• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VII KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN - DOCRPIJM f43a4f5dc1 BAB VIIBAB 7 KETERPADUAN STRATEGI KOTA MOKERedit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB VII KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN - DOCRPIJM f43a4f5dc1 BAB VIIBAB 7 KETERPADUAN STRATEGI KOTA MOKERedit"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

I

-1

BAB VII

KETERPADUAN STRATEGI

PENGEMBANGAN KABUPATEN

7.1. ARAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MOJOKERTO

Berdasarkan amanat Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,

kabupaten/kota wajib menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota yang

ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kabupaten/kota. Kota Mojokerto telah menyusun dokumen

RTRW pada tahun 2012 serta telah menetapkan melalui peraturan daerah nomor 4 tahun 2012

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Mojokerto Tahun 2012 – 2032.

Dalam penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya, beberapa yang perlu diperhatikan dari

RTRW Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:

a. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) yang didasari sudut kepentingan:

i. Pertahanan keamanan

ii. Ekonomi

iii. Lingkungan hidup

iv. Sosial budaya

v. Pendayagunaan sumberdaya alam atau teknologi tinggi

b. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup:

i. Arahan pengembangan pola ruang:

a) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya

b) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan

RTH.

ii. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan

prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH, Rusunawa,

(2)

I

-2

c. Ketentuan zonasi bagi pembangunan prasarana sarana bidang Cipta Karya yang harus

diperhatikan mencakup ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung,

kawasan budidaya, sistem perkotaan, dan jaringan prasarana.

d. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang

khususnya untuk bidang Cipta Karya.

Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) diperlukan sebagai dasar pembangunan

infrastruktur Bidang Cipta Karya. Pada pembangunan infrastruktur skala kawasan, pembangunan

infrastruktur Bidang Cipta Karya diarahkan pada lokasi KSK, dan diharapkan keterpaduan

pembangunan dapat terwujud.

Tabel 7.1 Arahan RTRW Kabupaten/Kota untuk Bidang Cipta Karya

ARAHAN POLA RUANG ARAHAN STRUKTUR RUANG

A. Arahan Pengembangan Kawasan Lindung :

1) Kawasan Perlindungan Setempat, yang terdiri dari kawasan sempadan sungai memiliki arahan :

Penegasan batas fisik kawasan sempadan sungai bangunan oleh Pemerintah Daerah. Untuk menghindari berkembangnya pemanfaatan lahan terbangun di sepanjang sungai yang ada di Kota Mojokerto, perlu adanya batas fisik tentang garis sempadan sungai yang belum ada bangunan sesuai dengan ketetapan yang telah ada. Perlindungan sekitar sungai atau sebagai sempadan sungai dilarang mengadakan alih fungsi lindung yang menyebabkan kerusakan kualitas air sungai.

Penegasan batas kawasan sempadan sungai oleh Pemerintah Daerah. Perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat tentang penetapan garis sempadan sungai, fungsi dan manfaat dari garis sempadan tersebut.

Di dalam mengeluarkan ijin bangunan perlu mengacu pada garis sempadan yang telah ditetapkan, jika terjadi pelanggaran perlu adanya sanksi hukum yang tegas.

Perlu adanya pemantauan dan pengendalian terhadap bangunan di sepanjang sungai yang ada yang dapat dilakukan bersama-sama antara dinas dan instansi yang terkait dengan masyarakat

Pemanfaatan ruang terbuka hijau di sepanjang sungai dapat dimanfaatkan untuk pembuatan taman, jogging track, dan sebagainya. Sehingga kondisi di sepanjang sungai tersebut dapat lebih terawat dan memiliki estetika, salah satunya adalah Sungai Brantas. Hal ini dimaksudkan karena selain berfungsi untuk melindungi juga dapat memberikan kontribusi bagi pelestarian lingkungan kota yang lebih asri.

2) Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Pada dasarnya RTH terdiri atas RTH privat dan publik. Untuk Kota Mojokerto RTH Publik sebesar 30% dari luas secara keseluruhan yaitu sebesar 329,60 Ha atau 20,02%, sedangkan RTH Privat sebesar 10% yaitu 300,98 Ha atau 18,28%. RTH publik diantaranya ialah : RTH taman rukun tetangga, RTH

taman rukun warga, RTH taman kelurahan, RTH taman kecamatan, RTH taman kota, RTH taman jalan, RTH pemakaman umum, RTH hutan kota, RTH sempadan rel kereta api, RTH SUTT.

RTH privat meliputi : pekarangan, halaman perkantoran, halaman pertokoan, halaman tempat usaha, dan taman atap bangunan. 3) Kawasan Cagar Budaya, arahan pengelolaannya antara lain :

A. Air

1) Arahan yang perlu diperhatikan dalam pengambilan air secara domestik mapun non domestik yaitu :

Penggunaan sumber air tanah dan air permukaan dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan ditetapkan dalam Peraturan Daerah

Penggunaan dan pengambilan air dapat dilakukan sepanjang tidak merusak sumber daya air dan lingkungannya

Memperhatikan kelangsungan keanekaragaman hayati yang terdapat di sumber air baku.

Peningkatan peran serta masyarakat secara aktif, tanggap, dan terarah dalam pemanfaatan sumber air baku terutama penggunaan air permukaan dan air tanah melalui jaringan perpipaan mandiri dan sumur galian yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan, sehingga tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.

B. Air Minum

1) Perpipaan

Arahan pengembangan sistem air minum perpipaan di Kota Mojokerto antara lain sebagai berikut :

Pemanfaatan kapasitas tak termanfaatkan.

Pengembangan sistem pelayanan air minum perpipaan dan non perpipaan.

Meningkatkan cakupan pelayanan air minum di seluruh wilayah Kota Mojokerto.

Penambahan kapasitas pengambilan air sesuai dengan arahan penyediaan, pengembangan, konservasi dan penataan kawasan sumber-sumber air baku daerah dengan arahan kawasan lindung. Sumbersumber air baku yang bisa dikembangakan antara lain adalah : IPA Wates (SungaiBrantas), sumur Jl. Raung, sumur Jl. Arjuna, sumur Jl. Welirang, sumur Balongsari, sumur Banteng Pancasila, sumur Panggeraman, sumur Gunung Gedangan dan sumur dalam Meri.

Pemanfaatan kembali sumur bor untuk memenuhi kebutuhan air bersih daerah.

(3)

I

-3

Perlindungan dan pelestarian keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya;

Pencegahan pemanfaatan kawasan pada kawasan suaka alam dan upaya konservasi; dan

Pembatasan pengembangan, pengembalian rona awal, dan pengawasan yang ketat terhadap penetapan fungsi kawasan. 4) Kawasan Rawan Bencana Alam, arahan Adapun arahan pengelolaan

sebagai usaha untuk penanggulangan banjir yang akan datang di Kota Mojokerto adalah :

Perbaikan dan normalisasi saluran drainase untuk mengurangi genangan

Rencana master drewing, sudetan dan resapan air Penguatan tanggul untuk mencegah terjadinya banjir Pembuatan sumur resapan dan kolam penampung air hujan.

B. Arahan pengelolaan pada budi daya terdiri dari :

1) Kawasan Peruntukan Perumahan, arahan pengembangannya yaitu : Pengembangan perumahan yang telah ada dan pengembangan

perumahan baru.

Pembangunan perumahan baru dilakukan secara intensif (vertikal dan horisontal) dengan memanfaatkan lahan secara optimal pada kawasan di luar kawasan fungsi lindung.

Peningkatan kualitas lingkungan, dan pembenahan prasarana dan sarana lingkungan perumahan meliputi pembenahan lingkungan dan peremajaan.

Pembentukan Kelembagaan Lokal dan Mekanisme Pendanaan untuk Pembangunan dan Pengelolaan Perumahan, termasuk kegiatan swadaya masyarakat berbasis konsep “Tridaya”.

2) Kawasan Peruntukan Perdagangan dan Jasa, arahan pengembangannya yaitu :

Untuk pasar tradisional ini diarahkan pada : Kelurahan Kranggan, Kelurahan Prajurit Kulon, Kelurahan Mentikan, Kelurahan Kedundung, Kelurahan Balongsari, Kelurahan Jagalan, dan Kelurahan Purwotengah dengan luas 6,93 Ha.

Selain itu juga ada rencana revitalisasi pasar tradisional Tanjung Anyar yang bisa mengakomodasi pasar tradisional dan pasar modern.

Adanya rencana membangun pasar lingkungan di bagian timur kota yaitu di Kelurahan Kedundung atau Kelurahan Gunung Gedangan. Adanya rencana membangun pasar lingkungan di bagian barat kota

yaitu di Kelurahan Blooto atau Kelurahan Pulorejo.

Adanya relokasi atau revitalisasi pasar Kranggan dan pasar Prajuritkulon.

Kawasan perdagangan dan jasa sebagai pusat perbelanjaan meliputi : Jl. Mojopahit dan Mojopahit Selatan,Jl. Bhayangkara, Jl. Gajah Mada, Jl. HOS Cokroaminoto, Jl. PB Sudirman, Jl. Residen Pamuji, Jl. Letnan Kolonel Sumarjo, Jl. Ahmad Yani, Jl. Raya Prajuritkulon, Jl. Surodinawan, Jl. Benteng Pancasila, Jl. Ijen dan Jl. Bypass, dan dengan luas 120,58 Ha atau kira-kira sebesar 3,32%. 3) Kawasan Perkantoran, diarahkan sebagai berikut :

Pusat pemerintahan tetap dipertahankan di pusat kota, dan fasilitas pemerintahan tersebar di beberapa tempat diarahkan menyatu untuk efisiensi pelayanan, tersebar di : Jl. Pahlawan, Jl. Gajah Mada, Jl. Bhayangkara, Jl. Raden Wijaya, Jl.Bypass, Jl. Jawa, Jl. Letkol Sumarjo, dan Jl. Raya Prajuritkulon.

Peningkatan fisik pembangunan pemerintahan diarahkan pada intensifikasi lokasi, jika lahan terbatas dapat dikembangkan secara vertikal.

Rencana pengembangan kawasan perkantoran terpadu di Kelurahan Surodinawan dengan luasan total sebesar kurang lebih 20,98 Ha atau sekitar 1,27%

(menara) Balongsari, dan reservoir Meri.

Pemeliharaan secara rutin, perluasan, dan/atau penggantian secara berkala jaringan perpipaan transmisi primer dan sekunder.

Pengembangan baru sebagai upaya perluasan jaringan pendistribusian air bersih yang merata dan penggantian secara berkala jaringan perpipaan distribusi primer dan sekunder.

Pengembangan prasarana air melalui program promosi hemat air.

2) Non Perpipaan

Untuk arahan pengembangan air minum non perpipaan ini diatur lebih lanjut oleh peraturan daerah.

C. Air Limbah

1) Air Limbah Domestik/Rumah Tangga

Untuk meningkatkan kualitas lingkungan permukiman di masa datang, maka diperlukan adanya perencanaan sistem pembuangan air kotor yang optimal, meliputi :

Sistem pembuangan setempat (On Site Sanitation) Sistem pembuangan terpusat

2) Air Limbah Industri

Arahan pengembangan sistem pengelolaan air limbah Kota Mojokerto antara lain yaitu :

Manajemen sanitasi-air limbah Pengembangan prasarana limbah padat

Monitoring kapasitas untuk pengendalian pencemaran dengan cara : mencatat kualitas air limbah, khususnya untuk industri dan air sungai dan monitoring kualitas air dilaksanakan di 60 lokasi di Sungai Brantas oleh PJT1 Pengadaan prasarana dan sarana pengolahan lumpur tinja

berupa truk pengangkut tinja dan modul Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) komunal

Pengembangan IPLT SANIMAS PLUS

Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) skala kawasan dan kota yang diprioritaskan pada wilayah-wilayah permukiman dengan tingkat kepadatan penduduk tinggi Fasilitasi pembangunan IPAL untuk kawasan industri rumah

tangga

Meningkatkan peran aktif masyarakat dan dunia usaha sebagai mitra pengelola.

Pengendalian limbah hasil kegiatan industry menengah-besar dan jasa melalui studi dokumen lingkungan dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis; dan

Penerapan sanksi dan pola insentif disinsentif terkait pengendalian limbah, khususnya kegiatan industri.

D. Persampahan

Arahan pengembangan sistem persampahan di Kota Mojokerto antara lain, meliputi :

1) Pengembangan Aspek Fisik

Penataan, rehabilitasi, dan pengembangan TPA Randegan antara lain adalah : penambahan cell penampung dan pengurangan secara bertahap proses sanitary landfill dengan memroses sampah baik organik maupun anorganik, dan reklamasi dan penggalian TPA Randegan.

Arahan rencana pembangunan TPA baru yang dialokasikan di Kelurahan Blooto adalah sebagai salah satu upaya untuk mengatasi apabila TPA Randegan yang sudah ada sekarang ini tidak mampu menampung smapah Kota Mojokerto. Rencana pengembangan aspek fisik Tempat Pengolahan

(4)

I

-4

Pengembangan kawasan perkantoran swasta diarahkan pada kawasan pusat kota dan pada pusat-pusat kawasan perdagangan dan jasa tepatnya di : Jl. Bypass, Jl. Pahlawan, Jl. Gajahmada, Jl. Mojopahit, Jl. Raya Prajuritkulon, dan Jl. Surodinawan.

4) Pengembangan industri di Kota Mojokerto diarahkan sebagai berikut : Wajib menyiapkan prasarana lingkungan, utilitas umum, bangunan

perumahan pekerja dan fasilitas sosial dengan proporsi 40%. Pembangunan dilakukan secara terpadu dengan lingkungan. Pembangunan harus memenuhi kebutuhan luas lahan, jenis ruang

dan fasilitas pelayanan public meliputi parkir, ruang terbuka hijau, ruang pedagang kaki lima, pencegahan dan penanggulangan kebakaran; dan

Pembangunan dan pelaksanaan kegiatan industry harus disertai upaya-upaya terpadu mencegah dan mengatasi terjadinya pencemaran lingkungan mulai dari penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL), upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan (UKL/UPL), penyediaan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dan disertai pengawasan oleh Pemerintah Daerah secara intensif terhadap kegiatan industri yang dilaksanakan.

5) Pengembangan wisata di Kota Mojokerto diarahkan sebagai berikut : Pengembangan semua wisata yang ada di Kota Mojokerto. Wisata air jogging track dan kuliner terdapat di Sungai Brantas,

Jalan Hayam Wuruk Kelurahan Magersari dengan luas 0,47 Ha atau 0,03%.

Wisata penunjang perbelanjaan, yang meliputi : pengembangan sentra PKL untuk makanan di Jl. Bayangkara, Alun–Alun dan Jl. Benteng Pancasila, pengembangan big sale dan exebhition di mall, pengembangan sentra pemasaran indutri rumah tangga/kecil di Jl. Bypass, dan pasar wisata di Kelurahan Gunung Gedangan dengan konsep pasar burung, bunga, hewan piaraan, barang antik dan buku-buku bekas.

Pengembangan jalur pariwisata GKS, jaringan sejarah, dan aset alamiah (termasuk pengembangan rekreasi olah raga, pusat informasi, dan wisata alam).

6) Kawasan Ruang Terbuka Non Hijau : Pengembangan kawasan ini dilakukan adalah dengan tetap mempertahankan keberadaan ruang terbuka non hijau dan mencegah pengalihfungsian kawasan menjadi kawasan dengan intensitas kegiatan tinggi (permukiman, perdagangan, dan sebagainya).

Adapun kawasan RTNH ini terdiri atas : lapangan olahraga tertutup, stadion Ahmad Yani di Jl. Ijen, Kelurahan Wates, dan rencana pembangunan GOR dan tempat rekreasi di Kelurahan Prajuritkulon. Untuk kawasan ini direncanakan seluas 11,24 Ha atau sekitar 0,68%. 7) Kawasan Ruang Evakuasi Bencana

Kawasan ruang evakuasi bencana yang terdapat di Kota Mojokerto antara lain adalah : Alun-alun Kota Mojokerto, stadion Ahmad Yani, rencana pembangunan GOR dan taman rekreasi di Kelurahan Prajuritkulon, lapangan parkir Kantor Walikota, lapangan parkir Rumah Sakit Gatoel, dan lapangan parkir kantor Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informasi.

8) Kawasan Ruang Bagi Sektor Informal

Pengembangan kawasan ruang bagi sektor informal di Kota Mojokerto diarahkan pada lokasi : Kelurahan Surodinawan (Jl. Prajuritkulon), Kelurahan Meri (Jl.Benteng Pancasila), dan Kelurahan Miji (Jl. Bhayangkara), dengan luas sebesar 1,15 Ha atau 0,07%.

(TPST), transfer depo tersebar di seluruh wilayah kota dan dilakukan dengan teknologi ramah lingkungan. Arahan yang perlu dilaksanakan dalam rencana pengembangan TPS, TPST, dan transfer depo yaitu :

Lokasi penampungan dan alat pemrosesan sampah yang ramah lingkungan.

Terdapat kegiatan penataan dan pengolahan sampah di lokasi sebagai bagian sistem 3R.

Bangunan yang aman dari rembesan air lindi dan tidak berbau menyengat sehingga tidak mencemari lingkungan. Rencana pengembangan aspek fisik dengan pengembangan

angkutan persampahan kota adalah : pemeliharaan dan penambahan armada pengangkut sampah yang berupa gerobak sampah, motor sampah dan dump truk.

2) Pengembangan Aspek Non Fisik

Sistem yang terintegrasi antara budaya pemusnahan sampah pada sumbernya, proses pemilahan sampah, dan tempat pengelolaan sampah terpadu di setiap kelurahan yang mampu menghasilkan kompos, barang kerajinan, dan bahan berguna lainnya dengan pangsa pasar sebagai tempat penjualan produk.

Pemantauan dan pengendalian pembuangan sampah di sungai dan saluran irigasi, serta pembuangan sampah secara sembarangan di ruang terbuka public melalui pelibatan peran serta masyarakat.

Pembentukan kelembagaan dalam rangka peningkatan peran serta masyarakat ditingkat kelurahan dengan pendirian KSM bidang pengelolaan persampahan daerah.

E. Drainase

Arahan pengembangan sistem drainase Kota Mojokerto antara lain: Meningkatkan kapasitas saluran air

Memelihara saluran dengan baik dengan maksud untuk mempertahankan sistem serta kapasitas saluran drainase yang ada dan merevitalisasi saluran drainase sesuai dengan jenis dan klasifikasi saluran.

Membuat penahan sekaligus pengatur aliran hasil limpasan air hujan yang tidak sempat diserap tanah sehingga aliran tidak terpusat pada salah satu saluran drainase dengan membangun embung atau polder pada daerah hulu. Membuat pengendalian banjir pada bagian hilir sekaligus

berfungsi pengendalian banjir akibat banjir pasang rob. Meningkatkan kapasitas terhadap tindakan darurat untuk

mengatasi bencana yang bisa dilakukan dengan cara meningkatkan peran masyarakat, dunia usaha, dan stakeholder lainnya.

(5)

I

-5 Tabel 7.2 Identifikasi Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK)

berdasarkan RTRW

KAWASAN STRATEGIS

KABUPATEN/KOTA SUDUT KEPENTINGAN

LOKASI/ BATAS KAWASAN

Kawasan Perdagangan dan Jasa Ekonomi a) Pasar Tradisional meliputi : Pasar Tanjung. b) Perdagangan skala besar (grosir), kelontong, elektronika, garment dan alat perlengkapan sehari-hari diarahkan bisa terlayani di sekitar pusat kota meliputi : Jl. Mojopahit Utara dan Selatan, Jl. Bhayangkara, Jl. HOS Cokroaminoto, Jl. PB Sudirman, Jl. Residen Pamuji, Jl. Letnan Kolonel Sumarjo, Jl. Ahmad Yani, Jl. Raya Prajuritkulon, Jl. Surodinawan, dan Jl.Benteng Pancasila.

c) Perdagangan showroom motor-mobil diarahkan berkembang di sepanjang Jalan By Pass dan Jalan Gajah Mada.

Kawasan Industri Ekonomi Lokasi kawasan industri di lokasi Jalan Bypass, direncanakan seluas kurang lebih 47,47 Ha.

Pembangunan ekonomi, sosial, dan budaya berbasis kemasyarakatan

Ekonomi, Sosial Budaya Setiap Lokasi di Kota Mojokerto Terdampak Proyek

Sumber : RTRW Kota Mojokerto Tahun 2012 - 2032

Tabel 7.3 Identifikasi Indikasi Program RTRW Kabupaten/Kota terkait

Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

No USULAN

A PERWUJUDAN STRUKTUR RUANG KOTA MOJOKERTO

1 Perwujudan pusat-pusat pelayanan

Pengembangan dan peningkatan fungsi pelayanan

PPK

Peningkatan dan pengembangan kawasan kota di Kelurahan Balongsari

Kelurahan Balongsari Tidak APBD Kota Bappeko Mojokerto

Peningkatan dan pengembangan pusat pemerintahan di Kantor Walikota

Kelurahan Balongsari Tidak APBD Kota Bappeko Mojokerto

(6)

I

-6 7.2. ARAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KOTA MOJOKERTO

Seperti yang diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintah Daerah, maka setiap daerah berkewajiban untuk menyusun perencanaan

pembangunan daerah baik yang bersifat jangka pendek, menengah maupun jangka panjang.

Adapun dokumen perencanaan pembangunan daerah meliputi Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Daerah (RPJPD) untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun, Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk jangka waktu 5 (lima) tahun, Rencana Kerja Pemerintah

Daerah (RKPD) untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. Selanjutnya Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD) diwajibkan menyusun Rencana Strategis (Renstra) SKPD yang berpedoman pada RPJMD

dengan jangka waktu 5 tahun, kemudian Renstra SKPD tersebut dijabarkan menjadi Rencana

Kerja (Renja) SKPD setiap tahunnya.

Seiring dengan telah dilantiknya Walikota dan Wakil Walikota masa jabatan 2009 - 2014,

maka langkah awal yang harus dilakukan adalah menyusun dokumen RPJMD Kota Mojokerto

sebagai penjabaran dari visi, misi dan program Walikota dan Wakil Walikota terpilih, dengan

memperhatikan RPJMD Propinsi Jawa Timur dan RPJM Nasional serta berpedoman pada RPJPD

dan memperhatikan RTRW. Adapun visi pembangunan Kota Mojokerto sampai dengan tahun 2014

adalah “Terwujudnya Kota Mojokerto Yang Sehat, Cerdas, Sejahtera dan Bermoral”. Untuk

mewujudkan visi pembangunan daerah Kota Mojokerto, maka diperlukan misi yang terdiri dari :

a. Mewujudkan clean and good governance.

b. Meningkatkan peranserta masyarakat dan swasta dalam proses pembangunan.

c. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

d. Meningkatkan kualitas pendidikan dan sumber daya manusia.

e. Meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi

f. Meningkatkan upaya pengentasan kemiskinan.

g. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif, profesional dan berdaya saing tinggi.

h. Meningkatkan kualitas pengelolaan lingkungan dan tata ruang.

7.2.1 Pendapatan Daerah

Arah Pengelolaan Pendapatan Daerah

Dalam struktur anggaran pemerintah daerah terdapat tiga pos pendapatan yang menjadi

(7)

I

-7

Lain-lain yang Sah. Untuk penyelenggaraan otonomi daerah yang nyata, luas dan

bertanggungjawab, Kota Mojokerto memiliki kewenangannya dan harus mempunyai kemampuan

menggali sumber-sumber keuangan sendiri selain didukung oleh perimbangan keuangan antara

pemerintah pusat dan daerah. Namun umumnya sebagian besar pemerintah daerah di Indonesia,

termasuk Kota Mojokerto, masih besar ketergantungannya terhadap Dana Perimbangan dari

Pemerintah Pusat. Dalam rangka memperkuat pelaksanaan otonomi daerah, maka arah

pengelolaan pendapatan daerah Kota Mojokerto dalam lima tahun kedepan (tahun 2009-2014)

akan difokuskan pada upaya untuk menggali potensi pendapatan daerah tanpa harus membebani

masyarakat, sehingga secara bertahap Kota Mojokerto dapat meningkatkan kemandirian keuangan

daerahnya untuk memenuhi pembiayaan pembangunan.

Adapun dalam upaya pencapaian target Pendapatan Daerah Kota Mojokerto yang telah

dilakukan selama kurun waktu tahun 2004-2008, beberapa permasalahan yang ditemukan,

antara lain: (1) terbatasnya potensi obyek pajak dan obyek retribusi; (2) belum diterapkannya

sanksi yang tegas terhadap wajib pajak, khususnya pajak pusat yang menunggak; (3) masih

kurangnya kesadaran dan kedisiplinan wajib pajak/retribusi dalam membayar pajak dan ritribusi

daerah; (4) masih kurangnya pemahaman dari masyarakat tentang sistem dan prosedur

pembayaran pajak dan retribusi.

Untuk mengakomodasi semua permasalahan di atas, maka hal yang harus diperhatikan

dalam pengelolaan anggaran pendapatan Kota Mojokerto adalah upaya peningkatan pendapatan

pajak dan retribusi daerah tanpa harus menambah beban bagi masyarakat sehingga dapat sejalan

dengan arahan pengelolaan pendapatan Kota Mojokerto. Untuk itu, belajar dari pengalaman

pengelolaan pendapatan daerah selama lima tahun terakhir, beberapa upaya yang dapat ditempuh

antara lain :

a) Penggalian obyek pajak/retribusi baru dan obyek penerimaan lain-lain secara kontinyu,

penataan tempat-tempat usaha dan pedagang kaki lima, pendataan lebih intensif terhadap

potensi pajak dan retribusi serta penjalinan kerja sama dengan pihak ketiga;

b) Pembentukan tim terpadu penyelesaian masalah hukum di bidang pajak dan retribusi. Selain

itu, sebagai langkah preventif, Dispenda dapat memberikan surat peringatan dan panggilan

kepada wajib pajak/retribusi yang menunggak dalam periode tertentu dengan memberikan

surat tagihan/surat teguran dan menempelkan stiker belum lunas pajak.

c) Penagihan langsung kepada WP/WR serta melakukan sosialisasi dan penyuluhan kepada

(8)

I

-8

retribusi daerah serta memberikan sosialisasi kepada masyarakat melalui talkshow, baliho dan

penyuluhan kepada masyarakat.

d) Penyertaan staf/petugas dalam pelatihan-pelatihan teknis, kursus-kursus dan seminar sesuai

dengan bidang tugasnya.

Belanja Daerah

Belanja daerah merupakan bentuk pengeluaran daerah untuk mewujudkan kebijakan

penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan di daerah. Pengelolaan Belanja

Daerah Kota Mojokerto dalam lima tahun kedepan (tahun 2009- 2014) akan diarahkan untuk

meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan proporsionalitas, berdasarkan tujuan, sasaran dan prioritas

pembangunan yang telah ditetapkan, guna menjaga agar program-program pembangunan

strategis dapat dilaksanakan dengan baik.

Selain itu pengelolaan belanja daerah Kota Mojokerto juga diarahkan untuk menunjang

efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsi setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam

melaksanakan bidang kewenangan/urusan pemerintahan daerah yang menjadi tanggung

jawabnya. Oleh karena itu diharapkan agar setiap peningkatan alokasi anggaran belanja yang

direncanakan setiap SKPD dapat terukur dan diikuti peningkatan kinerja pelayanan dan

kesejahteraan masyarakat.

Adapun selama tahun anggaran 2004 sampai dengan 2008, dalam pelaksanaan anggaran

daerah Kota Mojokerto, masih dirasakan adanya permasalahan di dalam pengelolaan keuangan

yang dilaksanakan oleh unit-unit kerja, terutama yang berkaitan dengan pelaporan keuangan

daerah. Untuk itu, belajar dari pengalaman sebelumnya, perlu terus dilakukan peningkatan

kemampuan aparatur pengelola keuangan daerah melalui kegiatan pelatihan secara berkala serta

penggalangan kerjasama dengan konsultan dalam rangka peningkatan pengelolaan keuangan

daerah oleh seluruh SKPD.

Pembiayaan Daerah

Arah Pengelolaan Pembiayaan Daerah

Pembiayaan merupakan seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan maupun

pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran

pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup deficit dan/atau memanfaatkan surplus

anggaran. Pembiayaan terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.

(9)

I

-9

pendapatan yang antara lain dapat berasal dari pinjaman daerah, Sisa Lebih Perhitungan

Anggaran (SiLPA), dana cadangan daerah dan hasil divestasi aset daerah. Sementara,

pengeluaran pembiayaan dilakukan sebagai konsekuensi kebutuhan yang mendesak yang antara

lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas

lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah.

Dilihat dari perkembangan lima tahun terakhir, kecuali tahun 2005, terlihat bahwa

kebutuhan belanja daerah tiap tahunnya cenderung lebih kecil dari pedapatan daerahnya sehingga

performance budgeting APBD Kota Mojokerto menunjukkan surplus anggaran. Sebagaimana

ketentuan yang telah diatur pada penjelasan pasal 17 ayat 3 dalam Undang-undang Nomor 17

tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan pasal 83 ayat 2 berikut penjelasannya dalam

Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah, maka pembiayaan daerah Kota Mojokerto diarahkan agar jumlah akumulatif

deficit anggaran, jika terjadi, tidak melebihi 3% dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

tahun bersangkutan.

7.3. ARAHAN PERATURAN DAERAH BANGUNAN GEDUNG

Perda Bangunan Gedung mengatur tentang persyaratan administrasi dan teknis bangunan

gedung. Salah satunya mengatur persyaratan keandalan gedung, seperti keselamatan, kesehatan,

kenyamanan dan kemudahan. Persayaratan ini wajib dipenuhi untuk memberikan perlindungan

rasa aman bagi pengguna bangunan gedung dalam melakukan aktivitas di dalamnya dan sebagai

landasan operasionalisasi penyelenggaraan bangunan gedung di daerah. Utamanya untuk daerah

rawan bencana.

Dalam rangka penyusunan dokumen RPI2JM pemerintah Kota Mojokerto sampai saat ini

masih belum memiliki Perda Bangunan Gedung, dimana perda tersebut mengatur tentang

persyaratan administrasi dan teknis bangunan gedung. Salah satunya mengatur persyaratan

keandalan gedung, seperti keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan. Persyaratan ini

wajib dipenuhi untuk memberikan perlindungan rasa aman bagi pengguna bangunan gedung

dalam melakukan aktifitas di dalamnya dan sebagai landasan operasionalisasi penyelenggaraan

bangunan gedung di Kota Mojokerto. Utamanya untuk daerah rawan bencana, Perda Bangunan

Gedung sangat penting sebagai payung hukum di Kota Mojokerto dalam menjamin keamanan dan

keselamatan bagi pengguna. Direncanakan pada tahun mendatang ketersediaan Perda BG di Kota

Mojokerto dapat tersusun, dikarenakan perda tersebut merupakan salah satu prasyarat dalam

(10)

I

-10 7.4. ARAHAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RI_SPAM)

Berdasarkan Permen PU No. 18 Tahun 2007, Rencana Induk Pengembangan Sistem

Penyediaan Air Minum adalah suatu rencana jangka panjang (15-20 tahun) yang merupakan

bagian atau tahap awal dari perencanaan air minum jaringan perpipaandan bukan jaringan

perpipaan berdasarkan proyeksi kebutuhan air minum pada satu periode yang dibagi dalam

beberapa tahapan dan memuat komponen utama sistem beserta dimensi-dimensinya. RI-SPAM

dapat berupa RI-SPAM dalam satu wilayah administrasi maupun lintas kabupaten/kota/provinsi.

Penyusunan rencana induk pengembangan SPAM memperhatikan aspek keterpaduan dengan

prasarana dan sarana sanitasi sejak dari sumber air hingga unit pelayanan dalam rangka

perlindungan dan pelestarian air.

a. Tingkat Capaian Pelayanan

Tingkat capaian pelayanan air minum saat ini di Kota Mojokerto mencapai 54,59%

b. Penyedia Pelayanan

c. Arahan Pengembangan

 Perkotaan : Target 6000SR/tahun, dilaksanakan oleh PDAM

 Perdesaan :4000 SR/per tahun (termasuk program Pamsimas yang dapat menambah

akses air minum masyarakat sebanyak 1000 SR per tahun

Rencana induk pengembangan SPAM dapat berupa:

a. Rencana induk pengembangan SPAM di Dalam Satu Wilayah Administrasi Kabupaten atau

Kota. Rencana induk pengembangan SPAM di dalam satu wilayah administrasi kabupaten atau

kota ini mencakup wilayah pelayanan air minum melalui jaringan perpipaan dan bukan jaringan

perpipaan yang terdapat di dalam satu wilayah administrasi kabupaten atau kota.

b. Rencana induk pengembangan SPAM Lintas Kabupaten dan/atau Kota. Rencana induk

pengembangan SPAM lintas kabupaten dan/atau kota mencakup wilayah pelayanan air minum

melalui jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan yang terdapat di dalam lebih dari satu

wilayah administrasi kabupaten dan/atau kota dalam satu provinsi.

c. Rencana induk pengembangan SPAM Lintas Provinsi. Rencana induk pengembangan SPAM

lintas provinsi mencakup wilayah pelayanan air minum melalui jaringan perpipaan dan bukan

jaringan perpipaan yang terdapat di dalam lebih dari satu wilayah administrasi kabupaten

dan/atau kota serta di dalam lebih dari satu provinsi.

Muatan dan Pelaksanaan Rencana Induk Pengembangan SPAM

(11)

I

-11

Rencana induk pengembangan SPAM memuat antara lain :

a. Rencana Umum, meliputi :

 Evaluasi kondisi kota/kawasan, yang bertujuan untuk mengetahui karakter, fungsi

strategis dan konteks regional nasional kota/kawasan yang bersangkutan.

 Evaluasi kondisi eksisting SPAM, yang dilakukan dengan menginventarisasi peralatan

dan perlengkapan sistem penyediaan air minum eksisting.

b. Rencana Jaringan, meliputi perencanaan sistem transmisi air minum dan distribusi. Sistem

distribusi meliputi reservoir, jaringan pipa distribusi dan tata letak, baik untuk SPAM jaringan

perpipaan maupun SPAM bukan jaringan perpipaan.

c. Program dan kegiatan pengembangan, dalam penyusunan rencana induk meliputi identifikasi

permasalahan dan kebutuhan pengembangan, perkiraan kebutuhan air dan identifkasi air baku.

d. Kriteria dan standar pelayanan, mencakup kriteria teknis yang dapat diaplikasikan dalam

perencanaan yang sudah umum digunakan, namun jika ada data hasil survei maka kriteria

teknis menjadi bahan acuan. Standar pelayanan ditentukan sejak awal seperti tingkat

pelayanan yang diinginkan, cakupan pelayanan, dan jenis pelayanan yang dapat ditawarkan ke

pelanggan jika kegiatan ini direalisasikan.

e. Rencana sumber dan alokasi air baku, dari sekian banyak sumber air baku yang ada, dibuat

skala prioritas penggunaan sumber air tersebut, dan harus sudah mendapat izin tertulis

(SIPA/surat izin pemakaian air) dari instansi terkait. Kebutuhan kapasitas air baku disusun

untuk menentukan rencana alokasi air baku yang dibutuhkan untuk SPAM yang direncanakan.

Kebutuhan kapasitas sumber air baku ditentukan berdasarkan kebutuhan air.

f. Rencana keterpaduan dengan Prasarana dan Sarana (PS) Sanitasi, meliputi:  Identifikasi potensi pencemar air baku ;

 Identifikasi area perlindungan air baku ;

 Proses pengolahan buangan dari IPA.

Keterpaduan dengan PS sanitasi adalah bahwa penyelenggaraan pengembangan SPAM dan

PS sanitasi memperhatikan keterkaitan satu dengan yang lainnya dalam setiap tahapan

penyelenggaraan, terutama dalam upaya perlindungan terhadap baku mutu sumber air baku.

Keterpaduan SPAM dengan PS sanitasi dilaksanakan berdasarkan prioritas adanya sumber air

baku. Misalnya bila pada suatu daerah terdapat air tanah dangkal dengan kualitas yang baik,

maka sistem sanitasi harus menggunakan sistem terpusat (off site system), atau contoh lainnya

adalah peletakan lokasi pengambilan air minum di hulu dari outlet Instalasi Pengolahan Air

(12)

I

-12

g. Rencana pembiayaan dan pola investasi, berupa indikasi besar biaya tingkat awal, sumber dan

pola pembiayaan. Perhitungan biaya tingkat awal mencakup seluruh komponen pekerjaan

perencanaan, pekerjaan konstruksi, pajak, pembebasan tanah, dan perizinan.

h. Rencana pengembangan kelembagaan. Kelembagaan penyelenggara meliputi struktur

organisasi dan penempatan tenaga ahli sesuai dengan latar belakang pendidikannya mengacu

pada peraturan perundangan yang berlaku.

Kriteria Umum

Suatu sistem penyediaan air minum harus direncanakan dan dibangun sedemikian rupa,

sehingga dapat memenuhi tujuan di bawah ini:

a. Tesedianya air dalam jumlah yang cukup dengan kualitas yang memenuhi persyaratan air

minum.

b. Tersedianya air setiap waktu atau kesinambungan.

c. Tersedianya air dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat atau pemakai.

d. Tersedianya pedoman operasi atau pemeliharaan dan evaluasi

Kriteria perencanaan untuk suatu wilayah dapat disesuaikan dengan kondisi setempat.

Matriks kriteria utama dapat dilihat pada tabel 5.1. Rencana Induk Pengembangan SPAM harus

memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Berorientasi ke depan ;

b. Mudah dilaksanakan atau realistis ; dan

c. Mudah direvisi atau fleksibel.

Kriteria Teknis

Kriteria teknis meliputi :

a. Periode perencanaan (15 - 20 tahun) ;

b. Sasaran dan prioritas penanganan. Sasaran pelayanan pada tahap awal prioritas harus

ditujukan pada daerah yang belum mendapat pelayanan air minum dan berkepadatan tinggi

serta kawasan strategis. Setelah itu prioritas pelayanan diarahkan pada daerah pengembangan

sesuai dengan arahan dalam perencanaan induk kota ;

c. Strategi penanganan. Untuk mendapatkan suatu perencanaan yang optimum, maka strategi

pemecahan permasalahan dan pemenuhan kebutuhan air minum di suatu kota diatur sebagai

(13)

I

-13

 Pemanfaatan air tanah dangkal yang baik

 Pemanfaatan kapasitas belum terpakai atau idle capacity

 Pengurangan jumlah air tak berekening (ATR)

 Pembangunan baru (peningkatan produksi dan perluasan sistem)

d. Kebutuhan air. Kebutuhan air ditentukan berdasarkan :

 Proyeksi penduduk. Proyeksi penduduk harus dilakukan untuk interval 5 tahun selama

periode perencanaan.

 Pemakaian air (L/o/h). Laju pemakaian air diproyeksikan setiap interval 5 tahun.

 Ketersediaan air.

e. Kapasitas sistem. Komponen utama sistem air minum harus mampu untuk mengalirkan air

pada kebutuhan air maksimum, dan untuk jaringan distribusi harus disesuaikan dengan

kebutuhan jam puncak.

 Unit air baku direncanakan berdasarkan kebutuhan hari puncak yang besarnya

 berkisar 130% dari kebutuhan rata-rata.

 Unit produksi direncanakan, berdasarkan kebutuhan hari puncak yang

 besarnya berkisar 120% dari kebutuhan rata-rata.

 Unit distribusi direncanakan berdasarkan kebutuhan jam puncak yang besarnya berkisar

115% - 300% dari kebutuhan rata-rata.

Pemerintah Kota Mojokerto sampai saat ini belum memiliki dokumen Rencana Induk Sistem

PAM (RISPAM), dimana dokumen RISPAM ini bertujuan untuk memperoleh gambaran terhadap

kebutuhan air baku, kelembagaan, rencana pembiayaan, rencana jaringan pipa utama, dan

rencana perlindungan terhadap air baku untuk jangka panjang di Kota Mojokerto. Serta bertujuan

untuk mendapatkan izin prinsip hak guna air oleh Pemerintah. Direncanakan pada tahun 2014

dokumen Rencana Induk Sistem PAM (RISPAM) dapat tersusun sehingga dapat menunjang

pembangunan Kota Mojokerto

7.5. ARAHAN STRATEGI SANITASI KOTA (SSK)

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) merupakan salah satu

upaya pemerintah untuk memperbaiki kondisi sanitasi di Indonesia dengan mengarusutamakan

percepatan pembangunan sektor sanitasi, dalam rangka pencapaian target RPJMN 2010-2014 dan

MDGs 2015. Program ini setidaknya melibatkan 330 Kota/Kabupaten di 33 provinsi yang termasuk

dalam kategori rawan sanitasi, dan dilaksanakan secara terintegrasi dari pusat hingga ke daerah

(14)

I

-14

tingkatan. Program PPSP diarahkan untuk menciptakan lingkungan kondusif yang dapat

mendukung terciptanya percepatan pembangunan sanitasi melalui advokasi, perencanaan

strategis, dan implementasi yang komprehensif dan terintegrasi.

Perencanaan strategis terkait pembangunan sanitasi yang kemudian lebih dikenal dengan

Strategi Sanitasi Kota/Kabupaten (SSK), disusun oleh pemerintah daerah secara komprehensif

dan multisektor, berskala kota, menggabungkan pendekatan top-down dan bottom-up serta

berdasarkan data aktual/empiris. Oleh karenanya, SSK diharapkan dapat menjadi cetak biru

perencanaan pembangunan sektor sanitasi di kabupaten/kota sehingga pembangunan sektor

sanitasi yang berkelanjutan bisa terjamin. Penyusunan SSK dilakukan melalui 5 pilar kebijakan

yaitu:

a. Peningkatan akses prasarana dan sarana air limbah, persampahan, dan drainase ;

b. Peningkatan peran masyarakat dan swasta ;

c. Pengembangan perangkat peraturan perundang-undangan ;

d. Penguatan kelembagaan dan pengembangan kapasitas personil ;

e. Peningkatan dan pengembangan alternatif sumber pendanaan.

Strategi Sanitasi Kota (SSK) adalah dokumen rencana strategis berjangka menengah yang

disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi suatu Kota/Kabupaten, yang berisi potret

kondisi sanitasi kota saat ini, rencana strategi dan rencana tindak pembangunan sanitasi jangka

menengah. SSK disusun oleh Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota didukung fasilitasi dari pemerintah

pusat dan pemerintah provinsi. Dalam menyusun SSK, Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota

berpedoman pada prinsip :

a. Berdasarkan data aktual (Buku Putih Sanitasi);

b. Berskala kota dan lintas sektor (air limbah, drainase, persampahan);

c. Disusun sendiri oleh kota dan untuk kota; dan

d. Menggabungkan pendekatan „top down‟ dengan „bottom up‟.

SSK dijadikan acuan dalam penyusunan RPIJM terutama untuk sector Penyehatan

Lingkungan dan Permukiman. Untuk saat ini pemerintah Kota Mojokerto masih dalam tahap

penyusunan dokumen SSK, diperkirakan akhir tahun 2013 dokumen SSK sudah tersusun. Dalam

draft SSK Kota Mojokerto yang masih dalam tahap penyusunan tersebut, memiliki visi yaitu “Terwujudnya Kota Mojokerto Yang Sehat Dengan Dukungan Sanitasi Yang Memadai”.

Untuk mencapai visi tersebut, maka kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah Kota Mojokerto

(15)

I

-15

a. Misi Air Limbah Domestik, terdiri dari :

 Meningkatkan sarana pembuangan air limbah domestik yang sehat ;

 Meningkatkan akses masyarakat terhadap sarana pembuangan air limbah domestik.

b. Misi Persampahan yaitu :

 Mengurangi timbunan sampah dalam rangka pengelolaan persampahan yang

berkelanjutan ;

 Meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan sistem pengelolaan persampahan ;

 Memberdayakan masyarakat dan meningkatkan peran aktif dunia usaha/swasta;

 Meningkatkan kemampuan menejemen kelembagaan dalam sistem pengelolaan

persampahan sesuai dengan prinsip good and cooperate governance ;

 Memobilisasi dana dari berbagai sumber untuk pengembangan sistem pengelolaan

persampahan ;

 Menegakkan hukum dan melengkapi peraturan perundangan untuk meningkatkan sistem

pengelolaan persampahan.

c. Misi Drainase antara lain :

 Meningkatkan peran serta dunia usaha dalam bidang drainase ;

 Meningkatkan sarana prasarana drainase yang bermutu dan sehat.

d. Misi Promosi Higiene Sanitasi (Prohisan) terdiri dari :

 Meningkatkan kesadaran masyarakat Kota Mojokerto berprilaku hidup bersih dan sehat ;

 Meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan yang bermutu ;

 Menggerakkan seluruh komponen untuk melaksanakan pembangunan berwawasan

sanitasi total berbasis masyarakat.

7.6. ARAHAN RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL)

Berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata

Bangunan dan Lingkungan, Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) didefinisikan

sebagai panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk

mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi

pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan,

rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan

pengembangan lingkungan/kawasan. Materi pokok dalam Rencana Tata Bangunan dan

(16)

I

-16

a. Program Bangunan dan Lingkungan ;

b. Rencana Umum dan Panduan Rancangan ;

c. Rencana Investasi ;

d. Ketentuan Pengendalian Rencana ; dan

e. Pedoman Pengendalian Pelaksanaan.

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) dapat berupa rencana aksi/kegiatan

komunitas, rencana penataan lingkungan, atau panduan rancang kota.

Dalam rangka penyusunan dokumen RPIJM ini, pemerintah Kota Mojokerto sampai saat ini

belum memiliki dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dimana dokumen

RTBL ini dapat memberikan arahan untuk perwujudan arsitektur lingkungan setempat agar lebih

melengkapi peraturan bangunan yang ada sehingga diperlukan penataan dan pengaturan

bangunan dan lingkungan pada kawasan perkotaan. Dengan melihat arahan tersebut diharapkan

di tahun kedepannya dokumen RTBL dapat tersusun sehingga dapat menunjang pembangunan

Kota Mojokerto.

7.7. ARAHAN PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN

(SPPIP/RPKPP)

Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan merupakan suatu

dokumen strategi operasional dalam pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang

sinergi dengan arah pengembangan kota, sehingga dapat menjadi acuan yang jelas bagi

penerapan program-program pembangunan infrastruktur Cipta Karya. Strategi Pengembangan

Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) memuat arahan kebijakan dan strategi

pembangunan infrastruktur permukiman makro pada skala kabupaten/kota yang berbasis pada

rencana tata ruang (RTRW) dan rencana pembangunan (RPJMD). Strategi Pengembangan

Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) memiliki beberapa fungsi, yaitu:

a. Sebagai acuan bagi implementasi program-program pembangunan permukiman dan

infrastruktur perkotaan, sehingga dapat terintegrasi dengan program-program pembangunan

lainnya yang telah ada ;

b. Sebagai dokumen induk dari semua dokumen perencanaan program sektoral bidang Cipta

Karya di daerah ;

c. Sebagai salah satu acuan bagi penyusunan RPIJM ;

d. Sebagai sarana untuk integrasi semua kebijakan dan strategi pembangunan permukiman dan

(17)

I

-17

e. Sebagai dokumen acuan bagi penyusunan kebijakan yang terkait dengan pembangunan

permukiman dan infrastruktur perkotaan.

Terkait dengan RPIJM Bidang Permukiman, SPPIP ini menjadi dokumen induk dan acuan

utama dalam penyusunan program-program investasi permukiman yang terdapat dalam RPIJM

Bidang Permukiman. Dalam hal ini, program 5 (lima) tahunan yang dihasilkan dalam SPPIP akan

menjadi acuan dan dasar dalam penyusunan program, indikasi kegiatan, serta alokasi pendanaan

di dalam RPIJM Bidang Permukiman.

Gambar 7.2. Ilustrasi Keterkaitan SPPIP, RPKPP dan RPIJM Bidang

Berdasarkan keterkaitan ini, maka apabila RPIJM Bidang Permukiman sudah disusun

sebelum SPPIP, maka program yang tertuang dalam RPIJM Bidang Permukiman, khususnya

untuk tahun pertama, akan menjadi bahan pertimbangan dalam perumusan strategi dan program di

dalam SPPIP. Untuk tahun kedua dan seterusnya, rumusan strategi dan program SPPIP akan

menjadi dasar dalam upaya review dan penyempurnaan RPIJM Bidang Permukiman. Kondisi saat

ini pemerintah Kota Mojokerto masih belum menyusun dokumen SPPIP, direncanakan melalui

(18)

I

-18 Arahan Pengembangan Kawasan (RPKPP)

Dari SPPIP yang telah disusun kemudian diturunkan ke dalam suatu rencana operasional

berupa Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP), dimana keduanya tetap

mengacu pada strategi pengembangan kota yang sudah ada.

RPKPP merupakan rencana aksi program strategis untuk penanganan permasalahan

permukiman dan pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya pada kawasan prioritas di

perkotaan. Dalam konteks pengembangan kota, RPKPP merupakan rencana terpadu bidang

permukiman dan infrastuktur bidang Cipta Karya pada lingkup wilayah perencanaan berupa

kawasan dengan kedalaman rencana teknis yang dituangkan dalam peta 1:5000 atau 1:1000.

RPKPP disamping berfungsi sebagai alat operasionalisasi dalam penanganan kawasan

permukiman prioritas juga berfungsi sebagai masukan dalam penyusunan RPIJM. Untuk dokumen

RPKPP, pemerintah Kota Mojokerto juga masih belum menyusun, diharapkan pada tahun

berikutnya dokumen RPKPP tersebut sudah tersusun sehingga nantinya bisa menjadi masukan

dalam menyusun RPIJM Kota Mojokerto.

7.8. ARAHAN RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN di KAWASAN STRATEGIS

KOTA MOJOKERTO (RTBL KSK)

Strategi Pembangunan Kawasan Prioritas

Berdasarkan RTBL-KSK

DOKUMEN RENCANA KAWASAN

DELINEASI KAWASAN PRIORITAS

STRATEGI PEMBANGUNAN

KAWASAN PRIORITAS

INDIKASI PROGRAM

1 2 3 4

7.9. INTEGRITAS STRATEGI PEMBANGUNAN KABUPATEN MOJOKERTO DAN SEKTOR

Strategi Pembangunan Kota Mojokerto

Berdasarkan dokumen rencana yang telah dijabarkan sebelumnya, maka dapat disusun

matriks strategi pembangunan pada skala Kota Mojokerto yang meliputi antara lain :

a. RPJMD Kota Mojokerto sebagai acuan arahan pembangunan ;

b. KSPD sebagai acuan arahan pembangunan multi-sektor ;

(19)

I

-19

d. RI-SPAM sebagai arahan pengembangan air minum ; dan

e. SSK sebagai arahan pengembangan sektor sanitasi.

Untuk lebih jelasnya isi dari dokumen rencana tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini

:

Tabel 7.5

Matriks Strategi Pembangunan Kabupaten Kota

No Produk Rencana Status

(ada/Tidak) Arahan Pembangunan Program/Kegiatan

1 2 3 4 5

1 RTRW ADA

2 RISPAM ADA 

3

STRATEGI

SANITASI KOTA

(SSK)

ADA

(20)

I

-20

No Produk Rencana Status

(ada/Tidak) Arahan Pembangunan Program/Kegiatan

1 2 3 4 5

Gambar

Tabel 7.1 Arahan RTRW Kabupaten/Kota untuk Bidang Cipta Karya
Tabel 7.3 Identifikasi Indikasi Program RTRW Kabupaten/Kota terkait
Gambar 7.2. Ilustrasi Keterkaitan SPPIP, RPKPP dan RPIJM Bidang

Referensi

Dokumen terkait

1) Besar kecilnya pemberian kompensasi, dapat mempengaruhi tegaknya disiplin. Para karyawan akan memepengaruhi segala peraturan yang berlaku, bila ia merasa

a) Menurut Prof. Verryn Stuart mendefinisikan: Bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat pembayarannya sendiri atau dengan

Ratio ( DAR), dan Net Profit Margin (NPM) secara simultan terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Subsektor Pertambangan Batu Bara Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Bila seorang remaja memiliki self-esteem yang tinggi maka ia tidak akan begitu mudah memutuskan untuk bunuh diri, lain halnya dengan remaja yang memiliki

Dengan diketahuinya media pembelajaran mana yang lebih baik. untuk meningkatkan hasil belajar siswa maka penggunaannya

Manusia harus mempunyai sikap adil sebagai pribadinya dalam masalah yang dihadapinya. Sikap ini berakibat akan dihormati oleh sesama manusia. Dari analisis di atas

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN KAKU RUAS JALAN BATAS KOTA PALEMBANG-KAYU AGUNG.. STA 25+400 – STA 31+940 PROVINSI

tinggi yang membutuhkan modulasi dan kontrol keterampilan yang lebih rutin atau mendasar. Pemecahan masalah dalam bagian metode belajar adalah cara mengajar yang