• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KOTA PALEMBANG - DOCRPIJM 1503157588BAB 5 KETERPADUAN STRATEGI PLG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB V KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KOTA PALEMBANG - DOCRPIJM 1503157588BAB 5 KETERPADUAN STRATEGI PLG"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN

KOTA PALEMBANG

Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 5.1.

Tujuan Penataan Ruang Wilayah. 5.1. 1.

Tujuan penataan ruang wilayah kota merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kota yang ingin dicapai pada masa yang akan datang. Fungsi dari tujuan ini antara lain sebagai dasar untuk memformulasikan kebijakan dan strategi penataan ruang, memberikan

arahan bagi penyusunan indikasi program utama, dan sebagai dasar arahan penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota.

Tujuan penataan ruang dirumuskan dengan didasarkan pada visi dan misi kota, karakteristik wilayah kota dan isu strategis kota.

Mengacu pada arah pembangunan jangka panjang, Rencana Pembangunan Jangka Menengah, kondisi dan potensi Kota Palembang, maka tujuan pengembangan wilayah Kota Palembang adalah :

Mewujudkan tata ruang kota yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan menuju 1.

Palembang Kota Internasional, berkualitas dan berbudaya.

Mewujudkan tata ruang kota Palembang yang menunjang pengembangan kota 2.

sebagai Kota Tepian Sungai.

Meningkatkan peran kota sebagi pusat kegiatan nasional yang mampu melayani 3.

masyarakat dalam wilayah kota, provinsi maupun nasional.

Mewujudkan keseimbangan pengembangan pembangunan antar wilayah, baik antara 4.

Palembang Ilir dengan Palembang Ulu maupun pusat kota dengan pinggiran kota. Mewujudkan pemanfaatan ruang yang serasi, selaras, seimbang dan berkelanjutan. 5.

Meningkatkan kuantitas dan kualitas prasarana dan sarana kota dalam memberikan 6.

pelayanan kepada masyarakat secara adil dan merata.

Mewujudkan kawasan strategis kota yang menunjang pertumbuhan ekonomi, menjaga 7.

(2)

Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah . 5.1. 2.

Kebijakan penataan ruang wilayah kota merupakan arah tindakan yang harus ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah kota, sedangka n fungsi dari kebijakan tersebut antara lain sebagai dasar untuk memformulasikan strategi penataan ruang

wilayah kota, sebagai dasar untuk merumuskan rencana struktur dan rencana pola ruang wilayah kota, memberikan arahan bagi penyusunan indikasi program utama, dan sebagai dasar dalam penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota.

Strategi penataan ruang wilayah kota merupakan penjabaran kebijakan penataan ruang wilayah kota kedalam langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Fungsi dari strategi penataan ruang wilayah kota antara lain sebagai dasar untuk menyusun rencana struktur ruang dan pola ruang wilayah kota serta penetapan kawasan strategis kota, memberikan arahan bagi penyusunan indikasi program utama RTRW Kota dan sebagai dasar penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota.

Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang Kota. A.

Kebijakan dan strategi pengem bangan struktur ruang kota terdiri dari kebijakan pengembangan pusat-pusat pelayanan kegiatan dalam kota serta kebijakan dan strategi pengembangan prasarana dan sarana kota.

Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Pusat-Pusat Pelayanan

a.

Kebijakan pengembangan sistim pusat-pusat pelayanan, adalah:

Pengembangan Pusat Pelayanan Kota yang seimbang dan efisien dalam menunjang 1.

perkembangan fungsi dan peran kota serta memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam wilayah kota, provinsi maupun nasional.

Pengembangan sub pusat pelayanan kota dan pusat-pusat pelayanan lingkungan 2.

secara merata, seimbang dan efisien yang saling terkait satu sama lain.

(3)

dengan Seberang Ulu. Strategi akan dilaksanakan melalui pelaksanaan program-program yang memacu pengembangan wilayah di Jakabaring dan pengendalian perkembangan di Pusat Kota Palembang.

Mengembangkan kegiatan yang berfungsi sebagai fungsi primer. Strategi ini ditujukan

b.

untuk mengembangkan kegiatan yang berfungsi primer di lokasi Pusat Pelayanan Kota sehingga kegiatan tersebut akan mampu meningkatkan pelayanan dalam sk ala kota, regional, nasional dan internasional, sesuai dengan fungsi Kota Palembang sebagai Pusat Kegiatan Nasional.

Strategi Pengembangan sub pusat pelayanan kota dan pusat-pusat pelayanan lingkungan secara merata, seimbang dan efisien yang saling terkait satu sama lain sebagaimana disebutkan pada huruf (2) adalah:

Membagi, menetapkan dan mengembangkan kota Palembang menjadi 9 SWK (Sub a.

Wilayah Kota). Strategi ini ditujukan agar pengembangan wilayah dapat dilaksanakan secara seimbang dan merata, mendekatkan pelayanan kepada masyarakat dan meningkatkan kegiatan yang berfungsi sekunder.

Mengembangkan kegiatan ekonomi pada masing-masing SWK yang mampu b.

mendorong perkembangan wilayah dan menyerap tenaga kerja pada SWK tersebut. Strategi ini ditujukan agar terjadi pergeseran kegiatan ekonomi yang selama ini terpusat di pusat kota menjadi menyebar ke seluruh sub wilayah kota.

Meningkatkan ketersediaan fasilitas pada masing-masing sub wilayah kota sesuai c.

dengan skala pelayanan dan daya dukung kawasan. Strategi ini di harapkan bisa mendorong perkembangan sub wilayah kota agar lebih mandiri dalam menyediakan ruang untuk kegiatan ekonomi.

Mendorong pembangunan di Sub Wilayah Kota yang letaknya di pinggiran dan d.

mengendalikan pembangunan fisik di SWK Pusat Kota. Strategi in i dilaksanakan agar beban pusat kota semakin berkurang dan disisi lain perkembangan wilayah pinggiran kota menjadi lebih cepat.

Kebijakan dan Strategi Pengembangan Prasarana dan Sarana Kota.

(4)

Kebijakan pengembangan sistem prasarana dan sarana kota adal ah Peningkatan ketersediaan jaringan prasarana dan sarana kota yang berkualitas, merata, sesuai

prioritas dan daya dukung, meliputi:

Peningkatan kelancaran mobilitas antar wilayah dalam rangka mendorong kegiatan 1.

penduduk melalui peningkatan prasarana dan s arana transportasi dan keterpaduan antar moda.

Pengembangan angkutan umum yang bersifat masal yang aman, nyaman dan murah. 2.

Peningkatan fungsi jaringan drainase sebagai sarana pengendalian banjir dengan 3.

sistem jaringan drainase yang terpadu, berhirarki dan efisien.

Peningkatan pelayanan air bersih yang merata, berkualitas dan berkelanjutan. 4.

Pengelolaan sampah dengan baik dan meningkatkan nilai tambah sampah menjadi 5.

barang yang berguna, serta mengurangi dampak negatif akibat sampah.

Peningkatan layanan teleko munikasi ke seluruh penjuru kota sesuai kebutuhan 6.

dengan seminimal mungkin mengurangi ketersediaan ruang terbuka.

Peningkatan ketersediaan energi serasi dengan rencana pengembangan jaringan 7.

jalan dan pusat kegiatan penduduk.

Pemerataan sarana pendidikan s esuai dengan skala pelayanan dan kebutuhan 8.

penduduk disertai dengan peningkatan kualitas pendidikan.

Peningkatan ketersediaan sarana kesehatan yang berkualitas, merata dan 9.

terjangkau.

Peningkatan kegiatan perdagangan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi kot a 10.

dan penyerapan tenaga kerja.

Peningkatan kegiatan peribadatan dengan penuh toleransi. 11.

Peningkatan ruang untuk fasilitas olah raga dalam rangka meningkatkan kesehatan 12.

masyarakat dan prestasi olah raga.

Strategi Pengembangan Prasarana dan Sarana Kota, st rategi untuk peningkatan kelancaran mobilitas antar wilayah dalam rangka mendorong kegiatan penduduk melalui peningkatan prasarana dan sarana transportasi dan keterpaduan antar moda

sebagaimana disebut angka 1 diatas adalah:

Membangun jalan-jalan baru dan meningkatkan kualitas jalan yang sudah ada. a.

(5)

Meningkatkan fasilitas jalan seperti rambu, lampu, marka, dan sebagainya. Strategi ini b.

ditujukan untuk meningkatkan keteraturan, keamanan dan kenyamanan lalu lintas. Mengembangkan jaringan rel kereta api antar kota dan kereta api perkotaan. Strategi c.

ini ditujukan untuk meningkatkan fungsi angkutan kereta api. Sebagaimana diketahui bahwa angkutan kereta api mempunyai kelebihan dalam beberapa ha l antara lain kapasitas muatannya yang lebih besar daripada angkutan darat lainnya.

Merevitalisasi sistem angkutan sungai agar berfungsi kembali sebagai urat nadi d.

perekonomian kota dan jalur transportasi alternatif. Strategi ini ditujukan untuk mengembalikan kejayaan angkutan sungai di Kota Palembang. Sejak lama angkutan sungai di kota ini telah menjadi sarana transportasi dan perdagangan. Dengan meningkatnya fungsi angkutan sungai, diharapkan akan mengurangi kepadatan transportasi darat.

Mengembangkan dan meningkatkan kualitas transportasi udara. Transportasi udara e.

sangat penting bagi aksesibilitas kota Palembang yang menghubungkan Kota Palembang dengan kota-kota lain di Indonesia dan dunia, oleh karena itu perlu dikembangkan daya tampung dan kualitasnya.

Meningkatkan kualitas manajemen sistem transportasi. Strategi ini dilaksanakan agar f.

sistem transportasi bisa lebih terpadu, efisien dan berkelelanjutan.

Strategi untuk pengembangan angkutan umum yang bersifat masal yang aman, nyaman dan murah sebagaimana disebut dalam angka 2 diatas adalah:

Mengembangkan angkutan masal yang sesuai dengan karakteristik kota. Strategi a.

pengembangan angkutan masal merupakan salah satu upaya dalam hal mengurangi kemacetan lalu lintas. Dipilihnya angkutan busway dan monorail, di karenakan jenis moda ini yang saat ini paling mudah untuk dilaksanakan, membutuhkan ruang yang relatif tidak terlalu besar dan mempunyai kapasitas angkut yang cukup besar.

Menyediakan dan meningkatkan sarana dan prasarana pendukung angkutan masal b.

(terminal, halte, dll). Angkutan umum/masal membutuhkan sarana-prasarana pendukung antara lain jalur, halte, marka, pos pelayanan dan terminal.

Strategi untuk peningkatan fungsi jaringan drainase sebagai sarana pengendalian banjir dengan sistem jaringan drainase yang terpadu, berhirarki dan efisien sebagaimana disebut dalam angka 3 diatas, adalah:

Pembangunan dan peningkatan saluran primer, sekunder dan saluran lingkungan a.

(6)

Memanfaatkan dengan baik jaringan drainase alami baik sungai, anak sungai maupun b.

rawa. Strategi ini ditujukan untuk memaksimalkan manfaat dari adanya drainase alami. Sebagaimana diketahui bahw a Kota Palembang dilalui banyak sungai. Sungai-sungai yang besar antara lain Sungai Musi, Sungai Ogan dan Sungai Komering. Anak-anak sungai yang cukup besar antara lain Sungai SekAnak-anak, Sungai Bendung, Sungai Lambidaro, Sungai Aur dan lainnya. Anak-anak sun gai ini mengalami penurunan fungsi drainase akibat adanya sedimentasi, sampah dan tumbuhan liar. Upaya-upaya normalisasi sungai dan anak sungai perlu terus dilakukan agar sungai dapat berfungsi dengan baik.

Pengelolaan rawa dibagi menjadi rawa konservasi, rawa budidaya dan rawa c.

reklamasi. Strategi ini dilaksanakan agar pemanfaatan rawa menjadi lebih jelas dan dapat disosialisasikan dengan mudah kepada masyarakat. Peraturan daerah tentang rawa sudah dibuat dan sudah ada delineasi yang jelas mengenai lokasi r awa yang bole direklamasi, rawa yang boleh dibudidayakan dan rawa yang merupakan rawa konservasi.

Strategi untuk peningkatan pelayanan air bersih yang merata, berkualitas dan berkelanjutan sebagaimana disebut angka 4 diatas, adalah:

Menambah kapasitas produksi air bersih. Strategi ini merupakan strategi paling utama a.

dalam rangka peningkatan cakupan layanan air bersih. Kapasitas produksi dapat dilakukan dengan membangun Instalasi Pengelolaan Air bersih di lokasi-lokasi yang belum terjangkau layanan selama ini.

Membangun jaringan distribusi baru dan perbaikan jaringan yang sudah tua. b.

Mengurangi tingkat kebocoran air. Strategi ini ditujukan untuk meningkatkan c.

pelayanan tanpa menambah kapasitas, akan tetapi mengurangi tingkat kebocoran baik teknis maupun non teknis.

Strategi untuk pengelolaan sampah dengan baik dan meningkatkan nilai tambah sampah menjadi barang yang berguna, serta mengurangi dampak negatif akibat sampah

sebagaimana disebut angka 5 diatas, adalah:

Meningkatkan kuantitas dan kualitas prasarana d an sarana pengelolaan sampah. a.

(7)

meningkat, maka diperlukan program-program dalam rangka meningkatkan ketersediaan prasarana dan sarana persampahan yang berkualitas dan memadai. Meningkatkan kesadaran dan p eran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah. b.

Sebagaimana diketahui, bahwa sampah merupakan produk masyarakat, maka agar pengelolaan sampah dapat berjalan dengan baik, maka perlu dilaksanakan upaya-upaya meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat agar dapat mengelola sampah yang dihasilkannya mulai dengan kesadaran untuk mengurangi produksi sampah, membuang sampah pada tempatnya, memilah sampah, memanfaatkan sampah dan mendaur ulang sampah.

Strategi untuk peningkatan layanan telekomunikasi ke seluruh penjuru kota sesuai dengan kebutuhan tanpa mengurangi ketersediaan ruang terbuka sebagaimana disebut angka 6 diatas adalah:

Mengembangkan jaringan telepon bawah tanah. Strategi ini ditujukan untuk a.

meningkatkan layanan telekomunikasi dengan memanfaatkan sedikit ruang. Mengembangkan jaringan telepon seluler/nirkabel dengan membangun menara b.

bersama. Saat ini pertumbuhan menara telepon seluler cukup pesat di Kota

Palembang. Perkembangan ini akan membawa dampak pada berkurangnya ruang terbuka dan ada beberap a menara yang didirikan tidak sesuai dengan rencana tata ruang kawasan. Untuk mengurangi dampak tersebut, maka dilakukan dengan cara pendirian menara seluler yang bisa dipakai bersama.

Strategi untuk peningkatan ketersediaan energi serasi dengan rencana p engembangan jaringan jalan dan pusat kegiatan penduduk sebagaimana disebut angka 7 diatas adalah:

Mengembangkan jaringan energi sesuai dengan pengembangan jaringan jalan dan a.

memperhatikan sistem permukiman kota. Strategi diterapkan agar pemenuhan kebutuhan energi kepada masyarakat bisa lebih optimal dan berkelanjutan,

meminimalkan kebutuhan ruang dan memadukan dengan jaringan prasarana yang lain (jalan, telepon, air bersih, drainase).

Mengembangkan jaringan gas rumah tangga. Strategi ini dilaksanakan untuk b.

mendukung kebijakan pemerintah mengenai penggunaan gas sebagai sumber energi rumah tangga.

(8)

Membangun sarana sekolah dan sarana pendukungnya di pusat-pusat permukiman. a.

Strategi ini diterapkan agar sekolah dapat dicapai dengan mudah oleh penduduk. Meningkatkan kualitas pendidikan.

b.

Strategi untuk peningkatan ketersediaan sar ana kesehatan yang berkualitas, merata dan terjangkau sebagaimana disebut angka 9 diatas adalah:

Membangun sarana kesehatan sesuai dengan skala pelayanan dan kebutuhan a.

penduduk. Strategi ini ditujukan untuk menyediakan sarana kesehatan secara merata, sesuai dengan daya dukung penduduk dan tingkat pelayanan yang akan diberikan. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Strategi dapat dilaksanakan melalui b.

serangkaian program dan kegiatan antara lain peningkatan kualitas tenaga kesehatan, kualitas pelayanan puskesmas dan rumah sakit.

Strategi untuk peningkatan kegiatan perdagangan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi kota dan penyerapan tenaga kerja sebagaimana disebut angka 10 diatas adalah:

Meningkatkan ketersediaan sarana perdagangan disertai fasilitas pend ukungnya. a.

Sarana perdagangan sangat dibutuhkan dalam rangka pengembangan sektor perdagangan, sehingga perlu dikembangkan sarana perdagangan yang letaknya strategis dan didukung fasilitas yang memadai.

Menyediakan ruang-ruang untuk pengembangan sektor informal. Strategi ini ditujukan b.

untuk menata keberadaan sektor informal, terutama pedagang-pedagang kaki lima dan usaha-usaha informal lainnya.Sektor informal harus tetap dikembangkan karena dapat menyerap banyak tenaga kerja, hanya saja perkembangan tersebut perlu diikuti dengan upaya-upaya penataan.

Strategi untuk peningkatan kegiatan peribadatan dengan penuh toleransi sebagaimana disebut angka 11 diatas adalah:

Membangun sarana ibadah sesuai dengan kebutuhan penduduk di lokasi pusat-pusat permukiman dan kegiatan penduduk.

Strategi untuk peningkatan ruang untuk fasilitas olah raga dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat dan prestasi olah raga sebagaimana disebut angka 12 diatas adalah:

Memanfaatkan ruang terbuka sebagai sarana olah raga dan rekreasi. Strategi ini a.

(9)

Mempertahankan dan meningkatkan kualitas sarana olah raga yang sudah ada. b.

Beberapa sarana ola h raga resmi seperti stadion dan lapangan olah raga akan tetap dipertahankan dan ditingkatkan kualitasnya.

Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang B.

Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang meliputi kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung dan kawasan budidaya.

Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Lindung. a.

Kebijakan pengembangan kawasan lindung adalah:

Pelestarian kawasan yang akan difungsikan sebagai kawasan lindung 1.

Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat merusa k lingkungan dan 2.

kawasan lindung.

Strategi pengembangan kawasan lindung b.

Strategi untuk pelestarian kawasan yang akan difungsikan sebagai kawasan lindung sebagaimana disebut angka 1 adalah:

Identifikasi kawasan kota yang dapat difungsikan sebagai kawasan lindung. Kawasan 1)

lindung di perkotaan akan diidentifikasi mengenai luasannya dan lokasinya agar lebih mudah dalam penetapannya.

Menetapkan lokasi dan delineasi kawasan lindung kota. Kawasan lindung perlu 2)

didelineasi secara pasti kemudian ditetapkan agar tetap terjaga keberadaannya.

Mewujudkan RTH minimal 30 % dari luas wilayah kota. Strategi ini dilaksanakan untuk 3)

mewujudkan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebanyak 30% seperti yang diamanatkan Undang-undang penataan ruang, karena RTH merupakan salah satu unsur k awasan lindung.

(10)

Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kelestarian lingkungan. 1)

Strategi ini akan b erpengaruh nyata terhadap pelestarian kawasan lindung, karena apabila masyarakat menyadari pentingnya pelestarian kawasan lindung, maka mereka mempunyai rasa memiliki.

Menerapkan disinsentif pada kawasan-kawasan lindung. Strategi disinsentif ini dapat 2)

dilakukan melalui minimalisasi prasarana dan sarana di kawasan lindung, pengenaan aturan-aturan yang ketat, dan sebagainya.

Membangun jalur hijau atau buffer di sekeliling kawasan yang tidak boleh dibangun 3)

(rawa konservasi, kolam retensi, areal TPA sampah).

Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya. c.

Kebijakan Pengembangan Kawasan Budidaya.

Peningkatan dan pengembangan kawasan budidaya secara serasi, terpadu, efisien, produktif dan berkelanjutan, meliputi:

Pengembangan permukiman untuk memenuhi ke butuhan penduduk akan tempat 1.

tinggal yang layak dan terjangkau.

Pengembangan kawasan perkantoran/pemerintahan yang terpadu, efisien dan 2.

lengkap dalam rangka meningkatkan pelayanan publik

Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa di lokasi yang strategis, nyaman dan 3.

berdaya saing

Pengembangan kawasan peruntukan industri yang efisien, produktif dan 4.

berkelanjutan serta didukung dengan prasarana dan sarana yang lengkap

Pengembangan kawasan pariwisata sesuai dengan potensi, karakteristik dan jenis 5.

wisata unggulan

Pengembangan kawasan pertanian yang mampu meningkatkan produktivitas sektor 6.

(11)

Strategi untuk pengembangan permukiman untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan tempat tinggal yang layak dan terjangkau sebagaimana disebut angka 1 adalah:

Mendorong pengembangan perumahan di wilayah baru dengan pola Kasiba/Lisiba. a.

Pengembangan kawasan dengan pendekatan Kasiba-Lisiba diharapkan akan bida menyediakan permukiman dan perumahan kepada penduduk secara terpadu dan efisien.

Mengembangkan perumahan secara vertikal untuk kawasan yang padat penduduk b.

dengan memperhatikan ketersediaan prasarana yang ada. Sebagaimana diketahui bahwa lahan di pusat kota semakin mahal dan terbatas, sehingga diperlukan intensifikasi pemanfaatan lahan melalui pembangunan secara vertikal.

Menata, merehabilitasi dan meremajakan kawasan perumahan/permukiman yang c.

rendah kualitas lingkungannya. Strategi ini ditujukan untuk meningkatkan kualitas lingkungan permukiman.

Melestarikan lingkungan perumahan lama yang mempunyai karakter khusus dari alih d.

fungsi dan perubahan fisik bangunan.

Strategi untuk pengembangan kawasan perkantoran/pemerintahan yang terpadu, efisien dan lengkap dalam rangka meningkatkan pelayanan publik sebagaimana disebut angka 2, adalah:

Menempatkan kantor pemerintahan didalam satu lokasi yang terpadu dan dilengkapi dengan prasarana dan sarana. Strategi ini dilaksanakan agar pelayanan publik dapat dilaksanakan secara lebih efisien. Masyarakat akan dapat langsung menuju pada satu lokasi pusat pemerintahan. Peletakan pusat pemerintahan dalam satu lokasi juga akan lebih memudahkan koordinasi dan komunikasi.

Strategi untuk pengembangan kawasan perdagangan dan jasa di lokasi yang strategis, nyaman dan berdaya saing sebagaimana disebut angka 3, adalah:

Merevitalisasi atau meremajakan kawasan pasar yang tidak tertata dan/atau menurun a.

(12)

Meletakan kawasan perdagangan dan jasa di lokasi yang strat egis, nyaman dan b.

berdaya saing. Sektor perdagangan dan jasa merupakan sektor yang sangat tergantung dari nilai strategis lokasi, terutama aksesibilitas.

Mendorong perkembangan kegiatan perdagangan dan jasa pada pusat-pusat primer c.

dan sekunder. Strategi in i ditujukan untuk mendorong terbentuknya pusat-pusat pertumbuhan di masing-masing pusat sub wilayah kota.

Strategi untuk pengembangan kawasan peruntukan industri yang efisien, produktif dan berkelanjutan serta didukung dengan prasarana dan sarana yang len gkap sebagaimana disebut angka 4, adalah:

Mengidentifikasi jenis industri yang sudah berkembang dan yang akan a.

dikembangkan, kemudian membentuk kluster-kluster industri dan ditempatkan dalam lokasi-lokasi sesuai dengan klusternya untuk meningkatkan efisien si dan daya saing industri.

Mengembangkan industri berwawasan lingkungan. Proses produksi industri selama b.

ini cenderung menjadi faktor utama pencemaran baik udara, air maupun tanah. Semakin banyak kegiatan industri dikhawatirkan akan meningkatkan kadar pencemaran, oleh karena itu perlu dikembangkan industri-industri yang ramah lingkungan.

Menempatkan kawasan industri di lokasi yang dekat dengan sumber bahan baku, c.

sumber tenaga kerja, jalan arteri dan pemasaran. Stategi ini dilaksanakan agar kinerja sektor industri menjadi lebih efisien, mengurangi tingkat mobilitas sumber daya industri dan meningkatkan daya saing industri.

Merelokasi kawasan industri yang sudah tidak sesuai dengan peruntukannya. Di d.

beberapa kawasan terdapat industri-industri yang sekarang i ni sudah berlokasi dekat dengan lingkungan perumahan/permukiman dan di lokasi yang sudah tidak

(13)

Mengidentifikasi, menetapkan dan delineasi kawasan-kawasan pariwisata. Strategi ini a.

dilaksanakan agar kawasan pariwisata dapat dikembangkan secara khusus dan fokus tidak tercampur dengan pemanfaatan lain.

Mengembangkan wisata MICE ( Meeting, Insentive, Convention, Exibition ). Saat ini b.

telah sangat berkembang wisata jenis ini di Kota Palembang, dan untuk di masa mendatang wis ata ini sangat potensial sebagai salah satu jenis wisata yang bisa menarik banyak wisatawan. Pemerintah hanya harus mempersiapkan sarana dan prasarana yang dapat mendukung wisata ini.

Melestarikan kawasan wisata sejarah dan budaya Kota Palembang. Banyak se kali c.

obyek wisata sejarah di Kota Palembang yang sangat potensial untuk dikembangkan.

Melengkapi kawasan pariwisata dengan fasilitas yang mendukung. Strategi ini d.

dilaksanakan untuk meningkatkan daya tarik obyek wisata yang sudah ada. Banyak obyek wisata yang menjadi kurang menarik karena kurangnya fasilitas pendukung.

Meningkatkan aksesibilitas ke kawasan pariwisata. Strategi ini dilaksanakan agar e.

obyak wisata lebih mudah dicapai oleh wisatawan.

Strategi untuk pengembangan kawasan pertanian yang mampu meni ngkatkan produktivitas sektor pertanian sebagaimana disebut angka 6, adalah:

Mempertahankan lahan produktif dari alih fungsi lahan menjadi lahan terbangun. a.

Strategi ini sangat penting karena lahan pertanian subur semakin terbatas, sehingga apabila terjadi alih fungsi lahan tersebut, maka akan mengurangi lahan pertanian subur yang akan berdampak pada luas tanaman dan mengurangi hasil pertanian.

Mengembangkan kegiatan pertanian selain padi antara lain palawija dan buah-b.

buahan. Struktur tanah di Kota Palemban g cocok untuk dikembangkan budidaya palawija dan buah-buahan. Palawija dan buah-buahan dapat dibudidayakan di lahan pertanian yang tidak perlu adanya irigasi teknis, bahkan bisa dilakukan di

pekarangan.

Memanfaatkan lahan pasang surut sebagai lahan pertani an. Sebagaimana diketahui c.

(14)

Mengembangkan kegiatan sektor peternakan dan perikanan. Sebagian lahan di Kota d.

Palembang juga berupa air, sehingga cocok sebagai area budidaya perikanan darat.

Memanfaatkan teknologi budidaya pertanian. Strategi ini dilaksanakan untuk e.

meningkatkan hasil pertanian tanpa menambah lahan pertanian. Pemanfaatan teknologi pertanian akan meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil pertanian.

Mengembangkan konsep agropolitan sebagai pengembangan kawasan pertanian f.

terpadu.

Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Strategis Kota.



Kebijakan Pengembangan Kawasan Strategis A.

Peningkatan potensi kawasan strategis sebag ai kawasan yang mampu menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi kota, tempat pelestarian budaya dan pengelolaan lingkungan hidup.

Strategi Pengembangan Kawasan strategis B.

Mengidentifikasi dan menetapkan kawasan strategis kota berdasarkan kriteria 1.

penetapan kawasan strategis

Menyusun rencana tata ruang kawasan strategis sebagai tindak lanjut 2.

Identifikasi potensi kawasan strategis dilanjutkan dengan perencanaan program 3.

pengembangan kawasan strategis.

Memprioritaskan pengembangan Kawasan Strategis dengan konsep keterpaduan 4.

Rencana Struktur Ruang. 5.1. 3.

Rencana struktur ruang wilayah kota adalah rencana susunan pusat-pusat pelayanan kegiatan kota yang berhirarki sampai 20 tahun mendatang yang satu sama lain

(15)

Sebagai arahan perletakan jaringan prasarana wilayah kota sesuai dengan fungsi b.

jaringannya yang menunjang keterkaitan antar pusat-pusat pelayanan kota.

Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menenga h lima tahunan c.

untuk 20 tahun.

Rencana Sistem Pusat-Pusat Pelayanan Kota



A. Pusat Pelayanan Kota.

1. Sub Wilayah Kota (SWK) Pusat Kota sebagai Pusat Pelayanan Kota (PPK). Sub wilayah kota Pusat Kota ini terdiri dari 44 Kelurahan dengan pusat SWK di sekit ar pasar 16 Ilir. SWK ini ditetapkan sebagai pusat pelayanan kota karena hingga saat ini masih terdapat fungsi-fungsi primer pelayanan kota, yang melayani tidak saja dalam wilayah kota Palembang akan tetapi juga wilayah regional dan nasional. 2. Sub Wilayah Kota (SWK) Jakabaring sebagai Pusat Pelayanan Kota (PPK). SWK

ini terdiri dari 17 Kelurahan dengan pusat SWK di sepanjang koridor Jl. Gubernur Bastari. SWK ini ditetapkan sebagai pusat pelayanan kota baru, karena kondisi eksisting sudah mulai banyak terd apat pusat-pusat pelayanan yang mampu melayani skala kota dan regional. Apalagi dengan adanya rencana kawasan ini dijadikan pusat pemerintahan Provinsi Sumatera Selatan.

B.Sub Pusat Pelayanan Kota.

Sub Wilayah Kota (SWK) Alang-alang Lebar, sebagai Sub-PPK , terdiri dari 6 1.

kelurahan.

Sub Wilayah Kota (SWK) Sukarami sebagai Sub-PPK, terdiri dari 7 kelurahan 2.

dengan pusat SWK di sekitar Kebun Bunga dan sepanjang koridor jalan Kol.Burlian. Sub Wilayah Kota (SWK) Kertapati, sebagai Sub-PPK, terdiri dari 6 kelurah an 3.

dengan pusat SWK di sekitar stasiun Kertapati.

Sub Wilayah Kota (SWK) Gandus, sebagai Sub-PPK, terdiri dari 2 kelurahan 4.

dengan pusat SWK di sekitar kantor kecamatan Gandus.

Sub Wilayah Kota (SWK) Plaju sebagai Sub-PPK, terdiri dari 7 kelurahan, dengan 5.

pusat SWK di sekitar Pasar dan Terminal Plaju.

Sub Wilayah Kota (SWK) Lemabang, sebagai Sub-PPK, meliputi 9 kelurahan 6.

dengan pusat SWK di sekitar Pasar Lemabang.

Sub Wilayah Kota (SWK) Sako, sebagai Sub-PPK, meliputi 9 kelurahan dengan 7.

(16)

C. Pusat Pelayanan Lingkungan.

Pusat pelayanan lingkungan adalah kawasan yang mempunyai fungsi melayani pelayanan di skala lingkungan. Pusat lingkungan ini tersebar di seluruh Wilayah Kota Palembang, terutama di kawasan-kawasan permukiman atau pusat pemerintahan kelurahan.

Rencana Sistem Jaringan Prasarana.



A. Sistem Jaringan Prasarana Transportasi.

1. Transportasi Darat.

a. Transportasi Jalan Raya.

1) Rencana Jaringan Jalan

a) Kebutuhan Jalan

Perkiraan kebutuhan prasarana jalan didas arkan pada ketentuan bahwa kebutuhan luas jalan dihitung dari 20 % luas lahan terbangun. Panjang jalan merupakan hasil pembagian luas jalan dengan lebar jalan rata. Lebar rata-rata jalan nasional sebesar 12 meter, jalan propinsi sebesar 12 meter dan jalan kota sebesar 10 meter. Jadi lebar rata-rata jalan di Kota Palembang adalah 10,67 meter atau 0,01067 km. Perkiraan kebutuhan panjang jalan dapat dirumuskan sebagai berikut :

xL

Pj0,2

Dimana :

Pj : Panjang jalan yang dibutuhkan

L : Luas lahan terbangun

Luas lahan terbangun pada tahun 2007 adalah 12.386 Ha atau 123,86 km 2,

dengan demikian kebutuhan luas jalan adalah seluas 2.477 Ha atau 24,77 km2. Berdasarkan perhitungan tersebut maka luas jalan yang ada di Kota

Palembang kekurangan sebesar 16,21 km2 atau 1.62 0,71 Ha dimana panjang

jalan yang ada saat ini telah mencapai 802,52 km atau sekitar 8,56 km 2

(17)

b) Rencana Sistem Jaringan Jalan.

Gambar 3.1. Sistem jaringan Jalan Primer

Dilihat dari kriteria tersebut, maka jalan di Kota Palembang yang tergolong dalam sistem jaringan primer adalah:

Jalan Arteri Primer di Kota Palembang, meliputi: 1.

Jalan yang menghubungkan PKN dengan PKW (Kayuagung, Muara

(18)

Mahmud Badarudin, Jl. Gubernur Bastari , Jl. Lingkar Selatan, Jl. Sukarno-Hatta, Jl. Raya Perumnas-Terminal Alang-Alang Lebar.

Jalan menuju Bandara dan Pelabuhan primer (Tanjung Api-Api) adalah

-Jl. Harun Sohar, -Jl. Akses Bandara, , -Jl. Tanjung Api-Api.

Jalan Kolektor Primer di Kota Palembang, y aitu jalan yang terhubung 2.

dengan kawasan fungsi primer II (Boom Baru, PUSRI, Pertamina, Terminal Plaju, Terminal Jakabaring, Pasar Induk, CBD, pelabuhan 35 Ilit), antara lain, Jl. Perintis Kemerdekaan, Jl. Yos Sudarso, Jl. Residen A. Rozak (Patal Pusri), Jl. RE Martadinata, Jl. Yos Sudarso, Jl. Ryacudu, Jl. Pangeran Ratu, Jl. Ahmad Yani, Jl. DI. Panjaitan, Jl. Mayor Zen, Jl. AKBP Cek Agus, Jl. Dr. M. Isa, Jl. Slamet Riyadi, Jl. Kapten Abdullah, Jl.

(19)

Gambar 3.2. Sistem jaringan Jalan Sekunder

Dilihat dari kriteria tersebut, maka jalan di Kota Palembang yang termasuk didalam sistem jaringan jalan sekunder adalah:

Jalan Arteri Sekunder, yaitu jalan yang menghubungkan pusat kota dengan 1.

sub wilayah k ota lainnya atau jalan yang berada di kawasan kegiatan skala kota, meliputi, Jl. Angkatan 45, Jl. Demang Lebar Daun, Jl.

(20)

Jalan Kolektor sekunder yaitu jalan yang menghubungkan kawasan fungsi 2.

sekunder II atau kegiatan skala sub wilayah kota (SWK), antara lain, Jl. Radial, Jl. POM IX, Jl. KH Azhari, Jl. Panca Usaha, Jl.Dempo, Jl. Rasyad Nawawi, Jl. Sosial, Jl. Sukabangun, Jl. Bambang Utoyo, Jl. Musi Raya Sako, Jl. Sudarman Ganda Subrata, Jl. Jaksa Agung R.Suprapto, Jl. Letkol Iskandar, Jl. Kol. Atmo, Jl. Hisbullah, Jl. Tengkuruk Permai, Jl. Srijaya Negara, Jl. Bangau, Jl. Rajawali, Jl. Lin gkaran, Jl. Srijaya Negara, Jl. Mayor Ruslan, Jl. Gajah Mada, Jl. Ahmad Dahlan, Jl. Diponegoro, Jl.Syahyakirti, Jl.TKR Kadir, Rustam Effendi.

Jalan Lokal Sekunder yaitu jalan yang terhubung dengan kawasan fungsi 3.

sekunder III atau kegiatan skala lingkungan (kecamatan), antara lain Jl. Insektur Marzuki, Jl. Sosial, Jl. Perindustrian, Jl. Muhamad Mansyur, Jl. Letnan Murod, Jl. Makrayu Jl. Ahmad Dahlan, Jl. Ratu Sianum, Jl. Sultan Agung, Jl. Mangku Bumi, Jl. Kartika, Jl. Talang Buruk, Jl. Tanjung

Barangan, Jl. Sofyan Kenawas, Jl Siarang, dan jalan lokal lainnya.

Rencana pembangunan dan pengembangan jalan di Kota Palembang antara lain:

Pembangunan dan Pengembangan Jalan Arteri Primer. 1.

Pembangunan Jalan Lingkar Luar Timur, yang menghubungkan Jl.

-Tanjung Api-Api sa mpai ke Plaju-Sungai Gerong dan melewati wilayah Kota Palembang sebelah timur dan sebagian besar masuk ke wilayah Kab, Banyuasin.

Pembangunan Jalan Lingkar Timur Dalam (Inner Ring Road) yang

-menghubungkan kawasan Plaju melewati Pulau Kemarau dan dihubungkan dengan Jembatan Musi IV kemudian ke arah Sungai Lais, Sako, Sukarami dan tembus ke Jl. Tanjung Api-Api.

Pembangunan Jalan Lingkar luar Barat, yang menghubungkan Jl.

-Indralaya-Palembang ke Jl. Palembang-Jambi melewati wilayah Kel. Karyajaya, Keramasan, Pi lokerto, Gandus, Bukit Baru dan Siring Agung.

Rencana Pembangunan Jalan Tol yaitu Tol Palembang Betung dan 2.

(21)

Pembangunan dan Pengembangan Jalan Lokal. 5.

c) Penanganan Simpang dan Pembangunan Jembatan.

Kinerja suatu jaringan jalan sangat dipengaruhi oleh kinerja suatu

persimpangan. Dengan meminimalkan tundaan dipersimpangan diharapkan waktu tempuh antar zona/kawasan dapat diminimalkan. Kinerja jaringan jalan dapat pula ditingkatkan dengan cara meratakan atau membagi beban suatu penggal ruas jalan (jembatan) dengan cara membangun jembatan yang menghubungkan 2 (dua) wilayah yang sam a (Ulu dan Ilir) yang letaknya berdampingan (pada jarak tertentu), sehingga dapat menjadi alternatif lain yang dapat dipilih oleh pemakai jalan.

Belum adanya determinasi pola pergerakan internal dan eksternal di Kota Palembang, menyebabkan terjadinya tump ang tindih pergerakan pada sistem sekunder yang seyogyanya melayani pergerakan internal.

Pembangunan fly over dan under pass selain memperhatikan aspek teknis dan ekonomis harus juga memperhatikan aspek lingkungan dan estetika. Pembangunan fly over sudah dilaksanakan di satu persimpangan utama, yaitu di Simpang POLDA. Adanya fly over di simpang ini mengurangi kemacetan di kawasan ini cukup signifikan, akan tetapi justru menambah penumpukan lalulintas di simpang Charitas dan Sekip. Untuk itu perlu dilakukan penanganan kembali di simpang-simpang utama yang lain, yaitu simpang R.S. Charitas, simpang Patal Pusri, simpang Ampera Jakabaring, Simpang Tanjung Api-Api, dan simpang Kampus.

Pengembangan jalan lingkar dimaksud, baik yang sudah diimplementasikan maupun yang masih dalam tahap perencanaan terdiri dari pembangunan 6 buah jembatan musi. Prioritas pembangunan jembatan musi tersebut meliputi :

Rencana pembangunan jalan lingkar Simpang Jl. A. Yani (Kelurahan 

13 Ulu) – Jembatan Musi III – Kelurahan 8 Ilir – Jl. M. Isa;

Rencana pembangunan jalan lingkar Arah Tj. Api-api – Kelurahan 

(22)

Kelurahan Sukamulya (Sako) – Kelurahan Sei Selincah (Kalidoni) – Jembatan Musi IV – Pulau Kemarau;

Rencana pembangunan jalan lingkar Simpang Jl. Wahid Hasyim 

(Kelurahan 2 Ulu) – Jembatan Musi V – Kelurahan 29 Ilir – Jl. Kapt. A. Riva’i.

Rencana pembangunan jalan lingkar Kelurahan Karyajaya – Jembatan

Musi VI – Kelurahan Pulo Kerto – Bukit Baru – Siring Agung – Arah Sekayu (Jambi);

2) Manajemen Transportasi Jalan Raya Kota Palembang.

a) Pengelolaan Parkir.

Salah satu pengelolaan system transportasi jalan raya adalah dengan pengelolaan dan pengendalian parkir, baik on street maupun off street parking. Pen gaturan parkir dilakukan dengan cara menetapkan

pembatasan bagi daerah-daerah yang biasa digunakan untuk parkir on street, mendorong pengembangan fasilitas off street, serta membebaskan kawasan-kawasan rawan macet dari kegiatan parker, terutama di kawasan yang padat kendaraan.

b) Pembatasan Lalu Lintas

Selain pembatasan lahan parkir, alternatif lain yang dapat digunakan adalah pembatasan lalu lintas. Pembatasan lalu lintas ini dimaksudkan untuk menciptakan kenyamanan dan mengembalikan fungsi rekreasi pada kawasan-kawasan tertentu (seperti kawasan sekitar Jembatan Ampera, 16 Ilir dan kawasan Benteng, Kambang Iwak)

c) Pengaturan dan Pengendalian Penggunaan Lahan.

Disadari bahwa antara transportasi dan tata guna lahan memiliki

(23)

Dengan adanya interaksi timbal balik tersebut, maka perlu dikembangkan integrasi antara penggunaan lahan serta rencana transportasi yang ada. Bentuk dari integrasi tersebut adalah identifikasi secara benar daerah-daerah ya ng direncanakan akan difungsikan sebagai kawasan industri, kawasan perdagangan/jasa, kawasan wisata, kawasan

permukiman/perumahan dan kawasan pendukung kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat lain.

Oleh karena itu penyediaan trasportasi dilaksanakan dalam bentuk penyediaan jaringan trayek angkutan umum dan jaringan jalan yang

mampu mendorong rute angkutan yang efisien. Penyediaan transportasi dilakukan dalam mendukung pengembangan kawasan prioritas

pengembangan wilayah yaitu Gandus, Alang-Alang Lebar, Jaka baring, Sako dan Kalidoni.

d) Pengaturan Transportasi Barang

Rencana penempatan lokasi terminal angkutan barang akan dibangun pada kawasan Terminal Terpadu Karya Jaya. Terminal Terpadu Karya Jaya pula direncanakan memiliki terminal sebagai daerah pergudan gan. Disamping adanya Terminal Terpadu Karya Jaya, terdapat pula pasar induk grosir buah-buahan dan sayuran yang berlokasi di kawasan Jaka Baring. Dengan beroperasinya pasar induk Jaka Baring, maka akan terjadi perubahan jalur angkutan barang (khususnya tr uk) yang semula bongkar muat dikawasan 16 Ilir akan berpindah ke pasar induk Jaka Baring. Dengan adanya kondisi tersebut diharapkan beban arus lalu lintas angkutan barang tidak akan bertumpu dipusat Kota Palembang, melainkan menyebar kekawasan pinggiran Kota, khususnya pada rencana jalan lingkar.

3) Rencana Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Angkutan

Umum.

a) Kebutuhan Angkutan Umum yang Berkualitas.

Konsep pengembangan angkutan massal Kota Palembang

mempertimbangkan arah struktur ruang Kota Palembang. Pengembangan pilihan teknologi angkutan massal di Kota Palembang memerlukan kriteria untuk mengukur rute-rute angkutan massal yang akan dipilih.

(24)

Bus Trans Musi 1.

Monorail 2.

Aerobus 3.

MRT 4.

b) Jenis-Jenis Angkutan Umum yang Layak Dikembangkan Di Kota

Palembang.

Beberapa jenis angkutan umum yang layak dikembangkan pada masa yang akan datang mengarah pada sistem angkutan umum massal. Pilihan

teknologi angkutan m assal yang dikembangkan di Kota Palembang adalah sebagai berikut :

Busway. 1.

Monorail 2.

Aerobus. 3.

c) Rencana Jalur/Trayek Angkutan Umum Dalam Wilayah Kota.

Tabel 5.1.

Rencana Koridor Jalur Bus Trans Musi

(25)

Koridor II

(Terminal Sako – PIM)

Terminal Sako– Jl.Sako Raya – Jl.Siaran – Jl. Musi Raya - Jl. H. Abdul Rozak (Patal Pusri) – Jl.R.Sukamto – Jl. Jend. Basuki Rahmat – Jl. Demang Lebar Daun – Jl. Srijaya Negara – Jl.JAR. Suprapto – Jl.KH. Ahmad Dalan – Jl.Danie Effendie - PIM (Jl.Radial)

2.

Koridor III

(Jakabaring – Ampera – PIM)

Term. Jakabaring - Jl.Pangeran Ratu – Jl.Gub.Hasan Bastari – Jl. Mayjen Ryacudu – Ampera – Jl.Sudirman –

Jl.Letkol.Iskandar – Jl.HM. Danie Effendie – Jl.Merdeka

Koridor IV

(Plaju – Kertapati –

Karyajaya)

Term. Plaju – Jl.DI.Pandjaitan - Jl. A.Yani – Jl. Ki Merogan – Stasiun Kertapati – Jl.Sriwijaya Raya - Term.Karyajaya

Koridor V

(Bandara SMB II –

Bukit Siguntang)

Bandara SMB II – Jl.Harun Sohar – Simpang Tanjung Api-api – Jl.Soekarno Hatta – Jl.Prameswara – Jl.Demang Lebar Daun – Bukit Siguntang

3

Koridor VI (Terminal AAL – Musi II –

Karyajaya)

Terminal AAL – Jl.SMB II – Jl. Soekarno Hatta – Jl. Alamsyah Ratu Prawiranegara – Jl.Mayjen Yusuf Singadikane

–Jl.Sriwijaya Raya – Term. Karyajaya

Koridor VII (Sako –

Pusri – PIM)

Term Sako – Jl.Siaran – Jl. Musi Raya – Jl.Residen Abdul Rozak – Jl.RE. Martadinata – Jl.Perintis Kemerdekaan – Jl.Veteran – Jl.Kapt.Ahmad Rivai – KH.Ahmad Dahlan – PIM (Jl.Radial)

Koridor VIII (Kenten

Laut – Dempo – JM)

Kenten Laut –Jl.MP.Mangkunegara – Jl.AKBP Cek Agus – Jl.Cek rifai Cek Yan – Jl. Bangau - Jl.Rajawali – Jl.Rasyid Nawawi – Jl.Brigadir Abdul Kadir – Jl.Lingkaran 1 – Jl.Lorong Dempo – Jl. Dempo Luar - Jl.Dempo – JM

Tabel 5.2.

Rencana Pengembangan Monorail Kota Palembang

Koridor Rute

(26)

Koridor II Sei Lais – 11 Ilir - Jl.Kedaton - Jl. Ki Gede Ing Suro – Jl.Sedo Ing Lautan - 36 Ilir

Koridor III Term. Karyajaya – Jl.Sriwijaya Raya – Jl.Ki Merogan – Jl. KH. Wahid Hasyim – Jl.Ahmad Yani – Jl.Panjaitan – Plaju

Sumber : Studi Sistem Angkutan Massal Kota Palembang, 2009

d) Integrasi Antar Moda

Intergrasi antar moda adalah perpaduan pelayanan angkutan umum massal dari dua atau beberapa jenis moda angkuta n umum yang berbeda. Pada kondisi eksisting saat ini, di Kota Palembang terdapat 2 (dua) system transportasi umum dalam kota yang telah ada, antara lain angkutan kota, dan angkutan sungai.

e) Alokasi Ruang Untuk Pengembangan Angkutan Umum.

Alokasi ruang y ang dibutuhkan untuk pengembangan Angkutan umum antara lain terminal dan halte.

b. Rencana Pengembangan Transportasi Kereta Api.

Transportasi kereta api merupakan salah satu moda transportasi darat yang diharapkan bisa menjadi alternatif bagi penduduk da lam melaksanakan kegiatan dan mobilitasnya. Sarana angkutan kereta api bisa untuk angkutan penumpang dan barang. Rencana pengembangan transportasi kereta api di Kota Palembang mencakup pengembangan system angkutan kereta api regional (antar wilayah) dan sistem angkutan kereta api perkotaan (dalam kota).

2. Transportasi Sungai.

Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan angkutan sungai di Kota Palembang, rencana pengembangan transportasi sungai meliputi :

Rencana pengembangan jaringan angku tan sungai meliputi rute pelayaran a.

Benteng Kuto Besak (BKB)-Sungai Lais, Tangga Buntung,

(27)

Penyatuan angkutan sungai dan pariwisata akan mampu meningkatkan kualitas b.

layanan angkutan umum, karena umumnya layanan pariwisata memiliki persyaratan pelayanan yang tinggi.

Pengembangan angkutan sungai dengan sistem buy the service, untuk c.

mendukung terintegrasinya moda transportasi di Kota Palembang.

Pembangunan dermaga antara lain Dermaga Pulokerto 1 dan 2, Solok Betutu, d.

Simpang tiga mesjid Jamik, Wringin Karya Baru, Solok Udang, TPKS Karang Anyar, Tanah Malang, Serengam Songket 32 Ilir, Mesjid Suro, Sekanak, Markas Bekang, ruma h Buruk, 3-4 Ulu, 5 Ulu, Kawah Tengkurep, Batu Ampar 1 Ilir, Tangga Takat, Pedatuan, Kertapati, Intirub, Pulau Kemarau, Hoktong, Bagus Kuning, assegaf dan Tuan Kentang.

Pengembangan moda angkutan sungai seperti bus air, speed boat, dan kapal. e.

Pembangunan sarana pendukung angkutan sungai seperti rambu air, SPBU. f.

3. Transportasi Laut

Rencana pengembangan transportasi laut Kota Palembang meliputi :

Semua kegiatan bongkar muat untuk kapal yang berbobot lebih dari 7 ton hanya a.

boleh dilakukan di kawasan pelabu han laut, dengan arahan penempatan lokasi di Pelabuhan Tanjung Api-Api, Boom Baru dan 35 Ilir.

Kegiatan bongkar muat untuk pelabuhan penyebrangan yang mempunyai bobot b.

kurang dari 7 ton diarahkan penempatan lokasinya di Sei Lais.

Pengaturan alur pelayaran menuju dan dari pedalaman menurut bobot/tonase c.

kapal yang melayaninya.

Kegiatan pelabuhan yang melayani kegiatan penumpang diarahkan pada lokasi d.

pelabuhan 35 Ilir (Dishub). Sedangkan untuk pelabuhan yang melayani kegiatan bongkar muat barang dilakukan di Pelabuhan Boom Baru.

4. Transportasi Udara

Pengembangan bandara Sultan Mahmud Badaruddin II akan dilakukan sesuai standar keselamatan operasi penerbangan. Pengelolaan bandara SMB II saat ini dilakukan oleh PT. Angkasa Pura II. Rencana pengembangan ke depan antara lain:

Peningkatan atau perpanjangan landasan pacu sehingga dapat didarati pesawat

(28)

lebar, maka diharapkan keinginan bandara Sultan Mahmud Badaruddin II sebagai embarkasi haji dapat segera tercapai.

Peningkatan kualitas pelayanan bandara. Pelayanan Bandara SMB II saat ini

-boleh dikatakan sudah bertaraf internasional, akan tetapi masih tetap harus ditingkatkan.

Peningkatan fasilitas bandara. Sebagai salah satu upaya peningkatan p elayanan,

-maka fasilitas bandara harus tetap ditingkatkan.

Penataan ruang yang lebih ketat di sekitar bandara. Bandara merupakan kawasan

-khusus yang harus diperhatikan penataan ruangnya, terutama yang menyangkut keselamatan operasional bandara.

B. Rencana Sistem Jaringan Energi.

Jaringan Listrik 1.

Jaringan listrik di Kota Palembang dan sekitar merupakan Interkoneksi antar pusat-pusat pembangkit PLN Wilayah IV Sumatera Selatan Rayon Kota Palembang dan peningkatan PLTU Kertapati PT. BA. Bukit Asam Tanjung Eni m. Ada 2 macam tegangan yaitu 70 KV dan 150 KV, dimana jaringan 70 KV pada lingkaran bagian dalam dan jaringan tegangan 150 KV pada lingkaran bagian luar. Jaringan-jaringan tersebut menghubungkan antara gardu induk atau pembangkit sebanyak 12 lokasi di K ota Palembang dan sekitarnya (8 di Kota Palembang dan 4 dipinggiran

sekitarnya). Untuk distribusi di wilayah Kota Palembang terdapat 2 sistem pelayanan transmisi yakni di Palembang Ilir dan Palembang Ulu dengan tegangan 70 KV dan 150 KV.

Sistem jaringan listrik Kota Palembang sampai saat ini masih menggunakan sistem jaringan kabel atas. Namun untuk 15 tahun kedepan idealnya sudah harus dipikirkan sistem jaringan kabel listrik bawah tanah khususnya untuk bagian wilayah pusat kota dan pada jaringan-jaringan utama serta kawasan-kawasan khusus.

Sistem Jaringan Minyak dan Gas 2.

(29)

disusun rencana pengembangan gas rumah tangga ini di Kecamatan Seberang ulu I, Seberang Ulu II, Ilir Timur I, Ilir Barat II, Bukit Kecil dan Gandus.

Rencana pengembangan sistem jaringan gas Kota Palembang, meliputi:

Pengembangan dan peningkatan pelayanan jaringan yang sudah antara lain di 1.

Kel.Lorok Pakjo, Kel. Siring Agung, Jl. Perindustrian, Perumahan Bukit Nusa Indah dan Kel. Lebong Gajah.

Rencana pembangunan jaringan pipa transmisi yaitu di Jl. Alamsyah Ratu 2.

Perwira Negara sampai dengan Jl. Residen Abdul Rozak.

Rencana pipa distribusi meliputi Komplek Poligon, Jl. Tanjungrawa, Jl.

Parameswara, Jl. Macan Lindungan, Jl. Kancil Putih, Jl. Putri Kembang Dadar, Jl. Hulubalang, Jl. Sultan M. Mansyur, Jl. Inspektur Marzuki, Jl. Mesuji, Jl. Basuki Rahmad, Jl. Simanjutak, Jl. Cambai agung, Jl. Swadaya, Jl. Sersan Sani, Jl. Angkatan 66, Jl. Seduduk Putih, Jl. Kebon Sirih dan Perumahan PHDM.

C. Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi

1. Sistem Jaringan Telepon Berkabel.

Sistem jaringan kabel primer dan sekunder saat ini sudah menggunakan kabel bawah tanah, hanya dari kabel rumah box telepon pembagi menggunakan kabel atas. Untuk di masa yang a kan datang dalam kurun waktu tahun 2009-2029 sistem tersebut diharapkan dapat ditingkatkan, untuk kawasan baru hendaknya sistem kabel atas dari rumah box telepon pembagi ke rumah-bangunan sudah sistem bawah tanah/sistem instalasi yang menyatu dengan rencana kawasan tersebut.

2. Sistem Jaringan Telepon Seluler.

Rencana pengembangan telekomunikasi di Kota Palembang antara lain:

Menara telekomunikasi seluler merupakan menara bersama dimana setiap satu

-menara harus bisa menampung 5 BTS.

Menara hanya bisa didir ikan di zona-zona yang diperbolehkan dan sesuai

-dengan rencana tata ruang kota.

Setiap pendirian menara harus memiliki perizinan resmi yang dikeluarkan oleh

-Pemerintah Kota Palembang.

Jarak masing-masing menara minimal 200 meter.

(30)

Berpedoman pada Peraturan Menteri PU Nomor 17/PRT/M/2007 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kota, maka sistem jaringan sumber daya air meliputi:

Sistem jaringan sumber daya air lintas negara, lintas provinsi, lintas 1.

kabupaten/kota, yang berada pada kota yang bersangkutan.

Wilayah sungai di wilayah kota, termasuk waduk, situ dan embung pada wilayah 2.

kota.

Sistem jaringan irigasi yang berfungsi mendukung kegiatan pertanian di wilayah 3.

kota.

Sistem jaringan air baku untuk air bersih. 4.

Sistem pengendalian banjir di wilayah kota. 5.

Berdasarkan kriteria diatas maka jaringan sumber daya air yang ada di Kota

Palembang adalah 1). Wilayah sungai; 2). Jaringan air baku untuk air bersih; dan 3). Sistem pengendalian banjir.

Rencana Sistem Prasarana Drainase. E.

Rencana penanganan daerah genangan Kota Palembang dengan mengembangkan kolam retensi (retention basin/Polder) berfungsi untuk menyimpan sementara air ketika musim hujan. Saat ini sudah ada 19 kolam retensi yang dibangun di Kota Palembang. Menurut studi mas terplan drainase Kota Palembang, setidaknya dibutuhkan 33 kolam retensi di Kota Palembang, sehingga masih kurang sekitar 14 unit kolam retensi. Kekurangan ini akan dipenuhi sampai dengan 20 tahun mendatang secara bertahap. Rencana kolam retensi antara lain di:

Sub DAS Gandus yaitu kolam retensi Pulo Kerto dan Gandus. 1.

Sub DAS Gasing, yaitu kolam retensi Bukit Baru, Talang Bulu dan Alang-Alang 2.

Lebar I, II.

Sub DAS Lambidaro, yaitu kolam retensi Bukit Baru, Gandus, Talang Kelapa, 3.

Karya Baru, Siring Agung I,II.

Sub DAS Boang, yaitu kolam retensi Bukit Lama. 4.

Sub DAS Bendung, yaitu kolam retensi 9 Ilir 5.

Sub DAS Buah, yaitu kolam retensi Bukit Sangkal, Duku dan Sei Buah. 6.

Sub DAS Lawang Kidul Kolam retensi Kel. 2 Ilir. 7.

Sub DAS Selincah, yaitu Kolam retensi Sei Selincah. 8.

(31)

Sub DAS Aur, yaitu kolam retensi Silaberanti. 12.

Rencana Sistem Prasarana Air Bersih/Air Minum. F.

Untuk perencanaan perkembangan Kota Palembang di masa mendatang, diusahakan agar masyarakat yang selama ini memperoleh air bersih untuk kebutuhan sehari-hari dari sumur, sungai atau sebagainya, dapat menikmati pelayanan air bersih dari PDAM. Adapun program-program yang akan dilaksanakan adalah:

Memperluas cakupan pelayanan menjadi 100% dengan penambahan jumlah 1.

pelanggan melalui:

Pemasangan jaringan perpipaan transmisi dan distribusi pada wilayah a.

perluasan untuk berbagai diameter antara lain di Jl. Sukarno-Hatta, Jl.

Gubernur H Bastari, Jl Sriwijaya Raya, Jl. Yusuf Singedikane, Jl. Ki Merogan, Jl. Letkol Iskandar, Jl. Perumnas Raya, Jl. HBR Motik, Jl. Dencik Asari, Jl. Kartika, Jl. Talang Buruk, Jl. Tanjung Barangan, Jl. Tanjung Aur, Jl. Tridarma Soak Bujang, Jl. Sofyan Kenawas, dan jalan lainnya yang belum teraliri air bersih.

Pembangunan Booster Pump di Gandus dan Tegalbinangun Plaju. b.

Penambahan pompa air baku dan daya PLN pada Intake yang c.

memerlukan.

Peningkatan kapasitas terpasang seluruh IPA. d.

Menurunkan tingkat kehilangan air dengan melakukan : 2.

Rehabilitasi pipa dinas dan meter air pelanggan (House Connection). a.

Penggantian meter (rusak, macet, mundur, umur > 5 tahun, dll). b.

Pemetaan pelanggan (program GIS) untuk seluruh pelanggan. c.

Rehabilitasi jaringan perpipaan distribusi, terutama pipa-pipa tua (eks. d.

peninggalan Belanda).

Pemasangan alat ukur input sistem. e.

Zonisasi terpadu dengan penerapan District Meter Areas (DMA’s) dan f.

pressure management di berbagai lokasi.

Meningkatkan kualitas pelayanan menuju pelayanan yang prima melalui: 3.

Penambahan Unit Kantor Pelayanan. a.

Memperbanyak lokasi payment point dengan melakukan kerjasama dengan b.

perbankan, PT. POS secara online sistem.

Peningkatan kontinuitas pengaliran menuju pengaliran 24 jam untuk seluruh c.

wilayah pelayanan.

(32)

Sosialisasi secara aktif dan rutin melalui media cetak dan elektronik e.

Meningkatkan 4.

penerimaan serta melakukan efisiensi biaya di semua aspek kegiatan meliputi: Peningkatan efisiensi penagihan bulan berjalan.

a.

Penambahan lokasi loket pembayaran dan kemudahan sistem pembayaran. b.

Pemasangan Variable Speed Drive (VSD) pada panel pompa. c.

Penggantian pompa air baku dan air bersih yang sudah tua. d.

Penyempurnaan prosedur pengadaan barang dan jasa dengan menganut e.

sistem : singkat, murah dan terukur.

Pengawasan penggunaan anggaran secara ketat. f.

Rencana Sistem Prasarana Persampahan. G.

Dalam penanganan sampah ini menggunakan standar yang ada, bahwa setiap orang mengeluarkan sampah perharinya 2.5-3 Kg atau 0.0025 m3/hari. Guna mendukung

terlaksananya penanganan sampah tersebut maka telah disiapkan lokasi TPA yang berada di Kelurahan Karya Jaya (Kecamatan Seberang Ulu I) dengan luas 40 Ha dengan sistem yang di pakai Sanitary Land Fill, sehingga mengimbangi pertambahan penduduk di masa yang akan datang.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam kaitannya dengan penanganan

persampahan, antara lain melalui peningkatan kesadaran masyarakat, serta sosialisasi budaya dan kebiasaan membuang sampah pada tempatnya.

Berdasarkan hasil analisis volume sampah di wilayah perencanaan pada tahun 2019 sebanyak 411 m3/hari yang berasal dari sumber domestik dan sebesar 235 m3/hari untuk sampah non domestik. Sedangka n timbulan sampah pada akhir perencanaan tahun 2029 sebanyak 1 m3/hari yang berasal dari sumber domestik sebesar 1.040 m3/hari, sumber non domestik sebesar 594 m3/hari.

(33)

dan Kelurahan Sukajaya (Sukarami) yang terintegrasi dengan TPA sampah. Untuk pengangkutan lumpur tinja tersebut disediakan mobil tangki penyedot tinja.

Rencana program pengembangan jaringan prasarana air limbah antara lain:

Penyuluhan kepada penduduk dalam peningkatan kesadarannya akan pentingnya 1.

kesehatan dengan menghilangkan kebiasaan untuk membuang kotorannya

disembarang tempat sebagai kosekuensinya penduduk diharap kan untuk membangun sendiri sarana sanitasi ditempat tinggal masing-masing.

Penyediaan kendaraan pengangkut tinja untuk membersihkan dan menguras lumpur 2.

tinja pada tangki septik yang sudah penuh

Monitoring untuk memantau pengelolaan air limbah domestik, se rta kuantitas dan 3.

kualitas badan-badan air yang ada.

Penyusunan Masterplan jaringan air limbah, dilanjutkan dengan studi kelayakan dan 4.

rancangan detail pembangunan prasarana limbah.

Pembangunan IPAL dan IPLT di beberapa lokasi terpilih. 5.

Pembangunan jaringan pipa air limbah. 6.

Pengembangan kelembagaan pengelola air limbah. 7.

Rencana Jalur Pejalan Kaki. I.

Jalur pejalan kaki di tepi/sisi jalan. 1.

Jalur I, mulai dari Ampera-Jl. Sudirman-Jl.Kapten Rivai-Jl.Angkatan 45-Jl. POM IX-

-Jl. Radial--Jl. Mujahidin--Jl.Temon-Benteng Kuto Besak – Ampera.

Jalur II, mulai dari Benteng Kuto Jl. Merdeka- Kambang Iwak

Besak

-Kambang Iwak Kecik-Jl.Kapten A.Rivai-Jl.Radial-Jl.Letkol Iskandar-Jl.Sudirman-Mesjid Agung-Monpera-Benteng Kuto Besak.

Dalam jangka panjang, sisi jalan di selur uh Kota Palembang akan dibangun jalur

-pejalan kaki dan jalur sepeda.

Jalur pejalan kaki di tepi/sisi sungai, yaitu di tepi/sisi sungai Musi, Sekanak dan 2.

Bendung serat anak-anak sungai lainnya.

Jalur pejalan kaki di RTH, berupa jalur pejalan kaki di sisi ta man yaitu di Taman 3.

(34)

Jalur pejalan kaki di dalam kawasan komersial, direncanakan diutamakan di 4.

kawasan perdagangan 16 Ilir, Palembang Square , Palembang Trade Centre, Palembang Indah Mall, Komplek Ilir Barat Permai.

Rencana Penyediaan Sarana/Fasilitas Kota



Sarana Pendidikan A.

Rencana pengembangan sarana pendidikan dilakukan terutama di wilayah

pengembangan perumahan baru dan daerah yang belum te rjangkau pelayanannya dengan skala pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan serta diikuti oleh profesional dan jumlah guru di setiap sekolah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan. Distribusi fasilitas pendidikan disesuaikan dengan struktur hirarki pelayanan yang didasari jenjang pendidikannya. Untuk fasilitas pendidikan yang pelayanan berskala regional ditempatkan pada kawasan tertentu yang berhubungan dengan transportasi lalu lintas regional. Untuk fasilitas pendidikan dasar dan menengah yang pelayanannya berskala kota didistribusikan dibagian wilayah kota/kecamatan, kelurahan hingga lingkungan, khusus untuk fasilitas pendidikan menengah lanjutan atas diarahkan ke pusat-pusat bagian wilayah kota dan untuk akademi dan perguruan tinggi pengembangan disesuaikan dengan kebutuhan.

Sarana Kesehatan B.

Pengembangan fasilitas kesehatan kesehatan ini disesuaikan dengan macam dan jenis pelayanan kesehatan yang ada dengan jenjang pelayanannya masing-masing. Adapun jenjang tingkat pelayanan, Rumah sakit Umum kelas A deng an skala pelayanan tingkat nasional, Rumah Sakit Umum kelas B skala pelayanan tingkat propinsi, Rumah Sakit umum kelas C skala pelayanan tingkat kota, Rumah Sakit Umum kelas D skala pelayanan tingkat kota wilayah kota/kecamatan, Puskesmas skala pelayanan t ingkat kecamatan, Puskesmas Pembantu skala pelayanan tingkat kelurahan, Poliklinik/Rumah Bersalin /Pos Kesehatan terpadu/Pos KB, Rumah sakit Khusus lainnya (misal: Rumah sakit Paru, Mata, Lepra dan lain-lain) penyediaan disesuaikan dengan kabutuhan atas da sar indikasi penyakit khusus dengan skala pelayan tingkat propinsi/kota.

Sarana Perdagangan C.

(35)

Dalam pengembangan fasilitas perdagangan ini, pengalokasian fasilitas perdagangan di Kota Palembang dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

Rencana pengembangan fasilitas perdagangan disesuaikan dengan rencana jaringan a.

jalan dan didukung oleh utilitas yang baik.

Lokasi sebaiknya tidak dekat dengan fasilitas peribadatan dan fasilitas pendidikan. b.

Lokasi sebaiknya dekat dengan lokasi permukiman dan terjangkau oleh transportasi c.

umum.

Sarana Olah Raga dan Rekreasi. D.

Fasilitas hiburan/rekreasi adalah fasilitas yang diperuntukkan bagi masyarakat kota guna penyegaran dari kegiatan rutin sehari-hari disamping juga dapat dijadikan sebagai kontak interaksi sosial (fasilitas sosial), juga berfungsi sebagai tempat mengingatkan kita

terhadap lingkungan atau alam, dan nilai-nilai sejarah budaya. Fasilitas hiburan/rekreasi ini dapat berupa bangunan dan ataupun kawasan yang bernilai sejarah budaya ataupun berupa alam (pantai, pengembangan perairan sungai, danau, dan lain-lain). Pada

Umumnya bangunan atau kawasan bagi fasilitas hiburan atau rekreasi tidak terdapat pada semua bagian wilayah kota, sehingga perlu digali potensi yang ada pada masing-masing wilayah kota tersebut.

Rencana Pola Ruang Wilayah. 5.1. 4.

Rencana Pola Ruang wilayah kota adalah rencana distribusi peruntukan ruang wilayah kota yang meliputi peruntukan ruang untu k fungsi lindung dan fungsi budidaya sampai dengan akhir masa berlakunya RTRW Kota yang dapat memberikan gambaran

pemanfaatan ruang wilayah kota sampai dengan 20 tahun mendatang.

Rencana kawasan lindung A.

Pengertian kawasan lindung menurut Keputusan Presid en RI Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup, yang mencakup sumberdaya alam serta sumberdaya buatan guna pembangunan berkelanjutan. Dalam penetapan dan pengelolaan kawasan lindung, maka kawasan lindung yang akan ditetapkan di Kota Palembang meliputi wilayah daratan yang terdiri atas :

(36)

Kawasan perlindungan setempat 2.

Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya. 3.

Kawasan Rawan bencana 4.

Kawasan lindung lainnya. 5.

Di Kota Palembang, kawasan lindung sebagaimana disebut dalam Presiden RI Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17/PRT/M/2009 tentang Pedoman P enyusunan RTRW Kota hanya berupa kawasan perlindungan setempat yaitu sempadan sungai, sempadan kolam retensi/rawa, Ruang Terbuka Hijau (RTH), kawasan cagar budaya dan rawa konservasi serta rawa budidaya.

Rencana kawasan budidaya B.

Kawasan budidaya kota adalah kawasan di wilayah kota yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kota, kawasan budidaya di perkotaan terbagi menjadi:

Kawasan perumahan yang dirinci menjadi perumahan berkepadatan tinggi, 1.

perumahan berkepadatan sedang dan perumahan berkepadatan rendah.

Kawasan perdagangan dan jasa yang diantaranya terdiri atas pasar tradisional, pusat 2.

perbelanjaan dan pasar modern.

Kawasan perkantoran yang bisa dirinci menjadi kawasan perkantoran pemerintah dan 3.

perkantoran swasta.

Kawasan peruntukan industri 4.

Kawasan pariwisata, terdiri dari wisata alam, wisata budaya dan wisata buatan. 5.

Kawasan pertanian. 6.

Ruang Terbuka Non Hijau. 7.

Ruang evakuasi bencana. 8.

Kawasan peruntukan lainnya, antara lain kawasan untuk penyediaan fasilitas 9.

(37)

Kawasan Tepian Sungai Musi (Kawasan Strategis Sosial-Budaya) o

Ide dasar Penataan Kawasan Tepian Sungai Musi dilakukan dengan mempertimbangkan potensi-potensi pengembangan yang dimilik i oleh kawasan sepanjang tepian sungai, dan memperhatikan pula kendala-kendala yang ada.

Kawasan Jakabaring (Kawasan Strategis Pertumbuhan Ekonomi) o

Kawasan Wilayah Pengembangan Jakabaring termasuk ke dalam kawasan strategis pertumbuhan ekonomi yang akan d ikembangkan menjadi kawasan terpadu dengan berbagai fasilitas. Saat ini telah dibangun fasilitas olah raga dan perkantoran

pemerintahan. Luas Kawasan SWK Jakabaring sekitar 2.023 Ha.

Gambar 3.3. Rencana Pengembangan Kawasan Jakabaring

Kawasan Agropolitan Gandus (Kawasan Strategis Pertumbuhan ekonomi) o

Agropolitan merupakan kota berbasis pertanian yang tumbuh dan berkembang seiring jalannya sistem pengelolaan usaha agribisnis, sekaligus mampu melayani, mendorong, menarik, serta mengelola pembangunan pertanian (agribisnis) di sekitarnya.

Dipilihnya gandus dengan Pulokerto sebagai kawasan sentral pertanian terpadu bukan tanpa alasan. Pulokerto, daerah yang terletak di bagian barat Kota Palembang dan

(38)

Rencana Jalan Arteri Sekunder Ke Terminal Alang-Alang Lebar (Type A)

Jambi, Pekan Baru, Medan

Kawasan Perumnas

Ke Bandar Udara SMB II Pelabuhan Tanjung Api api LOKASI

KAWASAN PERENCANAAN

yang besar. Kawasan Agropolitan Gandus adalah kawasan pertanian dengan dukungan sarana dan prasarana perkotaan di wilayah Kecamatan Gandus Kota Palembang

Gambar 3. 4 Kawasan Agropolitan Gandus

Kawasan Kasiba-Lisiba Talang Kelapa (Kawasan Strategis Per tumbuhan o

Ekonomi)

Pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman untuk jangka pendek, menengah dan panjang, perlu diselenggarakan dengan pengembangan permukiman skala besar melalui Kawasan Siap Bangun (Kasiba) dan Lingkungan Siap Bangunan (Lisiba) yang berdiri sendiri sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kota Palembang.

(39)

Gambar 3.5 Kasiba Lisiba Talang Kelapa

Kawasan CBD Pusat Kota (Kawasan strategis Pertumbuhan Ekonomi) o

Kawasan pusat kota merupakan ruang tempat terkonsentrasinya berbagai kegiatan primer yang membentuk citra kota, diantaranya kegiatan perkantoran, perdagangan dan jasa serta peny ediaan fasilitas dan utilitas skala regional. Kondisi ini mengakibatkan

pemanfaatan lahan pusat kota cenderung intensif dan sering meninggalkan kaidah/aturan yang berlaku berkaitan dengan pemanfaatan lahan tersebut. Berbagai aturan yang

diterapkan memiliki tujuan untuk menata agar perkembangan kota, terutama pada pusat kota lebih terarah sesuai dengan fungsi yang akan ditetapkan.

Kawasan Industri Karya Jaya (Kawasan Strategis Pertumbuhan Ekonomi) o

Kawasan Industri adalah satuan areal yang secara fisik didominasi oleh kegiatan industri dan mempunyai batasan tertentu. Kawasan industri terdiri dari berbagai satuan lokasi industri yaitu:

Kompleks Industri (Industrial Complex) a.

Yaitu suatu areal atau lahan peruntukan yang secara khusus disediakan bagi

sekumpulan kegiatan industri yang mempunyai keterkaitan proses produksi mulai dari industri dasar/hulu dan industri hilir yang biasanya dibentuk berdasarkan efisiensi biaya produksi.

Estat Industri (Industrial Estate) b.

Yaitu suatu areal atau lahan peruntukan yang secara khusus disediakan untuk menampung berbagai jenis kegiatan industri terutama industri hilir yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas dan sarana untuk memberikan kemudahan bagi kegiatan industri yang pengelolaannya ditangani oleh suatu badan usaha tersendiri.

Lahan Peruntukan Industri c.

(40)

atau plotting setempat yang secara fisik dalam pertumbuhan akan menjadi kawasan industri.

Kawasan Berikat (Bonded Zone) d.

Suatu kawasan dengan batas-batas tertentu di wilayah pabean Indonesia yang didalamnya diberlakukan ketentuan-ketentuan khusus di bidang pabean.

Pembangunan Kawasan Industri Karya Jaya memerl ukan suatu perencanaan yang matang dan komprenhensif untuk dapat memberikan manfaat secara ekonomi, kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan.

Kawasan Taman Purbakala Situs Sriwijaya Karanganyar (kawasan Strategis o

Sosial Budaya)

.

Gambar 3.6 Kawasan Strategis Taman Purbakala Situs Sriwijaya

Pusat Penelitian Arkeologi Nasional pada tahun 1990 telah merekomendasikan

pembuatan taman purbakala di Situs Karanganyar sebagai Pusat Informasi tentang Studi Sriwijaya. Untuk itu perlu didirikan museum lapangan (field museum) yang dapat

menampung segala hasil penelitian baik berupa temuan arkeologis, maupun bahan

informasi kepustakaan mengenai Sriwijaya. Pusat informasi ini juga berfungsi memberikan informasi kesejarahan Palembang dari masa ke masa. Di sisi lain, taman purbakala ini dapat dikembangkan menjadi tempat wisata budaya sekaligus terlestarikannya sisa-sisa peninggalan masa Sriwijaya (Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, 1993).

Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 5.2.

(41)

(RPJMD) Kota Palembang ini merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Walikota yang terpilih secara langsung dengan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kota Palembang.

Dalam rang ka mendukung perencanaan pembangunan nasional, Pemerintah Kota Palembang juga memperhatikan kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat dan struktur tata pemerintahan. Oleh karena itu RPJMD Kota Palembang juga memperhatikan permasalahan yang menjadi li ngkup nasional maupun amanat pembangunan yang diberikan oleh pemerintah pusat. Sumber daya daerah yang dialokasi selain untuk mengatasi permasalahan-permasalahan internal di Kota Palembang juga diupayakan mendukung penyelesaian masalah yang menjadi agenda nasional dengan memperhatikan RPJM Nasional.

RPJMD Kota Palembang merupakan acuan dan pedoman dasar pembangunan yang ingin dicapai Kota Palembang dan juga merupakan pedoman manajerial bagi Kepala Daerah beserta perangkatnya dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pemberian pelayanan kepada masyarakat. RPJMD Kota Palembang berisikan

informasi tentang sumber daya yang diperlukan dimana dalam penyusunan RPJMD Kota Palembang dilakukan dengan berbagai bentuk pendekatan, diantaranya pend ekatan politis, akademis, teoritis dan historis, serta sosial kemasyarakatan. Keluaran dan dampak yang tercantum dalam dokumen RPJMD Kota Palembang ini berupa indikasi yang hendak dicapai dan bersifat tidak kaku, yaitu berupa strategi pembangunan; arah keb ijakan keuangan; arah kebijakan umum; serta program pembangunan Kota Palembang untuk kurun waktu lima tahun; peran dan fungsi daerah sebagaimana telah disepakati,

pandangan kepala daerah tentang pembangunan periode sebelumnya, serta posisi dan muatan Daerah yang disusun guna mencapai visi dan misi Walikota terpilih.

Visi dan Misi 5.2. 1.

Sesuai dengan visi dan misi dari Walikota Palembang, maka visi pembangunan Kota Palembang adalah: “Palembang Kota Internasional, Sejahtera dan Berbudaya 2013”

Untuk mewujudkan Vi si Kota Palembang tersebut, maka dirumuskan pernyataan-pernyataan Misi sebagai berikut:

Misi Pertama : Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang cerdas, sehat, bermoral,

(42)

Adapun tujuan d an sasaran yang akan diwujudkan sebagai cermin dari pelaksanaan misi pertama ini adalah:

Terciptanya tenaga kerja yang berdaya saing internasional a.

Tujuan ini dijabarkan dalam sasaran tahunan sebagai berikut: Meningkatnya mutu pendidikan masyarakat

-Meningkatnya jumlah guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV

-Meningkatnya minat baca masyarakat

-Meningkatnya kualitas tenaga kerja.

-Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat b.

Tujuan ini dijabarkan dalam sasaran tahunan sebagai berikut: Meningkatnya kualitas sarana dan prasarana kesehatan

-Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan masyarakat

-Terciptanya pemuda yang mandiri dan olaraga yang berprestasi c.

Tujuan ini dijabarkan dalam sasaran tahunan sebagai berikut: Meningkatnya kualitas pemuda

-Meningkatnya prestasi olahraga

-Terwujudnya toleransi dan kerukunan hidup beragama dalam masyarakat d.

Tujuan ini dijabarkan dalam sasaran tahunan sebagai berikut: Meningkatnya kerukunan hidup beragama

-Strategi pembangunan yang ditentukan:

Peningkatan kualitas pendidikan dan latihan bagi seluruh stake holders.

-Peningkatan pembinaan budaya, iman dan takwa bagi seluruh stake holders.

-Peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

-Perluasan akses bagi masyarakat akan penguasaan ilmu pengetahuan dan

-teknologi.

Misi Kedua : Meningkatkan kes ejahteraan dan peran serta masyarakat dalam

pembangunan.

Gambar

Gambar 3.1. Sistem jaringan Jalan Primer
Gambar 3.2. Sistem jaringan Jalan Sekunder
Tabel 5.1.
Tabel 5.2.
+6

Referensi

Dokumen terkait

Misi 3 : Meningkatkan infrastruktur daerah baik prasarana, jalan, air bersih, energi listrik, penanganan limbah, yang sesuai dengan kebutuhan daerah

RPI2JM Bidang Cipta Karya Kota Surakarta Tahun 2014 V-82 Rencana peningkatan kualitas permukiman Kota Surakarta terbagi menjadi beberapa segmen kawasan penanganan seperti

(1) SPAM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, diarahkan untuk perluasan jaringan pelayanan di seluruh kecamatan, penekanan penurunan kehilangan air dan

Optimalisasi pemanfaatan ruang kawasan strategis untuk mendukung pembangunan permukiman dan infrastruktur dalam kerangka menanggulangi kawasan permukiman kumuh.dan

Perkotaan Wonosari Perkotaan Semanu, Playen, Panggang, Semin, Karangmojo, Rongkop, dan Nglipar Ya , APBD Prop, APBD Kab Bappeda dan DPU 2 Pengembangan

Wilayah (PKW) yaitu daerah perkotaan atau kota yang mempunyai wilayah pelayanan yang mencakup beberapa kawasan atau kabupaten yang diarahkan.. pengembangannya sebagai kota besar

program pengembangan dan penataan Ruang Terbuka Non Hijau yang tersebar di wilayah Kota Parepare Kota Parepare APBN/APBD Prov./APBD Kota/Swasta Dinas Kebersihan, Lingkungan

ekstensifikasi permukiman baru pada kawasan yang melebihi luas 2 (dua) hektar, dikembangkan dengan konsep rencana tapak terintegrasi dengan RDTR Kecamatan, peraturan