• Tidak ada hasil yang ditemukan

argumen yang sependapat, terdiri dari 2 bagian

Dalam dokumen 124142728 hukum pemilu dalam islam (Halaman 45-48)

 Secara Umum :

Pendapat pertama :

-Pendapat kedua : 1,2,5,6,7,8,13,14,15,16,17 Pendapat ketiga : 1,2,3

 Yang memang harus diperbaiki : Pendapat pertama :1f; 2a,b,c,d,e,f,g,h Pendapat kedua : -

Pendapat ketiga :

- Relevan diterapkan di Indonesia Pendapat pertama :

-Pendapat kedua : 3,4

1). Bahwa pemilu bukan perkara maksiat, yang mana sama hukumnya dengan seseorang meninggalkan shalat, meninggalkan puasa Ramadhan, melaksanakan riba, dan segala kemaksiatan yang lain. Tetapi pemilu dilarang oleh para ulama karena memang didalam pemilu ada kerusakan dan keburukan yang telag disebutkan dimuka, maka ditakutkan oleh para ulama bahwa jika seseorang mengikuti pemilu berarti mereka memilih seorang pemimpin dengan cara yang bukan syar’i –seperti yang telah dijelaskan diatas. Tetapi sekali lagi, hal ini jika melihat adanya suatu

kemaslahatan yang jelas dan untuk menghindari suatu kemadharatan yang lebih besar, maka mengikuti pemilu diperbolehkan.

2). Syaikh Ibrahim bin Amir Ar-Ruhaili melarang seseorang untuk masuk parlemen karena dia harus bersumpah (padahal didalam negara kita tidaklah demikian, pen), ditakutkan si muslim tersebut ketika mereka duduk di perlemen maka mereka akan meridhai semua peraturan yang disetujui oleh mayoritas suara meskipun bertentangan (untuk hal ini telah dijelaskan sebelumnya, pen).

117 Hal ini sangatlah sesuai di Indonesia. Karena sebagaiman yang termaktub dalam tata aturan Pemilu 2004, kita akan memilih secara langsung Calon Presiden dan Wakil Presiden (Undang-Undang No. 23 Tahun 2003 tentang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden), yang kita akan laksanakan – insyaAllah – pada tanggal 5 September. Namun, tidak semudah itu, dalam pencalonan Presiden dan Wakil Presiden, suatu Partai Politik tidak akan dapat mengusulkan Calon Presiden dan Wakil Presiden jika partai tersebut tidak memenuhi sekurang-kurangnya 15% (lima belas persen) dari jumlah kursi DPR atau 20% (dua puluh persen) dari perolehan suara sah secara nasional dalam Pemilu anggota DPR. (Undang-Undang Politik 2003, hal. 276).

118 Demikianlah pendapat Syaikh Ibrahim Ar-Ruhaili semoga Allah selalu melimpahkan rahmat dan ampunan-Nya kepada beliau. Dan pendapat seperti kita lihat sama dengan pendapat beliau Syaikh Al-Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al-Albani

Pendapat ketiga : 1,2,3

Inilah ringkasan argumen diatas sehingga dapat kami simpulkan :

Bahwa sebagian besar dari argumen yang diajukan oleh golongan pertama harus kita akui memang seperti itulah kerusakan dan keburukan pemilu dan demokrasi, oleh karena itu harus kita perbaiki terutama bagi partai-partai Islam yang mana dengan cara berpolitik yang baik dan santun, akan menimbulkan simpati dari umat Islam sehingga diharapakan akan mempercayakan hak suaranya kepada mereka. Namun disisi lain, ada argumen yang tidak sependapat dan tidak sepenuhnya sependapat, karena di negara Indonesia tidaklah seperti apa yang mereka tuduhkan.

Adapun argumen yang diajukan oleh golongan kedua, maka kami pun tidak sepenuhnya sependapat, mengingat kerusakan dan keburukan yang telah dijelaskan oleh golongan pertama. Tetapi kaidah-kaidah yang dipakai oleh golongan kedua sangatlah sesuai.

Yang terakhir, golongan ketiga mengajukan argumen yang sangat sesuai, baik secara kaidah-kaidah ilmiyah, maupun relevansinya jika diterapkan di negara Indonesia.

Maka dengan demikian, kami memilih dan menguatkan pendapat golongan yang ketiga, yaitu kita dibolehkan mengikuti pemilu dan masuk menjadi anggota parlemen, jika memilih madharat yang lebih kecil, dan mempunyai pemahaman yang benar, dengan tujuan untuk menghadang musuh-musuh Islam, dan berusaha untuk menerapkan hukum syariat Islam.

KHATIMAH

Dengan mengucapkan Alhamdulillah, amanah untuk menulis makalah pemilu ini akhirnya selesai, pada tanggal 12 Pebruari 2004. penulis ucapkan jazakumullah khairan jaza’, kepada ikhwan-akhwat – yang sama-sama berusaha menegakkan kalimat Allah – selalu memberikan bantuan tenaga, dukungan, dan do'anya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Demi penyempurnaan makalah ini, penulis harapkan saran dan kritik. Dan sekali lagi, afwan kalau ada kesalahan dalam penulisan dan kekurangan penjelasan disana sini, karena mengingat waktu penulisan yang sedemikian singkat, dengan materi yang begitu banyak. Kepada Ustadz Yusuf Bachtiar – semoga Allah merahmati anda, penulis mohon maaf, tidak bisa memberikan hasil makalah yang ustadz harapkan. Semoga kebaikan ikhwan-akhwat sekalian diberikan balasan yang setimpal disisi Allah SWT, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Amin

DAFTAR PUSTAKA

1. Abdul Azis Thaba, Islam dan Negara dalam Politik Orde Baru, GIP, 1996

2. Abdul Gani Abdullah, Pengantar Kompilasi Hukum Islam dalam Tata Hukum Indonesia, GIP, 1994

3. Abdul Karim Zaidan, Abdul Majid Az-Zindany dan Muhammad Yusuf Harbah,

Pemilu dan Parpol dalam Perspektif Syariah, Syaamil. 2003

4. Abdul Malik Ramadlan Al-Jazairy, Bolehkah Berpolitik? jilid 2, Pustaka Imam Bukhari. 2003

5. Abdul Malik Ramadlan Al-Jazairy, Pandangan Tajam terhadap Politik jilid 1,

6. Abdussalam bin Barjas bin Nashir Alu Abdul Karim, Sikap Politik Ahlus Sunnah wal Jamaah terhadap Pemerintah, Pustaka As-Salaf

7. Abu Nashr Muhammad bin ‘Abdillah al-Imam, Menggugat Demokrasi dan Pemilu; Menyingkap Borok-Borok Pemilu dan Membantah Syubhat Para Pemujanya. Darul Hadits. 2004

8. Ahmad Sukardja, Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar 1945, Kajian Perbandingan tentang Dasar Hidup Bersama Dalam Masyarakat yang Majemuk,

Universitas Indonesia Press. 1995

9. Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid Al-Halaby Al-Atsary, Tashfiyah dan Tarbiyah, Pustaka Imam Bukhari. 2002

10.Al-Qur’an dan Terjemahannya, Lembaga Percetakan Al-Qur’an Raja Fahd. 1422 11.Amandemen Undang-Undang Dasar 1945, Perubahan Pertama, Kedua, Ketiga dan

Keempat.

12. As-Suyuthi, Tarikh Khulafa’, Pustaka Al-Kautsar. 2001

13. Endang Saifuddin Anshari, Piagam Jakarta 22 Juni 1945, Sebuah Konsensus Nasional tentang Dasar Negara Republik Indonesia (1945-1949), GIP. 2001

14.Hidayatullah, 02/XVI/Rabiul Akhir 1424

15. Imam al-Mawardi, Hukum Tata Negara dan Kepemimpinan dalam Takaran Islam,

GIP. 2000

16. Jimly Asshiddiqie, Islam dan Kedaulatan Rakyat, GIP. 1995 17. Kautsar Amru, Teori Politik Islam, makalah pengajian. 2002

18. Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, PT Gramedia Pustaka Utama. 1993 19. Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al-Lu’lu’ wal Marjan jilid 2, Bina Ilmu. 1996 20.Sabili, No. 13 Th XI 15 Januari 2004/23 Dzul Qaidah 1424

21.Sabili, No. 14 Th XI 30 Januari 2004/8 Dzulhijjah 1424 22.Salafy, edisi 35/1421H/2000M

23.Salafy, edisi khusus/33/1420H/1999M 24.Salafy, edisi XXXI/1420H/1999M

25. Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury, Sirah Nabawiyah, Pustaka Al-Kautsar. 1997 26.Suara Hidayatullah, 03/XIII/Rabiul Awal-Rabiul Akhir 1421

PEMILU

ANTARA YANG MEMBOLEHKAN DAN

Dalam dokumen 124142728 hukum pemilu dalam islam (Halaman 45-48)

Dokumen terkait