kontrol secara efekftif;
12. Mengupayakan penggalangan sumber daya strategis (dana dan
non-dana) non-APBK;
13. Melibatkan sektor swasta dalam pengelolaan sanitasi perkotaan;
14. Merubah sistem on-site menuju off-site di wilayah prioritas dan
wilayah pusat Kabupaten Aceh Utara;
15. Pengelolaan sampah diarahkan pada usaha-usaha produktif (3R,
komposting dan pemanfaatan kembali sampah);
16. Industri kecil menengah yang menghasilkan limbah dapat terkontrol
melalui pemberian ijin usaha dan mengikuti SPM untuk sanitasi;
17. Industri kecil dan menengah memiliki IPAL mandiri sesuai SNI;
18. Fasilitas umum, tempat pengolahan makanan dan minuman
serta permukiman penduduk memenuhi syarat hygiene dan
sanitasi.
5.5.2.4 Kebijakan S a n i t a s i saat ini
Pembangunan infrastruktur sanitasi menjadi sangat tinggi. Berkaitan dengan
hal itu, telah ditetapkan bahwa perbaikan kesehatan lingkungan sebagai
salah satu prioritas pembangunan di Kabupaten Aceh Utara pada tahun 2010
dengan fokus pada kegiatan yang bersifat non-fisik (contohnya adalah kegiatan
pendorong perlunya upaya percepatan pembangunan sanitasi di Kabupaten Aceh
Utara.
5
5..55..33 Pengembangan Strategis Infrastruktur Sanitasi 2010 – 2025
B. Air bersih
Pengembangan infrastruktur air bersih oleh Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Tirta Mon Pase dalam jangka pendek ditujukan untuk
meningkatkan cakupan pelayanan hingga mencapai persyaratan dalam
Millenium Development Goals (MDGs) yaitu 80% cakupan layanan di
perkotaan dengan konsumsi 100 l/orang/hari. Dalam jangka panjang,
direncanakan seluruh masyarakat Banda Aceh akan mendapatkan pelayanan
PDAM Tirta Mon Pase dengan kualitas air yang diterima adalah kualitas air
minum.
B. Air limbah
Beberapa inisiatif dalam bidang pengelolaan air limbah telah dilakukan
terutama untuk mendorong pengembangan sistem sanitasi on-site yang lebih
baik. Inisiatif tersebut diantaranya adalah adanya proses legislasi untuk
memasukkan persyaratan infrastruktur sanitasi (tangki septik sesuai SNI).
Hingga saat ini, proses ini sedang berjalan antara Dinas Cipta Karya
Kabupaten Aceh Utara dan Provinsi yang difasilitasi oleh Tim Sanitasi.
Untuk pengembangan sistem off-site diprioritaskan pada wilayah pusat
kota lama dan wilayah prioritas. Berkaitan dengan hal ini, Dinas Cipta
Karya Kabupaten Aceh Utara telah merencanakan pembangunan tangki
septik komunal dalam wilayah Kabupaten Aceh Utara yang dibiayai oleh
DAK. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk secara bertahap
menerapkan sistem offsite di wilayah prioritas. Selain itu, terdapat beberapa
kriteria yang digunakan dalam penentuan prioritas pengembangan sistem
off-site berdasarkan ketentuan dari SPM.
Di dalam SSK ini, telah dilakukan penentuan wilayah prioritas pengembangan
sistem pengelolaan sistem air limbah (apakah onsite maupun offsite) secara
umum. Empat (4) kriteria digunakan dalam penentuan prioritas tersebut, yaitu;
(i) kepadatan penduduk, (ii) karakteristik tata guna lahan, komersial atau
rumah tinggal, (iii) resiko kesehatan, serta (iv) kondisi muka air tanah.
C. Drainase
a. Sistem drainase makro dan saluran utama
Kota Lhoksukon akan menerapkan empat (4) zona drainase. Pada saat ini
kegiatan jaringan drainase utama (main drain) di dalam keempat zona drainase
D. Persampahan
a. Timbulan sampah
Dalam jangka menengah, timbulan sampah yang perlu diangkut akan
dikurangi sebesar 20% dari kondisi sekarang dengan mengintensifkan
kegiatan 3R (Recycle, Reuse, Reduce) yang telah dimulai. Tujuannya
adalah untuk mengurangi beban Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sehingga
pada akhirnya dapat memperpanjang masa pakai (lifetime) dari TPA tersebut.
Untuk mencapai pengurangan itu langkah-langkah berikut akan dijalankan
hingga tahun 2014:
- Mengembangkan kegiatan percontohan industri pengolahan limbah
plastik dalam rangka pengembangan kegiatan daur ulang baik untuk
limbah plastik maupun limbah lainnya,
- Mengembangkan lebih lanjut dalam skala yang lebih luas usaha
pengkomposan skala rumah tangga.
- Mengembangkan kegiatan pemisahan sampah dari sumbernya
(separation at source). Kegiatan ini selain mendukung upaya pengurangan
timbulan sampah juga akan mendukung secara langsung usaha
pengkomposan dan daur ulang limbah.
b. Pengangkutan
Dalam jangka panjang, prosentase sampah terangkut akan ditingkatkan menjadi
100%. Peningkatan prosentase sampah terangkut dilakukan dengan
meningkatkan prosentase penduduk terlayani dari 76% (2008) ditingkatkan
100%. Selain peningkatan prosentase penduduk terlayani, intensitas
pengangkutan sampah 2 kali dalam seminggu direncanakan dapat terjadi di
semua wilayah Kabupaten Aceh Utara.
c. Tempat pemrosesan akhir (TPA)
Saat ini pemrosesan akhir sampah Kabupaten Aceh Utara dilakukan di TPA
Teupin Keubeu Kecamatan Lhoksukon. Kapasitas TPA ini adalah 750 m3/hari
TPA Teupin Keubeu ini sudah disiapkan DED dan sedang dilaksanakan
d. Pengelolaan limbah medis
Pada saat ini masih terjadi limbah medis yang dibuang ke TPA. Untuk
mengantisipasi hal itu sedang direncanakan akan dikembangkan sebuah
tempat khusus untuk bagi pembuangan limbah medis di TPA Teupin Keubeu
Kecamatan Lhoksukon yang dilakukan oleh Dinas Pasar, Kebersihan dan
Pertamanan. Untuk mendukung hal itu, koordinasi antar dinas (terutama Dinas
Kesehatan) akan ditingkatkan untuk menghindari pencampuran limbah medis
dalam proses pengangkutan apabila telah dilakukan pemisahan di level
pengguna.
Selain pembangunan tempat pembuangan khusus di TPA Teupin Keubeu,
penggunaan insinerator di RSUD Cut Meutia untuk melakukan pengolahan
limbah medis secara thermal perlu ditingkatkan. Pemanfaatan insinerator
perlu ditingkatkan agar dapat digunakan oleh pihak lain yang juga
menghasilkan limbah medis. Dalam jangka pendek kerjasama pemanfaatan
bersama insinerator ini perlu untuk difasilitasi oleh Tim Sanitasi.
5.6 Arahan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan, RTBL didefinisikan sebagai panduan rancang
bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan
pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi
pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan
rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman
pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan. Arahan rencana
tata bangunan dan lingkungan (RTBL) Kota Lhoksukon sampai dengan saat belum
ada dokumennya.
5.7 Arahan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan
Permukiman (RP2KP) Kabupaten Aceh Utara
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman merupakan
suatu dokumen strategi operasional dalam pembangunan permukiman dan
infrastruktur perkotaan yang sinergi dengan arah pengembangan kota, sehingga
infrastruktur Cipta Karya. RP2KP memuat arahan kebijakan dan strategi
pembangunan infrastruktur permukiman makro pada skala kabupaten/kota yang
berbasis pada rencana tata ruang (RTRW) dan rencana pembangunan (RPJMD).
RP2KP sampai saat ini belum ada dokumennya
5.8 Arahan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan di Kawasan Strategis
Kota (RTBL KSK)
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan di Kawasan Strategis
Kabupaten/Kota (RTBL KSK), dimana keduanya tetap mengacu pada
strategi pengembangan kota yang sudah ada. RTBL KSK merupakan
rencana aksi program strategis untuk penanganan permasalahan
permukiman dan pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya pada
kawasan prioritas di perkotaan. Dalam konteks pengembangan kota, RTBL
KSK merupakan rencana terpadu bidang permukiman dan infrastuktur
bidang Cipta Karya pada lingkup wilayah perencanaan berupa kawasan
dengan kedalaman rencana teknis yang dituangkan dalam peta 1:5000
atau 1:1000. RTBL KSK disamping berfungsi sebagai alat operasionalisasi
dalam penanganan kawasan permukiman prioritas juga berfungsi sebagai
masukan dalam penyusunan JM. Oleh karena itu, dalam hal ini
RPI2-JM perlu mengutip matriks rencana aksi program serta peta
pengembangan kawasan dalam RTBL KSK yang didetailkan pada program