• Tidak ada hasil yang ditemukan

MISI 4 : MENINGKATKAN PEMERINTAHAN YANG DEMOKRATIS DAN TERPERCAYA

E. Program, Serta Kebutuhan Anggaran Untuk Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

7.3. Arahan Strategi Sanitasi Kota (SSK)

Strategi Sanitasi Kota adalah dokumen rencana strategis berjangka menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi suatu Kota/Kabupaten, yang berisi potret kondisi sanitasi kota saat ini, rencana strategi dan rencana tindak pembangunan sanitasi jangka menengah. SSK disusun oleh Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota didukung fasilitasi dari pemerintah pusat dan pemerintah provinsi. Dalam menyusun SSK, Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota berpedoman

 Berdasarkan data aktual (Buku Putih Sanitasi);

 Berskala kota dan lintas sektor (air limbah, drainase, persampahan);  Disusun sendiri oleh kota dan untuk kota; dan

 Menggabungkan pendekatan ‘top down’ dengan ‘bottom up’. A. Rencana Sistem Sanitasi Lingkungan

Tujuan rencana sistem sanitasi lingkungan adalah memenuhi kebutuhan akan sistem prasarana yang berfungsi mengalirkan air limbah domestik (air limbah rumah tangga) yang berasal dari perumahan dan permukiman, dalam mencapai ruang hidup yang sehat dan produktif

Air limbah domestik ini dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu :

1. Black Water : yaitu air limbah manusia (human waste) yang berasal dari toilet/jamban

2. Gray Water, yaitu buangan air limbah rumah tangga yang berasal dari kamar mandi, dapur dan tempat cuci (sullage)

Jenis limbah yang ada di Kabupaten Madiun di bedakan menjadi dua, yaitu limbah domestik (rumah tangga) dan limbah industri. Sedangkan berdasarkan sistem pembuangan limbahnya, di Kabupaten Madiun menggunakan sistem setempat atau individual. Dalam jangka pendek, pengembangan sistem publik air kotor tidak memungkinkan untuk dikembangkan mengingat investasi yang cukup besar. Dengan demikian sampai dengan tahun 2029, penanganan air limbah lebih ditekankan pada pengoptimalan sistem yang sudah ada, dan mengembangkan sistem individual dan komunal yang sudah diarahkan pada sistem publik.

Arahan pengembangan pengelolaan sistem pembuangan air limbah di Kabupaten Madiun adalah sebagai berikut :

1. Untuk Limbah Rumah Tangga

 Berdasarkan standar, dengan kepadatan penduduk < 200 jiwa/ha, maka dipergunakan sistem pembuangan on site sanitation. Pada sistem ini pengelolaan limbah dilakukan oleh masing-masing rumah tangga/kegiatan.

 Komunal, secara bersama-sama oleh beberapa keluarga, yang biasanya berupa jamban jamak, MCK atau tangki septik komunal diterapkan pada wilayah-wilayah padat penduduk.

 Menerapkan sistem limbah cair bercampur yaitu dengan memanfaatkan saluran atau selokan air hujan yang telah ada dengan cara merehabilitasi fungsi saluran atau meredesain saluran yang ada.

 Bagi kawasan baru dan perumahan atau real estate harus merehabilitasi saluran air hujannya dengan menggunakan system tercampur atau mendesain bagi yang belum terbangun.

 Pengelolaan air limbah masih memungkinkan untuk diterapkan system on site dengan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) menyatu dengan TPA.

2. Untuk Limbah Cair Rumah Sakit/Puskesmas

 Harus mempunyai fasilitas dan peralatan pengolahan limbah cair dan melakukan pengelolaan secara baik.

 Harus melakukan monitoring dan pengawasan terhadap limbah cairnya ke badan air.  Pengolahan limbah toksin seperti limbah cair sisa obat-obatan dan suntikan, harus

dipisahkan dari pengolahan limbah cair yang bersifat non toksin. 3. Untuk Limbah Cair Industri

 Setiap industri harus mempunyai fasilitas dan peralatan pengolahan limbah cair dan melakukan pengelolaan secara baik.

 Perlunya monitoring dan pengawasan terhadap limbah cair yang di buang ke badan air melalui inventarisasi jenis industri guna memudahkan monitoring dan pengawasan. B. Rencana Peningkatan Sistem Persampahan

Pola pembuangan sampah yang ada di Kabupaten Madiun dilaksanakan dengan sistem individual dan komunal yang sudah dilayani oleh sistem pengelolaan sampah umum, mulai dari pengumpulan, hingga pembuangan akhir, yang dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Secara umum, sampah dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

1. Sampah organik, yaitu jenis sampah yang dapat diproses oleh alam (dapat didaur ulang secara alami), misalnya makanan, daun-daunan dan lainnya

2. Sampah non-organik, yaitu jenis sampah yang tidak bisa didaur-ulang secara alami, misalnya sampah plastik, besi, logam, porselin, dan lainnya.

Sedangkan untuk sumber sampah dapat berasal dari: 1. Sampah rumah tangga (domestik)

2. Sampah non rumah tangga (non domestik) yang terbagi atas:  sampah pasar dan pertokoan

 sampah jalan,

 sampah fasilitas umum/sosial (pendidikan, kesehatan, perkantoran, dsb)  sampah kawasan industri (pabrik, kerajinan, dsb)

3. Sumber sampah lainnya.

Perhitungan volume timbulan sampah didasarkan pada beberapa faktor, yaitu besarnya peningkatan tingkat pelayanan tiap tahun dan peningkatan jumlah penduduk. Dominasi komposisi sumber sampah untuk wilayah Kabupaten Madiun diperkirakan tidak akan berubah terutama dalam waktu dekat, karena pola hidup masyarakat dalam mengurangi penggunaan

barang yang menghasilkan belum dapat dirubah dalam jangka pendek. Jadi dengan bertambahnya jumlah penduduk akan terjadi penambahan volume sampah.

Jumlah timbulan sampah total (domestik + non domestik) per orang/hari diasumsikan sebesar 1,5 liter (Sumber Acuan : Standar Spesifikasi Timbulan Sampah di Indonesia, Dept. PU, LPMB, Bandung, 1993). Selanjutnya untuk mengetahui jumlah timbulan sampah perharinya, maka dari jumlah timbulan sampah per liter/orang/hari dikalikan dengan jumlah penduduk. Untuk mengetahui berat timbulan sampah maka volume sampah (m3/hari) dikalikan dengan nilai densitas sampah (kg/m3).

Berdasarkan hasil prediksi dan permasalahan yang ada, maka arahan pengembangan prasarana persampahan meliputi :

1. Umur TPA Kaliabu diperkirakan sampai Tahun 2023. Perlu adanya alternatif lokasi TPA baru, mengingat lokai TPA Kaliabu berdekatan dengan penetapan Kawasan Perkotaan Mejayan yang dipersiapkan menjadi Ibukota Kabupaten Madiun. Selain itu perlu juga alternatif lokasi TPA baru untuk wilayah Kabupaten Madiun bagian selatan. Ada beberapa alternatif lokasi pengembangan TPA baru namun perlu dilakukan studi lebih lanjut. Alternatif lokasi TPA sebagai berikut : 1) Lokasi TPA di Sareng dan Bader sebagaimana diungkapkan dalam RPJM Kawasan Agropolitan Kabupaten Madiun, 2) Banjarsari Wetan yang merupakan aset pemerintah Kabupaten Madiun

2. Pemilihan lokasi baru untuk tempat pembuangan akhir harus sesuai dengan persyaratan teknis dan daya dukung lingkungan.

3. Pengurangan masukan sampah ke TPA dengan konsep reduce-reuse-recycle di sekitar wilayah sumber sampah.

4. Pengolahan dilaksanakan dengan teknologi ramah lingkungan sesuai dengan kaidah teknis. 5. Rehabilitasi dan pengadaan sarana dan prasarana persampahan, bergerak dan tidak bergerak. 6. Mengembangkan kemitraan dengan swasta dan kerjasama dengan kabupaten sekitarnya yang

berkaitan untuk pengelolaan sampah dan penyediaan TPA. C. Rencana Sistem Pengembangan Jaringan Drainase

Tujuan dari rencana sistem pengembangan saluran drainase di Kabupaten Madiun adalah mengalirkan air permukaan ke badan air penerima atau bendungan resapan buatan, dalam mencapai ruang hidup yang sehat dan produktif.

Sistem drainase di Kabupaten Madiun masih menggunakan sistem drainase gabungan, adalah sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran pembuangan yang sama baik untuk air permukaan maupun air limbah yang diolah.

Penanganan pada sistem drainase di Kabupaten Madiun adalah :

1. Saluran primer : melalui program kali bersih, normalisasi dan perawatan lainnya

2. Saluran sekunder, saluran tersier dengan berbagai dimensi yang mengikuti sistem jaringan jalan

Selain itu, berdasarkan data kejadian banjir dapat dilihat bahwa pada areal dimana akan dijadikan pengembangan Perkotaan Mejayan sebagai Ibukota Kabupaten Madiun sering terjadi genangan akibat banjir yang datangnya dari Kali Jeroan. Luas genangan ini akan semakin bertambah manakala lahan pertanian berubah menjadi lahan terbagun. Untuk mengatasi terjadinya banjir di daerah ini dan di daerah lainnya perlu disusun sistem drainase yang memadai. Pembangunan system drainase seyogyanya dilakukan secara terpadu.

Dokumen terkait