• Tidak ada hasil yang ditemukan

Telur 24 18 2,38 2.18 0,75 0.75

Nauplii 31 14 3,04 1.33 0,88 0.5

Zoea 11 8 1,07 1.19 0,44 0.57

Mysis 40 18 3,42 2.55 0,93 0.88

Post larva 21 18 2,45 2.58 0,80 0.89

Antara hasil T-RFLP dan ARDRA, hasil yang didapatkan konsisten, yaitu bahwa komunitas bakteri yang berasosiasi dengan larva udang putih berubah secara dinamis selama tahapan perkembangan. Masing-masing tahapan perkembangan memiliki komunitas bakteri yang unik. Jenis filotipe maupun jumlah relatifnya berubah mengikuti perkembangan larva, tetapi ada juga filotipe yang selalu ada dalam semua tahapan perkembangan. Untuk ARDRA, hanya sedikit tipe sama yang ditemukan pada komunitas yang berbeda. Hal ini diduga juga diakibatkan cakupan pustaka genom yang masih kurang menggambarkan keseluruhan komunitas.

Untuk jenis bakteri yang dominan pada masing-masing komunitas bakteri, teknik T- RFLP kurang dapat mengidentifikasi dengan tepat. Dengan 2 enzim restriksi yang digunakan, masih cukup banyak kemungkinan jenis-jenis yang diwakili oleh masing- masing TRF. Karena itu identifikasi hanya dilakukan sebatas filum saja. Perbedaan yang didapatkan antara T-RFLP dan ARDRA adalah kelompok yang dominan di hampir seluruh tahapan adalah α-dan -Proteobacteria dengan ARDRA, sementara dengan T- RFLP adalah -dan α-Proteobacteria (Tabel 12.). Selain karena bias yang disebabkan prosedur PCR, perbedaan ini juga dapat terjadi karena kemungkinan jenis-jenis bakteri yang berasosiasi dengan larva udang putih ini adalah jenis baru dan belum ada dalam database.

Tabel 12. Perbandingan kelompok yang dominan pada tahap-tahap perkembangan larva dengan menggunakan teknik berbeda

Kultur T-RFLP ARDRA

Nauplii -Proteobacteria Bacteroidetes -Proteobacteria Zoea -Proteobacteria Cyanobacteria Chloroflexi Mysis -Proteobacteria -Proteobacteria - dan α-Proteobacteria PL Firmicutes -Proteobacteria -Proteobacteria

Pengaruh Perlakuan Iodine Terhadap Komunitas Bakteri

Sejauh ini, penelitian ini merupakan yang pertama mempelajari dinamika populasi komunitas bakteri yang berasosiasi selama tahapan perkembangan larva udang yang dilakukan dengan teknik berbasis molekuler. Walaupun memiliki keterbatasan dalam identifikasi filotipe secara tepat, T-RFLP terbukti merupakan alat yang berguna untuk monitoring dinamika populasi pada komunitas bakteri yang kompleks. Teknik ini dapat mendeteksi perubahan pada komunitas bakteri akibat perlakuan spesifik seperti intoduksi suplemen pakan maupun probiotik untuk meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup L. vannamei. T-RFLP telah digunakan untuk memonitor efek suplementasi

Lactobacillus acidophilus NCFM pada tikus (Kaplan et al. 2001) atau memonitor perubahan pada mikrobiota manusia setelah pemberian antibiotik dan probiotik (Jernberg et al. 2005). Studi yang mirip dapat dilakukan juga pada L. vannamei dengan menggunakan T-RFLP. Pada penelitian ini juga dilakukan analisis T-RFLP untuk melihat pengaruh perlakuan perendaman dalam povidone iodine terhadap komunitas bakteri pada larva udang putih.

Karena ketatnya regulasi di beberapa negara pasar utama komoditas udang, produsen berusaha mengurangi kandungan total bakteri atau bakteri tertentu pada produk udang. Beberapa cara yang digunakan adalah antara lain dengan perlakuan fisik maupun kimia. Penggunaan senyawa antibakteri berupa antibiotik dihindari karena adanya pembatasan kandungan antibiotik pada produk perikanan karena dianggap menyebarkan resistensi. Salah satu cara yang umum digunakan dalam produksi benur di hatchery

komersial adalah perendaman telur dan nauplii dalam larutan disinfektan. Penggunaan senyawa disinfektan dalam akuakultur diatur secara ketat di berbagai negara. Senyawa yang digunakan harus efektif, aman dan efisien dari segi biaya. Beberapa senyawa yang umum digunakan dalam akuakultur sebagai disinfektan adalah povidone iodine, formalin, hydrogen peroxide, and glutaraldehyde.

Povidone iodine (selanjutnya disebut iodine) merupakan salah satu senyawa yang dapat digunakan dalam akuakultur dengan peraturan yang relatif tidak terlalu ketat. Perlakuan ini dilaksanakan saat pemanenan untuk pemindahan telur ke hatching tank

maupun pemindahan nauplii ke rearing tank dan bertujuan untuk meminimalisir bakteri yang dapat ditransfer kepada larva yang kemungkinan berbahaya bagi kelangsungan hidupnya. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan perlakuan ini efektif menurunkan jumlah bakteri yang dapat dikultur dan tidak mempengaruhi hatching rate

maupun survival rate dari larva beberapa jenis ikan (Katharios et al, 2007; Eissa et al., 2007) dan L. vannamei (Cooney et al., 2005). Perendaman telur dalam iodine dapat mengurangi kemungkinan transfer patogen secara vertikal dari induk yang terinfeksi kepada keturunannya (Eissa et al., 2007) karena transmisi patogen dapat terjadi melalui permukaan telur yang terkontaminasi. Akan tetapi, sejauh mana pengaruh perlakuan ini terhadap keseluruhan komunitas bakteri yang berasosiasi belum diketahui, mengingat sebagian besar bakteri yang berasosiasi dengan larva udang diduga unculturable.

Hasil perhitungan total bakteri yang berasosiasi dengan telur dan larva udang putih selama tahapan perkembangannya pada kelompok larva yang diberi perlakuan iodine menunjukkan jumlah yang lebih kecil dibanding larva yang tidak diberi perlakuan seperti terlihat pada Gambar 12. Penurunan jumlah total bakteri sekitar 98% pada telur dan 93% pada nauplii terjadi setelah perendaman dalam iodine 20 ppm selama 20 detik. Akan tetapi jumlah total bakteri kemudian mulai pulih mendekati jumlah total bakteri pada kelompok larva tanpa perlakuan pada tahapan perkembangan larva selanjutnya. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh iodine terhadap jumlah total bakteri hanya bersifat sementara saja, yaitu sesaat setelah pemberian perlakuan, karena iodine hanya digunakan untuk merendam telur dan nauplii saat akan dipindahkan ke tangki baru dan tidak ditambahkan secara terus menerus.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 E5 N Z M PL Lo g C FU /g tanpa iodine iodine

Gambar 12. Jumlah total bakteri pada udang tanpa dan dengan perlakuan iodine. E5: Telur 5 jam setelah spawning; N : Nauplii; Z : Zoea; M : Mysis; PL : Post larva

Sementara untuk kelompok Vibrio, jumlahnya pada larva yang diberi perlakuan iodine lebih rendah dibandingkan kelompok tanpa perlakuan iodine, tapi penurunannya tidak sebesar pada total bakteri dan hanya terjadi sesaat setelah perlakuan pada telur sampai tahap zoea (Gambar 13.). Vibrio tidak dapat terdeteksi pada telur yang diberi perlakuan, tetapi kemungkinan hal ini disebabkan karena jumlah Vibrio pada larva yang tidak diberi perlakuan juga kecil. Pada nauplii, iodine menurunkan jumlah Vibrio sebesar 67% pada kelompok larva yang diberi perlakuan. Akan tetapi, jumlah Vibrio dengan cepat mengalami pemulihan, bahkan sempat melebihi kelompok yang tidak diberi iodine pada tahap mysis, dan kembali lebih rendah di tahap PL dengan selisih jumlah yang tidak terlalu besar. Hal ini juga menguatkan bahwa efek iodine hanya sementara dan kemungkinan iodine tidak terlalu mempengaruhi pertumbuhan kelompok Vibrio. Seperti telah disebutkan sebelumnya, peningkatan jumlah Vibrio terjadi terutama setelah pemberian Artemia sebagai pakan larva pada tahap mysis, sehingga perlakuan perendaman dalam iodine ini kemungkinan tidak terlalu efektif untuk melindungi larva dari kelompok Vibrio karena diterapkan hanya pada awal perkembangan larva.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 E5 N Z M PL L o g CF U/ g tanpa iodine iodine

Gambar 13. Jumlah total Vibrio pada udang tanpa dan dengan perlakuan iodine. E5 : Telur 5 jam setelah spawning; N : Nauplii; Z : Zoea; M : Mysis; PL : Post larva

Pengaruh iodine terhadap keragaman komunitas bakteri yang dapat dikultur terlihat pada Gambar 14. Sesaat setelah perlakuan perendaman dengan iodine, terjadi perubahan pada komposisi komunitas yang berasosiasi dengan telur dan nauplii. Akan tetapi, iodine tidak mengubah kekayaan spesies yang ditemukan, hanya jumlah relatif dari beberapa isolat yang berhasil dikultur. Iodine menekan pertumbuhan Pseudoalteromonas sp. 10Xb1, Paracoccus zeaxanthinifaciens strain R-1506, Alteromonas sp. DG1302, dan

Microbacterium sp. SMB18 sehingga menyebabkan populasi Alteromonas sp. SPB-5 dan

Exiguobacterium sp. JL-42 menjadi lebih dominan. Sementara satu isolat,

Flavobacteriaceae bacterium P99-3, sepertinya tidak dipengaruhi iodine. Walaupun pengaruh iodine pada jumlah total bakteri hanya bersifat sementara, pengaruhnya pada keragaman dalam komunitas bakteri yang berasosiasi dengan larva udang putih dapat berlangsung sampai akhir perkembangan larva.

Secara umum iodine menekan pertumbuhan sebagian besar bakteri yang berasosiasi dengan telur dan larva, sehingga menyebabkan keseimbangan dalam komunitas berubah. Iodine menjadi agen seleksi bagi jenis bakteri tertentu, yang menentukan apakah jenis tersebut dapat bertahan dalam komunitas pada tahap perkembangan larva berikutnya. Pada tahap perkembangan larva berikutnya, komposisi komunitas bakteri tetap memiliki perbedaan antara kelompok larva yang diberi iodine dan yang tidak. Hal ini perlu mendapat perhatian karena bisa saja perlakuan ini justru

menyebabkan bakteri yang menguntungkan terhambat pertumbuhannya. Jika hal ini terjadi, yang kemudian berkembang dominan adalah bakteri patogen oportunis sehingga mengancam kelangsungan hidup larva.

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

E5 E5(i) Nauplii Nauplii(i) Zoea Zoea(i) Mysis Mysis(i) PL PL(i)

Microbacterium sp. SMB18 Paracoccus zeaxanthinifaciens strain R-1506

Exiguobacterium sp. JL-42 Pseudoalteromonas sp. 10Xb1

Flavobacteriaceae bacterium P99-3 Alteromonas sp. SPB-5

Alteromonas sp. DG1302

Gambar 14. Komposisi komunitas bakteri yang berasosiasi dengan udang tanpa dan dengan perlakuan iodine. i=diberi perlakuan iodine.

Keragaman kelompok Vibrio yang berasosiasi dengan larva juga dipengaruhi oleh perlakuan iodine (Gambar 15.). Tampaknya iodine mempengaruhi pertumbuhan Vibrio

dengan warna koloni hijau di medium TCBS. Koloni berwarna hijau absen di seluruh tahapan perkembangan larva yang diberi perlakuan perendaman iodine. Karena koloni hijau bukanlah yang dominan pada kelompok Vibrio yang berasosiasi dengan larva udang putih, maka kemungkinan hal ini juga menyebabkan perlakuan perendaman dengan iodine tidak terlalu mempengaruhi jumlah total Vibrio.

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

E 5 E 5(i) Nauplii Nauplii(i) Zoea Zoea(i) Mysis Mysis(i) PL

Dokumen terkait