• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH - DOCRPIJM 7126daa6a4 BAB V0 BAB 5 KETERPADUAN STRATEGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB V KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH - DOCRPIJM 7126daa6a4 BAB V0 BAB 5 KETERPADUAN STRATEGI"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

KETERPADUAN STRATEGI

PENGEMBANGAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH

5.1. ARAHAN RTRW KABUPATEN TAPANULI TENGAH

Berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2013 tentang Penataan Ruang, Kab. Tapanuli Tengah telah menyusun RTRW yang ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah Nomor 8 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2013 – 2033.

Dalam undang-undang tersebut, kawasan strategis dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan ruang lingkup dan kewenangannya yaitu kawasan strategis nasional, kawasan strategis provinsi dan kawasan strategis kabupaten/kota. Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 pasal 1 ayat (30) mendefinisikan kawasan strategis kabupaten/kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.

5.1.1. Kawasan Strategis Kabupaten Tapanuli Tengah

Kawasan strategis kabupaten/kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.

5.1.2. Kawasan Strategis Ekonomi

Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang dijabarkan dalam Permen PU No. 16 / PRT / M / 2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten, bahwa kawasan strategis ekonomi adalah kawasan yang memiliki nilai strategis ekonomi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten yang merupakan aglomerasi berbagai kegiatan ekonomi yang memiliki :

1. Potensi ekonomi cepat tumbuh;

2. Sektor unggulan yang dapat menggerakan pertumbuhan ekonomi; 3. Potensi ekspor;

4. Dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi; 5. Kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;

6. Fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan dalam mewujudkan ketahanan pangan;

7. Fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam mewujudkan ketahanan energi;

(2)

Kawasan Strategis Ekonomi di Kabupaten Tapanuli Tengah dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.1

Kawasan Strategis Ekonomi Kabupaten Tapanuli Tengah No Kawasan strategis

ekonomi Tipologi Lokasi

1 KSK Labuhan Angin

- Potensi ekonomi yang cepat tumbuh

- Kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas

- Kawasan Industri

Kecamatan Tapian Nauli

2 KSK Minapolitan

- Potensi ekonomi yang cepat tumbuh

- Kawasan perikanan

Kecamatan Sarudik Kecamatan Tapian Nauli

Kecamatan Sorkam Barat

Kecamatan Barus

3

KSK Agropolitan

- Potensi ekonomi yang cepat tumbuh

- Kawasan pertanian

Kecamatan Manduamas Kecamatan Kolang Kecamatan Badiri Kecamatan Sibabangun

5.1.3. Kawasan Strategis Sosial dan Budaya

Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang dijabarkan dalam Permen PU No. 16 / PRT / M / 2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten, bahwa kawasan strategis sosial dan budaya adalah kawasan budidaya maupun kawasan lindung yang merupakan :

1. Tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya; 2. Prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya;

3. Aset yang harus dilindungi dan dilestarikan; 4. Tempat perlindungan peninggalan budaya;

5. Tempat yang memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya; 6. Tempat yang memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial.

Kawasan Strategis Sosial dan Budaya di Kabupaten Tapanuli Tengah adalah KSK Cagar Budaya Barus di Kecamatan Barus dan Barus Utara. KSK ini merupakan kawasan konservasi warisan budaya di Kabupaten Tapanuli Tangah.

5.1.4. Kawasan Strategis Lingkungan

Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang dijabarkan dalam Permen PU No. 16 / PRT / M / 2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten, bahwa kawasan strategis lingkungan adalah kawasan yang memiliki nilai strategis fungsi dan daya dukung lingkungan hidup yang merupakan :

(3)

2. Kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau yang diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan;

3. Kawasan yang memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian;

4. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro;

5. Kawasan yang menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup;

6. Kawasan rawan bencana;

7. Kawasan yang sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan hidup.

(4)
(5)

5.2. ARAHAN PENGEMBANGAN POLA RUANG DAN STRUKTUR RUANG 5.2.1. Arahan Pengembangan Pola Ruang

Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah kabupaten yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.

Sesuai dengan hasil perumusan potensi dan masalah, strategi pengembangan wilayah dan rencana struktur tata ruang wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah, maka secara umum prinsip-prinsip dasar penyusunan arahan pola pemanfaatan ruang Kabupaten Tapanuli Tengah adalah sebagai berikut :

1. Menyeimbangkan pertumbuhan antara wilayah bagian selatan dan bagian utara;

2. Memanfaatkan potensi eksisting dengan optimal;

3. Mengeliminir masalah penyimpangan pemanfaatan ruang (tidak sesuai dengan NSPM) dan masalah kegiatan yang merusak lingkungan;

4. Membantu pemecahan masalah keterbatasan ruang di wilayah Kota Sibolga dan ikut mendorong peran Kota Sibolga sebagai Pusat Kegiatan Wilayah;

5. Keterpaduan pemanfaatan ruang dan sistem sarana dan prasarana wilayah dengan Kota Sibolga.

Berdasarkan Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional maka pengertian rencana pola ruang adalah rencana yang menggambarkan letak, ukuran dan fungsi dari kegiatan-kegiatan lindung dan budidaya. Substansi dari rencana pola ruang meliputi batas-batas kegiatan sosial, ekonomi, budaya dan kawasan-kawasan lainnya (kawasan lindung dan budidaya). Adapun tujuan pengembangan rencana pola ruang adalah :

1. Pemanfaatan ruang harus memperhatikan daya dukung lingkungan;

2. Tersedianya lahan yang dapat menampung perkembangan jumlah penduduk dan tenaga kerja;

3. Terciptanya sinkronisasi antara rencana pola ruang dan rencana struktur ruang yang dikembangkan;

4. Memperhatikan kesesuaian lahan dan kondisi eksisting;

5. Mewujudkan aspirasi masyarakat.

(6)

yang direncanakan diasumsikan dikelilingi oleh kawasan pertanian (tanaman pangan dan perkebunan) atau oleh kawasan perikanan (budidaya dan perikanan tangkap).

5.2.2. Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung

Rencana pola pemanfaatan ruang kawasan lindung bertujuan untuk mewujudkan kelestarian fungsi lingkungan hidup, meningkatkan daya dukung lingkungan dan menjaga keseimbangan ekosistem antar wilayah guna mendukung proses pembangunan berkelanjutan. Berdasarkan fungsinya, pembagian Kawasan Lindung dibedakan menjadi (sesuai Permen PU No.16/PRT/M2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten):

a. Kawasan hutan lindung;

b. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, meliputi: kawasan bergambut dan kawasan resapan air;

c. Kawasan perlindungan setempat, meliputi: sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, kawasan sekitar mata air, serta kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal lainnya;

d. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya meliputi: kawasan suaka alam, kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya, suaka margasatwa dan suaka margasatwa laut, cagar alam dan cagar alam laut, kawasan pantai berhutan bakau, taman nasional dan taman nasional laut, taman hutan raya, taman wisata alam dan taman wisata alam laut, kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;

e. Kawasan rawan bencana alam, meliputi: kawasan rawan tanah longsor, kawasan rawan gelombang pasang dan kawasan rawan banjir;

f. Kawasan lindung geologi, meliputi: kawasan cagar alam geologi, kawasan rawan bencana alam geologi dan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah; dan

g. Kawasan lindung lainnya, meliputi: cagar biosfer, ramsar, taman buru, kawasan perlindungan plasma-nutfah, kawasan pengungsian satwa, terumbu karang dan kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut yang dilindungi.

5.2.2.1. Rencana Pengembangan Kawasan yang Memberikan Perlindungan di Bawahnya a. Kawasan Resapan Air

(7)

untuk kawasan bawahannya maupun kawasan yang bersangkutan. Kawasan ini yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya terutama berkaitan dengan fungsi hidrorologis untuk pencegahan banjir, menahan erosi dan sedimentasi, serta mempertahankan fungsi peresapan bagi air tanah serta perlindungan ekosistim subtropis.

Pada Kabupaten Tapanuli Tengah yang termasuk dalam kawasan ini adalah kawasan berada pada ketinggian 105 meter d.p.l. dengan kelerengan lebih besar dari sekitar 40 %, mempunyai skor lebih dari 175 menurut SK Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980, mempunyai jenis tanah sangat peka terhadap erosi, yaitu jenis tanah dengan nilai 5 (regosol, litosol, organosol dan rezina) dan kelas lereng lebih besar dari 15%, memiiki bercurah hujan tinggi dan mampu meresapkan air ke dalam tanah. Kawasan resapan air terdapat di Kecamatan Sibabangun, Kecamatan Tukka, Kecamatan Sarudik, Kecamatan Sitahuis, Kecamatan Tapian Nauli, Kecamatan Kolang, Kecamatan Pasaributobing, Kecamatan Sorkam dan Kecamatan Manduamas.

5.2.3. Rencana Pengembangan Kawasan Perlindungan Setempat

Kawasan perlindungan setempat bertujuan untuk melindungi keberlangsungan sumber air baku, ekosistem daratan, keseimbangan lingkungan kawasan, menciptakan keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat, serta meningkatkan keserasian lingkungan wilayah sebagai sarana pengaman lingkungan wilayah yang aman, nyaman, segar, indah, dan bersih.

Kawasan perlindungan setempat yang berfungsi melestarikan fungsi badan perairan dan kerusakan oleh kegiatan budidaya. Pada Kabupaten Tapanuli Tengah yang termasuk dalam kawasan ini adalah kawasan berada pada sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau/waduk dan dam, kawasan sekitar mata air, luas kawasan perlindungan setempat di Kabupaten Tapanuli Tengah kurang lebih 2.319,64 Ha. Kawasan perlindungan setempat meliputi :

A. Kawasan Sempadan Pantai

Kawasan sempadan pantai adalah wilayah tertentu sepanjang yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Kawasan sempadan pantai yang meliputi daratan sepanjang tepian pantai yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 200 meter dari titik pasang tertinggi kearah darat.

(8)

Rencana pengembangan kawasan sempadan pantai di Kabupaten Tapanuli Tengah ditetapkan :

a. Kawasan sempadan pantai yang meliputi daratan sepanjang tepian pantai ditetapkan minimal 200 meter dari titik pasang tertinggi kearah darat. Pengecualiannya adalah kawasan-kawasan terbangun, seperti pelabuhan, TPI, dan lain sebagainya, dikeluarkan dari kawasan sempadan pantai dan merupakan bagian dari kawasan budidaya;

b. Kawasan pesisir Pantai Barat yaitu Kecamatan Badiri, Kecamatan Pandan, Kecamatan Sarudik, Kecamatan Tapian Nauli, Kecamatan Kolang, Kecamatan Sorkam Barat, Kecamatan Sosorgadong, Kecamatan Barus, Kecamatan Andam Dewi dan Kecamatan Manduamas.

B. Kawasan Sempadan Sungai

Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai termasuk sungai buatan yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Perlindungan terhadap sempadan sungai dilakukan untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengamankan aliran sungai.

Kawasan sempadan sungai dengan lebar 100 meter di kiri-kanan sungai besar dan 50 meter di kiri-kanan anak sungai yang berada di luar permukiman.

Garis sempadan sungai di kawasan permukiman diperkirakan cukup untuk membangun jalan inspeksi yaitu antara 10 – 15 meter.

Di Kabupaten Tapanuli Tengah terdapat sungai-sungai yang mengalir ke arah Pantai Barat Sumatera Utara. Sungai-sungai ini telah digunakan untuk irigasi ½ teknis yang dimanfaatkan untuk mengairi sawah serta kebutuhan air minum.

Kawasan sempadan sungai yang ditetapkan/diarahkan sebagai kawasan lindung dapat digunakan untuk kegiatan budidaya sejauh tidak mengganggu fungsi lindungnya, misalnya digunakan untuk lapangan olah raga, kawasan rekreasi, dan sebagainya.

Sempadan sungai, di wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah seluas kurang lebih 20,619 (dua puluh ribu enam ratus sembilan belas) hektar meliputi seluruh sungai yang melewati Kabupaten Tapanuli Tengah.

C. Kawasan Sekitar Waduk atau Danau

Kawasan Sempadan Waduk dan Danau, untuk melindungi waduk dan danau dari kegiatan yang dapat mengganggu dan atau merusak kualitas air waduk dan danau, kondisi fisik pinggir serta dasar waduk dan danau, ditetapkan sepanjang tepian waduk dan danau selebar 100 meter (seratus meter) proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik waduk dan danau diukur dari titik pasang tertinggi waduk dan danau ke arah darat, meliputi :

a. Danau Pandan di Kecamatan Pinangsori

(9)

D. Kawasan Sekitar Mata Air

Kawasan sekitar mata air yang meliputi sekurang-kurangnya radius 200 meter disekitar mata air melindungi mata air dari kegiatan yang dapat mengganggu dan atau merusak kualitas air dan kondisi fisik mata air. Kawasan ini umumnya berada di wilayah perbukitan diantaranya terletak di Kecamatan Barus Utara, Kecamatan Pasaributobing, Kecamatan Kolang, Kecamatan Tapian Nauli, Kecamatan Sitahuis, Kecamatan Tukka, Kecamatan Pinangsori.

E. RTH kawasan perkotaan dengan luas RTH kurang lebih 30% (tiga puluh persen) dari luas seluruh perkotaan meliputi:

a. RTH Perkotaan Pandan;

b. RTH Perkotaan Pinangsori;

c. RTH Perkotaan Tapian Nauli;

d. RTH Perkotaan Sarudik;

e. RTH perkotaan Sorkam;

f. RTH perkotaan Barus; dan

g. RTH perkotaan Manduamas.

5.2.4. Kawasan Rawan Bencana Alam

Kawasan rawan bencana alam adalah kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam. Penentuan kawasan rawan bencana alam dilakukan dengan metode scoring

terhadap informasi geologi. Caranya dengan membobot parameter geologi yang berperan dalam penentuan masing-masing kawasan rawan bencana dan mengalikan dengan nilai kemampuan dari masing-masing parameter geologi sesuai situasi kondisi wilayahnya.

Pola ruang untuk kawasan rawan bencana berdasarkan tingkat kerawaannya dapat dimanfaatkan sebagai kawasan/fungsi budidaya. Sedangkan analisa tingkat kerawanan dilakukan dengan menganalisa aspek fisik geologi dengan metodescoring.

A. Kawasan Rawan Bencana Longsor

(10)

Tabel 5.2

Pembobotan Informasi Geologi Untuk Kawasan Rawan Bencana Longsor Kabupaten Tapanuli Tengah

Komponen Klas Komponen Nilai

Kemampuan Bobot Skor

Kemiringan lereng

1. Kemiringan 0 % – 8 % 1

5

5

2. Kemiringan 8 % - 25 % 2 10

3. Kemiringan 25 % - 40 % 3 15

4. Kemiringan 40 % 5 5

Batuan

1. Kode : Qh, Qp 1

4

4

2. Kode : Qvt, Tmvak, Tmvp 3 12

3. Kode : Tmba, Tlsb 5 20

4. Kode : Mpisl, Puk 2 8

Curah hujan

1. 2500 - 3000 mm/thn 1

4

4

2. 3000 - 3500 mm/thn 2 8

3. 3500 - 4000 mm/thn 3 12

4. > 4000 mm/thn 5 20

Struktur geologi

1. < 100 m 5

3

15

2. 100 - 1000 m 3 9

3. > 1000 m 1 3

Sumber : RTRW Kabupaten Tapanuli Tengah

(11)

Tabel 5.3

Distribusi Sebaran Tingkat Kerawanan Bencana Longsor per Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah

Kecamatan

Luas (Ha) per Tingkat Kerawanan

Jumlah Total (Ha) Sangat

Tinggi Tinggi Sedang Rendah

Andam Dewi 2.284,03 2.194,62 3.226,52 623,48 8.328,65

Badiri 732,27 4.044,02 9.945,92 1.606,05 16.328,26

Barus - 35,57 914,24 568,94 1.518,75

Barus Utara - 246,15 750,39 77,12 1.073,67

Kolang 520,43 9.360,22 12.803,52 2.991,80 25.675,97

Lumut 1.037,75 2.127,59 4.636,96 446,58 8.248,879

Manduamas 3.569,50 3.847,54 10.600,63 13.858,80 3.1876,48

Pandan 1,79 1.870,82 3.389,06 543,46 5.805,14

Pasaribu Tobing 1.730,56 4.403,35 189,90 - 6.323,81

Pinang Sori 86,83 7.088,91 10.430,21 781,71 18.387,66

Sarudik 230,82 2.809,22 1.634,05 72,31 4746,4

Sibabangun 2.632,22 6.982,71 3.355,12 230,29 13.200,33

Sirandorung 386,75 2.014,37 5.078,39 2.141,59 9.621,11

Sitahuis 1.527,12 3.265,03 1.387,82 - 6.179,97

Sorkam 205,59 6.631,76 6.667,55 1.002,81 14.507,72

Sorkam Barat 59,64 982,47 4.208,26 28,63 5.279,00

Sosorgadong 8.535,44 7.575,46 4.707,63 282,23 21.100,76

Sukabangun - 381,84 3.660,85 546,43 4.589,12

Tapian Nauli - 3.203,22 5.964,74 8.822,04 17.990,00

Tukka 3.421,15 6.464,57 2.508,58 34,13 12.428,43

Jumlah Total (Ha) 26.961,92 75.529,45 96.060,33 34658,41 233.210,10

Sumber : RTRW Kabupaten Tapanuli Tengah

B. Kawasan Rawan Banjir

Kawasan Rawan Banjir, adalah kawasan yang diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana banjir yang disebabkan oleh alam maupun kegiatan manusia secara tidak langsung, yaitu pada dataran di bagian hilir dan muara sungai, kawasan cekungan di sepanjang bantaran sungai. Daerah yang berpotensi tinggi mengalami bencana banjir di Kabupaten Tapanuli Tengah adalah meliputi Kecamatan Pandan, Kecamatan Sarudik, Kecamatan Sorkam, Kecamatan Barus, Kecamatan Sorkam Barat, dan Kecamatan Kolang.

C. Kawasan Rawan Gelombang Pasang Surut

(12)

5.2.5. Rencana Pengembangan Kawasan Lindung Geologi

A. Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi

Parameter geologi yang digunakan dalam penentuan kawasan rawan bencana gempabumi adalah : sifat fisik batuan, kemiringan lereng, struktur geologi serta kondisi kegempaan. Data kegempaan yang digunakan dalam menganalisa data keterjadian gempa selama sepuluh tahun (2000-2009). Dari hasil skoring akan diperoleh peta kawasan rawan bencana gempa bumi dan akan menggambarkan sebaran dari masing-masing tingkat kerawanan bencana gempa bumi yang dibagi atas tiga tingkat kerawanan, yaitu: kawasan rawan bencana gempa tinggi, sedang dan rendah. Penyebaran masing-masing tingkat kerentanan perkecamatan seperti yang terlihat pada Tabel 5.3. Pada tabel terlihat tingkat kerentanan rendah sebarannya lebih luas dibandingkan tingkat kerentanan lainnya.

Tabel 5.4

Distribusi Sebaran Tingkat Kerawanan Bencana Gempabumi per Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah

Kecamatan

Luas (Ha) Tingkat Kerawanan

Jumlah Total (Ha)

Tinggi Sedang Rendah Sangat

Rendah

Andam Dewi 59,39 1.303,43 6.826,86 138,97 8.328,65

Badiri 415,16 3.111,59 12.774,59 26,92 16.328,26

Barus - 118,21 1.400,54 - 1.518,75

Barus Utara - 146,75 926,93 - 1.073,67

Kolang 9,38 4.332,18 18.391,11 2.943,29 25.675,97

Lumut 87,13 1.808,22 6.353,52 - 8.248,88

Manduamas 102,92 3.313,90 22.566,91 5.892,74 31.876,48

Pandan - 934,87 4.508,32 361,95 5.805,14

Pasaribu Tobing 152,71 3.759,99 2.399,78 11,33 6.323,81

Pinang Sori 7,65 4.032,04 14.347,98 - 18.387,66

Sarudik 4,38 536,08 3.897,48 308,46 4.746,40

Sibabangun 64,52 3.037,77 10.098,03 - 13.200,33

Sirandorung - 633,46 8.081,39 906,26 9.621,11

Sitahuis - 480,16 3.573,07 2.126,75 6.179,97

Sorkam - 1.111,56 1.3396,16 - 14.507,72

Sorkam Barat - 740,89 4.509,48 28,63 5.279,00

Sosorgadong 247,64 5.439,04 15.259,68 154,41 21.100,76

Sukabangun - 679,68 3.459,50 449,93 4.589,115

Tapian Nauli - 818,99 8.756,74 8.414,26 17.990,00

Tukka 504,71 4.848,29 6.379,81 695,61 12.428,43

(13)

B. Kawasan Rawan Bencana Tsunami

Penentuan kawasan rawan bencana tsunami di dasarkan pada beda tinggi dataran pantai terhadap garis pantai, bentuk morfologi pantainya serta bentuk geometri pantainya (bentuk teluk atau pantai lurus). Berdasarkan hal tersebut tingkat kerawanan kawasan rawan bencana tsunami dibagi atas tiga tingkat, yaitu kerawanan tinggi, sedang dan rendah dan distribusi masing-masing tingkat kerawanan perkecamatan seperti padaTabel 5.5.

Tabel 5.5

Distribusi Sebaran Tingkat Kerawanan Bencana Tsunami per Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah

Kecamatan Luas (Ha) per Tingkat Kerawanan Jumlah Total (Ha)

Rendah Sedang Tinggi

Andam Dewi 5.697,06 1.387,77 1.243,83 8.328,65

Badiri 4.681,35 9.493,86 2.153,04 16.328,26

Barus 58,56 704,04 756,16 1.518,75

Barus Utara 878,86 194,81 - 1.073,67

Kolang 16.631,49 6.434,51 2.609,97 25.675,97

Lumut 8.248,88 - - 8.248,88

Manduamas 16.433,22 9.123,99 6.319,27 31.876,48

Pandan 2.538,94 2.211,69 1.054,51 5.805,14

Pasaribu Tobing 6.237,60 86,21 - 6.323,81

Pinang Sori 12.682,12 4.554,93 1.150,61 18.387,66

Sarudik 3.199,83 1.191,02 355,55 4.746,40

Sibabangun 13.200,33 - - 13.200,33

Sirandorung 5.668,46 3.066,28 886,37 9.621,11

Sitahuis 6.069,00 110,98 - 6.179,97

Sorkam 11.348,06 2.299,93 859,74 14.507,72

Sorkam Barat 1.262,98 2.676,48 1.339,54 5.279,00

Sosorgadong 16.835,04 2.279,52 1.986,20 21.100,76

Sukabangun 4.589,12 - - 4.589,12

Tapian Nauli 3.943,29 2.372,65 11.674,06 17.990,00

Tukka 11.687,14 741,29 - 12.428,43

Jumlah Total (Ha) 151.891,32 48.929,95 32.388,84 233.210,11

Sumber : Hasil Perhitungan

(14)

Tabel 5.6

Pola Ruang Kawasan Rawan Bencana Kabupaten Tapanuli Tengah Kawasan Rawan Bencana Tingkat

Kerawanan Pola Ruang

Longsor

Tinggi Kawasan fungsi lindung

Sedang

Kawasan fungsi budi daya Rendah

Sangat rendah

Gempabumi

Sangat Tinggi Kawasa fungsi lindung

Tinggi

Kawasan fungsi budi daya Sedang

Rendah

Tsunami

Tinggi Kawasa fungsi lindung

Sedang

Kawasan fungsi budi daya Rendah

Sumber : Hasil Perhitungan

5.2.6. Rencana Kawasan Lindung Lainnya

Kawasan lindung lainnya di Kabupaten Tapanuli Tengah meliputi :

a. Kawasan perlindungan terumbu karang, adalah Pulau Mursala dan sekitarnya yang digunakan kegiatan wisata alam yang berada di Kecamatan Tapian Nauli dan kawasan perlindungan karang juga berada di Kecamatan Badiri dengan luas kurang lebih 81.243 hektar.

b. Kawasan perlindungan pesisir dan pulau-pulau kecil adalah kawasan gugusan pulau terdiri atas 31 pulau yang berada di Kabupaten Tapanuli Tengah meliputi :

1. Pulau Bakar, 2. Pulau Bangke, 3. Pulau Batuhitam, 4. Pulau Batulayar, 5. Pulau Batumandi, 6. Pulau Dundun, 7. Pulau Jambe, 8. Pulau Janggi,

9. Pulau Kalimantung Nagodang, 10. Pulau Kalimatung Namenek, 11. Pulau Karang Jambe, 12. Pulau Karang, 13. Pulau Lipan, 14. Pulau Lipatkain,

(15)

17. Pulau Mursala, 18. Pulau Pane, 19. Pulau Panjang, 20. Pulau Porlak, 21. Pulau Pune, 22. Pulau Puti,

23. Pulau Silabulabu Godang, 24. Pulau Silabulabu Namenek, 25. Pulau Sitaban Barat, 26. Pulau Situngkus, 27. Pulau Sorkam, 28. Pulau Talam, 29. Pulau Tarida Menek, 30. Pulau Tarida, dan 31. Pulau Ungge.

Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil di wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah akan diatur dalam Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten.

5.2.7. Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya

Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Kawasan budidaya merupakan kawasan di luar kawasan lindung. Penetapan kawasan budidaya dititikberatkan pada usaha untuk memberikan arahan pengembangan berbagai kegiatan budidaya sesuai dengan fungsi sumber daya yang ada dengan memperhatikan optimasi pemanfaatannya.

Pengarah kawasan budidaya dalam rencana tata ruang wilayah Kabupaten ditujukan untuk : 1. Memberikan arahan pemanfaatan ruang kawasan budidaya secara optimal,

berdayaguna dan berhasil guna, serasi, seimbang dan berkelanjutan;

2. Memberikan arahan bagi perubahan jenis pemanfaatan ruang antar kegiatan budidaya yang berbeda;

3. Memberikan arahan bagi perubahan jenis pemanfaatan ruang dari jenis kegiatan budidaya terutama ke jenis yang lain.

Proses penentuan kawasan budidaya ini mengacu kepada:

1. Kawasan lindung yang telah ditetapkan sebelum dan menjadi pembatas bagi penetapan kawasan budidaya;

2. Rencana Struktur Tata Ruang yang dituju;

3. Kriteria menurut Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Daerah yang diterbitkan oleh Kelompok Kerja Tim Tata Ruang Nasional;

(16)

Berdasarkan pedoman-pedoman di atas, maka kawasan budidaya yang direncanakan di Kabupaten Tapanuli Tengah adalah:

1. Kawasan hutan produksi :

• Kawasan hutan produksi terbatas • Kawasan hutan produksi tetap 2. Kawasan pertanian :

• Kawasan pertanian lahan basah • Kawasan pertanian lahan kering • Holtikultura

• Kawasan peternakan

3. Kawasan tanaman tahunan/perkebunan 4. Kawasan perikanan

5. Kawasan pertambangan 6. Kawasan perindustrian 7. Kawasan pariwisata 8. Kawasan permukiman 9. Kawasan peruntukan lainnya

5.2.8. Arahan Pengembangann Pola Ruang Kawasan Peruntukan Permukiman

Pengembangan kawasan pemukiman terkait dengan sektor-sektor lain, terutama sektor fisik prasarana. Kawasan yang dikembangkan untuk pemukiman memiliki beberapa syarat, antara lain :

• Memiliki sumber air yang terjamin kontiniuitasnya.

• Aksesbilitas (keterjangkauan transportasi) mudah.

• Dekat dengan pusat-pusat ekonomi-sosial.

• Mudah dalam pengembangan sarana prasarana seperti penerangan, komunikasi/telepon, air bersih dan sebagainya.

• Resiko bencana alam kecil.

Pola pengembangan pemukiman diselaraskan dengan pola pemanfaatan ruang untuk sektor lain, sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam pemanfaatan ruang. Hal ini terutama agar tidak terjdi dislokasi kawasan budidaya menjadi kawasan pemukiman, terlebih dengan semakin banyaknya jumlah penduduk. Penggunaan kawasan budidaya menjadi kawasan pemukiman akan berakibat pada menurunnya produktifitas lahan secara keseluruhan dan menurunnya tingkat kemandirian kawasan.

Penerapan kriteria kawasan peruntukan permukiman secara tepat diharapkan akan mendorong terwujudnya kawasan permukiman yang diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

(17)

b. Meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya;

c. Tidak mengganggu fungsi lindung;

d. Tidak mengganggu upaya pelestarian kemampuan sumber daya alam;

e. Meningkatkan pendapatan masyarakat;

f. Meningkatkan pendapatan nasional dan daerah;

g. Menyediakan kesempatan kerja; dan/atau

h. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

A.

Peruntukan Permukiman Perkotaan

Kawasan permukiman perkotaan dikembangkan pada daerah pusat-pusat pelayanan, yaitu pada setiap ibukota kecamatan. Pengembangan kawasan permukiman perkotaan utama akan direncanakan pada Kota Pandan. Pengembangan kawasan permukiman perkotaan tersebut dilakukan dengan meningkatkan fasilitas-fasilitas pelayanan yang seharusnya ditempatkan sesuai dengan fungsi kotanya, seperti fasilitas pendidikan, kesehatan perdagangan, perekonomian, pemerintahan, jasa dan lain sebagainya.

Pengembangan kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten Tapanuli Tengah diarahkan pada penyediaan prasarana dan sarana dasar (PSD) bagi kawasan rumah sehat sederhana (RSH), penataan dan peremajaan kawasan, serta peningkatan kualitas permukiman.Berdasarkan hal tersebut, maka Rencana Pengelolaan Kawasan Perkotaan di Kabupaten Tapanuli Tengah meliputi :

1. Mengembangkan Kawasan Perkotaan yang mampu memberikan pelayanan optimal bagi masyarakat melalui penyediaan sarana dan prasarana yang memadai sehingga memungkinkan masyarakat untuk mengembangkan berbagai kegiatan perdagangan, jasa dan industri serta kegiatan sosial-ekonomi-budaya lainnya

2. Pengembangan kawasan permukiman perkotaan akan dikembangkan pada ibukota Kabupaten, ibukota kecamatan dan kawasan strategis sebagai antisipasi pertumbuhan penduduk akibat pertumbuhan secara alamiah maupun akibat urbanisasi dan berbagai fasilitas pendukungnya

3. Untuk lebih terarahnya pembangunan permukiman di Kabupaten Tapanuli Tengah perlu ditindaklanjuti dengan penyusunan Rencan Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah (RP4D)

4. Mendorong pihak swasta menanamkan investasinya dalam pengembangan Kawasan Perkotaan.

(18)

6. Mengembangkan keterkaitan dengan kawasan perkotaan di Kota Sibolga, sehingga dapat bersinergi atau saling menguntungkan baik dari aspek sosial, ekonomi dan budaya.

7. Mengembangkan keterkaitan antara Kawasan Perkotaan dengan Kawasan Perdesaan dan kawasan lainnya untuk menciptakan sinergi bagi perkembangan wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah secara keseluruhan.

8. Pemerintah Kab. Tapanuli Tengah bertanggungjawab dalam pengembangan dan pengelolaan Kawasan Perkotaan dengan memperhatikan kondisi, karakteristik dan potensi sosial-ekonomi dan prospek pengembangan Kawasan Perkotaan dalam konstelasi wilayah yang lebih luas.

9. Pengawasan dan penertiban pemanfaatan Kawasan Perkotaan dilakukan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah untuk menjaga kelestarian lingkungan, keberlangsungan pembangunan dan tata nilai setempat.

Pengembangan kawasan permukiman perkotaan, ditetapkan dengan ketentuan berikut :

a. Memiliki akses menuju pusat kegiatan masyarakat di luar kawasan;

b. Memiliki kelengkapan prasarana, sarana dan utilitas pendukung;

c. Sesuai dengan kriteria teknis kawasan peruntukan permukiman yang ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

d. Pengendalian perkembangan permukiman perkotaan, melalui:

1. Pengembangan Kasiba/Lisiba;

2. Penyediaan lingkungan siap bangun (lisiba) untuk pembangunan hunian vertikal dengan peran serta swasta dan masyarakat; dan

3. Revitalisasi kawasan permukiman kumuh.

e. Pengembangan kawasan permukiman perkotaan diarahkan untuk:

1. Mengembangkan kawasan permukiman vertikal pada kawasan perkotaan dengan intensitas pemanfaatan ruang menengah hingga tinggi; dan

(19)

Tabel 5.7

Luas Kawasan Perkotaan dan Estimasi Kebutuhan RTH Kawasan Perkotaan di Kabupaten Tapanuli Tengah

No

1 PKL Barus Kecamatan Barus 17,748 33,194 50,000 500 100 150

2 PKL Pandan Kecamatan

Pandan 43,259 80,813 100,000 1,000 200 300

3 PKL Pinangsori Kecamatan

Pinangsori 21,725 40,318 50,000 500 100 150

4 PKLp Tapian Nauli Kecamatan

Tapian Nauli 21,549 40,250 50,000 500 100 150

5 PKLp Sarudik Kecamatan

Sarudik 19,774 36,940 50,000 500 100 150

6 PPK Manduamas Kecamatan

Manduamas 20,259 37,832 25,000 500 100 150

7 PPK Sorkam Barat

Kecamatan

Sorkam Barat 16,360 29,762 25,000 500 100 150

8 PPL Badiri Kecamatan Badiri 22,544 42,009 25,000 500 100 150

9 PPL Sibabangun Kecamatan

Sibabangun 16,632 31,115 25,000 500 100 150

10 PPL Lumut Kecamatan Lumut 9,250 18,381 10,000 200 40 60

11 PPL Suka Bangun

Kecamatan Suka

Bangun 3,632 6,794 5,000 100 20 30

12 PPL Tukka Kecamatan Tukka 13,692 25,153 15,000 300 60 90

13 PPL Sitahuis Kecamatan

Sitahuis 5,411 10,091 5,000 100 20 30

14 PPL Kolang Kecamatan

Kolang 18,485 34,571 25,000 500 100 150

15 PPL Sorkam Kecamatan

Sorkam 17,647 32,914 25,000 500 100 150

16 PPL PasaribuTobing KecamatanPasaribu Tobing 7,179 14,130 10,000 200 40 60

17 PPL Sosor Gadong

Kecamatan Sosor

Gadong 14,058 26,226 20,000 400 80 120

18 PPL Andam Dewi Kecamatan

Andam Dewi 15,455 28,790 20,000 400 80 120

19 PPL Barus Utara Kecamatan Barus

Utara 4,585 8,551 5,000 100 20 30

20 PPL Sirandorung Kecamatan

Sirandorung 13,744 25,648 15,000 300 60 90

JUMLAH 322,988 603,482 555,000 8,100 1,620 2,430

Sumber: RTRW Kab. Tapanuli Tengah

B.

Peruntukan Permukiman Perdesaan

Pengembangan kawasan permukiman perdesaan di Kabupaten Tapanuli Tengah diarahkan pada pengembangan Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) dan Pengembangan Kawasan Agropolitan.

(20)

Keterpaduan antar kawasan akan lebih efisien dan efektif dalam penyediaan prasarana dan sarana dasar perdesaannya. Adapun tujuan pengelolaan Kawasan Perdesaan adalah :

1. Mengembangkan Kawasan Perdesaan yang dapat mendukung kesatuan sistem dan keterkaitan fungsional antara Kawasan Perdesaan dengan Kawasan Perdesaan dan antara Kawasan Perdesaan dengan kawasan lainnya.

2. Menciptakan keserasian perkembangan kegiatan pertanian dalam mendukung pengembangan wilayah sekitarnya.

3. Mencegah terjadinya kerusakan lingkungan dan keanekaragaman hayati.

4. Agar sumbe rdaya alam dan sumber daya buatan dapat dimanfaatkan secara optimal.

5. Mendorong tercipta lingkungan perumahan dan permukiman yang layak, bersih, sehat dan aman.

Berdasarkan hal tersebut, maka Rencana Pengelolaan kawasan perdesaan di Kabupaten Tapanuli Tengah diwujudkan dalam bentuk :

1. Pengembangan ekonomi perdesaan

2. Penyempurnaan prasarana dan sarana dasar

3. Mengembangkan keterkaitan Desa - Kota

4. Peningkatan aksesibilitas ke/dari Kawasan Perdesaan.

5. Kawasan permukiman perdesaan tersebar di seluruh wilayah Kabupaten

6. Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah bertanggung-jawab dalam pengembangan dan pengelolaan Kawasan Perdesaan dengan memperhatikan kondisi, karakteristik dan potensi sosial-ekonomi dan sosial-budaya setempat.

7. Pengawasan dan penertiban pemanfaatan Kawasan Perdesaan dilakukan Pemerintah Kabupaten Tapanuli untuk menjaga kelestarian lingkungan, keberlangsungan pembangunan dan tata nilai setempat.

Pengembangan kawasan permukiman pedesaan, ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Optimalisasi potensi lahan budidaya dan sumber daya alam setempat guna mendorong pertumbuhan sosial ekonomi di wilayah-wilayah yang belum berkembang;

2. Menata kawasan permukiman perdesaan dengan prinsip konservasi dan penanggulangan bencana;

3. Meningkatkan sarana dan prasarana dasar permukiman di desa tertinggal/terpencil, desa perbatasan dengan kabupaten/kota, permukiman kumuh dan kawasan rawan bencana; dan

(21)

peternakan, perikanan, pengelolaan sumber daya alam, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.

C. Kawasan Peruntukan Lainnya

Rencana pengembangan kawasan peruntukan lainnya meliputi kawasan pertahanan keamanan dan kawasan lainnya. Untuk menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan nasional (Hankamnas) yang stabil dan mantap, maka perlu ditetapkan kawasan-kawasan yang bersifat strategis bagi kepentingan Hankamnas. Arahan pengembangan kawasan strategis Hankamnas dimaksudkan bagi menjamin kondisi pertahanan dan keamanan nasional yang stabil dan mantap dan mendorong terciptanya penatan ruang yang serasi antara kepentingan strategis Hankamnas dengan kegiatan sosial ekonomi masyarakat.

Arahan lokasi yang diperuntukkan dalam kepentingan Hankamnas di Kabupaten Tapanuli Tengah antara meliputi kawasan pangkalan militer angkatan laut dengan luas kurang lebih 200 (dua ratus) hektar berada di Kecamatan Tapian Nauli dan kawasan Sat Radar Angkatan Udara di Kecamatan Sorkam.

Berdasarkan penjabaran di atas baik mulai dari rencana kawasan lindung hingga rencana kawasan budidaya, maka diperoleh rencana pola ruang Kabupaten Tapanuli Tengah yang dapat dilihat padaTabel 5.8berikut.

Tabel 5.8

Luasan Rencana Pola Ruang Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2013-2033

No Penggunaan Lahan Luas (Ha) Prosentase (%)

A Kawasan Lindung 118.589 54

1 Hutan Lindung 58.647 27

2 Hutan Produksi Terbatas 52.280 24

3 Hutan Produksi 7.662 3

B Kawasan Budidaya 100.909 46

1 Kawasan Perkebunan 40.386 18

2 Kawasan Pertanian 39.111 18

- Pertanian Lahan Basah 12.458 6

- Pertanian Lahan Kering 26.653 12

3 Kawasan Permukiman 15.247 7

4 Kawasan Lainnya 6.165 3

(22)
(23)

5.3. ARAHAN PENGEMBANGAN STRUKTUR RUANG

Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah terdiri atas Rencana Sistem Prasarana Utama dan Rencana Sistem Prasarana Lainnya. Sistem Prasarana Utama adalah merupakan komponen yang penting dalam pembentukan struktur ruang wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah yang terdiri atas sistem transportasi darat, sistem jaringan transportasi perkeretaapian, sistem jaringan transportasi laut dan sistem jaringan transportasi udara. Sementara untuk Rencana Sistem Prasarana Lainnya diantaranya adalah sistem jaringan energy, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air dan sistem jaringan prasarana wilayah lainnya.

Untuk lebih jelas uraian substansi rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah dijelaskan dalam uraian berikut:

5.3.1. Rencana Sistem Perkotaan

Berdasarkan RTRW Provinsi Sumatera Utara telah ditetapkan untuk tata jenjang pusat-pusat pelayanan di Kabupaten Tapanuli Tengah terdiri dari 3 (Tiga) tingkatan tata jenjang pusat permukiman/pusat-pusat pelayanan, yaitu; PKL (Pusat Kegiatan Lokal), PPK (Pusat Pelayanan Kawasan) dan PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan).

a. PKL (Pusat Kegiatan Lokal): adalah Kawasan Perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan yang ditetapkan dalam RTRWP (Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi);

b. PPK (Pusat Pelayanan Kawasan) : adalah Kawasan Perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa;

c. PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan) :adalah Pusat Permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.

Diagram Tata Jenjang Sistem Pusat-Pusat Permukiman

Penentuan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dan Pusat Kegiatan Lokal Promosi ditetapkan sesuai dengan ketentuan sistem perkotaan Provinsi Sumatera Utara berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Sumatera Utara. Sedangkan penentuan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) ditentukan berdasarkan analisis kebutuhan ruang kawasan perkotaan di Kabupaten Tapanuli Tengah hingga akhir tahun perencanaan (tahun 2033).

PKL

PPK

PPK

PPL

PPL

PPL

(24)

Pusat Kegiatan Lokal (PKL) di Kecamatan Pandan dan Barus sementara Kecamatan Tapian Nauli, Kecamatan Sarudik, Kecamatan Manduamas, Kecamatan Sorkam Barat dan Kecamatan Pinangsori diarahkan menjadi Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dimana PPK Kecamatan Tapian Nauli dan Kecamatan Sarudik diarahkan untuk ditingkatkan menjadi PKLp dan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) diarahkan pada Kecamatan Sirandorung, Kecamatan Andam Dewi, Kecamatan Barus Utara, Kecamatan Sosorgadong, Kecamatan Pasaribu Tobing, Kecamatan Sorkam, Kecamatan Kolang, Kecamatan Sitahuis, Kecamatan Tukka, Kecamatan Badiri Kecamatan Lumut, Kecamatan Sibabangun dan Kecamatan Sukabangun.

Rencana sistem perkotaan di Kabupaten Tapanuli Tengah ditetapkan berdasarkan ketetapan sistem pusat perkotaan Provinsi Sumatera Utara. Untuk lebih jelas pembagian tata jenjang sistem pusat-pusat pelayanan di Kabupaten Tapanuli Tengah dapat dilihat pada Tabel 5.9 danTabel 5.10berikut.

Tabel 5.9

Rencana Pembagian Pusat-Pusat Pelayanan Kabupaten Tapteng Tahun 2013-2033

No PKL PPK PPL

1 Barus Manduamas

Sirandorung, Andam Dewi,

Barus utara,Sosorgadong

Sorkam Barat Pasaribu Tobing, Sorkam, Kolang

Tapian Nauli Sitahuis

2 Pandan Sarudik Tukka, Badiri

Pinangsori Lumut, Sukabangun, Sibabangun

Sumber : RTRW Kab. Tapanuli Tengah

Tabel 5.10

Rencana Pusat Permukiman Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2013-2033

No Pusat Pelayanan Wilayah Pelayanan Fungsi Pelayanan

(25)
(26)

No Pusat Pelayanan Wilayah Pelayanan Fungsi Pelayanan Wilayah Hinterland

PKL PPK PPL

3

Pinangsori (PKL) Fungsi utama : − Pemerintahan

Kecamatan − Perdagangan − Jasa

− Pariwisata

− Perhubungan Udara − Perkebunan − Kesehatan − Pendidikan − Permukiman − Persampahan

Sukabangun

− Pemerintahan Kecamatan − Permukiman − Perkebunan

Sibabangun

− Pemerintahan Kecamatan − Permukiman − Perkebunan − Pertanian − Pendidikan

Lumut

− Pemerintahan Kecamatan − Permukiman − Perkebunan − Pertanian − Industri

Sumber :RTRW Kab. Tapanuli Tengah

5.3.2. Rencana Sistem Perdesaan

Sistem perdesaan di wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah terdiri atas penetapan sistem pusat kegiatan dan fungsi pelayanan pusat kegiatan. Berdasarkan penetapan dalam rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah ditetapkan sistem pusat kegiatan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) selain dari yang telah ditetapkan sebagai fungsi perkotaan ditetapkan sebagai sistem pusat kegiatan perdesaan meliputi PPL Kecamatan Kolang, PPL Kecamatan Sukabangun, dan PPL Kecamatan Pasaributobing.

(27)
(28)

5.3.3. Rencana Struktur Ruang Terkait Bidang Cipta Karya 5.3.3.1 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Air Minum

Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana air minum diarahkan pada:

• Peningkatan kapasitas dan pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yang telah ada.

• Pengembangan SPAM dengan sistem jaringan perpipaan melayani kawasan permukiman perkotaan dan pedesaan, kawasan pariwisata dan kawasan industri dan kawasan kegiatan budidaya lainnya

• Pengembangan SPAM dengan membuka jaringan pada kawasan terpencil, pesisir dan pulau kecil terluar.

• Konservasi terhadap kualitas dan kontinuitas air baku melalui keterpaduan pengaturan pengembangan SPAM dan prasarana sarana sumber daya air dan sanitasi.

• Pengembangan kelembagaan badan layanan umum (BLU) SPAM

Sistem pengelolaan air minum dikembangkan pada pusat-pusat permukiman dengan memanfaatkan air permukaan terutama pada kawasan pusat kegiatan wilayah, kegiatan lokal dan pusat pelayanan kawasan, yaitu:

a. PKL Pandan dan Barus;

b. PPK Manduamas, Sorkam Barat, Pinangsori, Sarudik, dan Tapian Nauli;

c. PPL Sirandorung, Andam Dewi, Barus Utara, Sosorgadong, Pasaribu Tobing, Sorkam, Kolang, Sitahuis, Tukka, Badiri, Lumut, Sukabangun, dan Sibabangun.

Penyediaan dan pengelolaan air minum di Kabupaten Tapanuli Tengah terdiri atas: a. Pembangunan perpipaan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM);

b. Perbaikan dan rehabilitasi sistem transmisi dan distribusi;

c. Peningkatan cakupan pelayanan di kawasan perkotaan dan perdesaan;

d. Pengembangan sistem penyediaan air bersih oleh masyarakat melalui pembentukan kelembagaan pengelola air bersih di perdesaan;

e. Optimalisasi pelanggan dan jaringan eksisting dengan memanfaatkan sumber air baru; dan

b. Pemanfaatan air tanah dangkal dan artesis secara terkendali.

5.3.3.2 Rencana Sistem Jaringan Drainase

Prasarana drainase meliputi sistem pembuangan air hujan maupun pembuangan air limbah cair dari rumah tangga(domestic)dan sistem pengendalian banjir.

Pengembangan jaringan drainase diarahkan di Pusat Ibukota Kabupaten dan Pusat Ibukota Kecamatan dalam upaya untuk mengantisipasi wilayah-wilayah yang rawan bencana seperti banjir, erosi dan sebagainya.

(29)

saluran pengumpul serta saluran pembuang sekunder dan primer/utama dengan mempertimbangkan:

• Saluran terbuka untuk memudahkan perawatan dan pembersihan;

• Bentuk saluran trapesium kecuali pada tempat tertentu dipasang dengan kemiringan

slopeyang sesuai agar tidak terjadi pengendapan dalam saluran.

Pengembangan sistem jaringan drainase di Kabupaten Tapanuli Tengah diarahkan :

a. Pemanfaatan sungai sebagai saluran primer melalui program normalisasi sungai dan perawatan sungai lainnya;

b. Penyediaan saluran sekunder, saluran tersier dengan berbagai dimensi yang mengikuti sistem jaringan jalan melalui program pembangunan baru dan pemeliharaan;

c. Pembangunan sistem drainase secara terpadu dengan pembangunan prasarana kota lainnya.

d. Sistem jaringan drainase makro diarahkan untuk melayani suatu kawasan perkotaan (dengan batas administratif kota) dan terintegrasi dengan sistem badan air regional antara lain sungai, danau dan laut sementara jaringan drainase mikro diarahkan dalam rangka melayani kawasan permukiman, yang merupakan bagian dari kawasan perkotaan;

e. Sistem jaringan drainase dikembangkan dengan prinsip menahan dan sebanyak mungkin meresapkan air hujan ke dalam tanah/Onsite Stormwater Detention (OSD) melalui bangunan alam dan/atau buatan seperti sumur-sumur resapan, kolam tendon/retensi, polder, penataan lansekap dan lain-lain;

f. Penyediaan sumur-sumur resapan dan kolam retensi ditetapkan pada kawasan perkotaan dengan ruang terbuka hijau kurang dari 30%.

Pengembangan jaringan drainase di wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah meliputi:

a. Pembangunan saluran drainase skala tersier di PKL dan PPK;

b. Pemeliharaan saluran drainase;

c. Perbaikan dan normalisasi saluran drainase; dan

d. Perencanaan drainase terpadu dengan jaringan jalan. 5.3.3.3 Rencana Sistem Pengelolaan Persampahan

Arahan pengelolaan persampahan bertujuan untuk merubah kebiasaan masyarakat yang selalu membuang sampah secara sembarangan dan membuang limbah cair melalui aliran air/sungai.

(30)

Tabel 5.11

Rencana Penyediaan Sarana Persampahan Di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2013-2033

Sedangkan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang ada saat ini berada di Kecamatan Pandan, diperkirakan kedepannya lokasi tersebut tidak sesuai lagi mengingat Kecamatan Pandan semakin berkembang sebagai Ibukota Kabupaten. Ada beberapa kriteria untuk menentukan lokasi TPA, yaitu sebagai berikut :

- Jauh dari permukiman penduduk;

- Tidak berada didekat lokasi mata air;

- Tidak berada dilokasi resapan air;

- Jangkauan dari TPS tidak sulit.

Gambar 5.4

Skema Pembuangan Sampah di Kabupaten Tapanuli Tengah

Jumlah Penduduk Standard

No Keterangan 2016 2021 2026 2031 (l/org/hari)

(Jiwa) (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa) l/hari m3/hari l/hari m/hari l/hari m/hari l/hari m/hari

1 Domestik 394.630 454.655 523.809 603.482 2 789.260 789 909.310 909 1.047.618 1.048 1.206.964 1.207 2 Sarana Umum/Sosial 394.630 454.655 523.809 603.482 0,5 197.315 197 227.328 227 261.905 262 301.741 302

3 Komersial 394.630 454.655 523.809 603.482 0,25 98.658 99 113.664 114 130.952 131 150.871 151

4 Total Timbulan Sampah - - - - - 1.085.233 1.085 1.250.301 1.250 1.440.475 1.440 1.659.576 1.660

Sumber : Hasil Perhitungan

2030 Timbulan/kebutuhan

2020

2016 2025

Tabel 5.11

Rencana Penyediaan Sarana Persampahan Di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2013-2033

Sedangkan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang ada saat ini berada di Kecamatan Pandan, diperkirakan kedepannya lokasi tersebut tidak sesuai lagi mengingat Kecamatan Pandan semakin berkembang sebagai Ibukota Kabupaten. Ada beberapa kriteria untuk menentukan lokasi TPA, yaitu sebagai berikut :

Jauh dari permukiman penduduk; Tidak berada didekat lokasi mata air; Tidak berada dilokasi resapan air; Jangkauan dari TPS tidak sulit.

Gambar 5.4

Skema Pembuangan Sampah di Kabupaten Tapanuli Tengah

Jumlah Penduduk Standard

No Keterangan 2016 2021 2026 2031 (l/org/hari)

(Jiwa) (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa) l/hari m3/hari l/hari m/hari l/hari m/hari l/hari m/hari

1 Domestik 394.630 454.655 523.809 603.482 2 789.260 789 909.310 909 1.047.618 1.048 1.206.964 1.207 2 Sarana Umum/Sosial 394.630 454.655 523.809 603.482 0,5 197.315 197 227.328 227 261.905 262 301.741 302

3 Komersial 394.630 454.655 523.809 603.482 0,25 98.658 99 113.664 114 130.952 131 150.871 151

4 Total Timbulan Sampah - - - - - 1.085.233 1.085 1.250.301 1.250 1.440.475 1.440 1.659.576 1.660

Sumber : Hasil Perhitungan

2030 Timbulan/kebutuhan

2020

2016 2025

Tabel 5.11

Rencana Penyediaan Sarana Persampahan Di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2013-2033

Sedangkan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang ada saat ini berada di Kecamatan Pandan, diperkirakan kedepannya lokasi tersebut tidak sesuai lagi mengingat Kecamatan Pandan semakin berkembang sebagai Ibukota Kabupaten. Ada beberapa kriteria untuk menentukan lokasi TPA, yaitu sebagai berikut :

Jauh dari permukiman penduduk; Tidak berada didekat lokasi mata air; Tidak berada dilokasi resapan air; Jangkauan dari TPS tidak sulit.

Gambar 5.4

Skema Pembuangan Sampah di Kabupaten Tapanuli Tengah

Jumlah Penduduk Standard

No Keterangan 2016 2021 2026 2031 (l/org/hari)

(Jiwa) (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa) l/hari m3/hari l/hari m/hari l/hari m/hari l/hari m/hari

1 Domestik 394.630 454.655 523.809 603.482 2 789.260 789 909.310 909 1.047.618 1.048 1.206.964 1.207 2 Sarana Umum/Sosial 394.630 454.655 523.809 603.482 0,5 197.315 197 227.328 227 261.905 262 301.741 302

3 Komersial 394.630 454.655 523.809 603.482 0,25 98.658 99 113.664 114 130.952 131 150.871 151

4 Total Timbulan Sampah - - - - - 1.085.233 1.085 1.250.301 1.250 1.440.475 1.440 1.659.576 1.660

Sumber : Hasil Perhitungan

2030 Timbulan/kebutuhan

2020

(31)

Berdasarkan kriteria di atas dan untuk memudahkan pembuangan akhir dari setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Tapanuli Tengah, maka TPA yang diperlukan disebar pada beberapa daerah, yaitu :

1. TPA Aek Nabobar yang berlokasi di Kecamatan Pinangsori.

TPA Aek Nabobar direncanakan dapat menampung pembuangan sampah dari beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Pinangsori, Sibabangun, Lumut, Sukabangun, Badiri, Tukka, Pandan, Sarudik dan Sitahuis termasuk Kota Sibolga. TPA Aek Nabobar sebagai TPA Regional menerapkan teknologiSanitary Landfil.

2. TPA Sosorgadong yang berlokasi di Kecamatan Sosorgadong.

TPA Sosorgadong direncanakan dapat menampung pembuangan sampah dari beberapa kecamatan, yaitu Kecamatan Sosorgadong, Tapian Nauli, Kolang, Sorkam, Sorkam Barat, Pasaribu Tobing, Barus, Barus Utara, Andam Dewi, Sirandorung dan Manduamas. TPA Sosorgadong menerapkan teknologiSanitary Landfil.

Rencana sistem pengelolaan persampahan di wilayah perkotaan di Kabupaten Tapanuli Tengah meliputi pengembangan :

a. Pengurangan masukan sampah ke TPS dengan konsep reduce-reuse-recycle di sekitar wilayah sumber sampah

b. Pengolahan sampah dilaksanakan dengan teknologi ramah lingkungan sesuai dengan kaidah teknis

c. Rehabilitasi dan pengadaan sarana dan prasarana persampahan bergerak dan tidak bergerak

d. Pengembangan kemitraan dengan swasta dan kerjasama dengan kabupaten sekitarnya yang berkaitan untuk pengelolaan sampah dan penyediaan TPS

Pengelolaan persampahan di wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah meliputi:

a. Pembangunan Tempat Penampungan Sementara (TPS) di setiap wilayah Kecamatan sebagai tempat pembuangan sampah pasar dan rumah tangga;

b. Optimalisasi Tempat Pemrosesan Pengelolaan Akhir (TPA) sampah regional Aek Nabobar dan Sosorgadong dengan sistemsanitary landfill;

c. Pengembangan sistem pengelolaan dan pemprosesan sampah secara terpadu, mandiri dan berkelanjutan di sumber penghasil sampah; dan

d. Pengelolaan persampahan rumah tangga berbasis masyarakat dengan konsep 3R, yaitu

reduce(mengurangi),reuse(menggunakan kembali), danrecycle(mendaur ulang).

5.3.3.4 Rencana Sistem Pengelolalan Air Limbah

Pengelolaan limbah rumah tangga di wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah meliputi:

1. Peningkatan pengelolaan limbah rumah tangga di kawasan permukiman;

2. Penyediaan sarana pendukung pengelolaan limbah rumah tangga;

3. Penanganan limbah secara on site dengan pembangunan jamban keluarga, jamban komunal dan Mandi Cuci Kakus umum;

(32)

5. Penanganan limbah tinja dengan Instalasi Pengolah Lumpur Tinja (IPLT); dan

6. Menyediakan sarana pengangkutan limbah ke lokasi pengolahan limbah.

Sistem sanitasi lingkungan dikembangkan pada pusat-pusat permukiman dengan memanfaatkan air permukaan terutama pada kawasan pusat kegiatan wilayah, kegiatan lokal dan pusat pelayanan kawasan, yaitu:

a. PKL Pandan dan Barus.

b. PPK Sorkam Barat, Pinangsori, Tapian Nauli, Sarudik, dan Manduamas.

c. PPL Sirandorung, Andam Dewi, Barus Utara, Sosorgadong, Pasaribu Tobing, Sorkam, Kolang, Sitahuis, Sarudik, Tukka, Badiri, Lumut, Sukabangun, dan Sibabangun.

Pengelolaan limbah cair dan limbah B3

Sistem pengelolaan air limbah bertujuan untuk pengurangan, pemanfaatan kembali, dan pengolahan bagi limbah dari kegiatan permukiman dan kegiatan ekonomi dengan memperhatikan baku mutu limbah yang berlaku, yang mencakup pengelolaan air limbah dan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Pengelolaan B3 diutamakan pada kawasan industri Labuan Angin.

Pengelolaan limbah cair dan limbah B3 di wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah meliputi:

1. pengembangan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) terpadu untuk kegiatan industri besar dan menengah meliputi Kecamatan Tapian Nauli

2. pengembangan instalasi pengelolaan limbah B3 di kawasan industri sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Rencana sistem Jaringan Air Limbah di Kabupaten Tapanuli Tengah adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan industri yang berada di dalam kawasan industri, sistem pembuangan air

limbah dilakukan dengan sistem terpusat, pengumpulannya dilakukan secara kolektif melalui jaringan pengumpul dan diolah secara terpusat. Sedangkan untuk industri yang berada di luar Kawasan Industri, maka pengolahan limbah dapat dilakukan dengan sistem setempat.

b. Lokasi instalasi pengolahan air limbah harus memperhatikan aspek teknis, lingkungan,

sosial budaya masyarakat setempat, serta dilengkapi dengan zona penyangga.

c. Pengelolaan dan pengolahan air limbah dan limbah B3 dilakukan melalui kerja sama

antar daerah, partisipasi masyarakat dan dunia usaha.

5.3.3.5 Rencana Sistem Pengembangan Jalur dan Ruang Evakuasi Bencana Alam

Pengembangan jalur evakuasi bencana alam di wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah diarahkan pada jalan poros desa, dan jalan kolektor.

(33)

1. Balai desa/kelurahan;

2. Lapangan terbuka;

3. Bangunan sekolah; dan

4. Bangunan fasilitas umum lainnya.

(34)
(35)

5.4. ARAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

Visi Pembangunan Kabupaten Tapanuli Tengah dalam periode 2012-2016, adalah “Mewujudkan Masyarakat Tapanuli Tengah yang Maju, Sejahtera dan Bermartabat”. Diharapkan seluruh stakeholder di Kabupaten Tapanuli Tengah bahu-membahu mengoptimalkan seluruh potensi dan kapasitas yang dimiliki untuk untuk meraih dan mewujudkan masa depan yang lebih baik, melalui pembangunan daerah yang terarah, terencana, menyeluruh, terpadu, dan terintegrasi.

Sesuai dengan harapan untuk mewujudkan masyarakat Tapanuli Tengah yang maju, sejahtera dan bermartabat maka ditetapkan misi pembangunan Kabupaten Tapanuli Tengah 2012-2016 sebagai upaya mewujudkan dan menopang pencapaian visi. Kabupaten Tapanuli Tengah menetapkan 5 (lima) misi pembangunan, yaitu :

1. Percepatan pembangunan melalui peningkatan pembangunan infrastruktur.

2. Membenahi birokrasi untuk meningkatkan pelayanan publik, serta menjamin terwujudnya pemerintah yang baik dan bersih (good and clean governance) serta berwibawa.

3. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui kesehatan, pendidikan dan pengembangan Sumber Daya Manusia.

4. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi sektor-sektor unggulan serta menggali dan mengembangkan potensi Sumber Daya Alam (SDA) dan pariwisata dengan kebijakan pembangunan yang pro rakyat.

5. Menegakkan hukum dan HAM serta penguatan proses demokrasi untuk terciptanya rasa aman dan damai, serta menata iklim kondusif bagi tumbuhnya investasi.

Sebagaimana terlihat dari visi misi Bupati dan Wakil Bupati, tujuan pokok dari pembangunan di Kabupaten Tapanuli Tengah adalah untuk meningkatkan masyarakat Kabupaten Tapanuli Tengah yang maju, sejahtera dan bermartabat. Tidak hanya maju dan sejahtera, melainkan juga mandiri dan berakhlak. Semua itu dilakukan melalui pilar pokok yaitu pembangunan infrastruktur, peningkatan perekonomian dan kualitas sumber daya manusia. Untuk mencapai kesejahteraan semacam itu, digunakan tiga strategi pokok yaitu strategi pro growth, pro job dan pro poor.

Tabel. 5. 12Keterkaitan Visi, Misi, Strategi dan Arah Kebijakan RPJM Kabupaten Tapanuli Tengah

Visi :

Mewujudkan masyarakat Tapanuli Tengah yang maju, sejahtera dan bermartabat Misi 1 :

Percepatan pembangunan melalui peningkatan pembangunan infrastruktur Strategi :

1. Pembangunan infrastruktur perdesaan dan daerah tertinggal

Arah Kebijakan :

Peningkatan aksesibilitas ke dan dari pedesaan dan daerah tertinggal

2. Pembangunan sarana dan prasarana ekonomi Pembangunan infrastruktur yang memiliki daya dukung dan daya gerak terhadap pertumbuhan ekonomi

(36)

4. Pembangunan dan penyediaan jaringan sarana dan prasarana permukiman daerah yang terintegrasi

Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana pemukiman (air bersih, listrik, persampahan, drainase dan air limbah)

5. Meningkatkan pembangunan sistem jaringan transportasi yang terpadu

Pengurangan ketimpangan pembangunan antar daerah

6. Pembangunan/rehabilitasi sarana dan prasarana pelayanan public

Meningkatkan sarana dan prasarana daerah untuk meningkatkan pelayanan publik yang

berkesinambungan 7. Optimalisasi fungsi prasarana dan sarana

pelayanan publik

8. Pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa, sungai, pantai dan sumber daya air lainnya

Pengelolaan sumberdaya air dengan memperhatikan kelestarian lingkungan

9. Peningkatan pengendalian banjir dan pengamanan daerah pantai

10 Pembangunan sumber energi dengan memanfaatkan potensi daerah

11. Meningkatnya cakupan layanan dan distribusi energi dan ketenagalistrikan

Meningkatnya pasokan, cakupan dan kualitas pelayanan infrastruktur energi dan

ketenagalistrikan

12. Pembangunan infrastruktur komunikasi dan informasi Meningkatkan jangkauan akses komunikasi dan informasi ke wilayah dan lapisan masyarakat

Meningkatnya infrastruktur teknologi informasi yang mendukung kinerja aparatur dan aktivitas sosial ekonomi masyarakat

Misi 2 :

Membenahi birokrasi untuk meningkatkan pelayanan publik, serta menjamin terwujudnya pemerintah yang baik dan bersih(good and clean governance) serta berwibawa.

Strategi :

1. Peningkatan kualitas SDM apratur 2. Peningkatan kesejahteraan aparatur

3. Peningkatan disiplin aparatur melalui penerapanreward

danpunishment

Arah Kebijakan :

Peningkatan kinerja dan disiplin aparatur

4. Penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik

5. Pembenahan struktur organisasi daerah

Mewujudkan reformasi birokrasi

6. Pelaksanaan koordinasi pelayanan publik Penyelenggaraan pelayanan publik yang efisien dan efektif

7. Fasilitasi penyusunan standar pelayanan publik 8. Peningkatan pelayanan kepada masyarakat

Penyusunan standar pelayanan

Misi 3 :

Meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui kesehatan, pendidikan dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)

Strategi :

1. Peningkatan akses, pemerataan dan mutu pelayanan kesehatan masyarakat

Arah Kebijakan :

Peningkatan derajat kesehatan masyarakat

(37)

5.5. ARAHAN PERATURAN DAERAH TENTANG BANGUNAN GEDUNG

Penyusunan Perda Bangunan Gedung diamanatkan pada Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, yang menyatakan bahwa pengaturan dilakukan oleh pemerintah daerah dengan penyusunan Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan kondisi kabupaten/kota setempat serta

pendidikan terutama pendidikan wajib belajar 12 tahun

3. Peningkatan kualitas SDM Mendukung peningkatan fasilitas pengembangan kualitas SDM

Misi 4:

Meningkatkan pertumbuhan ekonomi sektor-sektor unggulan serta menggali dan mengembangkan potensi Sumber Daya Alam (SDA) dan pariwisata dengan kebijakan pembangunan yang pro rakyat.

Strategi:

1. Mendorong percepatan pembangunan melalui pemanfaatan potensi unggulan daerah

Arah Kebijakan :

Mendukung pengembangan perekonomian berbasis sumber daya alam daerah

2. Meningkatkan efektifitas dan produktivitas kelembagaan pelaku-pelaku ekonomi

Mewujudkan sistem perekonomian yang pro rakyat

3. Pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian lingkungan

Meningkatkan pendayagunaan sumberdaya alam yang berbasis pelestarian lingkungan hidup 4. Penyelenggaraan penanggulangan bencana alam Meningkatkan kegiatan pencegahan bencana

(kesiapsiagaan, peringatan dini, dan mitigasi), tanggap darurat, dan rehabilitasi

Misi 5 :

Menegakkan hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) serta penguatan proses demokrasi untuk terciptanya rasa aman dan damai

Strategi :

1. Peningkatan ketaatan dan kesadaran masyarakat terhadap peraturan

2. Penegakan supremasi hukum dan HAM

Arah Kebijakan :

Mendukung penegakan kepastian hukum dan HAM

3. Pemantapan kebijakan dan pemahaman masyarakat tentang demokrasi

Mendukung pelaksanaan demokrasi

4. Peningkatan partisipasi dalam promosi dan pameran Meningkatkan promosi dan kerjasama investasi regional, nasional dan internasional

5. Penyediaan data yang akurat, aktual dan transparan Mendorong berkembangnya investasi berbasis keunggulan daerah

6. Peningkatan kualitas perijinan dengan penerapan Prosedur Operasional Standar (SOP)

(38)

penyebarluasan peraturan perundang-undangan, pedoman, petunjuk, dan standar teknis bangunan gedung dan operasionalisasinya di masyarakat.

Indeks Rawan Bencana Multiple Hazard merupakan kajian dan penilaian terhadap kerawanan setiap daerah terhadap bahaya bencana secara multiple, yaitu Banjir, Gempa Bumi, Gempa Bumi Dan Tsunami, Kebakaran Permukiman, Kekeringan, Angin Topan, Banjir Dan Tanah Longsor, Letusan Gunung Api, Gelombang Pasang/Abrasi, Kebakaran Hutan Dan Lahan, Kecelakaan Industri, Kecelakaan Transportasi, Konflik / Kerusuhan Sosial, Kejadian Luar Biasa (KLB).

Penertiban Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di Kabupaten Tapanuli Tengah oleh Dinas Pekerjaan Umum di Kabupaten Tapanuli Tengah. Perlunya pemahaman tentang pentingnya peraturan bangunan gedung ini bagi aparatur, pekerja konstruksi dan masyarakat adalah untuk terciptanya kualitas lingkungan dan keandalan bangunan gedung di Kabupaten Tapanuli Tengah ini dengan baik dan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Kabupaten Tapanuli Tengah saat ini masih tingginya bangunan yang tidak sesuai dengan peruntukan atau melanggar peraturan yang telah ditetapkan, untuk itu perlu dibentuk tim teknis eksekusi untuk mengevaluasi bangunan yang melanggar Perda Bangunan Gedung di Kabupaten Tapanuli Tengah.

5.6. ARAHAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)

Berdasarkan Permen PU No. 18 Tahun 2007, Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum adalah suatu rencana jangka panjang (15-20 tahun) yang merupakan bagian atau tahap awal dari perencanaan air minum jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan berdasarkan proyeksi kebutuhan air minum pada satuperiode yang dibagi dalam beberapa tahapan dan memuat komponen utama sistem beserta dimensi-dimensinya. RI-SPAM dapat berupa RIRI-SPAM dalam satu wilayah administrasi maupun lintas kabupaten/kota/provinsi.

a. Rencana Pengembangan SPAM

Rencana pengembangan SPAM mengacu pada arahan Kebijakan, Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah, dengan adanya pengembangan SPAM sesuai arahan tata ruang tersebut diharapkan dapat menunjang kesehatan masyarakat dan pembangunan di Kabupaten Tapanuli Tengah. Masih rendahnya cakupan pelayanan air minum yang ada, dan relative rendahnya potensi air tanah dangkal merupakan indikasi diperlukannya pengembangan SPAM baru di wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah di masa mendatang.

Pengembangan SPAM baru dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :

• SPAM Jaringan Perpipaan

• SPAM Bukan Jaringan Perpipaan

(39)

potensi air baku yang ada, khusus untuk Kabupaten Tapanuli Tengah SPAM dengan memanfaatkan aliran sungai di perbukitan dan mengalirkan airnya secara gravitasi menjadi yang paling prioritas dibandingkan system yang menggunakan pompa.

Pengembangan SPAM Bukan Jaringan Perpipaan, secara umum dapat dilakukan dengan 6 cara, yakni : sumur gali, sumur pompa tangan, bangunan perlindungan mata air, bak penampungan air hujan, terminal air dan instalasi air kemasan. Untuk Kabupaten Tapanuli Tengah ke enam cara tersebut dalam pengembangan SPAM Bukan Jaringan Perpipaan dapat dilakukan guna memenuhi kebutuhan air masyarakat.

b. Rencana Sistem Pelayanan

Dengan pertimbangan Rencana Struktur Ruang dan Rencana Pola Ruang Kabupaten Tapanuli Tengah berdasarkan RTRW yang ada, maka pengembangan SPAM baru khususnya SPAM Jaringan Perpipaan diprioritaskan pada permukiman padat, kawasan strategis dan rawan air, serta arahan perkembangan kota sebagai berikut :

• Pengembangan SPAM Ibukota Kabupaten (Kota Pandan)

• Pengembangan SPAM Ibukota Kecamatan (yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal, Pusat Kegiatan Lokal Promosi, Pusat Pelayanan Kawasan dan Pusat Pelayanan Lingkungan serta kawasan strategis ekonomi)

• Pengembangan SPAM Perdesaaan/Desa Rawan Air

5.7. ARAHAN STRATEGI SANITASI KOTA (SSK) a. Kerangka kerja pembangunan sanitasi

Penetapan sistem dan zona sanitasi dilakukan untuk mengidentifikasi sistem sanitasi yang paling sesuai untuk suatu wilayah dan membantu perumusan program dan kegiatan yang paling sesuai dengan kondisi wilayah berdasarkan sistem yang diusulkan. Sistem sanitasi adalah suatu proses multi langkah dimana berbagai jenis limbah dikelola dari titik timbulan (air limbah) ke titik pemanfaatan kembali atau pemrosesan akhir. Dalam menetapkan sistem sanitasi faktor-faktor yang harus dipertimbangkan adalah :

• Arah pengembangan wilayah yang merupakan perwujudan dari visi dan misi Kabupaten • Proyeksi pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk pada setiap kawasan • Kawasan beresiko sanitasi

• Kondisi fisik wilayah (topografi dan struktur tanah) • Jumlah penduduk miskin

b. Tujuan, Sasaran, dan Strategi Sektor Sanitasi

(40)

Tabel. 5.13. Sub Sektor Air Limbah Domestik

Tujuan

Sasaran

Strategi Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran

Meningkatkan sarana masyarakat yang BABS di Kabupaten Tapanuli Tengah sampai pada tahun 2019

- Memberikan dana bantuan pembangunan air limbah pada fasilitas umum dan pelayanan dasar (pendidikan dan kesehatan

100 % tersedia pengelolaan air limbah pada fasilitas umum dan pelayanan dasar

(pendidikan dan kesehatan sampai pada tahun 2019

- Pembangunan sarana pengelolaan air limbah di tiap perkantoran

- Pembangunan Incenarator di tiap Puskesmas - Pembangunan

pengelolaan air limbah di tiap Puskesmas

limbah cair (B3) industri rumah tangga dan industri besar

100 % tersedia

pengelolaan air limbah cair (B3) pada fasilitas indistru rumah tangga dan indistri besar sampa pada tahun 2019

- Tersedia sarana pengelolaan limbah cair B3 dan IPLT untuk kawasan industri Labuan dunia usaha pada lokasi kawasan industri

- Memberikan kemudahan pada invetasi pada sektor air limbah

- Pembuatan masterplan pengelolaan dan

kelembagaan IPAL untuk industri Labuan Angin - Menyusun regulasi terkait

(41)

Tabel. 5.14. Sub Sektor Persampahan

Tujuan

Sasaran

Strategi Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran

Meningkatkan cakupan persampahan 100 % pada masyarakat, sarana umum , kebutuhan dasar , sektor swasta dan kawasan industri

pengelolaan TPA Regional Aek Nabobar Penambahan kontainer, mobil sampah, armroll, TPS 3R

- Pengadaan incenaraotor di lingkungan pasar

50 % peranan swasta dan masyarakat dalam dan bantuan dana serta Mewujudkan lembaga personil yang ahli dalam pengelolaan air limbah

- Pelatihan SDM tentang pengelolaan air limbah - Penambahan personil

pengelola air limbah - Perda Pengelolaan Air

Limbah CSR dan investasi Swasta

Gambar

Tabel 5.1
Gambar 5.1  Peta Kawasan Strategis Kabupaten Tapanuli Tengah
Tabel 5.3Distribusi Sebaran Tingkat Kerawanan Bencana Longsor per Kecamatan
Tabel 5.4Distribusi Sebaran Tingkat Kerawanan Bencana Gempabumi per Kecamatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III pada Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Sriwijaya dan

Berbagai penelitian, terutama yang dilakukan oleh orang-orang Barat, menunjukan betapa tabu-tabu (pantangan-pantangan) hampir selalu muncul dalam berbagai aktifitas

Karbon alami dan karbon aktif merupakan hasil pembakaran bahan seperti kayu, kulit, sabut kelapa, sekam padi, tempurung kelapa dan batu bara. Hanya yang membedakan adalah

Dengan diketahuinya kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal materi bangun ruang sisi datar kubus dan balok maka dalam melaksanakan kegiatan belajar

Pada penelitian ini terdapat dua peraturan perundangan yang dikhususkan untuk diteliti, yaitu PP 6/2007 jo PP 3/2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan

Tergugat yang telah dipanggil dengan resmi dan patut tidak hadir dan perkara ini dapat diputus tanpa hadirnya Tergugat (verstek) sesuai dengan pasal 149 R.Bg ; --- Menimbang, bahwa

Kedisiplinan Anak Usia 5-6 Tahun di Kelompok Bermain (KB) Mutiara Bunda Kecamatan Pekanbaru Kota sesudah diberikan perlakuan (treatment) Penggunaan Reward Chart

Dalam Pasal 82 dan Pasal 83 dapat disimpulkan bahwa korporasi (dalam hal ini perusahaan perfilman yang berstatus badan hukum Indonesia yang bergerak di bidang usaha