• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut Yao yi (tanpa tahun) dalam Naniek (2004) bahwa hal-hal pokok yang perlu dibahas dalam arsitektur bangunan Cina adalah sebagai berikut:

- Pola Penataan ruang

- Langgam dan Gaya

- Struktur Rangka Kayu yang Terbuka

- Ragam Hias

1. Pola Penataan Ruang

Pola penataan ruang yang membentuk ruang bangunan berarsitektur Cina terletak pada tata ruang dalam yang dikenal dengan istilah “inner court” atau “courtyard” sebagai suatu catatan dari pemikiran Confusius. Bentuk geometris berperan dalam organisasi ruang, dengan bentuk sederhana dapat menghadirkan

courtyard segi empat.

Semua bangunan yang berlantai satu besar atau kecil akan direncanakan atau dibangun dengan aturan-aturan tertentu di sekeliling courtyard. Hal ini sesuai dengan pandangan hidup masyarakat Cina “dekat dengan tanah/bumi” (close to the earth) atau apabila manusia dekat dengan tanah atau bumi maka kesehatannya terjamin.

Dalam perencanaan bangunan berarsitektur Cina, bangunan yang paling penting selalu ditempatkan di daerah yang paling utama yang merupakan bagian terakhir dari tapak. Ukuran dan tinggi bangunan di sekelilingnya ditentukan setelah bangunan utama. Courtyard, sebagai fokus dan pusat dari seluruh kegiatan yang ada

juga merupakan tempat yang sangat diperlukan untuk sirkulasi dan untuk saling berhubungan /bertemu. Courtyard juga berfungsi sebagai pemisah kegiatan.

Gambar 2.19. Courtyard Pada Bangunan (Sumber : Qinghua, 2002)

Pola penataan ruang pada bangunan berarsitektur Cina pada umumnya cenderung simetris dengan courtyard yang berulang dan bertahap. Hal ini juga menunjukkan bahwa makin tinggi bangunan (ruang), maka semakin penting artinya dan berfungsi sebagai bangunan (ruang) utama.

Gambar 2.20. Penataan Ruang (Sumber : Knapp, 2000)

Pola penataan ruang yang seimbang simetris merupakan dasar tata letak ruang yang dipengaruhi oleh dasar pemikiran ajaran filsuf Confusius yang telah biasa digunakan oleh masyarakat sejak ratusan tahun yang lalu.

2. Langgam dan Gaya

Langgam dan gaya bangunan berarsitektur Cina dapat dijumpai pada bagian atap bangunan yang umumnya dilengkungkan dengan cara ditonjolkan agak besar pada bagian ujung atapnya yang disebabkan oleh struktur kayu dan juga pada pembentukkan atap sopi-sopi. Selain bentukan atapnya juga ada unsur tambahan dekorasi dengan ukiran atau lukisan binatang atau bunga pada bubungannya sebagai komponen bangunan yang memberikan ciri khas menjadi suatu gaya atau langgam tersendiri.

Ada 6 macam bentuk atap bangunan berarsitektur Cina yaitu:

(1). Atap Pelana dengan struktur penopang atap gantung atau Overhanging gable roof (Hsuan Shan)

(2). Atap pelana dengan dinding sopi-sopi atau Flush gable roof (Ngang Shan)

(3). Atap perisai (membuat sudut) atau Hip roof (Wu Tien)

(4). Gabungan atap pelana dan perisai atau Gable and hip roofs (Hsuan Shan dan Ngang Shan)

(5). Atap pyramid atau Pyramidal roof (Tsuan Tsien)

Gambar 2.21. Bentukan Atap Arsitektur Cina (Sumber : Handinoto, 1990)

Terdapat tiga jenis utama atap pada Arsitektur Cina, yaitu :

1. Atap lurus satu tingkatan : Jenis atap yang hanya memiliki satu tingkatan. Atap ini adalah jenis yang paling ekonomis dan paling lazim dalam Arsitektur Cina biasa. 2. Atap bertingkat : Jenis atap dengan dua atau lebih tingkatan. Atap ini digunakan dalam kelas konstruksi yang lebih tinggi. Biasanya digunakan untuk rumah tinggal rakyat biasa hingga istana.

3. Atap dengan lengkungan : Jenis atap dengan lengkungan yang naik/meninggi pada bagian sudut atap. Jenis konstruksi atap ini biasanya digunakan untuk bangunan kuil ataupun istana. Pada bagian atas atap biasanya dihiasi dengan patung-patung keramik (Wikipedia).

3. Struktur Rangka Kayu yang Terbuka

Karakteristik bangunan berarsitektur Cina tampak jelas pada system struktur dan konstruksinya, contohnya yaitu lengkungan atap yang menonjol sebagai suatu akibat dari system struktur rangka yang umumnya terbuat dari kayu. Ukir-ukiran serta konstruksi kayu sebagai bagian dari struktur bangunan pada arsitektur Tionghoa, dapat dilihat sebagai ciri khas pada bangunan Tionghoa. Detail-detail konstruktif seperti penyangga atap, atau pertemuan antara kolom dan balok, bahkan rangka atapnya dibuat sedemikian indah, sehingga tidak perlu ditutupi.

4. Ornamen / Ragam Hias

Ornamen merupakan salah satu bentuk ekspresi kreatif manusia zaman dulu. Ornamen dipakai untuk mendekorasi badan, dipahat pada kayu, pada tembikar-tembikar, hiasan pada baju, alat-alat perang, bangunan, serta benda bangunan seni lainnya. Jenis maupun peletakan ornamen vihara pada umumnya sudah ditentukan sesuai dengan maknanya. Seperti bagian atas altar terkadang digantungkan panji-panji pujian bagi dewa yang bersangkutan, di sisi kanan kiri digantungkan papan/kain bertuliskan puji-pujian. Di depan altar biasanya ditutup oleh secarik kain sutra merah yang disulam aneka pola misalnya: naga, delapan Hyang Abadi, burung hong dan sebagainya.

Ornamen pada dinding dan pintu seringkali menggambarkan bunga, bambu yang dikombinasikan dengan binatang seperti kijang, kilin, burung bangau dan kelelawar. Kelelawar bagi orang Tionghoa melambangkan rejeki atau berkah karena kelelawar dalam bahasa Tionghoa dialek Hokkian adalah Hok yang berarti rejeki. Gambar-gambar lambang Pat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan

kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Dewa-dewa dari Pat Sian juga diang-gap pelindung berbagai profesi, misalnya: Han Siang Cu melambangkan pelindung tukang ramal, Co Kok Kiu

melambangkan pelindung pemain sandiwara dan lain-lain. Pada dinding sering dijumpai lukisan dewa-dewa atau cerita bergambar pendek seperti: cerita Sam Kok, novel Hong Sin, pengadilan Siam Lo Ong di akherat dan lain-lain.

Di atas atap selalu ditempatkan sepasang naga yang dibentuk dari pecahan porselin dalam kedudukan saling berhadapan untuk berebut sebuah mutiara alam semesta menyala, lambang matahari (Cu). Pada bagian atap bangunan yang lain kadang dihiasi sepasang naga mengapit Houw Lo, yaitu buah labu yang telah kering sebagai tempat air/arak. Houw Lou tidak dapat dipisahkan dari bekal para dewa, sehingga dianggap punya kekuatan gaib untuk menjaga keseimbangan Hong Shui

dan menangkal hawa jahat.

Naga/Liong (bahasa Hokkian) adalah suatu makhluk mitos yang melambangkan kekuatan, keadilan, dan penjaga burung suci. Naga adalah hasil paduan khayalan dari berbagai hewan seperti: berkepala unta, bermata kelinci, berbadan ular, bertanduk rusa, berpaha harimau, bercakar rajawali, bersisik ikan. Selain itu hiasan naga kadang digantikan oleh sepasang ikan naga di atas atap tersebut. Ikan ini berkepala dengan bentuk Liong yang melambangkan keberhasilan setelah mengalami percobaan.

Ornamen pada tiang dan balok penyangga sering berupa dewa, panglima perang, tumbuh-tumbuhan, bunga, gajah, kilin, naga, dan lain-lain. Gajah biasa-nya digunakan untuk melambangkan roh para dewa binatang. Tubuhnya tampak berat tapi belalainya lincah dan kecil berwatak ramah, lambang kekuatan. Ragam hias

tetumbuhan dan bunga yang paling sering menjadi hiasan untuk bubungan / pinggiran atap dan tiang adalah bunga botan, bambu, anggrek, dan seruni yang mana melambangkan ulet dalam melawan iklim yang kejam di Cina (Sriti Mayang,dkk.2008)

Bangunan berarsitektur Cina umumnya dilengkapi dengan ragam hias sebagai elemen dari detail estetika setiap bangunan. Ukir-ukiran kayu umumnya dapat dijumpai pada struktur konstruksi struktur penopang atap, balustrade tangga, pagar balkon, bagian dari kusen pintu jendela, konsolkonsol tembok atau kayu, juga pada ujung sopi-sopi bangunan.

Dekorasi ragam hias sebagai detail ornamen dijumpai pula pada dinding tembok, plafond dan kolom. Juga sering dijumpai kaligrafi pada dinding diatas pintu, selain gambar-gambar dari ragam hias yang umumnya digambarkan dalam bentuk tumbuh-tumbuhan (pohon, bunga, buah), binatang dewa sebagai symbol (naga, barong/chilin, burung phoenix, singa dan lain-lain), binatang (ikan, bangau, rusa, gajah dan lain-lain). Unsur dekorasi atau detail estetika umumnya mempunyai makna atau symbol terutama pada bangunan-bangunan yang masih asli dipengaruhi oleh arsitektur Cina.

Menurut Ling Yu (2001) dalam Sriti,dkk (2008) bahwa peletakan ornamen umumnya pada dinding, atap, pilar, dan elemen interior lainnya sesuai dengan sifat dan maknanya. Secara umum jenis ornamen yang biasa digunakan di Vihara dibagi menjadi tiga, yaitu ornamen hewan, tumbuhan dan manusia. Selain ketiga hal tersebut, simbol-simbol religi dan meander juga digunakan.

Ornamen hewan, antara lain Naga, Phoenix/ Burung Api, Kura-kura, Singa (Ciok Say), Rusa, Kelelawar, Bangau, Chi Lin, dan sebagainya. Setiap ornamen

mempunyai banyak jenis yang memiliki makna yang berbeda. Sebagai contoh, Naga cina merupakan simbol kebijaksanaan, kekuatan dan keberuntungan dalam kebudayaan Cina.”Naga merupakan makhluk yang tertinggi dan raja segala binatang di alam semesta”. Memiliki bagian tubuh yang menunjukkan dapat hidup di tiga alam, yaitu kepala seperti buaya, badan seperti ular (bersisik dan berkelok-kelok), lengan dan cakar seperti burung. Naga melambangkan penolak roh jahat, menjaga keseimbangan Hong Sui, kekuasaan, dipercaya dapat mengeluarkan kekuatan hebat dan melimpahkan kebahagiaan Ornamen ini biasanya banyak dipakai pada atap, pilar, lukisan, dinding, pintu, dan altar.

Gambar 2.22. Ornamen Binatang (Sumber : Lillian Too,1995)

Naga :

Naga atau Lung melambangkan kekuatan dan kebaikan, keberanian dan pendirian teguh, keberanian dan daya tahan. Makhluk ini menunjukkan semangat perubahan, mengembalikan kehidupan. Naga membawa hujan yang memberikan

kehidupan, dengan demikian, Naga melambangkan kekuatan produktif dari alam. ( Lillian Too,1995:150).

Beberapa macam naga pada tradisi Cina adalah (1) Naga surga yang paling sempurna Tian Lung, yang menjaga dan melindungi tempat tinggal Dewa sehingga terhindar dari bahaya; (2) Naga Shen Lung yang dipercaya mampu mendatangkan angin dan hujan; (3) Ti Lung, naga bumi yg membantu aliran air sungai; (4) Fu tsang Lung, naga yang selalu memantau dan dipercaya sebagai sumber kekayaan; (5) Lung

sebagai naga yang paling kuat dan tinggal di awan-awan; (6) Li, naga yang hidup dalam lautan; (7) Chiao naga yang hidup di rawa-rawa dan bersarang di gunung, ukurannya lebih kecil, panjangnya sekitar 13 kaki. Aplikasi Lung sebagai simbol yang populer pada budaya Cina adalah (1) P’u lao diukirkan pada bagian atas dari bel dan gong; (2) Ch’iu niu, diukir pada alat musik agar bunyi yang dihasilkan enak didengar; (3) Pa-hsia, diukirkan pada bagian bawah monumen batu; (4) Chao-feng, ornamen pada tepi atap, gambaran dari lung yang melindungi terhadap bahaya; (5)

Chih-wen, diukir pada balok penyangga jembatan dan pada atap rumah, untuk menjauhkan dari kebakaran; (6) Suan-ni, diukirkan pada tahta singgasana Budha; (7)

Yai tzu, diukir pada pedang pembunuh; (8) Pi-kan, diukir pada gerbang rumah tahanan, sebagai kekuatan untuk menegakkan kebenaran dan keadilan. Ragam hias naga banyak dijumpai pada bagian tiang pilar penyangga bangunan (Tatt, 1993).

Gambar 2.23. Ornamen Naga

(Sumber : Lillian Too, 1995)

Singa :

Singa melambangkan keadilan dan kejujuran hati. Bentuk singa lebih menyerupai anjing Pekingese. Singa merupakan salah satu simbol hewan yang banyak dijumpai pada klenteng. Simbol ini biasa diletakkan pada sisi kanan-kiri pintu masuk utama sebuah bangunan dan dipercaya dapat menjaga bangunan tersebut dari marabahaya. Simbol singa yang banyak dijumpai dalam bentuk karya tiga dimensi, digambarkan dalam posisi duduk sambil memegang bola. Bola merupakan lambang matahari sebagai simbol dari Yin Yang. Pada simbol ini, singa jantan digambarkan sedang bermain dengan bola, sedang singa betina digambarkan duduk sambil menjaga anak singa. Simbol ini memiliki makna yang sama dengan simbol naga yang memegang mutiara dan terbang di awan-awan. Simbol ini melambangkan keberuntungan, berkat serta dipercaya dapat melindungi dari hal-hal yang buruk (Tatt,1993).

Singa adalah lambang energy dan keberanian. Singa batu sering diletakkan dijalan masuk sebuah bangunan. Pasangan singa dianggap sebagai pelindung penghuni dan tempat umum, terutama dari setan dan roh jahat. Dalam Budhisme,

singa dianggap sebagai hewan suci. Orang Cina sering merayakan festival dengan tarian singa disertai music yang keras. Singa dipercaya dapat menakuti roh jahat dan nasib buruk serta menarik keberuntungan (Lillian Too,1995:156).

Gambar 2.24. Ornamen Singa

(Sumber : Lillian Too, 1995)

Kelelawar :

Di dalam dekorasi Tiongkok, kelelawar yang ditampilkan seringkali dalam rupa yang penuh ornamen sehingga mirip sekali dengan seekor kupu-kupu. Sayapnya digambarkan melengkung dan seringkali diberi warna merah (warna kebahagiaan). Binatang kelelawar biasanya digunakan sebagai elemen dekoratif bangunan. Dekorasi yang me-nampilkan lima ekor kelelawar melambangkan usia senja, kekayaan, kesehatan, cinta kebajikan, dan kematian alami. Semua ini dianggap nasib yang paling diharapkan semua orang. Dalam bahasa Tiongkok kelelawar disebut fu, berarti nasib baik. Fu juga berarti kebahagiaan, sehinggga kelelawar melambangkan nasib baik di tradisi Tiongkok. (Williams, 1974:34).

Kelelawar melambangkan kebahagiaan dan panjang umur. Asal mula kepercayaan ini terletak pada kata Cina untuk kelelawar, yaitu “Fu” yang kedengaran seperti kata “kebahagiaan”. Bila akan digunakan sebagai lambang untuk nasib baik, kelelawar sering dicat warna merah, warna untuk kegembiraan. Kelelawar sering

digambarkan pada jubah Cina yang dipakai pejabat pengadilan. Pada keramik lantai, kelekawar digambar berkelompok (lima kelelawar) untuk menggambarkan lima berkat, yaitu panjang umur. Kemakmuran, kesehatan, kbajikan dan kematian alami (Lillian Too,1995:153).

Gambar 2.25. Ornamen Kelellawar (Sumber : Lillian Too, 1995)

Kili :

Kili termasuk dalam 4 binatang yang dianggap penting. Kili (unicorn) merupakan simbol yang dapat mendatangkan kebahagiaan, keberuntungan dan berkat. Unicorn dalam kebudayaan Cina, memiliki tubuh mirip rusa jantan, kuku kuda, dahi serigala, dan satu tanduk pada dahinya (pada unicorn jantan). Unicorn

betina tidak memiliki tanduk. Unicorn jantan disebut chi, dan Unicorn betina disebut

li sehingga dikombinasikan menjadi kili dan merupakan simbol hewan yang identik dengan kemurahan hati. Mahluk ini digambarkan memiliki beberapa warna kulit sebagai simbol dari warna-warna kekaisaran, yaitu merah, kuning, biru, putih dan hitam. Kili dapat berjalan di atas air dan memiliki suara indah seperti phoenix. Mahluk ini merupakan binatang tunggal, hasil alam imajinasi manusia. Biasanya

unicorn digambarkan dengan latar belakang api atau awan-awan. Dewi kesuburan selalu digambarkan menunggangi unicorn dengan menggendong seorang anak.

Unicorn digunakan sebagai simbol pada pakaian seseorang yang memiliki kedudukan tertinggi pada militer. Nilai-nilai yang terkandung pada simbol ini adalah kebahagiaan yang sempurna, panjang umur, kemegahan, kemuliaan, kesuburan dan kebijaksanaan. Mahluk ini melambangkan nilai-nilai kebaikan, kelembutan dalam tiap aspek kehidupan dan semua kebaikan pada hewan mamalia. Unocorn

diaplikasikan pada meja altar, dimana meja altar merupakan salah satu fasilitas pemujaan, yang mencerminkan hubungan manusia dengan penciptanya (Tatt, 1993).

Kili dianggap sebagai kuda naga, dikatakan bersifat halus, bertikad baik dan dermawan terhadap semua makhluk hidup.. Ornamen kili / unicorn sering diterapkan pada beberapa furniture, seperti meja, lukisan dan terkadang sebagai arca. (Lillian Too,1995:152).

Gambar 2.26. Ornamen Killi (Sumber : Lillian Too, 1995)

Harimau :

Harimau merupakan pimpinan tertinggi dewa binatang dalam kebudayaan Cina dan merupakan simbol alami dari keagungan, kemuliaan, keberanian dan kekuatan. Harimau dilambangkan selalu duduk di depan pintu, sehingga menentukan letak pintu depan sebuah bangunan. Apabila pintu berada di sebelah timur, maka

sang Naga akan datang dan memberi mutiara (berkat), namun apabila pintu utama meng-hadap ke barat, ini berarti akan ada marabahaya yang mengintai rumah tersebut (Dian, 1999).

Harimau disini dianggap menunggu seorang mangsa dari penghuni rumah. Gambar harimau yang diletakkan pada dinding dan pintu dipercaya mampu mengusir roh jahat. Terkadang harimau diletakkan sebagai elemen dekoratif. Harimau identik dengan kejayaan masa panen dan dipercaya dapat mengusir roh jahat yang menyebabkan kegagalan panen. Selain itu, Harimau dianggap sebagai dewa pelindung anak-anak. Para orang tua percaya harimau mampu melindungi anak-anak mereka dari roh jahat. Mereka juga berharap bahwa anak-anak mereka dapat tumbuh sekuat harimau. Harimau memiliki kedudukan tertinggi diantara hewan lainnya.. Roh Harimau yang terkenal yaitu Lin chun, dengan jimatnya yang mampu memberikan perlindungan terhadap roh-roh jahat. Harimau dipercaya hanya akan memangsa manusia yang berdosa dan patut dihukum , menurut perintah dewa-dewi (Tatt, 1993).

Gambar 2.27. Ornamen Harimau

Kuda :

Kuda merupakan salah satu zodiac yang penting dalam astrologi Tiongkok. Kuda merupakan simbol dari kecepatan, keberanian, kekuatan dan juga mere-presentasikan kalangan menengah keatas. Sering kali makhluk ini digunakan sebagai elemen dekorasi. Makhluk anggun yang dianggap perkasa ini juga melambangkan kegoyahan dalam hidup. Dalam kepercayaan orang Tionghoa, kuda juga merupakan mahluk yang melambangkan jalan dari sebuah kehidupan lama ke sebuah kehidupan yang baru (Tatt, 1993).

Kuda merupakan salah satu dari Tujuh Kakayaan Budhisme. Binatang ini melambangkan kecepatan dan ketekunan. Meskipun bukan hewan langit, tapi kuda merupakan lambang yang popular karena sifat kebangsawanannya (Lillian Too,1995:154).

Gambar 2.28. Ornamen Kuda (Sumber : Lillian Too, 1995)

Burung Bangau :

Burung bangau juga merupakan burung yang digemari oleh masyarakat Tionghoa selain burung phoenix. Burung ini adalah lambang umum dari panjang umur dan seringkali digambarkan dibawah pohon pinus, sebagai simbol kehidupan.

Masyarakat Tionghoa pernah mengatakan bahwa ada empat jenis burung bangau, yaitu bangau hitam, kuning, putih dan biru, di mana bangau hitam yang paling panjang umurnya. Bangau dipercaya dapat hidup hingga 600 tahun dan saat menjejaki usia tersebut, mahluk ini tidak lagi makan dan hanya minum air. Manusia telah berulang kali berubah menjadi bangau untuk melambangkan panjang umur yang sejahtera (Williams, 1974:101-102).

Burung bangau dipercaya mempunyai sifat mistis. Makhluk ini merupakan salah satu makhluk yang mampu hidup lama. Sebenarnya burung bangau adalah salah satu dari lambang yang paling umum dan popular atas panjang umur (Lillian Too,1995:154).

Gambar 2.29. Burung Bangau (Sumber : Lillian Too, 1995)

Menurut Lillian Too dalam bukunya “Feng Shui” bahwa ornamen tumbuhan juga memiliki jenis yang cukup banyak, antara lain Bunga Teratai yang biasa dipakai sebagai lambang kesucian dan kesuburan, karena sesuai dengan warnanya yaitu putih. Jenis tumbuhan yang lain adalah Bunga Seruni, Botan, dan Plum, ornamen ini digunakan untuk melambangkan kekuatan dan keteguhan hati dalam menghadapi kehidupan, ornamen ini biasanya digunakan pada dinding ,partisi dan untuk dekorasi.

Bunga Peony, digunakan untuk melambangkan perhatian, kasih, kekayaan, dan kehormatan. Bunga Chrysanthemum digunakan untuk melambangkan sukacita dan penolakan dari hal-hal tidak diinginkan. Pohon Bambu, Cemara digunakan untuk melambangkan umur yang panjang, kekuatan, dan keuletan dalam menjalani kehidupan. Pohon Pinus digunakan untuk melambangkan kekuatan dan tekad.

Gambar 2.30. Ornamen Tumbuhan (Sumber : Lillian Too, 1995)

Jenis ornamen manusia yang biasa digunakan antara lain Men Sin, yaitu sepasang perwira penjaga pintu masuk bernama Cin Siok Poo/Perwira Muka Putih di daun pintu kiri, dan Oei Tie Kiong/Perwira Muka Hitam di daun pintu kanan; Pat Sian merupakan delapan dewa dalam kisah Tang Yu (kisah perjalanan ke Timur) yang dianggap sebagai dewa-dewa pelindung profesi pekerjaan. Ornamen ini biasanya dipakai pada meja altar atau lukisan di dinding. Selain hal tersebut ada pula cuplikan Kisah Sam kok tentang tiga negara yang berperang. Cuplikan kisah ini biasanya dijadikan sebagai ornamen yang diletakkan di dinding. Dan cuplikan Kisah

See Yu ornamen pada ruang-ruang pemujaan untuk dewa-dewa, biasanya diletakkan pada dinding dan balok tarik kuda-kuda.

Gambar 2.31. Ornamen Dewa / Manusia (Sumber : www.english.com/eightimmortals)

Dalam agama Buddha, dikenal beberapa Buddha dengan julukan Bodhisatva : 1. Boddhisatva Maitreya

Bodhisattwa yang akan datang dan mencapai pencerahan, sebagai penerus Buddha Gautama di masa yang akan datang. Dikenal akan kebajikannya.

Gambar 2.32. Boddhisatva Maitreya (Sumber : www.wikipedia.com)

Buddha Maitreya dipercayai lahir di provinsi Zhejiang sebagai bhiksu gendut yang disebut Pu Tai He Sang atau Bhiksu Berkantong Kain. Legenda mengatakan bahwa bhiksu ini sering berkelana membawa kantong kain pada permulaan abad ke-10. Dia juga dijulukiBuddha Ketawa, Buddha Mi Le, atau Ju Lai Fo (Buddha yang akan datang).

2. Boddhisatva Avalokitesvara (Kwan Im)

Bodhisatva yang paling dikenal secara universal dalam tradisi Mahayana. Di Asia Timur dikenal dengan nama Kwan Im. Kwan Im sebagai seorang Bodhisatva yang melambangkan kewelas-asihan dan penyayang.

Gambar 2.33. Boddhisatva Avalokitesvara (Sumber : www.wikipedia.com)

Dalam sejumlah kitab Budhisme Tiongkok klasik, disebutkan ada beberapa rupa perwujudan Kwan Im Pho Sat, antara lain :

1. Kwan Im Berdiri Menyeberangi Samudera;

2. Kwan Im Menyebrangi Samudera sambil Berdiri di atas Naga; 3. Kwan Im Duduk Bersila Bertangan Seribu;

5. Kwan Im Berdiri Membawa Anak;

6. Kwan Im Berdiri di atas Batu Karang/Gelombang Samudera; 7. Kwan Im Duduk Bersila Membawa Botol Suci & Dahan Yang Liu; 8. Kwan Im Duduk Bersila dengan Seekor Burung Kakak Tua.

3. Boddhisatva Sakyamuni (Shiddarta Gautama)

Buddha Gautama dilahirkan dengan nama Siddhārtha Gautama, dia kemudian menjadi Buddha (secara harfiah: orang yang telah mencapai Penerangan Sempurna). Dia juga dikenal sebagai Boddhisatva Shakyamuni ('orang bijak dari kaum Sakya'). Siddhartha Gautama adalah guru spiritual dari wilayah timur laut India yang juga merupakan pendiri Agama Buddha.

Gambar 2.34. Boddhisatva Sakyamuni (Sumber : www.wikipedia.com)

Siddhartha Gautama merupakan figur utama dalam agama Buddha, keterangan akan kehidupannya, khotbah-khotbah, dan peraturan keagamaan yang dipercayai oleh penganut agama Buddha dirangkum setelah kematiannya dan dihafalkan oleh para pengikutnya. Berbagai kumpulan perlengkapan pengajaran akan

Siddhartha Gautama diberikan secara lisan, dan bentuk tulisan pertama kali dilakukan sekitar 400 tahun kemudian.

4. Boddhisatva Satyakalama (Guan Yu)

Guan Yu adalah seorang jenderal terkenal dari Zaman Tiga Negara. Guan Yu dikenal juga sebagai Kwan Kong, Guan Gong, atau Kwan Ie, dilahirkan di kabupaten Jie, wilayah Hedong (sekarang kota Yuncheng, provinsi Shanxi), ia bernama lengkap Guan Yunchang atau Kwan Yintiang.

Gambar 2.35. Boddhisatva Satyakalama (Sumber : www.wikipedia.com)

Guan Yu digambarkan sebagai panglima gagah, tinggi dan berwibawa.

Dokumen terkait