BAB V
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN SAMOSIR
5.1. Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Samosir
Visi, Misi dan Program Pembangunan Daerah Kabupaten Samosir Tahun 2011-2015 merupakan
Visi, Misi dan Program Kepala Daerah Kabupaten Samosir yang terpilih melalui pemilukada yang telah
ditetapkan menjadi visi dan misi pembangunan daerah Kabupaten Samosir tahun 2011-2015. Pemerintah
Kabupaten Samosir telah merumuskan visi dan misi pembangunan daerah Kabupaten Samosir tahun
2011-2015. Adapun Visi Kabupaten Samosir sebagai berikut:
“ Samosir Menjadi Daerah Tujuan Wisata Lingkungan Yang Inovatif
2
015 ”
Adapun tujuan penataan ruang Kabupaten Samosir adalah ”Mewujudkan ruang wilayah kabupaten
yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan nilai-nilai luhur budaya lokal untuk
mencapai Samosir sebagai Bona ni Pinasa yang lebih indah dan lebih damai menuju masyarakat Sejahtera.” Adapun Tujuan Penataan Ruang dalam RTRW Kabupaten Samosir dititik beratkan pada upaya untuk mengembangkannya sebagai daerah tujuan wisata yang berbasis ekologi. Semua kegiatan
yang ditata di atas ruang Kabupaten, baik yang berada di daratan Sumatera maupun di Pulau Samosir,
harus mempertimbangkan sistem lingkungannya. Tidak ada satu kegiatan pun yang ditata dengan
mengubah bentang alam asli yang sudah ada. Bentang alam (landscape) alami Kabupaten Samosir harus
dipertahankan agar visi Kabupaten sebagai daerah tujuan wisata yang berbasis pada kekayaan alam,
dapat tercapai.
5.1.1. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Samosir
Berdasarkan pada perumusan tujuan penataan ruang Kabupaten Samosir serta merujuk maka
rumusan kebijakan penataan ruang bagi Kabupaten Samosir meliputi kebijakan struktur ruang dan
kebijakan pola ruang, meliputi:
1. Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Kawasan Lindung
Kebijakan Pengelolaan Kawasan Lindung adalah Pelestarian dan Pemantapan fungsi lindung pada
bagian-bagian wilayah yang akan atau tetap memiliki fungsi lindung. Strategi Pengelolaan Kawasan
Lindung adalah strategi yang perlu dilakukan dalam rangka ” Pelestarian dan Pemantapan fungsi lindung
pada bagian-bagian wilayah yang akan atau tetap memiliki fungsi lindung” adalah:
a) Kegiatan budidaya atau kegiatan produksi yang berlangsung di dalam kawasan lindung dibatasi
perkembangannya dan kegiatan yang berada di dalam hutan lindung, dikenakan sanksi;
b) Pemanfaatan kawasan budidaya yang terkena dampak pemantapan kawasan lindung dengan
ditetapkannya RTRW Kabupaten ini, dapat diberikan kompensasi lahan di luar kawasan lindung dan
c) Membatasi atau enclaving permukiman yang terdapat di dalam kawasan lindung yang
luasnya disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat dan silsilah berkembangnya
permukiman tersebut;
d) Penghentian sama sekali atau pemindahan permukiman penduduk di sepanjang tepi sungai dan
danau akan dilakukan jika dinilai telah meng
e) Ganggu fungsi sungai dan danau tersebut;
f) Memberdayakan masyarakat dalam menjaga kawasan lindung, serta membina kegiatan perladangan
dan permukiman tradisional di dalamnya;
g) Mengendalikan pemanfaatan ruang pada kawasan lindung sesuai dengan fungsi hutan lindung yang
telah ditetapkan;
h) Menjaga konsistensi dan keterpaduan pemanfaatan kawasan lindung pada daerah-daerah perbatasan
dengan kabupaten di tepian Danau Toba;
2. Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Kawasan Budidaya
Kebijakan Pengelolaan Budidaya adalah pengembangan kawasan budidaya baik untuk kegiatan
produksi maupun untuk permukiman diarahkan pada pengoptimalan pemanfaatan ruang untuk
kegiatan-kegiatan budidaya sesuai dengan kemampuan daya dukung lingkungannya dan pengendalian
pemanfaatan ruang pada kawasan budidaya untuk menghindari terjadinya konflik antar kegiatan atau
sektor. Strategi yang perlu dilakukan dalam rangka ”Pengembangan kawasan budidaya baik untuk
kegiatan produksi maupun untuk permukiman diarahkan pada pengoptimalan pemanfaatan ruang untuk
kegiatan-kegiatan budidaya sesuai dengan kemampuan daya dukung lingkungannya dan pengendalian
pemanfaatan ruang pada kawasan budidaya untuk menghindari terjadinya konflik antar kegiatan atau
sektor antara lain:
a) Pengembangan kawasan pariwisata yang terintegrasi dengan semua sektor terutama pada
lokasi-lokasi yang memiliki potensi wisata, baik wisata alam, wisata budaya, wisata religius, maupun wisata
buatan;
b) Pengembangan kawasan hutan produksi yang sesuai dengan cara pengelolaan hutan produksi
terbatas dan diarahkan hanya di wilayah kabupaten yang berada di daratan sumatera saja;
c) Pengembangan kawasan hutan di wilayah kabupaten yang berada di pulau dikembangkan dengan
konsep agroforestry dan hutan wisata;
d) Pengembangan potensi pertambangan diarahkan pada kegiatan-kegiatan penggalian pada
lokasi-lokasi deposit mineral strategis sepanjang tidak rawan terhadap terganggunnya ekosistem dan harus
melalui studi dampak lingkungan yang disesuaikan dengan skala produksi penggalian tersebut;
e) Pengembangan kawasan perikanan dilakukan di kawasan perairan danau toba dan badan-badan air
yang berada di daratan secara lestari;
f) Pengembangan budidaya pertanian dan perkebunan diarahkan pada lahan budidaya non hutan yang
g) Pengembangan kawasan industri dan zona industri diarahkan dengan skala produksi rumah tangga
dan usaha kecil pada lokasi strategis mempunyai keterkaitan dengan wilayah penghasil bahan baku
serta akses terhadap sarana dan prasarana pemasaran.
3. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sektor Perekonomian
Kebijakan dalam rangka pengembangan sektor perekonomian Kabupaten Samosir adalah sebagai
berikut:
a) Memicu dan mendorong pertumbuhan wilayah pada kawasan-kawasan budidaya dengan
meningkatkan aksesibilitas daerah, yang meliputi transportasi darat, danau dan penyebrangan, serta
udara; menambah kuantitas dan kualitas prasarana dan sarana dasar wilayah, dan mengembangkan
kegiatan penelitian maupun penerapan teknologi tepat guna;
b) Meningkatkan intensitas dan skala ekonomi sentra-sentra produksi pertanian, perkebunan, dan
perikanan untuk pelayanan kebutuhan domestik, dan dalam jangka panjang untuk kebutuhan ekspor
dengan cara mengembangkan inovasi dan teknologi yang sesuai dan ramah lingkungan.
Berdasarkan kebijakan tersebut, maka strategi dalam rangka ”Memicu dan mendorong pertumbuhan wilayah pada kawasan-kawasan budidaya dengan meningkatkan aksesibilitas daerah, yang meliputi
transportasi darat, danau dan penyebrangan, serta udara; menambah kuantitas dan kualitas prasarana
dan sarana dasar wilayah, dan mengembangkan kegiatan penelitian maupun penerapan teknologi tepat
guna, serta meningkatkan intensitas dan skala ekonomi sentra-sentra produksi pertanian, perkebunan,
dan perikanan untuk pelayanan kebutuhan domestik, dan dalam jangka panjang untuk kebutuhan ekspor dengan cara mengembangkan inovasi dan teknologi yang sesuai dan ramah lingkungan” ditempuh melalui:
a. Peningkatan daya saing sektor-sektor unggulan, meliputi sektor pariwisata, pengangkutan, perikanan
dan pertanian tanaman pangan;
b. Peningkatan kapasitas produksi sektor-sektor potensial, meliputi sektor perkebunan, kehutanan, jasa
dan perdagangan, industri kecil dan menengah, dan penggalian sebagai sektor penunjang gerakan
pembangunan dan perekonomian;
c. Perbaikan kinerja sektor pendukung, meliputi sektor jasa konstruksi, pelayanan listrik dan air minum
yang dikembangkan untuk mendukung pembangunan Kabupaten;
d. Pembangunan sektor sebagaimana yang dimaksud dalam poin a dan b harus diikuti oleh kajian
kelayakan ekonomi dan lingkungan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Prasarana dan Sarana Dasar Wilayah
Kebijakan dalam rangka pengembangan prasarana dan sarana dasar wilayah Kabupaten Samosir
adalah menyediakan prasarana dan sarana dasar wilayah sesuai dengan kebutuhan kegiatan
perekonomian, permukiman penduduk, dan keterkaitan antar wilayah yang meliputi bidang sumber daya
prasarana dan sarana dasar wilayah sesuai dengan kebutuhan kegiatan perekonomian, permukiman
penduduk, dan keterkaitan antar wilayah yang meliputi bidang sumber daya air, energi dan listrik,
telekomunikasi, dan transportasi adalah:
a. Strategi Pengembangan Prasarana Sumber Daya Air
a.1. Pengadaan air untuk pertanian tanaman pangan adalah dengan memanfaatkan sumber daya
air permukaan dengan mengembangkan saluran-saluran irigasi secara komunal terutama untuk
lahan-lahan produktif;
a.2. Pengadaan air untuk industri diarahkan untuk memanfaatkan sumber air permukaan dan
sumber air bawah tanah dengan pengadaan dan pengelolaan mandiri;
a.3. Pengadaan air untuk sektor perdagangan, perhubungan, perkantoran dan rumah tangga
perkotaan dilakukan terutama oleh pemerintah melalui Perusahaan Daerah.
b. Strategi Pengembangan Prasarana energi dan listrik
b.1. Peningkatan kapasitas produksi melalui penambahan gardu-gardu distribusi dari Pusat
Pembangkit Listrik Tenaga Air Asahan berdasarkan pusat-pusat kegiatan permukiman
penduduk;
b.2. Pengembangan pembangkit-pembangkit listrik berskala kecil dengan basis energi tersedia
setempat, seperti tenaga air, angin, matahari, dan energi lainnya untuk satuan-satuan
permukiman pedesaan.
c. Strategi Pengembangan Prasarana telekomunikasi
c.1. Pemenuhan kebutuhan prasarana telekomunikasi untuk Kabupaten disesuaikan dengan sistem
kota-kota dan wilayah pelayanannya;
c.2. Peningkatan prasarana telekomunikasi untuk mendukung kegiatan pemerintahan,
perdagangan dan jasa, permukiman, rekreasi dan hiburan serta sekolah.
d. Strategi Pengembangan Prasarana dan sarana transportasi
d.1. Pengembangan Transportasi Darat menekankan pada perbaikan kondisi jaringan jalan nasional
dan provinsi dan penambahan panjang jaringan jalan kabupaten; perbaikan sarana angkutan
umum dan angkutan barang; penataan sistem terminal yang terintegrasi dengan transportasi
danau dan penyebrangan;
d.2. Pengembangan transportasi danau dan penyeberangan menekankan pada pembukaan jalur
penyebrangan antar kabupaten pada simpul-simpul transportasi yang strategis dengan
memperbaiki teknologi perkapalan danau dan penyebrangan; menambah jumlah dan frekuensi
lalu lintas armada, menambah daya tampung dermaga; menjalin kerja sama dengan
pemerintah daerah yang bertetangga untuk pembiayaan dan pengoperasiannya;
d.3. Pengembangan Transportasi Udara menekankan pada rencana pengembangan Lapangan
Terbang untuk meningkatkan aksesbilitas regional Kabupaten Samosir dan dalam jangka
5. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Prasarana Permukiman
Kebijakan dalam rangka pengembangan prasarana permukiman di wilayah Kabupaten Samosir
adalah sebagai berikut:
a) Kebijakan pengembangan Prasarana Permukiman secara umum diarahkan sesuai dengan
karakteristik setempat, yaitu penyebaran pada kawasan-kawasan perkotaan yang mempunyai status
administrasi pemerintahan, seperti ibukota kabupaten dan ibukota kecamatan; dan penyebaran pada
kawasan perdesaan yang memiliki potensi untuk dikembangkan;
b) Kebijakan Pengembangan Prasarana Permukiman pada Kawasan perkotaan menekankan pada
integrasi penyediaan sarana perumahan dengan kebutuhan prasarana dan sarana dasar secara
proporsional dengan tata letak permukiman yang mempertimbangkan nilai-nilai budaya batak;
c) Kebijakan Pengembangan Prasarana Permukiman pada kawasan perdesaan, penyediaan sarana
perumahan diarahkan jaraknya tidak jauh dari lokasi mata pencahariannya dan dengan pola
mengelompok sampai dengan 50 unit rumah untuk memudahkan pelayanan prasarana dan sarana
dasar wilayah.
Sedangkan strategi-strategi yang harus dilakukan untuk mengimplementasikan kebijakan-kebijakan
pengembangan prasarana permukiman di atas adalah sebagai berikut:
a) Penataan kawasan permukiman di daerah jalur hijau atau sempadan danau atau kawasan dalam
radius 50 meter dari pinggiran danau dapat dipertahankan selama tidak merusak kualitas lingkungan
sekitarnya;
b) Pembangunan jalan lingkungan perumahan di tepi danau untuk mendorong perairan danau toba
sebagai beranda depan kawasan permukiman;
c) Penataan sarana pemakaman didalam kawasan permukiman penduduk diatur dalam rencana tata
ruang yang lebih rinci dalam wilayah kecamatan.
6. Kebijakan dan Strategi Pemanfaatan Sumber Daya Alam
Kebijakan Pemanfaatan Sumber Daya Alam harus secara berkeadilan dan berkelanjutan bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang sejalan dengan makin meluasnya tuntutan
masyarakat untuk memperoleh kualiatas lingkungan hidup yang makin baik. Strategi-strategi dalam
rangka pemanfaatan sumber daya alam meliputi:
a. Pemanfaatan sumber daya tanah dan air untuk kegiatan produksi, yang meliputi kegiatan pertanian
tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan keramba jala apung, perikanan darat
menggunakan dengan konsep agropolitan dan agrowisata;
b. Pemanfaatan sumber daya hutan adalah mengutamakan produksi hasil hutan-non kayu dan
pengoptimalan fungsi hutan untuk kegiatan wisata penelitian atau wisata petualangan;
c. Pemanfaatan sumber daya mineral adalah dengan membatasi kapasitas produksi penggalian dalam
jenis skala usaha kecil dan usaha rumah tangga;
d. Pemanfaatan sumber daya alam lainnya dilakukan dengan tetap memperhatikan nilai manfaatnya bagi
7. Kebijakan dan Strategi Pemanfaatan Pengembangan Sosial Kependudukan
Kebijakan pemanfaatan pengembangan sosial kependudukan Kabupaten Samosir adalah
menyeimbangkan pola distribusi penduduk, mengelola dinamika kependudukan, dan memberdayakan
pranata sosial di dalam masyarakat.
a. Strategi menyeimbangkan pola distribusi penduduk diarahkan pada kawasan-kawasan
pengembangan sektor-sektor unggulan yang terdistribusi dalam tiga kelompok wilayah, yaitu:
a.1. Kawasan distribusi primer, meliputi Kecamatan Pangururan, Simanindo, Kecamatan Onan
Runggu, dan Kecamatan Harian;
a.2. Kawasan distribusi sekunder, meliputi Kecamatan Nainggolan, Kecamatan Palipi, dan
Kecamatan Sianjur Mula-mula;
a.3. Kawasan distribusi tersier, meliputi Kecamatan Sitio-tio dan Kecamatan Ronggur Nihuta.
b. Strategi mengelola dinamika penduduk menekankan pada peningkatan faktor penarik terjadinya
migrasi penduduk masuk ke wilayah kabupaten dengan membuka kesempatan kerja pada sektor
unggulan meliputi sektor pariwisata, pengangkutan, perikanan dan pertanian tanaman pangan dengan
tetap mengedepankan partisipasi warga kabupaten;
c. Strategi memberdayakan pranata-pranata sosial di dalam masyarakat diberdayakan untuk mendukung
kegiatan pemanfaatan ruang secara obyektif untuk kesejahteraan seluruh masyarakat kabupaten.
5.1.2 Kebijakan Pola Ruang Kabupaten Samosir
Rencana pola ruang menggambarkan letak dan luasan dari kegiatan-kegiatan budidaya dan
lindung. Pola ruang didapatkan dengan melakukan delineasi (batas-batas) kawasan kegiatan sosial,
ekonomi, budaya dan kawasan-kawasan lainnya, sehingga didapatkan kategori kawasan budidaya dan
kawasan lindung. Secara umum, pembagian kategori kawasan dilakukan agar terwujud keseimbangan
antara fungsi ekonomi dan lingkungan. Rencana Pola Ruang, terbagi atas kawasan lindung dan kawasan
budidaya. Penetapan kawasan lindung bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada
kawasan-kawasan sekitar dalam memasok air, mencegah longsor, meminimalisasi dampak gempa bumi dan
menjaga fungsi hidrologi ekosistem danau dan kawasan sekitarnya.
a. Kawasan Lindung
Kawasan lindung memiliki fungsi utama melindungi kelestarian fungsi sumber daya alam dari
kegiatan budidaya sehingga membentuk fungsi lindung dari ekosistem suatu wilayah. Kawasan-kawasan
yang berfungsi lindung, yaitu 1) hutan lindung dan kawasan konservasi serta resapan air yang berfungsi
memberikan perlindungan kawasan bawahannya; 2) kawasan jalur hijau (sempadan sungai, sempa dan
sungai danau) yang berfungsi perlindungan setempat; 3) kawasan rawanbencana, yang terdiri dari
kawasan rawan letusan gunung api, kawasan rawan gempa, rawan patahan, dan rawan tanah longsor; 4)
kawasan konservasi air baku, yang berfungsi untuk mengamankan gangguan aktivitas manusia terhadap
perairan memiliki potensi sebagai sumber air baku; 5) kawasan cagar budaya, yang berfungsi untuk
kawasan lindung lainnya, yang memiliki kerentanan fisik, seperti tanah berbatu, lahan kritis di kelerengan
terjal, dan lain-lain. Berikut penjelasan mengenai variabel-variabel pembentuk kawasan lindung, yaitu
sebagai berikut:
1. Hutan, baik hutan produksi tetap, hutan produksi terbatas dan hutan tanaman industri yang telah ada
berdasarkan peraturan/perundangan yang berlaku tetap dipertahankan keberadaannya;
2. Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air
hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akuifer) yang berguna sebagai sumber air.
Tujuan perlindungan kawasan resapan air pada kawasan hutan/rawa sungai dan City Ponds adalah
untuk memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air hujan pada daerah resapan air tanah untuk
keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan penanggulangan banjir, baik untuk kawasan
bawahannya maupun kawasan yang bersangkutan;
3. Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai, yang mempunyai manfaat penting
untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Sempadan sungai yang dilindungi ini ditanami
berbagai tanaman keras sehingga fungsi perlindungan kawasan dapat tercapai, sekaligus sebagai
jalur hijau. Adapun tanaman keras yang dapat dikembangkan antara lain adalah tanaman
buah-buahan seperti rambutan, mangga, nangka, durian, dan tanaman perkebunan seperti kopi. Tujuan
perlindungan sempadan sungai di Kabupaten Samosir adalah untuk melindungi sungai dari kegiatan
manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, mengamankan aliran sungai dan
mencegah terjadinya erosi sedimen pinggiran sungai. Kriteria penetapannya dilakukan berdasarkan
Keppres Nomor 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;
4. Sempadan Danau (kawasan sekitar danau) adalah kawasan sepanjang tepi danau, yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi danau. Di sepanjang tepi danau ini juga
ditanami tanaman yang sifatnya memberikan perlindungan pada tepian danau sekaligus sebagai jalur
hijau. Adapun tanaman yang dibudidayakan di sepanjang jalur hijau ini adalah tanaman keras yang
dapat melindungi sekaligus dapat diambil manfaatnya oleh penduduk seperti tanaman buah-buahan
(mangga, nangka, durian, rambutan) atau tanaman perkebunan (kopi). Tujuan perlindungan
sempadan danau di Kabupaten Samosir adalah untuk melindungi danau dari kegiatan manusia yang
dapat mengganggu dan merusak kualitas air danau, mengamankan fungsi sungai sebagai wilayah
catchment area dan mencegah terjadinya erosi sedimen pinggiran danau. Kriteria penetapannya
dilakukan berdasarkan Keppres Nomor 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;
5. Kawasan rawan tanah longsor adalah areal yang diidentifikasi rawan gerakan tanah karena kondisi
geologi yang labil, wilayah ini diarahkan untuk mendapatkan perlakuan khusus sehingga potensi
longsor dapat diminimalisasi, sementara itu pada beberapa wilayah yang secara alami telah memiliki
potensi gerakan yang tinggi diarahkan untuk tidak dikembangkan bagi kegiatan budidaya. Pada
kawasan rawan longsor ini juga ditanami tanaman keras yang dapat diambil manfaatnya oleh
6. Kawasan rawan gempa bumi adalah areal yang diidentifikasi rawan terhadap gempa karena
kawasannya dilewati oleh sesar/patahan sehingga berdasarkan siklus gejala alam dapat diprediksi
pada wilayah ini suatu saat akan terjadi gempa bumi, untuk itu pada wilayah ini diarahkan untuk tidak
membangun atau mengembangkan kegiatan budidaya, melainkan tetap sebagai kawasan hutan
dengan tanaman keras yang dapat diambil manfaatnya oleh penduduk;
7. Kawasan rawan gunung api adalah areal yang diidentifikasi rawan terhadap bencana gunung api
karena berada pada barisan gunung api vulkanik/tektonik, potensi wilayah ini terhadap bencana sama
halnya dengan kawasan rawan gempa bumi. Di kawasan ini, tidak diijinkan pembangunan kegiatan
budidaya kecuali penanaman tanaman keras yang berfungsi untuk mengurangi dampak gunung api,
berupa debu dan abu.
Berdasarkan tabel peruntukan lahan tersebut, maka perlu ada rencana pengaturan kawasan lindung
tersebut, yaitu:
1. Kawasan Cagar Budaya dan Hutan Lindung perlu dilakukan inventarisasi kembali dalam skala yang
lebih detail dan kemudian diusulkan perubahan status dan fungsi lahannya ke instansi terkait untuk
ditetapkan ke dalam bentuk Peraturan Daerah. Bagi penduduk yang sudah sejak lama menempati di
daerah tersebut, diberlakukan kebijakan enclave, yaitu mengakui keberadaannya dengan membatasi
pertambahan luas permukiman ataupun kegiatan budidaya yang menyertainya.
2. Pada kawasan hutan lindung yang dulunya merupakan kawasan hutan produksi terbatas, agar
pelepasan ijin produksinya dapat segera direalisasikan dan untuk secepatnya ditanami kembali agar
mengurangi penetrasi hutan yang di dataran tinggi Pulau Samosir.
3. Kawasan Jalur hijau yakni Sempadan Sungai dan Sempadan Danau perlu diinvetarisasi delineasi
wilayahnya dari daerah hulu sampai ke hilir. Pada bagian hilir, apabila ditemukan adanya permukiman
penduduk yang sudah sejak lama mendiami daerah jalur hijau perlu dibatasi pertambahannya dengan
memberlakukan kuota (batas maksimum) luas permukiman yang dapat dibangun dalam luas wilayah
jalur hijau tersebut. Luas kuota dapat ditetapkan melalui perangkat hukum SK Bupati Samosir.
4. Kawasan Hutan Kota agar tetap dipertahankan fungsi hutannya dan dapat digunakan untuk kegiatan
yang insidentil, seperti bumi perkemahan ataupun hutan penelitian. Apabila memungkinkan, dapat
juga dikaji penanaman jenis tanaman kayu yang sesuai dan pelepasan jenis fauna yang bersahabat
dengan manusia, seperti misalnya burung.
5. Walaupun kawasan rawan bencana tidak ditetapkan sebagai kawasan lindung penuh, tetapi dalam
pengembangan kawasan tersebut, perlu diperhatikan jalur-jalur patahan maupun kekuatan struktur
tanah. Namun disarankan agar kawasan tersebut bukan dijadikan sebagai konsentrasi permukiman,
tetapi kawasan budidaya pertanian ataupun sejenisnya. Oleh karena itu, untuk setiap kawasan rawan
bencana tersebut, perlu disusun rencana mitigasi bencana agar dapat mengurangi resiko bahaya
6. Kawasan Lindung lainnya merupakan kawasan-kawasan kritis yang tidak dapat difungsikan secara
ekonomis, karena merupakan tanah berbatu. Oleh karena itu, kawasan ini perlu diakomodir dengan
mengurangi tekanan penduduk ke daerah tersebut.
b. Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya, terdiri dari kawasan budidaya kehutanan, kawasan budidaya pertanian, dan
budidaya non pertanian.
c. Kawasan Peruntukan Kehutanan
Rencana Pola Ruang untuk Kawasan budidaya kehutanan terdiri dari kawasan hutan produksi dan
agroforest.
1. Hutan Produksi, yaitu kawasan budidaya kehutanan (KBK) pada Kabupaten Samosir adalah hutan
produksi. Kawasan hutan produksi hanya terdapat di wilayah daratan, yaitu pada kawasan
Hutagalung di kecamatan Harian seluas 33.950 ha. Kawasan hutan produksi ini merupakan salah
satu kawasan hutan yang diberi izin penebangan oleh pemerintah.
2. Kawasan Agroforest, yaitu kawasan yang didesain untuk mengakomodasi kawasan peralihan dari
kawasan lindung dan kawasan budidaya, oleh karena itu perlu ditetapkan kawasan penyangga yang
berfungsi untuk menjaga fungsi hutan, namun dapat memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat
untuk berusaha untuk penghidupannya. Agroforest adalah kawasan hutan yang dapat ditanami
dengan tanaman produksi dengan tanpa menghilangkan fungsi hutannya. Penggunaan lahan hutan
rakyat dapat diakomodir di lahan kawasan agroforest ini. Kawasan Agroforest direncanakan seluas
10.072 ha yang tersebar di seluruh kecamatan.
d. Kawasan Peruntukan Pertanian
Rencana Pemanfaatan Ruang Kawasan Budidaya Pertanian, terdiri dari:
1. Pertanian Tanaman Pangan, yang terdiri dari Pertanian Lahan Kering dan Lahan basah. Budidaya
pertanian tanaman pangan diarahkan pengembangannya pada peningkatan nilai tambah hasil tani
yang memerlukan pengolahan khusus sehingga komoditas yang dihasilkanmemiliki harga jual lebih
tinggi. Hampir seluruh kecamatan memiliki alokasi lahan untuk pertanian ini dengan total keseluruhan
adalah 16.576 ha;
2. Perkebunan, pengembangannya diarahkan pada peningkatan kualitas dan produksi untuk memenuhi
kebutuhan lokal dan wilayah hinterland-nya. Produksi kopi, cengkeh, vanili dan kemiri yang
merupakan komoditas utama yang dapat dikembangkan dari sektor perkebunan ini. Luas kawasan
perkebunan dapat ditingkatkan dengan mengalihfungsikan kawasan bekas hutan, pertanian lahan
kering atau tanah-tanah terlantar, dan direncanakan pengembangannya seluas 25.194 ha;
3. Peternakan, pengembangannya diarahkan untuk pengembangan 4 (empat) jenis ternak yang
potensial untuk dikembangkan, yaitu kerbau, babi, kambing, kuda dan sapi. Diharapkan dalam kurun
waktu 10 tahun mendatang, pengembangan peternakan diarahkan di Kecamatan yang cukup
memiliki lahan rumput yang terbuka dan di lahan datar dan sumber air yang memadai. Oleh karena
Sianjur Mula-mula dan Sitio-tio. Rencana peruntukan untuk kawasan peternakan ini dicadangkan
seluas 1.322 ha;
4. Perikanan, rencana pengembangan kawasan perikanan terutama diarahkan untuk peningkatan
teknologi penangkapan perikanan umum dan peningkatan serta pengelolaan produksi yang baik
terhadap jenis budidaya perikanan, terutama keramba jaring apung (KJA). Usaha perikanan di tepi
danau diarahkan di wilayah yang jauh dari lokasi wisata dan pelabuhan. Zona yang ditetapkan
sebagai kawasan perikanan adalah yang memenuhi persyaratan teknis perikanan secara khusus,
misalnya lokasi perairan yang terlindungi dari arus. Untuk menjaga keseimbangan lingkungan, maka
pengembangan kawasan budidaya perikanan dibatasi dengan persentase 1% dari total luas perairan
Kabupaten Samosir, atau sekitar 616,106 ha. Batasan tersebut akan ditambah atau dikurangi setelah
adanya kajian mengenai daya dukung lingkungan (carrying capacity) dari perairan Danau Toba. Juga
dikembangkan perikanan darat yang prioritas pengembangan terdapat di kecamatan yang terletak di
dataran Sumatera yakni Kecamatan Sianjur Mula-mula, Kecamatan Harian dan Kecamatan Sitio-tio
dengan luas rencana pengembangan mencapai 13,029 ha;
5. Kawasan Agropolitan, merupakan kawasan produksi pertanian secara makro yang didesain dari awal
untuk mengakomodasi kegiatan penanaman sampai kepada kepada jalur distribusinya dialokasi di
kawasan tersebut. Alokasi lahan untuk kawasan agropolitan ini ditempatkan di Kecamatan Harian
dengan luas sekitar 2.982 ha.
e. Kawasan Peruntukan Pertambangan
Kawasan pertambangan/penggalian, hanya meliputi kegiatan penggalian bahan tambang golongan
C ataupun jenis tanah diatomea. Rencana pemanfaatan ruang untuk Penggalian pasir dan sirtu diarahkan
pada lokasi yang saat ini telah berlangsung di Panahatan Kecamatan Palipi, di Simpang Limbong dan
daerah Tulas di Kacamatan Sianjur Mula-mula. Dalam pengaturannya, perijinan untuk lokasi penggalian
sebaiknya disurvei terlebih dan dikaji kelayakan lingkungannya. Untuk mengurangi longsor ataupun
dampak lingkungan yang lain, penggunaan dinamit sebagai salah satu metode untuk menghasilkan sirtu,
harus dengan tegas dilarang.
Pembatasan penggalian sangat dibutuhkan dampaknya bagi semua sektor kegiatan, karena dampak
alam dari kelalaian kegiatan ini akan berdampak negatif pada semua lini kegiatan, termasuk diantaranya
sektor pariwisata yang sangat memerlukan dukungan image keamanan, kenyamanan kelestarian
lingkungan.
f. Kawasan Peruntukan Industri
Kawasan industri, rencana pemanfaatan ruang untuk kawasan industri difokuskan pada
kawasan-kawasan produksi dengan orientasi pengolahan sumber daya alam (SDA) dan dengan skala
pengembangan yang proporsional. Salah satu yang cukup strategis adalah industri kecil pembuatan batu
bata. Kegiatan ini dilakukan oleh penduduk setempat dengan modal yang berasal dari si pengusaha
sendiri. Kegiatan tersebut berada di Desa Sigaol, Kecamatan Palipi, Desa Siambalo dan Huta Tinggi
produksinya, maka perijinan untuk kegiatan permukiman harus dibatasi pada jarak yang aman dari
buangan asap dan debunya.
Kegiatan industri lainnya adalah industri rumah tangga penenuan ulos yang dilakukan penduduk di
Desa Lumban Suhi-suhi Kecamatan Pangururan, dan Desa Ambarita di Kecamatan Simanindo. Karena
menariknya penenunan ulos ini, sebaiknya kegiatan ini diberi tempat khusus di sekitar daerah tujuan
wisata budaya seperti di Kampung Sialagan dan Kampung Sidabutar di Kecamatan Simanindo. Industri
lain yang mengandalkan keterampilan tangan dan menjadi sumber penghasilan penduduk adalah
kerajinan tangan ukir-ukiran. Kegiatan ini banyak dilakukan di Tuktuk dan Tomok di Kecamatan
Simanindo. Kegiatan anyaman tikar tradisional yang terbuat dari pandan hanya terdapat di Desa Simbolon
di Kecamatan Palipi. Sementara itu di Desa Rianiate Kecamatan Pangururan terdapat industri tikar
enceng gondok secara manual.
g. Kawasan Peruntukan Pariwisata
Kawasan Pariwisata, Rencana pemanfaatan ruang untuk kawasan wisata dapat dikelompokkan ke
dalam peruntukan kawasan wisata unggulan dan pengadaan jalur wisata air. Kawasan Wisata Unggulan
tersebut terdiri dari: kawasan Wisata Tomok-Tuk-tuk, Kawasan Wisata Aek Rangat, Kawasan Wisata
Budaya Sianjur Mula-mula, Kawasan Wisata Rohani Pusuk Buhit, Kawasan Wisata Lagundi dan Sukkean,
Kawasan Wisata Danau Sidihoni dan Aek Natonang. Sedangkan obyek wisata lain yang dapat
dikembangkan adalah tanah ponggol, pantai pasir putih parbaba, wisata olahraga paralayang di Siulak
hosa, wisata budaya huta Sidabutar dan old batak village di Simanindo, wisata Piso Somalin di Hatoguan,
Menara Tele, Aek Rangat Simbolon, museum budaya di Gereja Katolik Pangururan, wisata budaya di
Sitio-tio, dan obyek-obyek wisata alam, sejarah, dan budaya lainnya yang dapat dikembangkan. Rencana
peruntukan lahan untuk kawasan wisata ini dapat ditetapkan dengan melakukan kajian terhadap
permintaan pasar wisatawan dan kebutuhan fasilitas-fasilitas wisata, serta atraksi wisata yang diminati.
Semua aspek tersebut, umumnya dikaji dalam produk Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
(RIPPDA). Namun dalam arahan pemanfaatan ruangnya, obyek dan kawasan wisata tersebut di atas
sudah ditetapkan sebagai bagian dari kawasan budidaya non pertanian.
Kawasan konservasi budaya dan sejarah merupakan kawasan atau lokasi yang memiliki nilai sejarah
dan budaya tinggi. Pada kawasan atau lokasi tersebut terdapat berbagai benda peninggalan kuno yang
memiliki nilai budaya tinggi sehingga perlu dilestarikan. Karena kekhususan dan keistimewaan lokasi dan
benda tersebut, maka wisatawan ingin menikmatinya dalam bentuk mengunjungi dan melihatnya.
Beberapa lokasi yang daapt diusulkan sebagai kawasan konservasi budaya dan sejarah adalah Makam
Raja Sidabutar di Tomok, Makam Raja Lotung di Sitio-tio, Makam Pisosomalim di Palipi, Makam Raja
Simarmata di Pangururan dan lokasi yang dipercaya sebagai asal muasal Suku Bangsa Batak, yakni
Pusuk Buhit di Sianjur Mula-mula. Di Sianjur Mula-mula tempat yang wisata yang dikonservasi adalah
kawasan di sekitar diorama yang dibangun di situ.
Kegiatan konservasi budaya dan sejarah dalam pengembangannya dapat diarahkan sebagai
sarana di Sianjur Mula-mula. Sebagai lokasi awal berkembangnya Suku Bangsa Batak, Sianjur Mula-mula
belum cukup memberikan informasi maupun ‘kesan’ yang kuat. Karena itu daerah yang dipercayai
sebagai asal mula Suku Bangsa Batak harus ditata sehingga memberi makna mendalam bagi penerus
Suku Bangsa ini. Untuk itu, masyarakat akademik yang paham tentang Suku Bangsa Batak harus diajak
serta untuk mengembangkannya. Penataan ruang di tempat tersebut juga harus dilengkapi dengan
berbagai atribut yang mengingatkan kebesaran suku ini pada masa lalu sampai saat ini. Prinsip Dalihan
Na Tolu sebagai tiang kehidupan menjadi unsur utama untuk menggambarkan kekuatan hubungan Suku
Bangsa Batak.
Promosi dilakukan baik melalui internet, brosur, kantor informasi turis, dan kerjasama dengan
berbagai biro perjalanan. Kerjasama dengan biro perjalanan dikembangkan dengan menyusun paket
perjalanan ke beberapa objek wisata di tempat lain. Semua kegiatan pengembangan wisata harus
melibatkan masyarakat dalam berbagai bentuk dan tingkatannya. Dengan demikian effect tricle down dari
kegiatan ini dapat dirasakan masyarakat dan meningkatkan penghasilan mereka. Dalam jangka panjang,
wisata menjadi sumber ekonomi utama sebagian besar penduduknya, sebagaimana terjadi di tempat lain.
Kegiatan yang melibatkan penduduk selain dimaksudkan untuk meningkatkan kondisi ekonomi penduduk,
juga untuk meningkatkan sikap peduli dari masyarakat dalam memelihara sumberdaya alamnya. Arahan
pengembangan dilakukan pada beberapa kecamatan, yaitu kecamatan Simanindo, Pangururan, Onan
Runggu dan Palipi.
Konservasi budaya, sebagai bagian dari penelusuran sejarah suku Bangsa Batak, tidak hanya
berguna dalam pemantapan dan pelestarian identitas bagi suku Bangsa Batak sendiri, namun hal ini juga
sekaligus melengkapi eksplorasi budaya dan alam Kabupaten Samosir yang dapat digunakan mendukung
kegiatan pariwisata di Kabupaten Samosir.
h. Kegiatan Perekonomian Kemasyarakatan
Kegiatan sektor non-primer, yaitu kegiatan yang mendukung kegiatan perekonomian yang
berlangsung di Kabupaten Samosir. Alokasi ruang untuk kegiatan non-primer ini bukan merupakan alokasi
yang utama namun keberlangsungan kegiatan sektor primer sangat bergantung pada kondisi sektor ini.
Berikut beberapa kegiatan yang termasuk dalam rencana pengembangan kegiatan sektor non-primer,
yaitu:
i. Kawasan Pusat Kota
Kawasan pusat kota mempunyai karakteristik yang plural dan variatif, sehingga muncul
kegiatan-kegiatan ikutan yang menempel pada bangunan tersebut. Pusat kabupaten Samosir pada ibukotanya
yaitu kecamatan Pangururan membutuhkan diarahkan pada ketersediaan sarana perkantoran,
perdagangan dan jaringan jalan yang layak sehingga sirkulasi pusat kota dapat mengalir lancar,
hubungannya dengan prasarana transportasi, ketersediaan lahan parkir dan pemisahan sirkulasi barang
Tabel 5.1 Arahan RTRW Kabupaten Samosir Untuk Bidang Cipta Karya
Arahan Pola Ruang Arahan Struktur Ruang
Rencana Pola Ruang menggambarkan letak dan luasan dari kegiatan-kegiatan budidaya dan lindung. Rencana Pola Ruang terbagi atas kawasan lindung dan kawasan budidaya.
1.Kawasan Lindung
1. Hutan Lindung seluas 30.792,89 ha yang terdiri di kecamatan:
Sianjur Mula-Mula 7.243,32 ha Harian 9.689,59 ha
Sitio-Tio 468,116 ha Simanindo 4.651,78 ha Pangururan 17,27 ha Ronggur Nihuta 4.584,33 ha
2. Kawasan Cagar Budaya seluas 789,32 ha yang terdiri di kecamatan:
Sianjur Mula-Mula 491,56 ha Harian seluas 45,56 ha Sitio-Tio seluas 19,92 ha Pangururan 232,28 ha
3. Kawasan Lahan Kritis seluas 22,3 ha di Kecamatan Pangururan
a.1.Kawasan Resapan Air seluas 1.385,61 ha yang terdiri di kecamatan :
Harian 469,99 ha Simanindo 42,98 ha Ronggur Nihuta 59,79 ha Palipi 21,47 ha
Nainggolan 778,83 ha Onan Runggu 12,55 ha
a.2.Lindung seluas 10.287,93 ha yang terdiri di kecamatan:
Sianjur Mula-Mula 28,54 ha Harian 4.634,32 ha Sitio-Tio 4.345,52 ha Simanindo 8,9 ha Onan Runggu 1.270,69 ha
a.3.Kawasan Mata Air Panas seluas 734,37 yang
Panggururan seluas 207,98 ha Ronggur Nihuta seluas 2,23 ha
a.5.Konservasi Air baku seluas 152,22 ha yang terdiri di kecamatan :
Sianjur Mula-Mula 86,27 ha Onan Runggu 65,95 ha 2. Kawasan Jalur Hijau
Kawasan Jalur hijau seluas 1.998,452 ha yang terdiri dari:
a. Sempadan Sungai seluas 1.998,452 ha yang
Struktur kota di Kabupaten Samosir dibentuk oleh jaringan jalan, namun bentuk Kabupaten Samosir yang merupakan entitas danau, pulau dan daratan maka moda transportasi yang tersedia tidak hanya prasarana transportasi darat namun juga prasarana transportasi danau, sehingga prasarana simpul transportasi memiliki peran yang sangat penting. Arahan pengembangan Kabupaten Samosir sebagai pusat pariwisata, jasa dan pengolahan hasil pertanian yang ditetapkan dalam arahan penataan ruang Provinsi Sumatera Utara.
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten merupakan kerangka tata ruang wilayah kabupaten yang tersusun atas konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhierarki satu sama lain yang dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten terutama jaringan transportasi. Pusat kegiatan di wilayah Kabupaten Samosir terdiri atas:
a. Rencana Sistem Perkotaan Wilayah Kabupaten Samosir
1. Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp), PKWp ditetapkan di Pangururan yang juga merupakan ibukota Kabupaten Samosir dengan daerah pelayanannya seluruh wilyah Kabupaten Samosir.
2. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp), PKLp ditetapkan di Tele, dengan daerah pelayanan Kecamatan Harian, Sitiotio, Sianjur Mula-Mula, kecamatan di Kabupaten Humbang Hasudutan, Phakpak Barat, dan Dairi yang berbatasan dengan Kabupaten Samosir; Onan Runggu, dengan daerah pelayanan kecamatan Nainggolan, Onan dan Tobasa yang berbatasan dengan Kabupaten Samosir; Simanindo Sangkal, dengan daerah pelayanan Kecamatan Simanindo, sebagian Kecamatan Ronggur ni Huta, dan kecamatan di Kabupaten Karo dan Simalungun yang berbatasan dengan Kabupaten Samosir; dan Tomok, dengan daerah pelayanan Kecamatan Simanindo, Ronggur ni Huta, Onan Runggu dan kecamatan-kecamatan lain di Kabupaten Simalungun. 3. Sub Pusat Kegiatan Lokal Promosi (Sub PKLp),
Sub PKLp ditetapkan di Parbaba, Rianiate, Nainggolan, Mogang, dan Ambarita.
4. Pusat Kegiatan Kecamatan (PKK)
PKK ditetapkan di Ronggur ni Huta, Sabulan, Harian Boho, dan Sagala.
b. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Kabupaten Samosir
1) Air Bersih
Ketersediaan akan air bersih yang ada sekarang ini baru mengandalkan sumber dari air sungai, air danau dan sumur tadah hujan, sedangkan sumber yang berasal dari PAM baru berada di Kecamatan Pangururan saja. Arahan pengembangan air bersih adalah sebagai berikut : Diarahkan pada peningkatan pelayanan kebutuhan
masyarakat (mencapai 393.340 Liter/hari) melalui pengembangan jaringan distribusi air bersih, terutama jaringan sekunder yang melayani hingga kawasan permukiman masyarakat di tiap desa-desa.
Arahan Pola Ruang Arahan Struktur Ruang
terdiri di kecamatan: -Simanindo 119,132 ha -Pangururan 385,903 ha -Ronggur Nihuta 451,814 ha -Palipi 586,65 ha
-Nainggolan 426,756 ha -Onan Runggu 28,197 ha
b. Sempadan Danau seluas 112.988 ha yang terdiri di kecamatan “ -Onan Runggu 121,879 ha
3.Kawasan Rawan Bencana seluas 38.836,436 ha yang terdiri di kecamatan:
-Kawasan Rawan bencana 19.431,21 ha -Kawasan Letusan Gunung api 2.823,84 ha -Kawasan Rawan Gempa 11.305,82 ha -Kawasan Rawan Patahan 38.862,436 ha -Kawasan Rawan Runtuhan 1.400,40 ha
4.Kawasan Budidaya seluas 98.558,33 yang terdiri di kecamatan:
4.1 Kawasan Pertanian
a. Kawasan Pertanian 49.117,18 ha - Sianjur Mula-Mula 814,136 ha - Harian 2.015,15 ha
- Sitio – tio 196,127 ha - Simanido 1.305,74 ha - Pangururan 5.249,10 ha - Ronggur Nihuta 49,338 ha - Palipi 3.299,60 ha - Nainggolan 1.951,66 ha - Onan Runggu 1.695,23 ha b. Perkebunan - Ronggur Nihuta 2.650,03 ha - Palipi 5.181,44 ha
- Nainggolan 2.779,55 ha - Onan Runggu 5.587,65 ha c. Peternakan 11322,493 ha
- Harian 85,642 ha - Simanindo 577,633 ha - Ronggur Nihuta 92,509 ha - Palipi 102,112 ha - Nainggolan 216,808 ha - Onan Runggu 247,789 ha
eksisting untuk wilayah sekitar Danau Toba menggunakan sumber air danau sedangkan untuk daerah dengan kondisi perbukitan mengandalkan sumber air bersih dari mata air, sungai tadah hujan dan kolam-kolam penampungan seperi di kebayakan daerah-daerah Ronggur Nihuta, Kecamatan Pangururan bagian Timur, Onan Runggu bagian Barat, Nainggolan bagian Utara, Simanindo bagian Barat, Palipi bagian Timur dan Kecamatan Sianjur Mula-mula bagian sebelah Barat. Pengembangan alternatif sumber air bersih baru untuk
meningkat kapasitas pelayanan air bersih dengan mendaur ulang air sungai yang banyak tersebar didaerah perbukitan dengan metode pengerukan dasar sungai dan penurapan dinding sungai.
Struktur jaringan air bersih di Kabupaten Samosir secara umum akan dibagi atas jaringan primer, sekunder, dan tersier. Jaringan primer merupakan jaringan utama yang mendistribusikan air bersih ke jaringan sekunder, yang mana jaringan sekunder merupakan jaringan yang mendistribusikan air bersih ke kawasan-kawasan fungsional di wilayah Kabupaten Samosir, seperti kawasan permukiman, perdagangan dan jasa, wisata, dan lain-lain.
Lebih lanjut di dalam masing-masing kawasan, pendistribusian air bersih dilakukan dengan menggunakan jaringan tersier. Sebagai alternatif, untuk menjamin meratanya distribusi air bersih, di masing-masing kawasan fungsional dapat diletakkan tandon, sebagai penampung sementara air bersih dari jaringan primer. Dengan mengatur tekanan pada tandon, distribusi air bersih diharapkan dapat merata ke seluruh masyarakat.
2) Rencana Sistem Pembuangan Air Hujan Dan Air Kotor (Drainase)
Diarahkan pada pengembangan sistem drainase tercampur (combined system) dimana air kotor dan air hujan disalurkan melalui saluran yang sama, dengan memanfaatkan saluran drainase alami dan buatan. Sistem drainase buatan diarahkan bagi kawasan-kawasan yang jauh dari aliran sungai sebagai jaringan drainase alami dan bagi jaringan jalan utama, sementara sistem drainase alami diarahkan sebagai jaringan drainase primer yang digunakan sebagai pengumpul jaringan drainase buatan di tiap-tiap desa khususnya kawasan fungsional dan permukiman. Dari jaringan primer ini kemudian air hujan dan air kotor dialirkan ke Danau Toba sebagai tempat pembuangan akhir melalui sungai-sungai. Pengaturan pola aliran harus diperhatikan sedemikian rupa dari daerah perbukitan menuju daerah rendah (memenuhi kontur alamiah topografi), sehingga dapat mencegah timbulnya kawasan-kawasan tergenang.
3) Sistem Pembuangan Limbah Padat
Arahan Pola Ruang Arahan Struktur Ruang e. Perikanan Darat 13,029 ha
- Sianjur Mula-Mula 6,486 ha - Harian 3,468 ha
a. Kawasan Perkotaan 1.324,629 ha - Harian: 96,524 ha
- Simanindo: 363,952 ha - Pangururan: 814,179 - Onan Runggu: 49,974
b. Kawasan Perdesaan 3.538,844 ha - Sianjur Mula-Mula 344,376 ha - Harian 180,754 ha
- Sitio-Tio 100,929 ha - Pangururan 96,574 ha - Ronggur Nihuta 1,908 ha - Palipi 17,059 ha - Nainggolan 6,995 ha - Onan Runggu 51,704 ha c. Kawasan Wisata 457,919 ha
- Sianjur Mula-Mula : 158,701 - harian: 1,192 ha
- Simanindo 1,192 ha - Pangururan 96,574 ha - Ronggur Nihuta: 1,908 ha - Onan Runggu 51,704 ha d. Kawasan Galian 91,37 ha
- Harian 10,297 ha - Pangururan 60,82 ha - Pallipi 10,016 ha - Onan Runggu 10,237 e. Kawasan Agroforest 10078,3 ha
- Sianjur Mula-Mula 3.068,28 ha - Harian 789,982 ha
- Sitio-tio 281,805 ha - Simanindo 3.469,66 ha - Pangururan 128,82 ha - Ronggur Nihuta 868,36 ha - Palipi 1.151,14 ha - Nainggolan 229,266 ha - Onan Runggu 98,515 ha f. Hutan Produksi seluas 33.950,09 ha
limbah padat direncanakan dengan sistem on site communal dan dilengkapi dengan shallow sewer. Jika sistem shallow sewer belum dapat diaplikasikan dalam jangka pendek, maka alternatif lainnya adalah dengan pembuatan tangki septik dengan bidang resapan secara individual yang terpusat di tiap kecamatan. Sementara, pada permukiman yang tidak teratur atau relatif rendah kepadatannya seperti desa, maka rencana pengelolaan yang diusulkan adalah dengan cara pembuatan on site individual dengan tangki septik dan atau tanpa bidang resapan.
4) Persampahan
a. Jangka Pendek
- Pada kawasan permukiman yang mengelompok dengan tingkat kepadatan rendah: sistem pengelolaan persampahan diarahkan pada sistem alami (dibakar) secara individual.
- Permukiman yang mengelompok dengan tingkat kepadatan tinggi: sistem pembuangan komunal dengan menyediakan tempat pembuangan sampah sementara, untuk selanjutnya dikelola dengan sistem alami (dibakar), dengan memperhatikan waktu pembakaran dan dampak asap yang ditimbulkan.
- Kawasan permukiman yang linier di sepanjang jaringan jalan utama dan berbatasan langsung dengan danau,: sistem pengelolaan persampahan diarahkan pada sistem pengelolaan komunal dengan menyediakan angkutan persampahan yang secara reguler (memiliki jadwal tertentu) mengangkut sampah dari rumah ke rumah untuk selanjutnya dikumpulkan di tempat yang sama dengan tempat pembuangan sampah kawasan permukiman mengelompok dengan tingkat kepadatan tinggi dalam satu wilayah desa.
b. Jangka Panjang
- Menyediakan angkutan sampah dari rumah-rumah ke tempat pembuangan sampah sementara (TPS), angkutan dari TPS ke tempat pembuangan akhir (TPA). - TPS dapat dialokasikan pada lokasi di sekitar pasar masing-masing kecamatan untuk memudahkan pengangkutan sekaligus dengan sampah pasar. - Mengembangkan TPA yang sudah ada seperti di pasar
Onan Baru desa Huta Tinggi/Pangururan.
Tabel 5.2 Identifikasi Kawasan Strategis Kabupaten Samosir Berdasarkan RTRW
Kabupaten Samosir
Kawasan Strategis Kabupaten
Samosir Sudut Kepentingan Lokasi
Kawasan Danau Toba Kawasan Strategis Nasional berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008
Danau Toba dan sekitarnya
Kawasan Wilayah Konservasi Kegiatan Konservasi Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba
Kebun Raya Samosir yang terletak di Palilit Desa Tomok Kecamatan Simanindo seluas 100 Ha dan Arboretum Kawasan Aek Natonang seluas 105 Ha di Desa Tanjungan Kecamatan Simanindo.
Kawasan Perkotaan Pusat pelayanan yang melayani kebutuhan seluruh wilayah Kabupaten Samosir, baik ke dalam maupun ke luar Kabupaten.
Kecamatan Pangururan
Kawasan Agropolitan Agropolitan Kecamatan Harian
Kawasan Pusat Cagar Budaya Pusat Orientasi Budaya Batak/salah satu pintugerbang menuju daerah asal muasal suku bangsa batak
Kawasan Pusuk Buhit, Kecamatan Sianjur Mula-mula.
Kawasan Wisata Alam Danau Toba
Diarahkan untuk dikembangkan di kawasan yang memiliki obyek wisata yang potensial.
Kawasan Wisata Tomok-Tuk-tuk Kawasan Wisata Aek Rangat
Kawasan Wisata Budaya Sianjur Mula-Mula, Kawasan Wisata Rohani Pusuk Buhit,
Kawasan Wisata Lagundi dan Sukkean, Kawasan Wisata Danau Sidihoni dan Aek
Natonang
Tanah ponggol, pantai pasir putih parbaba, wisata olahraga paralayang di Siulak hosa,
Wisata budaya huta Sidabutar dan old batak village di Simanindo
Wisata Piso Somalin di Hatoguan, Menara Tele, Aek Rangat Simbolon,
museum budaya di Gereja Katolik Pangururan
Wisata budaya di Sitio-tio, dan obyek-obyek wisata alam, sejarah, dan budaya lainnya yang dapat dikembangkan. Rencana peruntukan lahan untuk kawasan wisata ini dapat ditetapkan dengan melakukan kajian terhadap permintaan pasar wisatawan dan kebutuhan fasilitas-fasilitas wisata, serta atraksi wisata yang diminati.
Tabel 5.3 Identifikasi Program RTRW Kabupaten Samosir Terkait Pembangunan Infrastruktur
Bidang Cipta Karya
No Usulan Program Utama Lokasi Merupakan KSK (Ya/Tidak)
Sumber
Pendanaan Instansi Pelaksana
1 Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) 3 Perencanaan Pembangunan Jalan
Perdesaan dan Perkotaan
Kabupaten Samosir
Ya APBD DINAS TARUKIM
K&P 4 Pembangunan jalan Lingkungan Kabupaten
Samosir
Ya APBD DINAS TARUKIM
K&P 5 Perencanaan Pengembangan
infrastruktur
Sanitasi Dasar Terutama Bagi Masyarakat Miskin, penyediaan Utilitas dasar (Lampu penerangan umum), jalan lingkungan, Drainase dan dyk.
7 Perencanaan Pembangunan Sarana dan Prasarana Pariwisata dan objek pariwisata unggulan
Kabupaten Samosir
Ya APBD DINAS TARUKIM
K&P
8 Peningkatan Pembangunan Prasarana dan Sarana Pariwisata 9 Pengembangan objek pariwisata
unggulan 10 Perencanaan Pembangunan
Jaringan air bersih/ Air minum
Kabupaten Samosir
Ya APBD DINAS TARUKIM
K&P 11 Pembangunan Jaringan Air bersih/Air
minum 12 Perencanaan Pembangunan Saluran
Drainase/Gorong-gorong
Kabupaten Samosir
Ya APBD DINAS TARUKIM
K&P 13 Pembangunan Saluran drainase/
Gorong-gorong 14 Penyediaan Prasarana dan Sarana
Pengelolaan Persampahan
5.2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Samosir
RPJMD Kabupaten merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Bupati/Wakil Bupati yang
penyusunannya berpedoman pada RPJP Kabupaten dan memperhatikan RPJM Provinsi, memuat arah
kebijakan keuangan, strategi pembangunan, kebijakan umum dan program Satuan Kerja Perangkat
Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten dan program kewilayahan disertai dengan
rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif dalam
kurun waktu 5 tahun. Peraturan Daerah Nomor 4 tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Samosir Tahun 2011-2015
Visi merupakan rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode RPJMD
Kabupaten Samosir. Pernyataan visi ini merupakan suatu gambaran yang menantang tentang keadaan
dimiliki. Dengan merujuk visi Nasional dan provinsi Sumatera Utara serta berdasarkan kondisi, letak
geografis, potensi destinasi dan keindahan alam serta kekayaan budaya yang dimiliki, yang didukung dengan falsafah hidup “dalihan na tolu” sangat potensial di kembangkan menjadi kabupaten pariwisata. Maka ditetapkan visi Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Samosir Tahun 2011-2015
yaitu “Samosir Menjadi Daerah Tujuan Wisata Lingkungan yang Inovatif 2015“.
Misi merupakan rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk
mewujudkan visi maka ditetapkan misi pembangunan Kabupaten Samosir Tahun 2011-2015 adalah
sebagai berikut:
1. Memantapkan Good Governance dengan dukungan SDM yang berkualitas serta prasarana dan
sarana yang memadai dan berstandart;
2. Mengembangkan ekonomi kerakyatan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat dengan pengelolaan
Sumber Daya Alam (SDA) yang berkelanjutan dan terkendali;
3. Meningkatkan infrastruktur dan konservasi alam yang handal berdasarkan tata ruang yang mantap
untuk mendukung industri pariwisata berbasis lingkungan dan budaya;
4. Meningkatkan kondusifitas daerah dengan mendorong pelaksanaan demokrasi dan penegakan
hukum;
5. Mengembangkan jejaring yang sinergis kepada semua pihak.
Strategi pembangunan merupakan langkah-langkah yang harus ditempuh oleh Pemerintah
Kabupaten Samosir Tahun 2011-2015 dalam rangka mewujudkan visi dan menjalankan misi. Strategi
yang dikembangkan adalah hasil pemikiran yang konseptual yang dianalisis dengan komprehensif untuk
pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Sedangkan arah kebijakan adalah suatu langkah
yang ditetapkan untuk mencapai misi dan tujuan yang merupakan penjabaran dari strategi yang ada.
Strategi yang ditetapkan dalam perencanaan ini bersifat dinamis agar dapat mengakomodir
perkembangan seiring perkembangan waktu lima tahun ke depan dengan program yang fokus dan
terarah sekaligus dapat dijadikan sebagai umpan-balik yang konstruktif dalam penyusunan perencanaan
pembangunan pada masa-masa yang akan datang. Adapun RPJM Daerah Kabupaten Samosir sebagai
berikut:
a. RPJM Daerah II (2010- 2014)
Sebagai lanjutan dari RPJMD tahap pertama, maka pada RPJMD Kabupaten Samosir tahap kedua
lebih difokuskan dalam merujuk visi pembangunan jangka panjang daerah yaitu, Samosir menjadi tujuan
wisata Internasional 2025. Prioritas pembangunan pada RPJMD Kabupaten Samosir Tahun 2010-2014
yang dituangkan dalam lima dimensi pembangunan adalah sebagai berikut: Pembangunan infastruktur
akan diprioritaskan pada peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan infrastruktur meliputi
pembangunan jaringan infrastruktur transportasi yang terintegrasi, mantap dan handal terutama pada
jaringan jalan strategis. Membuka akses jalan ke sentra produksi pertanian, destinasi wisata,
pertambangan dan desa serta peningkatan rasio aksesibilitas jalan terhadap luas daerah, peningkatan
peningkatan cakupan layanan penerangan jalan umum pada ruas jalan kabupaten di setiap wilayah
kecamatan peningkatan ketersediaan sarana tempat layanan pemakaman umum di setiap wilayah
kecamatan, pembangunan ruang terbuka hijau dan taman-taman kota di setiap wilayah kecamatan, serta
peningkatan rasio dan cakupan rumah layak huni. Penyelenggaraan penataan ruang diprioritaskan pada
peningkatan kualitas kawasan budidaya dan kawasan non-budidaya serta wilayah konservasi sesuai
dengan rencana tata ruang wilayah dalam pencapaian rencana pemanfaatan ruang yang serasi yang
mewadahi perkembangan wilayah dan aktifitas perekonomian masyarakat, pengendalian pemanfaatan
ruang sesuai dengan kaidah pengelolaan ruang dan lingkungan hidup yang berkelanjutan, serta
tersedianya rencana rinci kawasan strategis dan ibukota kecamatan.
b. RPJM Daerah III Kabupaten Samosir (2015 - 2019)
Berlandaskan pelaksanaan atas pencapaian dan keberlanjutan RPJMD II, maka RPJMD III
diprioritaskan untuk merealisasikan visi dan misi pembangunan daerah melalui pengembangan dan
percepatan pembangunan daerah secara menyeluruh di berbagai bidang pemerintahan. Pembangunan
akan di arahkan pada pencapaian daya saing kompetitif perekonomian daerah sesuai potensi yang
dikelola berdasarkan nilai-nilai agama, moral dan kearifan lokal, secara berkelanjutan serta pemantapan
tata kelola pemerintahan yang baik, bersih, berwibawa dan bertanggungjawab. Pada tahapan ini prioritas
pembangunan untuk Bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:
Pembangunan infrastruktur pada tahap ini akan diprioritaskan pada percepatan pembangunan
infrastruktur wilayah dengan pengembangan jaringan infrastruktur transportasi, jaringan irigasi,
penyediaan sarana air bersih dan sanitasi serta pembangunan ruang terbuka hijau dan taman-taman kota
di setiap wilayah kecamatan sesuai dengan RTRW Kabupaten Samosir. Dalam tahap ini, tingkat
kemantapan infrastruktur di Kabupaten Samosir diharapkan sudah dalam kategori baik.
Strategi dan arah kebijakan RPJMD Kabupaten Samosir Tahun 2015-2019 yang ditetapkan erat
kaitannya dengan pencapaian tujuan dan sasaran dalam mewujudkan visi dan menjalankan misi
pembangunan. Strategi dan arah kebijakan pembangunan Kabupaten Samosir adalah sebagai berikut:
5.3. Strategi
1. Strategi Peningkatan Pelayanan
Strategi peningkatan pelayanan dimaksudkan untuk memantapkan reformasi birokrasi dan tata
kelola pemerintahan dengan prakarsa dan kreativitas yang baik dari pemerintah daerah dalam mengelola
seluruh potensi yang ada serta memberikan pelayanan prima kepada semua pihak dengan demikian
pemerintahan yang dipercaya masyarakat akan dapat diwujudkan. Peningkatan pelayanan akan
dilaksanakan dengan menerapkan tertib perencanaan, tertib penganggaran berbasis kinerja, tertib
pelaksanaan, tertib pengendalian dan evaluasi, melakukan intensifikasi dan eksentifikasi sumber-sumber
pendapatan secara berkelanjutan serta memantapkan struktur organisasi yang ada menuju struktur yang
2. Strategi Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi
Strategi peningkatan pertumbuhan ekonomi dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan
pemerintah daerah dalam peningkatan pendapatan masyarakat. Peningkatan ekonomi masyarakat akan
berdampak terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah, penanggulangan kemiskinan dan
pengurangan tingkat pengangguran terbuka. Untuk mewujudkan strategi ini, pemerintah menerapkan
konsep pengembangan dan pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan dan pelatihan ketrampilan,
fasilitasi yang optimal dalam mengelola potensi daerah berbasis lingkungan dan budaya. Strategi ini juga
akan dikembangkan melalui kerjasama dan pengembangan jejaring yang sinergis dengan seluruh
stakeholders pembangunan dan pemerintah atasan.
3. Strategi Peningkatan Ketahanan Pangan
Strategi peningkatan ketahanan pangan diarahkan dalam melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi
pertanian dalam arti luas. Strategi ini dilaksanakan dengan melakukan revitalisasi petugas pertanian
lapangan, pengembangan sekolah-lapang, pengembangan sarana produksi yang berkualitas, penerapan
teknologi, penguatan kelembagaan petani, menerapkan sistem agribisnis yang mantap dan
pengembangan produksi pertanian berbasis lingkungan.
4. Strategi Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia
Strategi peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dimaksudkan untuk meningkatkan
kualitas SDM masyarakat. Strategi ini dilaksanakan dengan meningkatkan kualitas pendidikan seperti
peningkatan APK, APM, umur lama sekolah, kompetensi guru dan sarana pendukung lainnya serta
meningkatkan angka melek huruf dan menurunkan angka buta huruf serta angka putus sekolah.
Peningkatan IPM juga harus diupayakan melalui peningkatan derajat kesehatan masyarakat seperti
meningkatkan angka harapan hidup dan menurunkan AKI, AKB dan privalensi gizi buruk serta
meningkatkan daya beli masyarakat melalui peningkatan produktivitas penduduk yang didukung
ketersediaan SDM aparatur yang kompeten.
5. Strategi Pengembangan Pariwisata
Strategi pengembangan pariwisata adalah untuk mengembangkan dan melestarikan potensi
destinasi, seni dan budaya yang kreatif dan inovatif serta menjadi tujuan wisata utama dengan paket
wisata yang memiliki nilai jual pasar (marketable), laku (tradeble), menguntungkan (profitable) serta
memiliki daya saing tinggi (high competitiveness) dalam peta produk pariwisata Indonesia. Inovasi
berbasis lingkungan dengan dukungan pengembangan industri kerajinan, pengembangan kelompok
sadar wisata, pengembangan guide, pengembangan sarana dan prasarana, pengembangan jejaring dan
promosi, pengembangan event pegelaran seni dan budaya, pengembangan event olahraga tantangan,
revitalisasi fungsi bius, peran aktif tokoh adat dan tokoh agama, penataan lingkungan yang bersih dan
asiri akan mengembangkan pariwisata Kabupaten Samosir berdaya saing tinggi di tingkat regional dan
6. Strategi pemantapan infrastruktur
Membangun infrastruktur yang handal merupakan strategi mengembangkan ketersediaan sarana
dan prasarana yang memadai dalam meningkatkan aktifitas perekonomian Kabupaten Samosir.
Pembangunan infrastruktur diarahkan untuk meningkatkan aksessibilitas ke dan dari Kabupaten Samosir
serta sentra-sentra produksi seperti pertanian, destinasi wisata, permukiman dan pasar berdasarkan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten dengan tetap mempedomani fungsi pelestarian lingkungan.
Pembangunan infrastruktur juga diarahkan dalam pengembangan pendidikan, kesehatan, irigasi, sarana
prasarana perhubungan lainnya dan sarana prasarana pelayanan publik.
5.4. Arah Kebijakan
Arah Kebijakan merupakan penjabaran dari strategi dalam mewujudkan misi dan tujuan
pembangunan. Arah kebijakan pembangunan Kabupaten Samosir adalah sebagai berikut:
1. Arah kebijakan untuk strategi peningkatan pelayanan
a. Revitalisasi perencanaan pembangunan.
Menerapkan fungsi dan kebutuhan perencanaan pembangunan yang akurat, matang, tepat
kebutuhan dan tepat waktu.
b. Revitalisasi penganggaran berbasis kinerja.
Menerapkan kebutuhan anggaran yang tertib, hemat, berbasis kinerja, tepat waktu, tepat
sasaran dan akuntabel.
c. Revitalisasi administrasi umum.
Menerapkan tertib administrasi dan dokumentasi terhadap seluruh kegiatan pemerintahan,
pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan.
d. Revitalisasi asset daerah.
Menerapkan tertib administrasi asset, penggunaan dan kepemilikan asset daerah yang
akuntabel.
e. Hasil pelaksanaan pembangunan.
Semua indikator dan tolok ukur kegiatan pembangunan harus mempunyai hasil yang terukur,
masuk akal, tepat waktu dan spesifik.
f. Pengawasan melekat dan tindak lanjut temuan.
Semua kegiatan pembangunan yang dilaksanakan harus transparan, terkendali, terawasi,
akuntabel dan permasalahan agar ditindak-lanjuti sedini mungkin.
g. Revitalisasi struktur organisasi pemerintah daerah.
Melakukan evaluasi dan penyempurnaan terhadap struktur organisasi perangkat daerah menuju
kebutuhan yang ideal dalam rangka pelayanan prima dengan sarana dan prasarana yang
memadai dan berstandart.
Melakukan prakarsa dan kreatifitas yang cemerlang untuk menggali dan mengembangkan
sumber-sumber pendapatan daerah dalam mendukung pembiayaan pembangunan daerah
menuju kemandirian pembiayaan.
i. Pengembangan pelayanan perijinan sistim satu pintu.
Mengembangkan sistem pelayanan perijinan satu pintu dengan mereview, SPM dan SOP yang
ada.
j. Revitalisasi SDM aparatur.
Melakukan recruitment dan meningkatkan kapasitas dan kapabilitas SDM melalui diklat serta
memperbaiki tingkat kesejahteraan SDM.
k. Revitalisasi regulasi daerah.
Mereview danmengembangkankebutuhan regulasi daerah serta melakukan penegakan hukum
secara adil dilapangan.
2. Arah kebijakan untuk strategi peningkatan pertumbuhan ekonomi
Arah kebijakan ini difokuskan dalam rangka pengembangan ekonomi lokal yang pro job, pro poor
dan pro growth dengan menerapkan prinsip partisipatif yaitu:
a. Peningkatan pemberdayaan masyarakat.
Menerapkan konsep pemberdayaan masyarakat dalam berbagai kegiatan untuk meningkatkan
produktivitas masyarakat, tingkat kesejahteraan, pendapatan perkapita dan menurunkan tingkat
kemiskinan dan tingkat pengagguran.
b. Peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Melakukan berbagai kebijakan termasuk penuntasan penataan tanah ulayat, untuk memberikan
peluang dan kemudahan kepada dunia usaha dan berinvestasi di berbagai sektor, khususnya di
sektor pariwisata.
c. Penguatan kelembagaan kelompok usaha masyarakat.
Memberikan berbagai bantuan fasilitasi kepada kelompok usaha masyarakat melalui diklat
ketampilan, dana stimulan, bantuan natura, pendampingan, pengembangan koperasi dll)
d. Peningkatan kesetaraan gender.
Pengembangan kelompok ekonomi perempuan, pemberian kesempatan dalam semua aktivitas
masyarakat, perlindungan perempuan dan anak dari tindak kekerasan rumah tangga.
e. Peningkatan kerjasama dan jejaring yang sinergis.
Membangun dan mengembangkan kerjasama dengan berbagai pihak dalam mengembangkan
berbagai sektor sesuai potensi lokal dan kebutuhan.
3. Arah kebijakan untuk strategi peningkatan ketahanan pangan
Arah kebijakan ini difokuskan dalam meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian dalam arti
luas dalam mewujudkan ketersediaan pangan, diversifikasi tanaman pangan dan peningkatan
kesejahteraan petani.
Melakukan recruitment dan pengembangan kapasitas serta pemenuhan kebutuhan sarana dan
prasarana untuk petugas pertanian lapangan.
b. Pengembangan sekolah-lapang.
Melakukan pendampingan melekat kepada petani dalam pengembangan pengelolaan pertanian
terpadu, dalam mewujudkan petani yang mandiri dan modern.
c. Pengembangan sarana produksi yang berkualitas.
Mengembangkan sarana kebutuhan benih dan bibit , peralatan pertanian, untuk pertanian terpadu.
d. Penerapan teknologi pertanian modern.
Menerapkan sitim pertanian modern dengan produksi yang ramah lingkungan yang organik.
e. Penguatan kelembagaan petani.
Melakukan pembinaan dan evaluasi secara rutin kepada kelompok usaha tani melalui berbagai
fasilitasi sesuai kebutuhan untuk meningkatkan produksi, penanganan pasca panen dan pengolahan
hasil produksi pertanian serta meningkatkan nilai tambah.
f. Pengembangan agropolitan dan minapolitan.
Melakukan kerjasama dengan berbagai pihak dalam mengembangkan kawasan agropolitan dataran
tinggi bukit barisan dan kawasan minapolitan daerah tangkapan air kawasan Danau Toba dalam
pengembangan komoditi unggulan daerah.
g. Peningkatan nilai tukar petani.
Meningkatkan harga jual produksi pertanian melalui pengaturan siklus tanam dan pemberian
subsidi.
4. Arah kebijakan untuk strategi peningkatan Indek Pembangunan Manusia
a. Peningkatan kualitas pendidikan.
Menuntaskan wajib belajar 12 tahun, meningkatkan kompetensi guru, meningkatkan managemen
sekolah dan meningkatkan kebutuhan akses sekolah yang terjangkau dan memadai.
b. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Mendekatkan pelayanan melalui akses kebutuhan kesehatan yang memamdai, meningkatkan mutu
pelayanan, peralatan kesehatan, ketersediaan obat dan penerapan PHBS.
c. Meningkatkan daya beli masyarakat. Meningkatkan produktivitas penduduk.
5. Arah kebijakan untuk strategi pengembangan pariwisata
a. Pengembangan industri kerajinan.
Memberikan peluang dan fasilitasi dalam pengembangan industri kerjinan dalam arti luas dan
membangun pasar souvenir untuk mendukung sektor pariwisata.
b. Pengembangan kelompok sadar wisata.
Melakukan pembinaan secara rutin kepada masyarakat akan pentingnya kebersihan dan
pelestarian lingkungan dan budaya serta keramah tamahan dalam mewujudkan kabupaten
pariwisata.