• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.5 Landasan Teori

1.5.7 Tata Artistik

Tata artistik berarti penyusunan segala sesuatu yang melatarbelakangi

kostum (Sumarno, 1996:66-67). Fungsi dari tata artistik adalah memperkuat

karakter atau penokohan pemain dan dapat juga membuat sesuatu agar tidak

membosankan. Menurut Darwanto Sastro Subroto (1994:405), tata artistik

merupakan suatu perekayasaan seni yang bersifat mendukung keberhasilan

pembuatan suatu film.

Penata artistik bertugas menerjemahkan konsep visual sutradara kepada

pengertian-pengertian visual yaitu segala hal yang mengelilingi aksi di depan kamera, di latar depan maupun di latar belakang. Selain itu, penata artistik tidak

boleh merancang penciptaan setting hanya berdasarkan pertimbangan estetik

semata tetapi juga menyangkut soal biaya dan teknis pembuatan (Sumarno,

1996:67).

Penciptaaan setting berarti juga menyangkut konsep visual secara keseluruhan. Adapun elemen-elemen pendukung tata artistik meliputi :

a. Setting

Setting adalah tempat dan waktu berlangsungnya cerita film. Dengan demikian sebuah setting harus memberikan informasi lengkap tentang

peristiwa-peristiwa yang sedang disaksikan penonton yang antara lain menyangkut waktu

atau masa berlangsungnya cerita (Sumarno, 1996:66). Setting juga bisa diartikan

sebagai dekorasi yaitu segala sesuatu yang mengelilingi pemain, bisa berupa

kamar, rumah, maupun halte bis. Selain itu, setting bisa dijadikan pertimbangan

dalam menyusun adegan demi adegan sehingga membentuk suatu kewajaran

Peranan penting dari setting adalah untuk membangkitkan dan mendukung

penampilan artis dalam memainkan peran dengan wajar. Didukung latar belakang

(background) dan latar depan (foreground) sehingga bisa menghidupkan suasana

yang alami untuk melakukan akting maupun gerakan sesuai dengan tuntutan

naskah (Subroto, 1994:412).

b. Properti

Properti merupakan bagian dari setting. Dengan bantuan properti, setting

dapat dibangun sesuai dengan tuntutan naskah. Maka dari itu, perlu dipilih

properti yang sesuai dan cocok untuk melengkapi tata dekorasi agar bisa

memberikan gambaran yang utuh (Subroto, 1994:420). Penata propertilah yang

berkewajiban menyediakan perlengkapan baik untuk tata letak maupun pemain.

c. Tata Rias dan Kostum

Penataan rias, rambut, serta pemilihan kostum berperan besar sebagai

identitas dan karakter tokoh serta untuk mendukung keberhasilan jalan cerita

(Subroto, 1994:421). Tata rias adalah seni menggunakan bahan-bahan kosmetika

untuk mewujudkan wajah peranan sehingga berfungsi memberikan dandanan atau

perubahan-perubahan pada para pemain. Penata rias akan bertugas menyiapkan

pemain dengan tata rias dasar agar dihasilkan gambar yang baik. Misalnya,

mampu mengubah seorang gadis belia menjadi seorang nenek tua. Selain itu, rias

film menjadikan suasana yang dilihat penonton di layar putih melalui lensa

kamera (Harymawan, 1993:134–135).

Kostum adalah segala sandangan dan perlengkapan (accessories) yang

petugas yang bertanggung jawab menyediakan kostum sesuai kebutuhan film

disebut penata kostum. Fungsi kostum yang pertama dan paling penting ialah

menghidupkan perwatakkan pelaku. Artinya, kostum sudah menunjukkan siapa

dia sesungguhnya. Kedua, untuk individualisasi peranan. Artinya, warna dan gaya

kostum dapat membedakan seorang peranan dari peranan yang lain, dari setting,

serta latar belakang. Ketiga, memberi fasilitas dan membantu gerak pelaku.

Artinya, kostum harus menambah efek visual gerak, menambah indah, dan

menyenangkan setiap posisi yang diambil pelaku ( Harymawan, 1993:131- 132).

1.5.8 Tata Suara

Dalam sebuah film penggabungan keseluruhan gambar dan suara yang

baik akan mampu menciptakan puncak-puncak dramatis dalam keseluruhan isi

cerita. Film merupakan salah satu bentuk karya audio video yang terdapat dua

unsur yang saling melengkapi yaitu gambar dan suara. Gambar dan suara saling

mendukung satu sama lain untuk menghasilkan sebuah visualisasi karya yang

sempurna (Mangunhardjana, 1976: 32).

Penata suara bertugas merekam suara baik di lapangan maupun di studio.

Proses pengolahan suara ini berarti proses memadukan unsur-unsur suara (mixing)

yang terdiri atas dialog dan narasi, musik serta efek-efek suara. Perpaduan suara

itu akan mempertimbangkan perasaan jauh dekatnya penonton dengan sumber

bunyi sebagaimana tampak di layar. Fungsi suara yang paling pokok adalah

memberikan informasi lewat dialog dan narasi. Fungsi penting lainnya dengan

diberi suara (musik, dialog, dan efek suara) akan terikat dalam satu kesatuan

(Sumarno, 1996:72-73).

Pada umumnya perekaman suatu dialog mempergunakan perekam suara

DAT (digital audio tape) karena selain pengoperasiannya mudah, alat ini

bentuknya sederhana. Proses perekaman dialog dapat dilakukan dengan dua cara,

yaitu langsung (direct sound) atau tidak langsung (after recording) (Bengkel Film

Pemula, 2003). Direct sound memiliki kelebihan bahwa suara yang terekam akan

mencerminkan mood pemeran. Perekaman suara dengan sistem ini dilaksanakan

bersamaan dengan pelaksanaan shooting sehingga menghasilkan efek kewajaran,

realistis pada gambar. Oleh karena itu, pada saat proses berlangsung tidak boleh

terganggu oleh suara-suara yang tidak diperlukan dan pemeran pun harus hafal

dialog serta mampu mengucapkan dialog secara benar. Sebaliknya, after

recording dilaksanakan setelah shooting atau bersamaan saat proses editing. Perekaman ini dilakukan di studio suara berdasarkan jalur gambar yang sudah

diedit. Biasanya jalur gambar diisi suara sepenggal demi sepenggal untuk

mengingat lamanya film. Dengan sistem ini, suara seorang pemeran bisa diisi oleh

suara orang lain (Sumarno, 1996:73).

1.5.9 Tata Cahaya

Tata cahaya atau tata sinar adalah suatu cara penyinaran khusus pada suatu

obyek sehingga membuat gambar atau objek itu menjadi lebih jelas dari pada

obyek-obyek lain di sekitarnya sehingga memberi kesan khusus

keseluruhan harus menunjang jiwa maupun mood film serta harus tampak

berkesinambungan antara shot sebelum dan sesudahnya (Sumarno, 1996:52).

Tugas penata cahaya yaitu membantu penata fotografi dalam mengatur

komposisi-komposisi pencahayaan, besarnya cahaya, dan jenis-jenis pencahayaan

yang akan digunakan. Penataan cahaya dapat menggunakan cahaya alami dan key

light, yaitu sumber penyinaran yang terarah dan merupakan penyinaran terhadap suatu subyek atau area tertentu (Subroto, 1994:293). Untuk penggunaan jenis

lampu sangat tergantung dari jumlah cahaya yang dibutuhkan pada saat shooting.

Hal ini merupakan pertimbangan dari penata fotografi dan sutradara dalam

menghasilkan pencahayaan sesuai konsep kreatif yang dipersiapkan.

1.5.10 Editing

Proses editing termasuk pada proses pasca produksi yang meliputi editing gambar dan editing suara. Keterlibatan sutradara tidak berhenti sampai produksi

selesai dilaksanakan, namun masih berlanjut sampai proses editing dan karya ini

layak ditonton. Editing merupakan bagian terpenting dalam menentukkan hasil

akhir dari film ini. Tenaga pelaksananya disebut editor. Seorang editor bertugas

menyusun hasil shooting dengan sejumlah peralatan komputer editing canggih

dengan mengedit adegan yang sesuai dengan storyboard hingga membentuk

pengertian cerita (Sumarno, 1996:59).

Pelaksanaan shooting sebuah film tidak selalu berurutan sesuai dengan yang tertulis di skenario. Shot yang tidak berurutan tadi akan disusun shot demi

yang ada dalam naskah. Dalam proses editing, seorang editor memasuki tahap

kreativitas di mana ia dapat melakukan pemotongan, penyempurnaan, dan

pembentukan kembali untuk mendapatkan isi yang diinginkan, konstruksi serta

ritme dalam setiap babak, dan dalam film secara keseluruhan. Karena begitu

pentingnya peranan proses editing maka peran editor dapat disamakan peran

sutradara (Sumarno, 1996:59).

Ada beberapa bentuk transisi shot yang akan digunakan dalam

penyambungan shot nantinya, diantaranya adalah :

a. Cut to Cut

Cut to cut ialah perpindahan gambar baik antar shot maupun waktu ataupun adegan tanpa transisi yang jelas atau langsung.

b. Fade-in, fade-out

Fade-in, fade-out ialah gambar terakhir dari shot pertama perlahan-lahan tenggelam dalam gelap (fade out) untuk sesaat disusul dengan makin

terangnya shot berikutnya (fade in).

c. Dissolve

Dissolve ialah perpaduan bertahap dari akhir sebuah shot ke dalam awal

shot berikutnya yang dihasilkan dengan jalan mendempetkan. (Sutisno, 1993:39).

1.5.11 Tata Musik

Tata musik termasuk dalam proses editing (pascaproduksi). Tugas seorang

diperlukan sebagai background atau musik utama yang mampu menciptakan

suasana yang diperlukan untuk memperkuat suatu adegan film yang ditampilkan.

Musik dalam film ini mempunyai beberapa fungsi, pertama ialah untuk

membantu merangkaikan adegan yang artinya sejumlah shot yang dirangkai diberi

ilustrasi musik sehingga terkesan terikat dalam suatu kesatuan. Kedua, musik

dapat menutupi kelemahan atau cacat dalam film. Artinya, kelemahan dalam

akting dan pengucapan dialog yang ditutupi dengan musik, sehingga akting yang

lemah atau dialog yang dangkal itu menjadi lebih dramatik dari yang sebenarnya.

Jika dialog itu tidak dangkal, efek dramatiknya semakin tinggi apabila diiringi

musik yang tepat (Sumarno, 1996: 77).

Ketiga, musik menunjukkan suasana batin tokoh-tokoh utama film,

sehingga musik yang diperdengarkan seolah-olah menunjukkan suasana batinnya.

Keempat, musik menunjukkan suasana waktu dan tempat. Kelima, musik mampu

mengiringi kemunculan susunan kerabat kerja atau nama-nama pendukung

produksi (credit title). Maksudnya supaya lebih menarik, bergaya, dibandingkan

dengan kehadiran sebenarnya yang tanpa musik. Keenam, musik mengiringi

adegan dengan ritme cepat. Ketujuh, musik dapat mengantisipasi adegan

mendatang dan membentuk ketegangan dramatik. Kedelapan, menegaskan

1.5.12 Pemeran

Keberadaan pemeran atau pemain dalam film memiliki arti yang sangat

penting baik dilihat dari segi fisik maupun kemampuannya berakting. Pemain

merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan sebuah produksi film.

Seorang pemain harus mampu memainkan suatu karakter dengan kewajaran

sehingga mampu mengkomunikasikan suatu pesan dari isi cerita dengan baik

melalui ekspresi dan aktingnya. Pemain harus mengerti benar karakter tokoh yang

dimainkannya sesuai dengan tuntutan naskah sehingga ketika ia bermain atau

berakting dan mengucapkan kata-kata sesuai dengan dialog dalam naskah dan

dapat merasakan makna yang terdapat dalam dialog tersebut.

Akting film bisa diartikan kemampuan berlaku sebagai orang lain. Proses

penokohan akan menggerakkan seorang pemain menyajikan penampilan yang

tepat seperti cara bertingkah laku, ekspresi emosi dengan mimik dan gerak-gerik,

cara berdialog, untuk tokoh yang ia bawakan. Selain pemeran utama pria/wanita,

terdapat juga peran pembantu pria/wanita, dan biasanya sebuah film memerlukan

pemeran-pemeran pelengkap (figuran) sebagai pendukung (Sumarno, 1996 : 80).

Akting yang baik menurut para ahli adalah akting dalam film yang

sungguh-sungguh bisa dinikmati dan memenuhi delapan syarat berikut ini :

1. Pemilihan pemeran-pemeran yang tepat dalam setiap produksi film.

2. Make up yang memuaskan.

3. Pemahaman yang cerdas dari pemeran tentang peran yang dibawakan.

5. Kewajaran dalam akting. Maksudnya, kewajaran adalah takaran main

yang tepat. Sebab berbeda dengan akting teater, sedikit gerak-gerik

atau mimik pemeran film dapat tampak sangat jelas di layar putih.

6. Kecakapan menggunakan dialog.

7. Pemain memiliki kemampuan untuk melakukan apa yang disebut

timing, tampil dengan tepat, bicara pada saat yang tepat, bergerak dengan waktu yang tepat.

8. Cukup adanya adegan dramatik untuk dibawakan oleh pemain.

(Sumarno, 1996:79-80)

Pada proses kreatif pembuatan film “Rock N’ Roll Komik” ini penulis

(pembuat film) akan melakukan penulisan skenario, merekrut kru dan pemain,

membuat storyboard, menjadi produser sekaligus sutradara (memimpin/mengkoordinasi akting, pengambilan gambar, mengarahkan tata

artistik), dan memimpin pengeditan.

Dokumen terkait