• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan manajemen masalah sosial. Mengatasi masalah sosial di daerah tidak bisa dilakukan secara parsial, tetapi dibutuhkan adanya manajemen penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Manajemen penyelenggaraan kesejahteraan sosial merupakan upaya yang terarah, terpadu dan berkelanjutan yang akan dilaksanakan oleh pemeriantah daerah dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial, guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara, seperti: rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial. Dengan demikian, penanganan masalah sosial yang selama ini dilakukan perlu ditingkatkan dengan menetapkan kebijakan peningkatan manajemen masalah sosial. Kebijakan tersebut lebih lanjut akan dilaksanakan melalui: (a) program pengembangan partisipasi PMKS, (b) program pengembangan unit rehabilitasi dan (c) program pengembangan unit penanganan PMKS. Program pembangunan prioritas yang ditetapkan, disusun dan dikelompokkan dalam 5 (lima) dimensi pembangunan, yaitu pembangunan lingkup reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan, pembangunan pendidikan dan kesehatan, pembangunan pariwisata berbasis lingkungan, pengembangan ekonomi dan penanggulangan kemiskinan serta pembangunan infrastruktur.

Pengelolaan keuangan Kabupaten Samosir diarahkan pada sumber-sumber pendapatan yang selama ini telah menjadi sumber penghasilan Kas daerah dengan tetap mengupayakan sumber-sumber pendapatan yang baru. Kebijakan umum pendapatan daerah diarahkan pada peningkatan kemampuan keuangan daerah yang dapat mendorong peranan investasi masyarakat dalam pembangunan.

Landasan administrasi yang mengatur pengelolaan anggaran daerah antara lain dengan prosedur dan teknis penganggaran harus diikuti secara tertib dan taat azas, agar APBD yang disusun dapat dilaksanakan dengan baik dan benar. Beberapa prinsip disiplin anggaran dalam penyusunan anggaran daerah antara lain adalah (1) pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarkan

merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja; (2) penganggaran pengeluaran harus didukung oleh kepastian penerimaan daerah dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum tersedia atau tidak mencukupi anggarannya dalam APBD/Perubahan APBD; (3) semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan dalam APBD dan dibukukan dalam rekening Kas Umum Daerah. Aspek penting dalam penyusunan anggaran adalah penyelarasan kebijakan (policy), perencanaan (planning) dengan penganggaran (budget) antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah agar tidak tumpang tindih.

Arah pengelolaan pendapatan daerah dimasa depan difokuskan pada langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pemantapan kelembagaan dan sistem pemungutan pendapatan daerah; b. Intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber pendapatan daerah;

c. Peningkatan koordinasi dan pengawasan terhadap pemungutan pendapatan daerah;

d. Peningkatan pelayanan publik (masyarakat), baik kecepatan pelayanan pembayaran maupun kemudahan untuk memperoleh informasi dan kesadaran masyarakat wajib pajak/retribusi daerah; e. Pemenfaatan sumber daya organisasi secara efektif dan efisien;

f. Peningkatan upaya sosialisasi pendapatan daerah;

g. Peningkatan kualitas data dasar seluruh pendapatan daerah;

h. Peningkatan sinergitas dan koordinasi pendapatan asli daerah dengan SKPD terkait. Arah pengelolaan belanja daerah adalah sebagai berikut:

a. Efisiensi dan Efektivitas Anggaran. Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat meningkatkan pelayanan pada masyarakat yang harapan selanjutnya adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kualitas pelayanan masyarakat dapat diwujudkan dengan meningkatkan kompotensi sumber daya manusia aparatur daerah, terutama yang berhubungan langsung dengan kepentingan masyarakat.

b. Prioritas. Penggunaan anggaran diprioritaskan untuk mendanai kegiatan-kegiatan di bidang Reformasi Birokrasi dan Tata kelola, pendidikan, kesehatan, pariwisata dan budaya, ketahanan pangan, penanggulangan kemiskinan, pengembangan infrastruktur, pelestarian lingkungan, pembangunan perdesaan, pemberdayaan masyarakat, penanggulangan bencana, penanaman modal, pengembangan ekonomi kreatif, pembinaan pemuda dan olahraga;

c. Tolok ukur dan target kinerja. Belanja daerah pada setiap kegiatan disertai tolok ukur dan target pada setiap indikator kinerja yang meliputi masukan, keluaran dan hasil sesuai dengan tugas pokok dan fungsi;

d. Optimalisasi belanja langsung. Belanja langsung diupayakan untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan secara efisien dan efektif. Belanja langsung disusun atas dasar kebutuhan nyata masyarakat, sesuai strategi pembangunan untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik;

e. Transparan dan akuntabel. Setiap pengeluaran belanja dipublikasikan dan dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dipublikasikan berarti pula masyarakat dapat mengetahui informasi belanja. Pertanggungjawaban belanja tidak hanya dari aspek administrasi keuangan, tetapi menyangkut pula proses, keluaran dan hasilnya.

5.5. Indikator Kinerja berupa Indikator Umum dan Agenda Prioritas

Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif maupun kualitatif yang dapat menggambarkan tingkat pencapaian sasaran dan tujuan, baik pada tahap perencanaan (ex-ante), tahap pelaksanaan (on-going) maupun tahap setelah berakhirnya pelaksanaan (ex-post). Selain itu indikator kinerja juga digunakan untuk menyakinkan bahwa kinerja menunjukkan kemajuan dalam rangka menuju tercapainya sasaran dan tujuan.

Indikator kinerja daerah mencerminkan tingkat keberhasilan penyelenggaraan suatu urusan pemerintahan. Penetapan indikator kinerja daerah lebih menggambarkan tujuan akhir penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Penyelenggaran pemerintahan diukur dengan parameter kualitas manusia secara Internasional yaitu melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Aspek-aspek yang ditetapkan dalam penilaian kinerja pemerintah daerah meliputi (1) aspek kesejahteraan masyarakat, dengan fokus kesejahteraan ekonomi, pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial serta seni budaya dan olahraga, (2) aspek pelayanan umum meliputi pelayanan dasar dan pelayanan penunjang serta (3) aspek daya saing daerah meliputi kemampuan ekonomi daerah, fasilitas wilayah/infrastruktur, iklim berinvestasi dan tingkat pengembangan sumber daya manusia.

5.6. Arahan Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung

Penyusunan Perda Bangunan Gedung diamanatkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, yang menyatakan bahwa pengaturan dilakukan oleh pemerintah daerah dengan penyusunan Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan kondisi kabupaten/kota setempat serta penyebarluasan peraturan perundang-undangan, pedoman, petunjuk, dan standar teknis bangunan gedung dan operasionalisasinya di masyarakat.

Peraturan Daerah (Perda) tentang Bangunan Gedung (BG) merupakan instrumen penting untuk mengendalikan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah. Perda BG menjadi sangat penting karena pengaturan yang dimuat mengakomodasi berbagai hal yang bersifat administratif dan teknis dalam penyelenggaraan Bangunan Gedung sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di Indonesia serta dilengkapi dengan muatan lokal yang spesifik untuk setiap daerah.

Perda Bangunan Gedung mengatur tentang persyaratan administrasi dan teknis bangunan gedung. Salah satunya mengatur persyaratan keandalan gedung, seperti keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan. Persyaratan ini wajib dipenuhi untuk memberikan perlindungan rasa aman bagi pengguna bangunan gedung dalam melakukan aktifitas di dalamnya dan sebagai landasan operasionalisasi penyelenggaraan bangunan gedung di daerah. Utamanya untuk daerah rawan bencana,

Perda Bangunan Gedung sangat penting sebagai payung hukum di daerah dalam menjamin keamanan dan keselamatan bagi pengguna. Ketersediaan Perda BG bagi Kabupaten Samosir merupakan salah satu prasyarat dalam prioritas pembangunan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Samosir.

Manfaat atau keuntungan dari Perda BG bagi Pemda dan Masyarakat yang dilihat dari berbagai aspek atau sudut pandang, yaitu:

Dokumen terkait