• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.8 Arahan Strategi Pengelolaan Kawasan Ekowisata Bahari

Arahan strategi pengelolaan kawasan ekowisata bahari menggunakan metode analisis SWOT, dimana asp..ek biofisik, lingkungan, sosial dan ekonomi

dilakukan identifikasi sebagai faktor internal dan eksternal pengembangan

ekosistem terumbu karang. Faktor-faktor internal dan eksternal tersebut kemudian dilakukan pembobotan secara linear dengan kisaran nilai 0.0 sampai 1.0. Nilai 0.0 berarti tidak penting dan nilai 1.0 berarti sangat penting, kemudian diperhitungkan juga tingkat/rangking untuk masing-masing faktor antara 1 sampai 4 untuk unsur kekuatan dan peluang serta kelemahan dan ancaman. Selanjutnya antara bobot dan tingkat/rangking dikalikan untuk menghasilkan skor.

Proses-proses dari unsur SWOT (strength, weakness, opportunity, threats) tersebut secara lengkap disajikan pada Tabel 12 dan 13.

Tabel 12 Bobot, rangking, dan skoring unsur internal kawasan wisata selam di Perairan Pulau Biawak dan sekitarnya

Kode Unsur Internal Bobot Rangking Skor

S Kekuatan (Strength)

1 Kondisi perairan ekosistem terumbu karang

yang cukup baik 0.1 4 0.4

2 Kondisi karag dan ikan karang serta biota laut

lainnya 0.2 4 0.8

3 Keinginan dan partisipasi yang tinggi dari

masyarakat 0.2 4 0.8

W Kelemahan (Weakness)

1 Lemahnya pengawasan dan sulitnya penegakan

hukum 0.2 2 0.4

pengembangan kegiatan wisata bahari

3 Masih rendahnya tingkat pendapatan

masyarakat 0.1 1 0.1

Jumlah 1.0 17 2.9

Tabel 13 Bobot, rangking, dan skoring unsur eksternal kawasan wisata selam di Perairan Pulau Biawak dan sekitarnya

Kode Unsur Eksternal

Bobot Rangking Skor

O Peluang (Opportunity)

1

Pengalokasian Pulau Biawak dan sekitarnya

sebagai kawasan konservasi 0.1 4 0.4

2

Letak geografis Pulau Biawak dan sekitarnya

dekat dengan Cirebon dan Jakarta 0.2 3 0.6

3

Peluang alternatif peningkatan ekonomi

masyarakat di bidang pariwisata 0.2 4 0.8

T Ancaman (Threats)

1

Masih beroperasinya alat tangkap dan perilaku penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan

(destructive fishing) 0.2 4 0.8

2

Penggunaan jangkar yang merusak terumbu

karang 0.2 3 0.6

3 Sampah dan sanitasi lingkungan 0.1 3 0.3

Jumlah 1 21 3.5

Tabel 14 Formulasi arahan strategi pengelolaan kawasan wisata bahari di Perairan Pulau Biawak dan sekitarnya

Faktor Internal

Faktor Eksternal

Kekeuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)

1. Kondisi perairan ekosistem terumbu karang yang cukup baik

2. Kondisi karang, ikan karang dan biota laut lainnya

3. Keinginan dan partisipasi yang tinggi

1. Lemahnya pengawasan dan sulitnya

penegakan hukum 2. Belum memadainya

sarana dan prasarana untuk pengembangan kegiatan wisata bahari kategori selam 3. Masih rendahnya

masyarakat tingkat pndapatan masyarakat Peluang (Opportunities)

1. Pengalokasian Pulau Biawak dan sekitarnya sebagai kawasan konservasi

2. Letak geografis Pulau Biawak dan sekitarnya dekat dengan Cirebon dan Jakarta

3. Peluang alternatif peningkatan ekonomi masyarakat di bidang pariwisata

Strategi SO

Pemanfaatan dan pengelolaan terumbu karang sebagai kawasan wisata bahari secara optimal (S1, S2, S3, O1, TO, O3)

Strategi WO

Mengembangkan Ssistem informasi dan kelembagaan serta sarana dan prasarana pengelolaan wisata bahari (W2, W3, O1, O2, O3)

Ancaman (Threats)

1. Masih beroperasinya alat tangkap dan perilaku penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan (destructive fishing)

2. Penggunaan jangkar yang merusak terumbu karang 3. Sampah dan sanitasi lingkungan

Strategi ST

Pengelolaan kawasan wisata dengan berbagai upaya pencegahan kerusakan ekosistem terumbu karang (S1, S2, S3, T1, T2, T3) Strategi WT Menjalankan dan menegakkan hukum serta perundang-undangan yang berlaku (W2, W3, T1, T2, T3)

Setelah masing-masing unsur SWOT diberi bobot atau nilai, unsur-unsur tersebut dihubungkan keterkaitannya untuk memperoleh strategi pengelolaan. Strategi pengelolaan tersebut kemudian dijumlahkan bobotnya untuk mendapatkan rangking dari tiap-tiap strategi pengelolaan. Strategi pengelolaan yang mendapat nilai tertinggi merupakan strategi prioritas. Berdasarkan matrik formulasi arahan strategi pengelolaan kawasan wisata bahari di perairan Pulau Biawak dan sekitarnya dapat dirumuskan matrik hasil analisis SWOT (Tabel 14 dan 15).

Tabel 15 Matrik hasil analisis SWOT

Unsur Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness) Peluang (Opportunity) SO (S1, S2, S3, O1, O2, O3) WO (W2, W3, O1, O2, O3)

Untuk menentukan prioritas strategi pengelolaan yang harus dilaksanakan, dilakukan penjumlahan bobot yang berasal dari keterkaitan antar unsur-unsur SWOT yang terdapat dalam satu alternatif pengelolaan. Secara rinci penentuan rangking prioritas pengelolaan disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16 Rangking prioritas strategi pengelolaan

No Unsur Keterkaitan Skor Rangking

1 Strategi SO S1, S2, S3, O1, O2, O3 3.8 1

2 Strategi WO W1, W2, O1, O2, O3 2.3 3

3 Strategi ST S1, S2, S3, T1, T2, T3 3.7 2

4 Strategi WT W1, W2, T1, T2, T3 2.2 4

Hasil identifikasi beberapa unsur kekuatan (strength):

a. Kondisi perairan ekosistem terumbu karang yang cukup baik

Berdasarkan hasil pengukuran langsung di lapangan, menunjukkan bahwa kualitas perairan Pulau Biawak dan sekitarnya masih tergolong baik dan masih sesuai dengan standar baku mutu air laut untuk kepentingan wisata bahari dan biota laut umumnya.

b. Kondisi terumbu karang, ikan karang dan biota laut lainnya

Kondisi dan struktur karang komunitas karang dan ikan karang secara umum masuk kategori sedang (>24% penutupan karang hidup) dan kelimpahan ikan karang yang cukup tinggi. Di beberapa lokasi juga ditemukan biota langka

seperti kima (Tridagna sp..) dan penyu hijau (Chelonia mydas). Hal ini

membuktikan bahwa kondisi perairan Pulau Biawak dan sekitarnya masih dalam kondisi yang memungkinkan untuk berkembangnya kehidupan terumbu karang dan biota yang hidup di dalamnya.

c. Keinginan dan partisipasi

Dari hasil pertemuan kuesioner kepada instansi terkait dan masyarakat desa Karang song dan desa sekitarnya, mereka menghendaki dikembangkannya

kawasan Pulau Biawak dan sekitarnya sebagai kawasan wisata bahari yang melibatkan masyarakat, seperti pelibatan masyarakat dalam pengelolaan KKLD (Perda Indramayu No. 14 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut Daerah dan Penataan Fungsi Pulau Biawak, Gosong dan Pulau Candikian). Dengan adanya kegiatan wisata bahari akan menumbuhkan mata pencarian alternatif (Alternative livelihoods) masyarakat dan dengan sendirinya akan turut menjaga ekosistem yang ada khususnya ekosistem terumbu karang di kawasan pulau itu.

Identifikasi unsur kelemahan (weakness):

a. Lemahnya Pengawasan dan sulitnya penegakan hukum

Belum adanya pengawasan yang melibatkan masyarakat secara langsung karena keterbatasan dana selain itu karena jauhnya lokasi Pulau Biawak dan sekitarnya dari pemukiman penduduk sehingga pengawasan hanya dilakukan oleh pemerintah atau instansi terkait yang kurang didukung sarana dan prasarana yang memadai dan biaya operasional yang sangat sedikit.

b. Belum memadainya sarana dan prasarana untuk pengembangan kegiatan wisata

bahari.

Belum adanya pusat informasi bagi pengunjung, serta belum adanya penghuni sehingga sarana dan prasarana di kawasan Pulau Biawak seperti infrastruktur dan sarana transp..ortasi belum ada, selama ini transp..ortasi hanya menggunakan kapal nelayan dengan waktu tempuh 4 jam dari Indramayu, sarana akomodasi hanya bisa menggunakan mess jaga petugas mercusuar serta pengunjung yang akan datang berwisata ke Pulau Biawak juga harus membekali diri dengan keperluan konsumsi.

c. Kurangnya mata pencarian alternatif masyarakat

Tingginya ketergantungan nelayan mencari ikan di sekitar kawasan Pulau Biawak dan sekitarnya menyebabkan nelayan hanya menangkap ikan yang hidup di sekitar terumbu karang.

Identifikasi unsur peluang (Opportunity);

a. Pengalokasian Pulau Biawak dan sekitarnya sebagai kawasan konservasi

Rencana dan Tata Ruang (RTRW) Kabupaten Indramyu 2008 – 2025, Pulau Biawak merupakan area pengelolaan kawasan khusus. Pulau Biawak dibagi menjadi 2 (dua) zona, yakni Zona Inti dan Zona Pengembangan. Zona Inti merupakan perlindungan biota maupun fauna laut dan darat, serta dilarang menjadi fungsi lain. Sedangkan Zona Pengembangan, kawasan Pulau Biawak difungsikan untuk pengembangan obyek wisata ekonomi, seperti budidaya laut terbatas, penangkapan ikan terbatas, dan Wisata Bahari.

b. Letak geografis Pulau Biawak dan sekitarnya dekat dengan Cirebon dan

Jakarta, dari dermaga Marina Ancol, Jakarta, atau kawasan Kepulauan Seribu, Pulau Biawak dapat ditempuh dalam waktu tujuh hingga delapan jam menggunakan sp..pedboat atau kapal pribadi jenis catamaran. Kondisi ini perairan Pulau Biawak dan sekitarnya memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata bahari.

c. Peluang alternatif peningkatan ekonomi masyarakat di bidang pariwisata

Pariwisata merupakan peluang alternatif bagi masyarakat untuk memanfaatkan ekosistem terumbu karang, disamping letak dari Jakarta yang dekat sehingga mudah dijangkau dan dengan adanya kawasan wisata bahari dapat memberikan keuntungan secara ekonomi masyarakat sekitar. Jika masyarakat sekitar memperoleh keuntungan finasial dari kegiatan wisata bahari, maka dengan sendirinya masyarakat akan menjaga keberadaan dan kelestarian ekosistem terumbu karang dan sebagai mata pencarian alternatif masyarakat.

Unsur ancaman (threats) yang teridentifikasi:

a. Masih beroperasinya alat tangkap dan perilaku penangkapan ikan yang tidak

ramah lingkungan (destructive fishing)

Penangkapan ikan dengan menggunakan bom dan penggunaan jaring “arad” (semacam pukat) merupakan masalah utama dalam pengelolaan terumbu karang di perairan Pulau Biawak dan sekitarnya. Menurut masyarakat lokal, pelaku utama dari kegiatan destructif fishing dilakukan oleh nelayan dari luar daerah. Akibat penggunaan bahan peledak telah menyebabkan kerusakan pada

ekosistem terumbu karang, hal ini dibuktikan banyaknya hancuran dan patahan karang di seluruh pulau yang ada di kawasan perairan Pulau Biawak. Penangkapan ikan dengan menggunakan jaring arad dilakukan oleh masyarakat lokal, dimana operasional jaring ini mirip dengan operasional pukat (trawl) sehingga sering menimbulkan kerusakan terumbu karang jika dioperasikan di perairan sekitar terumbu karang.

b. Penggunaan jangkar yang merusak terumbu karang

Penggunaan jangkar perahu oleh nelayan ketika menambatkan perahu di daera terumbu karang dapat mengakibatkan dampak negatif dengan rusaknya terumbu karang apabila tidak dilakukan dengan hati-hati. Aktifitas ini banyak dilakukan oleh nelayan yang singgah di sikitar Pulau Biawak setelah melakukan penangkapan ikan atau nelayan yang secara langsung melakukan penangkapan ikan karang.

c. Sampah dan sanitasi lingkungan

Masalah sampah merupakan masalah umum di daerah pantai, begitu juga masyarakat yang tinggal berdekatan dengan Pulau Biawak dan sekitarnya karena belum adanya tempat pembuangan sampah akhir (TPA). Selain sampah, masalah pembuangan air dan kotoran manusia juga banyak dilakukan di sungai dan pantai, sehingga mempengaruhi estetika desa dan dari segi sanitasi akan timbulnya berbagai penyakit, seperti diare, kolera, muntaber, malaria dan berbagai penyakit lainnya.

Rencana Strategi Pengelolaan Kawasan Ekowisata di Perairan Pulau Biawak dan sekitarnya

Berdasarkan rangking prioritas strategi pengelolaan dirumuskan kebijakan strategi pengelolaan kawasan wisata bahari kategori selam di perairan Pulau Biawak dan sekitarnya.

1. Pemanfaatan dan pengelolaan terumbu karang sebagai kawasan wisata bahari kategori selam secara optimal

Ekosistem terumbu karang merupakan kekayaan alam yang mempunyai nilai ekonomi yang sangat tinggi sebagai modal dasar dalam pembangunan khususnya di sektor kelautan dan perikanan serta pariwisata. Perumusan strategi menggunakan seluruh komponen/faktor kekuatan yang dimiliki untuk

memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Terumbu karang dapat memberikan manfaat ekonomi yang maksimal dalam waktu lama bagi masyarakat yang tinggal sekitar ekosistem terumbu karang jika dikelola dengan baik dan bijaksana. Namun jika dieksp..loitasi belebihan, terumbu karang dan

ekosistemnya perubahan yang cepat menuju kerusakan (degradasi). Agar tetap

berkelanjutan dalam pemanfaatan ekosistem terumbu karang, maka perlu

upaya pengelolaan dengan memprtimbangkan daya dukung (carying capacity)

ekosistem terumbu karang, dengan cara:

a. Penetapan secara formal zonasi kawasan pemanfaatan ekosistem terumbu

karang untuk wisata bahari kategori selam yang disesuaikan dengan karakteristik dan daya dukungnya. Kawasan yang memilki IKW sangat sesuai (S1) dan sesuai (S2) untuk kegiatan selam dapat dilakukan aktivitas wisata sesuai dengan daya dukungnya, perairan Pulau Biawak dan sekitar walaupun masuk dalam kategori sesuai (S2) dengan nilai IKW di bawah 60%, jika tetap dilakukan aktivitas wisata selam disarankan untuk mengurangi pemanfaatannya di bawah daya dukung kawasan tersebut.

b. Melakukan tindakan preventif terhadap ekosistem karang dari dampak yang

diakibatkan oleh aktivitas selam. Dengan mengetahui karakteristik lokasi penyelaman diharapkan dapat meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan akibat kegiatan selam.

c. Memperkuat pendidikan lingkungan bagi pemandu selam maupun wisatawan

yang akan melakukan penyelaman.

d. Pengelolaan baik terhadap akses maupun pemanfaatan lokasi penyelaman yang

dikoordinasikan dengan para pemangku kepentingan.

2. Pengelolaan kawasan wisata bahari dengan berbagai upaya pencegahan kerusakan ekosistem terumbu karang

Kerusakan ekosistem terumbu karang di perairan Pulau Biawak dan sekitarnya umumnya disebabkan oleh penangkapan ikan dengan cara destruktif seperti bom. Perlu dilakukan upaya-upaya pencegahan seperti:

a. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat akan arti penting ekosistem

b. Pengendalian atas pembuangan jangkar, pemasangan tambatan (mooring bouys) yang lebih tepat di kawasan yang akan dijadikan lokasi penyelaman.

c. Perbaikan sarana dan prasaran yang sudah ada dan pembuatan sarana dan

prasarana yang belum ada.

Untuk menghindari dampak negatif, baik secara alami maupun buatan, perlu adanya instansi yang bertanggung jawab melakukan pengawasan terhadap ekosistem terumbu karang dalam waktu yang panjang. Pengawasa juga harus melibatkan masyarakat, pengawasan tidak hanya dilakukan pada perairan saja tetapi juga seluruh aktivitas manusia di peisir yang berdampak terhadap terumbu karang.

3. Mengembangkan sistem informasi dan kelembagaan serta meningkatkan sarana dan prasarana pengelolaan wisata bahari

Tujuan pengelolaan terumbu karang untuk wisata bahari adalah untuk dapat memanfaatkan segenap sumberdaya terumbu karang secara berkelanjutan bagi kesejahteraan masyarakat. Informasi sumberdaya terumbu karang sangat penting dalam pengelolaan suatu kawasan wisata bahari. Informasi dapat berupa: 1) data potensi kawasasan selam berdasarkan karakteristik sumberdaya, 2) data daya dukung tingkat pemanfaatan terumbu karang untuk kegiatan wisata selam, 3) informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan keselamatan wisatawan sperti musin dan pola arus. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat berupa :

a. Pelatihan standar dengan sertifikasi kelulusan dan ijin resmi untuk bekerja di kawasan penyelaman.

b. Penyuluhan pengelolaan usaha wisata dan kelompok sadar wisata (Pokdarwis)

serta pelaksanaan sapta pesona. c. Pelatihan pengelolaan usaha wisata d. Pelatihan keterampilan kerajinan tangan

e. Penguatan dan efektifitas kelompok sadar wisata (POKDARWIS)

f. Pengelolaan operasional perahu dan pengadan perlengkapan selam

g. Kursus dasar bahasa asing kepada Pokdarwis, pemandu dan pengelola usaha

wisata.

4. Menjalankan dan menegakkan hukum dan perundang-undangan yang berlaku

Dalam rangka penerapan pengelolaan terumbu karang secara lestari dan berkelanjutan sangat diperlukan instrument hukum dan perundang-undangan yang memadai. Selama ini implementasi dan penegakkan hukum masih sangat rendah. Sangsi hukum bagi perusak terumbu karang dan sumberdaya perikanan selama ini belum setimpal dengan perbuatannya bahkan tidak ada sama sekali.. Peningkatan efektifitas upaya penegakkan hukum melibatkan masyarakat dalam hal ini perlu dibentuk kelompok masyarakat yang berfungsi sebagai pengawas.

Dokumen terkait