FILM PENDEK “ ROCK N’ ROLL KOMIK “
Tugas Akhir
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia
Oleh
FX. HERY FILIMON
NIM : 004114021
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
Dan siapa linglung harus digulung.
Dan orang yang linglung termasuk golongan
yang tidak berani berontak dan menuntut.
(Pramoedya Ananta Toer)
Tugas Akhir ini kupersembahkan untuk :
Tuhan Yesus Kristus
Bunda Maria, Pelindungku
Alm. Mama Theodora
Papa Yustus One
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini
dengan baik. Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat akhir
dalam menempuh ujian sarjana pada Fakultas Sastra, Jurusan Sastra Indonesia,
Universitas Sanata DharmaYogyakarta.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini tidak akan terwujud tanpa
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
terselesainya tugas akhir ini, yaitu :
1. S.E. Peni Adji, S.S., M. Hum. sebagai dosen pembimbing I, terima kasih
atas segala bimbingan, masukan, dan semangat yang selalu diberikan pada
saya agar segera menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Drs. B. Rahmanto, M. Hum. sebagai dosen pembimbing II, terima kasih
telah meluangkan waktu untuk membimbing saya dalam menyelesaikan
tugas akhir ini.
3. Dr. I. Praptomo Baryadi, M. Hum., Drs. Ari Subagyo, M. Hum., Drs. Heri
Antono, M. Hum., Drs. FX. Santosa, S.U., Drs. Heri Santoso, M. Hum.,
Drs. Yoseph Yapi Taum, M. Hum., Dra. Tjandrasih, M. Hum., dan semua
dosen Sastra Indonesia yang belum saya sebutkan, terima kasih atas segala
kesabaran kalian dalam membimbing saya selama menempuh pendidikan
kasih sayangmu selama ini. Semoga Mama bahagia melihat semua ini.
Buat kakak-kakak dan adik-adikku, keceriaan kalian yang membuatku
tetap semangat.
5. Gendutku, terima kasih atas segala kesabaran, cinta, dan dukungannya
untuk tetap memberiku semangat untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
Akhirnya kita berhasil melewati semua ini !!
6. Para kru, pemain, dan pendukung Film “Rock N’ Roll Komik” : Mas Pras,
Mbak Ina, Rosa, Miko, Iwank, Cosy, Gurid, Baskoro, Yusron, Hanif,
Heru, Lutfi, Purna, Andre, Tiara, Gintani, Mia, Pak Gandung, Bude
Wiwik, Sie “Z”, Yellow Teeth Comik, Kornchonk Chaos, Night Lover,
Bentara Budaya, Jogja National Museum, FKY 2008, Kedai 3 Ceret,
Hollahop Bimbel, Hetero Desain, Roof Store, Ndalem Gamelan, Toko
Buku “Betania”, Kios Buku “Shooping”, Bernas, Foto Copy Amalia
Nitiprayan, dan semua yang mendukung proses pembuatan film ini yang
tak bisa disebutkan satu per satu, tanpa kalian semua film ini tak mungkin
terwujud. Terima kasih sobat !!
7. Teman-temanku di Bengkel Sastra khususya Cindil (Hendra Sigalingging)
terima kasih atas segala bantuan dan dukungannya. Bagi semua sobatku
Wiwid, terima kasih atas bantuannya selama ini sehingga aku bisa
menyelesaikan Tugas Akhir ini tepat waktu.
9. Terima kasih pula untuk saudaraku Bily dan Bunda Lince di Denpasar
Bali, berkat doa kalian aku bisa melewati semua ini dengan lancar.
10.Semua karyawan di Universitas Sanata Dharma, terima kasih atas
pelayanannya selama ini.
Penulis menyadari sepenuhnya skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu, segala saran dan kritik dari berbagai pihak akan penulis terima dengan
senang hati dan harapan dapat lebih meningkatkan serta meyempurnakan tugas
akhir ini. Penulis juga berharap skripsi ini dapat memberi manfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 5 September 2008
tulis ini adalah hasil inspirasi dan imajinasi saya sendiri. Saya tidak mengutip
hasil karya orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan, daftar pustaka,
sebagaimana layaknya membuat karya ilmiah.
Yogyakarta, 5 September 2008
Penulis
Nama : FX. Hery Filimon
Nomor Mahasiswa : 004114021
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
PROSES KREATIF KARYA SINEMATOGRAFI
FILM PENDEK “ROCK N’ ROLL KOMIK"
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 30 September 2008
Yang menyatakan,
“Rock N’ Roll Komik”. Tugas Akhir Strata 1 (S-1). Yogyakarta : Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.
Tugas Akhir ini merupakan karya sinematografi yang mendeskripsikan proses kreatif pembuatan film pendek yang berjudul “Rock N’ Roll Komik” yang merupakan karya penulis sendiri. Tujuan dari tugas akhir ini memaparkan proses pembuatan karya sinematografi dari tahap praproduksi, produksi, dan pascaproduksi, hingga menjadi sebuah karya film.
Dalam proses pembuatan karya sinematografi ini penulis menempuh beberapa tahap antara lain (1) tahap praproduksi seperti penulisan skenario, pembentukan tim produksi atau kru, perekrutan pemain, hunting lokasi, pembuatan storyboard, pembuatan desain tata artistik, (2) tahap produksi seperti tata artistik (setting, properti, kostum, dan tat arias), shooting film, tata cahaya dan suara, dan (3) tahap pascaproduksi seperti proses editing gambar, editing suara, dan tata musik.
Film “Rock N’ Roll Komik” mengisahkan perjalanan seorang komikus muda bernama Iwank dalam memperjuangkan hidup dan mewujudkan obsesinya menjadi komikus terkenal. Pecinta musik Rock N’ Roll ini, berusaha membiayai kuliah dan kehidupannya sendiri sejak dari bangku kuliah hingga berhasil menyelesaikan studinya. Obsesi Iwank menjadi komikus terkenal sudah tersimpan sejak kuliah hingga akhirnya ia mengorbitkan sendiri komik-komiknya. Namun, Iwank tidak puas karena selama ini komik-komiknya hanya dikenal oleh sebagian orang saja. Iwank pun mulai menawarkan komiknya ke penerbit-penerbit tetapi usahanya selalu gagal. Meskipun begitu, Iwank tetap berusaha mencari uang agar bisa memproduksi komik-komiknya sendiri, mulai dari menjadi loper koran, ngeband, mengikuti pameran, mengisi workshop komik, dan membuka stan komik bersama teman-temannya. Dibalik perjuangan Iwank tersebut selalu diwarnai dengan masalah yang pada akhirnya berujung pada kekecewaan yang mendalam. Kegagalannya dalam memasukkan komiknya ke penerbit justru membuat Iwank sadar bahwa keberhasilannya ada di tangannya sendiri. Akhirnya Iwank berjuang sendiri memproduksi dan mengorbitkan komik-komiknya hingga masyarakat luas mengetahui karya si Rock N’ Roll Komik.
Setelah melewati keseluruhan proses pembuatan film, hasil yang diperoleh dari kegiatan tersebut adalah (a) sebuah film pendek yang berjudul “Rock N’ Roll Komik” yang dikemas dalam bentuk vcd dan dvd, (b) sebuah laporan tugas akhir sebagai pertanggung jawaban sebuah karya film yang isinya mendeskripsikan proses pembuatan karya sinematografi yang telah dilaksanakan.
Of “Rock N’ Roll Komik” film. Final Test Of 1 Strata (S-1). Yogyakarta: Indonesian Literature Study Program Of Literature Faculty, Sanata Dharma University.
This final test is a cinematography masterpiece of a short film named “Rock ‘N Roll Komik”. It describes the creative process of the author in Rock ‘N Roll Komik film project. This project is created to describe the process of creating a cinematography masterpiece in pre-production phase, production phase, after-production phase, and finally when it resulted as a film.
In creating this project, the writer tried to follow some phases which contained of (1) pre-production phase where the writer made the scenario, grouped the production crew, casting, location hunting, storyboard making, artistic arranging design making, (2) production phase like artistic arranging (setting, property, costum, and make up), film shooting, lighting and sound system, and (3) after-productionphase which contained the processes of pictures editing, sound editing, and music arranging.
The short film of “Rock ‘N Roll Komik” tells us about the life of Iwank, a comic writer, in fighting his life and existence his obsession to be a well known comic writer. This Rock n’ Roll music lover, try to pay his study and his life up to succeed finished his study. Iwank’s obsession to be a well known comic writer had kept since he was studied up to produce his comic by himself. In spite of that, Iwank is not satisfied because the whole of time, his comic only be known by some of the people. Iwank start offer his comic for publishers but his work always fail. More the less, Iwank fixed try to looking for some money to produce his comics himself such as newspaper seller, music performance, follow some exhibition, comics workshop, and stand opening of comics with his friends together. Behind Iwank’s strunggle, coloured some trouble that finally end to deepen disappointed. His failure to bring in his comics to publishers exactly make Iwank realize that his successful can be reach only by himself. Finally Iwank try produce his comics by himself up to much of the people know of a Rock N’ Roll Comic writer’s labour.
Following all these phases, the author could find some results; (a) the short film of “Rock ‘N Roll Komik” in VCD and DVD form, (b) a report for the final test of re-describing the creating of cinematography masterpiece.
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING………. Ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI………... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN……… iv
KATA PENGANTAR………. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………. viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS.. ix
ABSTRAK………... x
ABSTRACT……….. xii
DAFTAR ISI……….. xiii
DAFTAR GAMBAR……….. xvii
BAB I PENDAHULUAN………... 1
1.1Latar Belakang Masalah ……….. 1
1.2Rumusan Masalah ……….... 4
1.3Tujuan Penelitian ………. 4
1.4Manfaat Penelitian ……….. 4
1.5Landasan Teori ……… 5
1.5.1 Sinematografi……….. 5
1.5.2 Skenario……….. 6
1.5.3 Sutradara……….. 7
1.5.4 Produser dan Modal……… 7
1.5.5 Storyboard……… 9
1.5.6 Penata Fotografi dan Juru Kamera……….. 10
1.6 Sistematika Penyajian……….. 22
1.7Jadwal Kegiatan……… 23
BAB II RENCANA KEGIATAN PEMBUATAN FILM PENDEK“ROCK N’ ROLL KOMIK”…. 24 2.1 Skenario……… 24
2.2 Sutradara dan Produser………. 27
2.3 Modal………... 28
2.4 Hunting Lokasi………. 28
2.5 Storyboard……… 29
2.6 Penata Fotografi dan Juru Kamera………... 30
2.7 Penata Artistik……….. 31
2.7.1 Setting………... 31
2.7.2 Properti……… 32
2.7.3 Tata Rias atau Make Up………. 32
2.7.4 Kostum………... 33
2.8 Tata Cahaya dan Suara………. 33
2.9 Proses Editing………... 35
2.9.1 Editing Gambar……… 35
2.9.2 Editing Suara………... 36
2.9.3 Tata Musik……….. 37
3.2 Sutradara dan Produser………. 54
3.3 Modal……… 59
3.4 Storyboard……… 60
3.5 Hunting Lokasi………. 61
3.6 Penata Fotografi dan Juru Kamera……… 65
3.7 Penata Artistik……….. 75
3.7.1 Setting……… 75
3.7.2 Properti………. 77
3.7.3 Tata Rias dan Kostum……….. 78
3.8 Tata Cahaya dan Suara……….. 83
3.9 Proses Editing……… 88
3.9.1 Editing Gambar……… 88
3.9.2 Editing Suara……… 93
3.9.3 Tata Musik……… 95
3.10 Pemeran……… 98
3.10.1 Tokoh Iwank (Tokoh Utama)………. 99
3.10.2 Tokoh Cosy alias Kenthut (Tokoh Pembantu)……… 102
3.10.3 Tokoh Gudir (Tokoh Pembantu)………. 104
3.10.4 Tokoh Tejo (Tokoh Pembantu)……… 106
3.10.5 Tokoh Editor I (Tokoh Pembantu)……….. 107
3.10.6 Tokoh Penjaga Distro (Tokoh Pembantu)………... 108
3.10.7 Tokoh Editor II (Tokoh Pembantu)………. 110
4.2 Saran ………. 118
DAFTAR PUSTAKA ………. 120
LAMPIRAN……… 121
1. Skenario Awal………... 121
2. Skenario Akhir……….. 141
3. Contoh Storyboard……… 164
4. Contoh Gambar Desain Kostum………... 167
5. Contoh Gambar Desain Setting………. 169
6. Contoh Jadwal Shooting……… 171
7. Contoh Catatan Scene……….. 172
8. Sinopsis……….. 174
Gambar 1 dan 2. Sutradara memberi arahan kepada kameramen……… 54
Gambar 3 dan 4. Sutradara memberi arahan pada pemeran saat shooting di Jalan Kapas dan kost Iwank……… 55
Gambar 5 dan 6. Contoh screen direction pada adegan di stasiun……… … 56
Gambar 7. Contoh adegan Iwank saat memandangi mural di pinggir jalan…… 57
Gambar 8. Sutradara dan kru saling sharing saat break shooting……….. 58
Gambar 9. Sutradara memantau kerja editor saat proses editing……….. 58
Gambar 10. Lokasi pada adegan Iwank memandangi mural, diambil di Jalan Gamelan………. 62
Gambar 11. Lokasi di depan kantor penerbitan I, diambil di depan Cozy.Com Internet……… 62
Gambar 12. Lokasi di angkringan, diambil di Kedai 3 Ceret Nitiprayan……… 62
Gambar 13. Lokasi di tempat cucian kost Iwank, diambil di rumah Kontrakan Nitiprayan……… 62
Gambar 14 dan 15. Penata fotografi sedang mencari the best angle untuk adegan di taman kost……… 65
Gambar 16 dan 17. Contoh hasil foto the bestangle untuk pengambilan gambar……….. 66
Gambar 18, 19, 20, dan 21. Kameramen saat mengambil gambar……… 67
Gambar 22. Handycam Mini DV……… 67
Gambar 23. Clapper……… 67
Gambar 24. Monitor TV……….. 68
Gambar 25. Tripod………... 68
Gambar 26. Contoh gerak zoom in…………. 68
Gambar 27. Contoh gerak zoom out…………... 68
Gambar 28. Contoh gerak pan shot kamera dari kanan ke kiri (pan right)…….. 69
Gambar 29. Contoh gerak tilt shot, kamera dari bawah ke atas (tilt down)……… 69
Gambar 30. Contoh gerak tracking kamera mundur………... 69
Gambar 36. Contoh medium close up. ……… 72
Gambar 37. Contoh close up... 72
Gambar 38. Contoh big close up……… .. 72
Gambar 39. Contoh extreme close up……… 72
Gambar 40 dan 41. Contoh two shot.………. 73
Gambar 42. Contoh low angle. ……….. 73
Gambar 43. Contoh high angle……….. 73
Gambar 44. Contoh straight angle………. 74
Gambar 45.Pencatat Adegan ……… 75
Gambar 46. Petugas Clapper…………. 75
Gambar 47 dan 48. Penata artistik sedang menyeting taman di kost Iwank…… 76
Gambar 49, 50, 51, 52, 53, dan 54. Contoh properti dalam film pendek “Rock N’ Roll Komik”………... 78
Gambar 55. Penata rias saat merias pemeran……… 78
Gambar 56, 57, 58, dan 59. Contoh kostum yang dikenakan tokoh Iwank dalam film pendek “Rock N’ Roll Komik”……… 80
Gambar 60. Contoh kostum Iwank dan Cosy pada adegan malam hari………. 80
Gambar 61 dan 62. Contoh kostum tokoh Cosy dan tokoh Pelanggan Koran II dalam film pendek “Rock N’ Roll Komik”……… 81
Gambar 63. Contoh kostum tokoh Editor I pada film pendek “Rock N’ Roll Komik”………. 82
Gambar 64. Contoh kostum tokoh Iwank pada adegan manggung bersama bandnya……….. 82
Gambar 65. Peralatan untuk perekaman suara……… 84
Gambar 66. Perekam suara (sound recordist) sedang merekam suara dengan tape recorder. ……… 85
Gambar 67. Boom person sedang mengarahkan mic ke pemeran……….. 85
Gambar 77. Contoh cut to. ……… 90
Gambar 78. Contoh dissolve……… 90
Gambar 79. Contoh fade to black ……… 92
Gambar 80. Contoh fade to white. ……… 92
Gambar 81. Contoh fade in……… 92
Gambar 82. Contoh sebelum diberi efek warna coklat……… 93
Gambar 83. Contoh sesudah diberi efek warna coklat……… 93
Gambar 84. Tampilan audio track pada program Adobe Audition……… .. 93
Gambar 85. Tampilan Noise Reduction pada Adobe Audition 2.0……….. 94
Gambar 86. Tampilan Graphic Equalizer pada Adobe Audition 2.0……… 95
Gambar 87 dan 88. Erwan Hersi Susanto, S.Sn. sebagai Iwank dalam film pendek “Rock N’ Roll Komik”……….. 99
Gambar 89 dan 90. Fitrilia Wulansari, S.Sn. sebagai Cosy alias Kenthut dalam film pendek “Rock N’ Roll Komik”... 102
Gambar 91. Erfianto Wardhana sebagai Gudir dalam film pendek “Rock N’ Roll Komik”………... 104
Gambar 92 dan 93. Baskoro Latu Anurogo, S.Sn. sebagai Tejo dalam film pendek “Rock N’ Roll Komik”... 106
Gambar 94. Prasasti Raden, S.Sn. sebagai Editor I dalam “Rock N’ Roll Komik”………. 107
Gambar 95. Tiara sebagai Penjaga Distro dalam film pendek “Rock N’ Roll Komik”………. 109
Gambar 96. Jatmiko Indro Kusno sebagai Editor II dalam film pendek “Rock N’ Roll Komik”... 110
Gambar 97. Muh. Yusron Nur Wijaya sebagai Pelanggan koran I dalam film pendek “Rock N’ Roll Komik”... 111
Gambar 103. Sie “Z”, S.Sn. sebagai Pelanggan Koran dan Komik
dalam “Rock N’ Roll Komik”... 114
Gambar 104. Lilo, Dian, Joni, Aris sebagai Peminat Komik di
kalangan anak-anak dalam film pendek “Rock N’ Roll Komik” .. 115
Gambar 105. Lutfi, Purna, Andre sebagai Pemi nat Komik di
kalangan remaja dalam film pendek “Rock N’ Roll Komik”... 115
Gambar 106 dan 107 . Ani Astari dan Heru sebagai Peminat Komik di
kalangan mahasiswa dalam film pendek “Rock N’ Roll Komik”.... 115
Gambar 108. Hanifuddin, S.H. sebagai Peminat Komik di kalangan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan film cerita di Indonesia saat ini sangat pesat. Hal ini dapat
dilihat dari banyaknya peserta festival film yang setiap tahun hadir meramaikan
kegiatan perfilman Indonesia. Belakangan ini, pergerakan komunitas film yang
telah menyusup hingga ke pelosok Indonesia makin terasa kuat dan tak
terpatahkan. Saat ini, banyak ruang-ruang alternatif yang dengan sukarela
menyediakan tempat mereka secara gratis bagi para film maker muda yang ingin
memutar karya mereka dan membuka forum diskusi dengan para penonton secara
langsung.
Para pembuat film juga terkadang hanya bermodal kenekatan. Walau
hanya berbekal video kamera, dan komputer sebagai alat editing, mereka berani
memproduksi film. Dalam penilaian sebuah karya, mutu film-film tersebut
memang kadang tidak memenuhi standar kriteria sebuah film yang baik dan
benar. Namun bukankah segalanya bermula dari impian dan semangat untuk
mewujudkannya ? (Darmawan, 2007)
Hal di atas menunjukkan animo dalam dunia perfilman Indonesia saat ini
sangat berkembang, bahkan sekelas film indie sekalipun. Para film maker muda
sangat antusias mengikuti beragam festival film indie yang dilakukan oleh instansi
yang bergelut dalam perfilman. Hal ini menunjukkan bahwa dunia perfilman saat
ini mulai berada pada tempat yang wajib diapresiasikan, bukan lagi sekadar seni
saat ini. Film yang diapresiasikan tidak lagi berpatok pada film layar lebar atau
film kolosal yang memakan biaya yang kolosal juga tentunya. Saat ini, banyak
kantong-kantong perfilman yang menyediakan tempat bagi pemula atau yang
belum mendapat nama dalam dunia perfilman untuk mempresentasikan
kreativitasnya dalam sebuah film. Dengan kata lain, bagi pembuat film
“kecil-kecilan” dituntut untuk tidak minder, karena film apapun itu saat ini pantas untuk
dihargai.
Hal inilah yang menjadi dasar pemikiran penulis untuk membuat suatu
karya sinematografi yang diwujudkan dalam sebuah film pendek yang berdurasi
sekitar 38 menit dengan judul “Rock N’ Roll Komik” untuk memenuhi tugas
akhir perkuliahan.
Faktor lain yang mendukung pembuatan film ini yaitu secara kurikulum
Sastra Indonesia memberi peluang untuk menghasilkan karya sinematografi.
Beberapa mata kuliah mendukung pembuatan film ini secara langsung seperti
Penulisan Skenario Radio, TV, dan Film, Penulisan Drama, Penulisan Iklan,
Drama Indonesia, dan Pementasan Ekspresi Sastra. Hal ini ditambah dengan mata
kuliah yang membantu secara tidak langsung seperti Analisis Drama Indonesia
dan Penulisan Resensi.
Film merupakan bahasa yang disajikan melalui gambar dan suara oleh
pembuatnya. Tema-tema yang diangkat dalam sebuah film biasanya berangkat
dari sebuah fiksi maupun realitas yang ada dalam hidup si pembuat film tersebut.
Hasil refleksi seseorang akan sebuah realitas yang terjadi dalam hidupnya, juga
film pendek yang berdurasi sekitar 38 menit dengan judul “Rock N’ Roll Komik”
ini.
Film “Rock N’ Roll Komik” mengisahkan perjalanan seorang komikus
muda bernama Iwank dalam memperjuangkan hidup dan mewujudkan obsesinya
menjadi komikus terkenal. Pecinta musik Rock N’ Roll ini, berusaha membiayai
kuliah dan kehidupannya sendiri sejak dari bangku kuliah hingga berhasil
menyelesaikan studinya. Obsesi Iwank menjadi komikus terkenal sudah tersimpan
sejak kuliah hingga akhirnya ia mengorbitkan sendiri komik-komiknya. Namun,
Iwank tidak puas karena selama ini komik-komiknya hanya dikenal oleh sebagian
orang saja. Iwank pun mulai menawarkan komiknya ke penerbit-penerbit tetapi
usahanya selalu gagal. Meskipun begitu, Iwank tetap berusaha mencari uang agar
bisa memproduksi komik-komiknya sendiri, mulai dari menjadi loper koran, main
band, mengikuti pameran, mengisi workshop komik, dan membuka stan komik
bersama teman-temannya. Segala permasalahan Iwank dan perjuangannya dalam
mewujudkan obsesinya itulah yang akan diangkat dalam film ini.
Tema dari film pendek “Rock N’ Roll Komik” ialah semangat dan
berjuang dalam berkarya. Dasar dari gagasan atau ide cerita film “Rock N’ Roll
Komik” sendiri diangkat dari kehidupan seorang komikus independent yang
berjuang mengorbitkan sendiri komik-komiknya hingga akhirnya berhasil
mengangkat komik-komik kemanusiaannya dalam masyarakat dengan tetap
mempertahankan idealismenya dalam berkarya. Hal inilah yang menjadi ide
penulis untuk membuat suatu karya sinematografi yang diwujudkan dalam sebuah
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini
dapat dirumuskan sebagai berikut: bagaimana menghasilkan karya sinematografi
melalui (1) tahap praproduksi seperti penulisan skenario, pembentukan tim
produksi, perekrutan pemain, hunting lokasi, pembuatan storyboard, pembuatan
desain tata artistik, (2) tahap produksi seperti tata artistik (setting,, properti, tata
rias, dan kostum), pengambilan gambar, tata suara, tata cahaya, dan (3) tahap
pascaproduksi yaitu proses editing (editing gambar dan editing suara), tata musik,
sampai dengan menghasilkan sebuah film pendek “Rock N’ Roll Komik” ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan pembuatan tugas
akhir ini dapat dirumuskan sebagai berikut: menghasilkan karya sinematografi
melalui (1) tahap praproduksi seperti penulisan skenario, pembentukan tim
produksi, perekrutan pemain, hunting lokasi, pembuatan storyboard, pembuatan
desain tata artistik, (2) tahap produksi seperti tata artistik (setting, properti, tata
rias dan kostum), pengambilan gambar, tata suara, tata cahaya, dan (3) tahap
pascaproduksi yaitu proses editing (editing gambar dan editing suara), tata musik,
sampai dengan menghasilkan sebuah film pendek “Rock N’ Roll Komik”.
1.4 Manfaat
Hasil pembuatan karya sinematografi ini bermanfaat bagi perkembangan
Komik” ini kita dapat mengetahui tahap dan proses pembuatan film sampai
akhirnya menghasilkan sebuah karya film. Karya ini juga dapat memberi inspirasi
bagi generasi muda yang belum atau telah menggeluti dunia sinematografi. Bagi
Sastra Indonesia sendiri, karya ini dapat menjadi bahan kajian untuk mata kuliah
yang memiliki relevansi dengan film.
1.5 Landasan Teori
1.5.1 Sinematografi
Sinema berasal dari bahasa Yunani yaitu kinematik yang berarti gerak.
Secara harafiah pengertian sinema adalah Cinemathographie yang berasal dari
kata Cinematho yang artinya sama dengan phytos (cahaya) dan graphie berarti
tulisan, gambar, atau citra, sehingga pengertian sinematografi adalah melukis
gerak dengan cahaya. Untuk dapat melukis gerak dengan cahaya, diperlukan alat
khusus yang biasa disebut dengan kamera (http://id.wikipedia.org/wiki/Sinema).
Pada awalnya Thomas Alfa Edison menciptakan kinetoskop pada tahun
1887 dan pada tahun 1895 berkembang menjadi cinematographe, yaitu kamera
yang sekaligus berfungsi sebagai proyektor, yang diciptakan oleh Lumiere
bersaudara. Adanya cinematographe ini menandai dimulainya era pertunjukkan
film untuk orang banyak (Bengkel Film Pemula, 2003).
Film (sinema) merupakan perkembangan dari fotografi yang telah
disempurnakan dan saat ini dikenal dengan istilah gambar hidup atau film. Film
disebut gambar hidup karena film merupakan sebuah rentetan gambar mati yang
ketika rangkaian gambar mati tersebut diputar akan menimbulkan gerakan dari
rangkaian gambar-gambar wajar seperti dalam kenyataan (Sumarno, 1996:2-3).
1.5.2 Skenario
Skenario adalah bentuk tertulis dari cerita atau isi yang terkandung dalam
sebuah film yang berupa rangkaian sekuen dan adegan-adegan namun tidak dalam
rincian yang persis (Sutisno, 1993:70). Skenario film yang disebut screenplay atau
script diibaratkan seperti kerangka bagi manusia. Sebagai sebuah karya tulis,
skenario yang baik dinilai bukan dari enaknya untuk dibaca, melainkan
efektivitasnya sebagai kerangka cerita untuk sebuah film. Dengan demikian,
skenario film harus disampaikan dalam deskripsi-deskripsi visual dan harus
mengandung ritme adegan-adegan serta dialog yang selaras dengan tuntutan
sebuah film (Sumarno, 1996:44).
Penulis skenario adalah orang yang mempunyai keahlian membuat
transkripsi sebuah film alias membuat film dengan bentuk tertulis. Ada pun tugas
penulis skenario yaitu membangun cerita yang menunjukkan perkembangan jalan
cerita yang baik dan logis. Karakterisasi para tokoh terungkap dengan jelas.
Penjabaran gagasan (ide) tertuang dengan jelas melalui jalan cerita, perwatakan,
dan bahasa. Dialog disusun dengan bahasa yang hidup dan sesuai dengan
1.5.3 Sutradara
Sutradara yaitu pemimpin sekaligus penanggung jawab terlaksananya
kegiatan produksi film sehingga menghasilkan sebuah film yang siap tayang
(Sutisno, 1993:21). Tanggung jawabnya meliputi aspek-aspek kreatif, baik
interpretatif maupun teknis dari sebuah produksi film. Selain itu tugas sutradara
tidak hanya mengatur laku pemain di depan kamera dan mengarahkan akting serta
dialog tapi sutradara juga mengontrol posisi kamera beserta gerak kamera, suara,
dan pencahayaan hingga hasil akhir sebuah film (Sumarno, 1996:34).
Dalam pembuatan film, seorang sutradara harus mempunyai wawasan,
keartistikan, serta pengetahuan tentang film, untuk mengontrol film dari awal
produksi (pra produksi), produksi, sampai dengan tahap editing (pasca produksi).
Sutradara juga harus memperhitungkan daya tarik film yang akan disaksikan oleh
penonton karena biaya produksi memerlukan sukses komersial (Sumarno,
1996:36).
1.5.4 Produser dan Modal
Produser sebagai penggerak awal produksi sebuah film atau orang yang
memproduksi sebuah film, bukan membiayai atau menanam investasi dalam
sebuah produksi film. Tugas seorang produser adalah memimpin seluruh tim
produksi sesuai tujuan yang ditetapkan bersama, baik dalam aspek kreatif maupun
manajemen produksi, sesuai dengan anggaran yang telah disepakati bersama
Seorang produser harus memiliki latar belakang pengetahuan maupun
pengalaman yang memadai tentang produksi film. Jenis film yang pernah
ditanganinya akan sangat menentukan keberhasilan sebuah film. Produser juga
mempunyai otoritas membentuk tim kerja. Ia dituntut menjadi orang yang bisa
menyelesaikan masalah dan mampu berdiri sebagai penengah. Oleh karena itu,
sebagai produser harus menguasai benar seluruh tahapan produksi sebuah film
sambil belajar mencari jalan keluar atas masalah-masalah yang mungkin akan
muncul.
Dalam proses pembuatan film seorang produser bertanggung jawab atas
ide, penelitian, penyediaan naskah, pembiayaan, publikasi, kontak luar, dan
perjalanan (Sutisno, 1993:21). Bersama dengan sutradara dia mencari dan
memilih cerita untuk filmnya, penulis skenarionya, pemeran, lokasi, logistik,
peralatan shooting, jadwal, dan juru kamera serta penyusun filmnya. Setelah
pembuatan film selesai dan layak ditonton, produser kemudian mempromosikan
dan mendistribusikan film tersebut kepada khalayak luas (Bengkel Film Pemula,
2003).
Modal (budget) dalam film adalah anggaran produksi film untuk
mengetahui berapa banyak uang yang akan dikeluarkan untuk membiayai proyek
film secara keseluruhan. Perkiraan jumlah modal yang diperlukan dalam
memproduksi sebuah film sangatlah tergantung dari berbagai jenis peralatan
shooting yang dipakai, lokasi, pemain/pemeran yang terlibat bahkan sumber daya
manusia dari tim produksi. Suatu riset cukup diperlukan untuk memperkirakan
shooting (set dan properti) yang digunakan, maupun suasana yang dicapai melalui
hunting lokasi-lokasi yang akan dijadikan sebagai lokasi shooting.
Perhitungan budget pembuatan film, biasanya dilakukan dengan cermat
dan ketat. Budget dihitung menurut pengeluaran seluruh biaya pembuatan film
yang bersangkutan. Hal ini meliputi harga-harga baku, ongkos peralatan,
honorarium bagi para petugas pembuatan film, seperti penulis skenario, para
pemain film, penyusun film, biaya shooting, biaya administrasi untuk perizinan
produksi, serta biaya pengolahan film sampai film itu jadi. Setelah seluruh budget
pembuatan film dibuat, kemudian dipilah-pilah menurut jadwal acara shooting
agar jangan sampai terjadi kemacetan dalam pembuatan film lantaran kehabisan
modal (Mangunhardjana, 1976:68-69).
1.5.5 Storyboard
Storyboard atau papan cerita adalah deretan gambar-gambar film yang
melukiskan adegan-adegan atau bagian-bagian pokok dari adegan film itu.
Dengan kata lain storyboard menjadi penyambung antara kata-kata tertulis dan
gambar (visual) yang bergerak. Storyboard dapat berupa sketsa kasar atau dalam
bentuk ilustrasi yang bagus dan bewarna dengan setiap bingkai untuk beberapa
detik tayangan di layar. Bagi seorang penulis, storyboard sangat efektif dalam
penyusunan alur sekuen demi sekuen cerita secara jelas dan memberikan petunjuk
tentang posisi dan pentingnya gambar (visual), musik, efek suara, narasi, dan
1.5.6 Penata Fotografi dan Juru Kamera
Penata fotografi dan juru kamera adalah tangan kanan sutradara dalam
kerja di lapangan. Mereka bekerja bersama sutradara untuk menentukan
jenis-jenis shot. Penata fotografi bertugas melakukan pembingkaian. Dalam
pelaksanaan tugasnya, penata fotografi akan membuat komposisi-komposisi dari
subyek yang hendak direkam. Oleh karena itu, komposisi untuk film harus
dipikirkan dengan seksama agar penonton tidak kehilangan pusat perhatian
(Sumarno, 1996:50-51).
Tugas pokok seorang juru kamera atau kameramen adalah mengambil
gambar-gambar kemudian disusun menjadi sebuah film. Dialah yang bertanggung
jawab sepenuhnya atas segala segi fotografis dari film yang dibuat
(Mangunhardjana, 1976:19).
Sebuah film terbentuk banyak shot. Tiap shot membutuhkan penempatan
kamera pada posisi yang paling baik bagi pandangan penonton, tata set, dan
action pada suatu saat tertentu dalam perjalanan cerita. Bahasa gambar dan
gerakan kamera merupakan kunci pokok untuk dapat menghasilkan gambar yang
memenuhi syarat. Bahasa gambar dan gerakan kamera lebih mengacu pada
komposisi gambar. Komposisi gambar bisa mengarahkan perhatian penonton pada
obyek yang ditampilkan sehingga memiliki arti dramatik dan memiliki
unsur-unsur yang menarik perhatian. Dalam pengaturan kamera ada tiga hal yang perlu
diperhatikan yaitu pergerakan kamera, ukuran gambar, dan sudut pengambilan
1) Pergerakan kamera
Bagian terpenting dalam memberikan gerak pada suatu frame adalah
dengan menggerakkan posisi kamera. Suatu gerakan kamera dilakukan atas
dasar kebutuhan mengikuti subyek yang bergerak, memperlihatkan suatu
obyek lebih besar dari frame, memperlihatkan bagian yang tak tampak dari
suatu subyek ataupun memberikan kesan kedalaman (Sumarno, 1996 : 57 ).
Gerakan kamera dapat dibedakan dalam 2 tipe. Pertama, gerakan
tanpa mengubah posisi kamera (stationary camera). Kedua, gerakan yang
memberikan perubahan posisi letak kamera (moving camera). Stationary
camera dapat dilakukan melalui; (a) Panoramic shot (pan shot) yaitu gerakan
kamera secara horisontal ke arah kiri ke kanan (pan left) atau sebaliknya (pan
right), (b) Tilt shot yaitu gerakan kamera secara vertikal dari atas ke bawah
(tilt up) ataupun sebaliknya (tilt down) (Sumarno, 1996 : 57-58).
Moving camera dapat dilakukan melalui; (a) Tracking shot yaitu
gerak kamera yang disebabkan kamera itu secara fisik dipindahkan posisinya.
Kamera yang mendekat pada subyek disebut track in, sebaliknya kamera yang
menjauh dari subyek disebut track out. Biasanya gerakan kamera dibantu
menggunakan dolly atau kereta yang digunakan untuk mendorong kamera. (b)
Follow through yaitu gerakan kamera yang dilakukan dengan mengikuti objek
yang bergerak (Sumarno, 1996: 57-58).
2) Ukuran gambar
Ada beragam variasi dalam pengambilan gambar yang nampak pada
kepada seorang kameramen untuk mengambil gambar subjek dari berbagai
sisi. Dalam pengambilan gambar, terdapat jenis-jenis shot/ukuran gambar
yang nantinya dapat menjelaskan gambar dalam sebuah storyboard ataupun
script, antara lain :
a. Extreme Long Shot (ELS)
Pengambilan gambar secara keseluruhan. Objek dan latar belakang
akan nampak dan menjelaskan sebuah kejadian atau pemandangan.
b. Long Shot (LS)
Figur sebuah objek terletak di bawah garis frame pada layar.
c. Medium Long Shot (MLS)
Bila objek tersebut adalah manusia maka pengambilan gambar dimulai
dari kepala hingga lutut.
d. Medium Shot (MS)
Pengambilan gambar sebuah figur manusia dimulai dari kepala sampai
pinggang. Untuk objek benda dapat terlihat semuanya.
e. Medium Close Up (MCU)
Pengambilan gambar objek manusia bermula dari kepala hingga garis
dada.
f. Close Up (CU)
Pengambilan gambar sebuah objek manusia dimulai dari kepala hingga
g. Big Close Up (BCU)
Jika objek pengambilan gambar adalah manusia, maka yang nampak
hanya kepalanya.
h. Extreme Close Up (ECU)
Pengambilan gambar untuk menjelaskan detail dari sebuah objek.
i. Two Shot (TS)
Pengambilan gambar dua objek manusia secara bersamaan yang
bermula dari kepala hingga garis dada. (Sutisno, 1993:34-35)
3) Sudut pengambilan gambar
Konsep ini berkaitan erat dengan penempatan/komposisi kamera
dengan obyek yang membentuk sudut tertentu atau biasa disebut angle kamera
(Subroto, 1995:134). Adapun angle kamera atau posisi kamera yang
digunakan dalam sudut pengambilan gambar yaitu high angle, low angle, dan
straight angle (Subroto, 1994:100-101). High angle adalah pengambilan
gambar dengan posisi kamera berada di atas objek dan kamera diarahkan ke
bawah pada saat merekam objek. Low angle adalah posisi kamera berada di
bawah objek yang pada waktu pengambilan gambar, kamera menengadah
dalam merekam objek. Sedangkan straigh angle adalah pengambilan gambar
dengan posisi kamera berada sejajar/setara dengan objek.
1.5.7 Tata Artistik
Tata artistik berarti penyusunan segala sesuatu yang melatarbelakangi
kostum (Sumarno, 1996:66-67). Fungsi dari tata artistik adalah memperkuat
karakter atau penokohan pemain dan dapat juga membuat sesuatu agar tidak
membosankan. Menurut Darwanto Sastro Subroto (1994:405), tata artistik
merupakan suatu perekayasaan seni yang bersifat mendukung keberhasilan
pembuatan suatu film.
Penata artistik bertugas menerjemahkan konsep visual sutradara kepada
pengertian-pengertian visual yaitu segala hal yang mengelilingi aksi di depan
kamera, di latar depan maupun di latar belakang. Selain itu, penata artistik tidak
boleh merancang penciptaan setting hanya berdasarkan pertimbangan estetik
semata tetapi juga menyangkut soal biaya dan teknis pembuatan (Sumarno,
1996:67).
Penciptaaan setting berarti juga menyangkut konsep visual secara
keseluruhan. Adapun elemen-elemen pendukung tata artistik meliputi :
a. Setting
Setting adalah tempat dan waktu berlangsungnya cerita film. Dengan
demikian sebuah setting harus memberikan informasi lengkap tentang
peristiwa-peristiwa yang sedang disaksikan penonton yang antara lain menyangkut waktu
atau masa berlangsungnya cerita (Sumarno, 1996:66). Setting juga bisa diartikan
sebagai dekorasi yaitu segala sesuatu yang mengelilingi pemain, bisa berupa
kamar, rumah, maupun halte bis. Selain itu, setting bisa dijadikan pertimbangan
dalam menyusun adegan demi adegan sehingga membentuk suatu kewajaran
Peranan penting dari setting adalah untuk membangkitkan dan mendukung
penampilan artis dalam memainkan peran dengan wajar. Didukung latar belakang
(background) dan latar depan (foreground) sehingga bisa menghidupkan suasana
yang alami untuk melakukan akting maupun gerakan sesuai dengan tuntutan
naskah (Subroto, 1994:412).
b. Properti
Properti merupakan bagian dari setting. Dengan bantuan properti, setting
dapat dibangun sesuai dengan tuntutan naskah. Maka dari itu, perlu dipilih
properti yang sesuai dan cocok untuk melengkapi tata dekorasi agar bisa
memberikan gambaran yang utuh (Subroto, 1994:420). Penata propertilah yang
berkewajiban menyediakan perlengkapan baik untuk tata letak maupun pemain.
c. Tata Rias dan Kostum
Penataan rias, rambut, serta pemilihan kostum berperan besar sebagai
identitas dan karakter tokoh serta untuk mendukung keberhasilan jalan cerita
(Subroto, 1994:421). Tata rias adalah seni menggunakan bahan-bahan kosmetika
untuk mewujudkan wajah peranan sehingga berfungsi memberikan dandanan atau
perubahan-perubahan pada para pemain. Penata rias akan bertugas menyiapkan
pemain dengan tata rias dasar agar dihasilkan gambar yang baik. Misalnya,
mampu mengubah seorang gadis belia menjadi seorang nenek tua. Selain itu, rias
film menjadikan suasana yang dilihat penonton di layar putih melalui lensa
kamera (Harymawan, 1993:134–135).
Kostum adalah segala sandangan dan perlengkapan (accessories) yang
petugas yang bertanggung jawab menyediakan kostum sesuai kebutuhan film
disebut penata kostum. Fungsi kostum yang pertama dan paling penting ialah
menghidupkan perwatakkan pelaku. Artinya, kostum sudah menunjukkan siapa
dia sesungguhnya. Kedua, untuk individualisasi peranan. Artinya, warna dan gaya
kostum dapat membedakan seorang peranan dari peranan yang lain, dari setting,
serta latar belakang. Ketiga, memberi fasilitas dan membantu gerak pelaku.
Artinya, kostum harus menambah efek visual gerak, menambah indah, dan
menyenangkan setiap posisi yang diambil pelaku ( Harymawan, 1993:131- 132).
1.5.8 Tata Suara
Dalam sebuah film penggabungan keseluruhan gambar dan suara yang
baik akan mampu menciptakan puncak-puncak dramatis dalam keseluruhan isi
cerita. Film merupakan salah satu bentuk karya audio video yang terdapat dua
unsur yang saling melengkapi yaitu gambar dan suara. Gambar dan suara saling
mendukung satu sama lain untuk menghasilkan sebuah visualisasi karya yang
sempurna (Mangunhardjana, 1976: 32).
Penata suara bertugas merekam suara baik di lapangan maupun di studio.
Proses pengolahan suara ini berarti proses memadukan unsur-unsur suara (mixing)
yang terdiri atas dialog dan narasi, musik serta efek-efek suara. Perpaduan suara
itu akan mempertimbangkan perasaan jauh dekatnya penonton dengan sumber
bunyi sebagaimana tampak di layar. Fungsi suara yang paling pokok adalah
memberikan informasi lewat dialog dan narasi. Fungsi penting lainnya dengan
diberi suara (musik, dialog, dan efek suara) akan terikat dalam satu kesatuan
(Sumarno, 1996:72-73).
Pada umumnya perekaman suatu dialog mempergunakan perekam suara
DAT (digital audio tape) karena selain pengoperasiannya mudah, alat ini
bentuknya sederhana. Proses perekaman dialog dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu langsung (direct sound) atau tidak langsung (after recording) (Bengkel Film
Pemula, 2003). Direct sound memiliki kelebihan bahwa suara yang terekam akan
mencerminkan mood pemeran. Perekaman suara dengan sistem ini dilaksanakan
bersamaan dengan pelaksanaan shooting sehingga menghasilkan efek kewajaran,
realistis pada gambar. Oleh karena itu, pada saat proses berlangsung tidak boleh
terganggu oleh suara-suara yang tidak diperlukan dan pemeran pun harus hafal
dialog serta mampu mengucapkan dialog secara benar. Sebaliknya, after
recording dilaksanakan setelah shooting atau bersamaan saat proses editing.
Perekaman ini dilakukan di studio suara berdasarkan jalur gambar yang sudah
diedit. Biasanya jalur gambar diisi suara sepenggal demi sepenggal untuk
mengingat lamanya film. Dengan sistem ini, suara seorang pemeran bisa diisi oleh
suara orang lain (Sumarno, 1996:73).
1.5.9 Tata Cahaya
Tata cahaya atau tata sinar adalah suatu cara penyinaran khusus pada suatu
obyek sehingga membuat gambar atau objek itu menjadi lebih jelas dari pada
obyek-obyek lain di sekitarnya sehingga memberi kesan khusus
keseluruhan harus menunjang jiwa maupun mood film serta harus tampak
berkesinambungan antara shot sebelum dan sesudahnya (Sumarno, 1996:52).
Tugas penata cahaya yaitu membantu penata fotografi dalam mengatur
komposisi-komposisi pencahayaan, besarnya cahaya, dan jenis-jenis pencahayaan
yang akan digunakan. Penataan cahaya dapat menggunakan cahaya alami dan key
light, yaitu sumber penyinaran yang terarah dan merupakan penyinaran terhadap
suatu subyek atau area tertentu (Subroto, 1994:293). Untuk penggunaan jenis
lampu sangat tergantung dari jumlah cahaya yang dibutuhkan pada saat shooting.
Hal ini merupakan pertimbangan dari penata fotografi dan sutradara dalam
menghasilkan pencahayaan sesuai konsep kreatif yang dipersiapkan.
1.5.10 Editing
Proses editing termasuk pada proses pasca produksi yang meliputi editing
gambar dan editing suara. Keterlibatan sutradara tidak berhenti sampai produksi
selesai dilaksanakan, namun masih berlanjut sampai proses editing dan karya ini
layak ditonton. Editing merupakan bagian terpenting dalam menentukkan hasil
akhir dari film ini. Tenaga pelaksananya disebut editor. Seorang editor bertugas
menyusun hasil shooting dengan sejumlah peralatan komputer editing canggih
dengan mengedit adegan yang sesuai dengan storyboard hingga membentuk
pengertian cerita (Sumarno, 1996:59).
Pelaksanaan shooting sebuah film tidak selalu berurutan sesuai dengan
yang tertulis di skenario. Shot yang tidak berurutan tadi akan disusun shot demi
yang ada dalam naskah. Dalam proses editing, seorang editor memasuki tahap
kreativitas di mana ia dapat melakukan pemotongan, penyempurnaan, dan
pembentukan kembali untuk mendapatkan isi yang diinginkan, konstruksi serta
ritme dalam setiap babak, dan dalam film secara keseluruhan. Karena begitu
pentingnya peranan proses editing maka peran editor dapat disamakan peran
sutradara (Sumarno, 1996:59).
Ada beberapa bentuk transisi shot yang akan digunakan dalam
penyambungan shot nantinya, diantaranya adalah :
a. Cut to Cut
Cut to cut ialah perpindahan gambar baik antar shot maupun waktu
ataupun adegan tanpa transisi yang jelas atau langsung.
b. Fade-in, fade-out
Fade-in, fade-out ialah gambar terakhir dari shot pertama perlahan-lahan
tenggelam dalam gelap (fade out) untuk sesaat disusul dengan makin
terangnya shot berikutnya (fade in).
c. Dissolve
Dissolve ialah perpaduan bertahap dari akhir sebuah shot ke dalam awal
shot berikutnya yang dihasilkan dengan jalan mendempetkan. (Sutisno,
1993:39).
1.5.11 Tata Musik
Tata musik termasuk dalam proses editing (pascaproduksi). Tugas seorang
diperlukan sebagai background atau musik utama yang mampu menciptakan
suasana yang diperlukan untuk memperkuat suatu adegan film yang ditampilkan.
Musik dalam film ini mempunyai beberapa fungsi, pertama ialah untuk
membantu merangkaikan adegan yang artinya sejumlah shot yang dirangkai diberi
ilustrasi musik sehingga terkesan terikat dalam suatu kesatuan. Kedua, musik
dapat menutupi kelemahan atau cacat dalam film. Artinya, kelemahan dalam
akting dan pengucapan dialog yang ditutupi dengan musik, sehingga akting yang
lemah atau dialog yang dangkal itu menjadi lebih dramatik dari yang sebenarnya.
Jika dialog itu tidak dangkal, efek dramatiknya semakin tinggi apabila diiringi
musik yang tepat (Sumarno, 1996: 77).
Ketiga, musik menunjukkan suasana batin tokoh-tokoh utama film,
sehingga musik yang diperdengarkan seolah-olah menunjukkan suasana batinnya.
Keempat, musik menunjukkan suasana waktu dan tempat. Kelima, musik mampu
mengiringi kemunculan susunan kerabat kerja atau nama-nama pendukung
produksi (credit title). Maksudnya supaya lebih menarik, bergaya, dibandingkan
dengan kehadiran sebenarnya yang tanpa musik. Keenam, musik mengiringi
adegan dengan ritme cepat. Ketujuh, musik dapat mengantisipasi adegan
mendatang dan membentuk ketegangan dramatik. Kedelapan, menegaskan
1.5.12 Pemeran
Keberadaan pemeran atau pemain dalam film memiliki arti yang sangat
penting baik dilihat dari segi fisik maupun kemampuannya berakting. Pemain
merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan sebuah produksi film.
Seorang pemain harus mampu memainkan suatu karakter dengan kewajaran
sehingga mampu mengkomunikasikan suatu pesan dari isi cerita dengan baik
melalui ekspresi dan aktingnya. Pemain harus mengerti benar karakter tokoh yang
dimainkannya sesuai dengan tuntutan naskah sehingga ketika ia bermain atau
berakting dan mengucapkan kata-kata sesuai dengan dialog dalam naskah dan
dapat merasakan makna yang terdapat dalam dialog tersebut.
Akting film bisa diartikan kemampuan berlaku sebagai orang lain. Proses
penokohan akan menggerakkan seorang pemain menyajikan penampilan yang
tepat seperti cara bertingkah laku, ekspresi emosi dengan mimik dan gerak-gerik,
cara berdialog, untuk tokoh yang ia bawakan. Selain pemeran utama pria/wanita,
terdapat juga peran pembantu pria/wanita, dan biasanya sebuah film memerlukan
pemeran-pemeran pelengkap (figuran) sebagai pendukung (Sumarno, 1996 : 80).
Akting yang baik menurut para ahli adalah akting dalam film yang
sungguh-sungguh bisa dinikmati dan memenuhi delapan syarat berikut ini :
1. Pemilihan pemeran-pemeran yang tepat dalam setiap produksi film.
2. Make up yang memuaskan.
3. Pemahaman yang cerdas dari pemeran tentang peran yang dibawakan.
5. Kewajaran dalam akting. Maksudnya, kewajaran adalah takaran main
yang tepat. Sebab berbeda dengan akting teater, sedikit gerak-gerik
atau mimik pemeran film dapat tampak sangat jelas di layar putih.
6. Kecakapan menggunakan dialog.
7. Pemain memiliki kemampuan untuk melakukan apa yang disebut
timing, tampil dengan tepat, bicara pada saat yang tepat, bergerak
dengan waktu yang tepat.
8. Cukup adanya adegan dramatik untuk dibawakan oleh pemain.
(Sumarno, 1996:79-80)
Pada proses kreatif pembuatan film “Rock N’ Roll Komik” ini penulis
(pembuat film) akan melakukan penulisan skenario, merekrut kru dan pemain,
membuat storyboard, menjadi produser sekaligus sutradara
(memimpin/mengkoordinasi akting, pengambilan gambar, mengarahkan tata
artistik), dan memimpin pengeditan.
1.6 Sistematika Penyajian
Sistematika penyajian dapat dipaparkan sebagai berikut. Bab pertama
berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat, landasan teori,
sistematika penyajian, dan jadwal kegiatan. Bab dua berisi rencana kegiatan
pembuatan film pendek “Rock N’ Roll Komik”. Bab ketiga berisi hasil kegiatan
film pendek “Rock N’ Roll Komik”. Bab keempat merupakan penutup yang berisi
skenario akhir, contoh storyboard, contoh, catatan scene, sinopsis, foto-foto
dokumentasi proses pembuatan film pendek “Rock N’ Roll Komik”.
1.7 Jadwal Kegiatan
Jadwal yang akan digunakan dalam proses pembuatan film pendek “Rock
N’ Roll Komik” ini adalah sebagai berikut:
1. 1 September – : Pembuatan skenario dan penyusunan
15 Desember 2007 proposal.
2. 17 - 20 Desember : Perekrutan kru, pemain, dan pembentukan
2007 tim produksi.
3. 22 - 28 Desember : Hunting lokasi, pembuatan storyboard dan
2007 desain tata artistik.
4. 1 – 5 Januari 2008 : Persiapan kru dan properti.
5. 10 – 14 Januari 2008 : Latihan dialog, gestur, dan blocking pemain.
6. 15 Januari 2008 : Penyusunan jadwal shooting.
7. 16, 17, 22, 24, 25, 29,
31 Januari 2008 : Pengambilan gambar.
8. 23 Februari 2008 –
22 Maret 2008 : Proses pengeditan gambar, suara, sound effect, dan
tata musik.
9. 23 - 25 Maret 2008 : Proses akhir pengeditan dan master film.
10.26 – 29 Maret 2008 : Desain serta pembuatan cover cd film
BAB II
RENCANA KEGIATAN
PEMBUATAN FILM PENDEK “ROCK N’ ROLL KOMIK”
Perencanaan kegiatan dalam proses pembuatan sebuah film sangatlah
penting dilakukan agar sewaktu pelaksanaan produksi dimulai, segala sesuatunya
dapat berjalan dengan lancar. Kecepatan dan kecermatan kerja begitu penting,
mengingat keefisienan waktu produksi dan biaya yang dikeluarkan. Beberapa hal
yang perlu direncanakan, antara lain skenario, sutradara, produser, modal,
storyboard, hunting lokasi, penata fotografi dan juru kamera, tata artistik, tata
suara, tata cahaya, proses editing, dan tata musik. Berikut ini penulis akan
menguraikan perencanaan kegiatan dalam proses pembuatan film pendek “Rock
N’ Roll Komik”.
2.1 Skenario
Penulisan skenario film pendek “Rock N’ Roll Komik” dimulai pada awal
bulan September tahun 2007 dan selesai pada tanggal 15 Desember tahun 2007.
Sebelum penulisan skenario, terlebih dahulu penulis mencari ide cerita yang
menarik, membuat sinopsis, lalu membuat struktur ceritanya. Dari tiga hal itulah
penulis lalu mengembangkannya menjadi sebuah skenario film.
Awal dari perjalanan panjang sebuah skenario adalah ide. Munculnya ide
cerita dari film pendek “Rock N’ Roll Komik” ini berawal dari ketertarikan
penulis akan perjalanan hidup seorang sahabat yang kebetulan seorang komikus
hidupnya di kota Yogyakarta sekaligus mewujudkan obsesinya untuk menjadi
seorang komikus terkenal. Tidak hanya itu saja, ide penulis untuk mengangkat
musik Rock N’ Roll dalam film ini juga muncul dari kegemaran musik si komikus
sampai pada penampilannya yang selalu bergaya Rock N’ Roll. Pengalaman
pribadi di atas kemudian dijadikan oleh penulis sebagai bahan dasar pembuatan
skenario film pendek “Rock N’ Roll Komik”.
Setelah penulis mendapatkan ide cerita yang menarik dan pas, penulis
kemudian membuat sebuah tulisan yang berisi garis besar cerita film pendek
“Rock N’ Roll Komik” atau lazimnya disebut sinopsis. Di dalam sinopsis tersebut
sudah termuat nama tokoh utama, para tokoh pembantu, dan peristiwa yang
mereka alami.
Langkah penulis selanjutnya adalah membuat struktur cerita atau
membangun kerangka skenario. Langkah ini bertujuan untuk mempermudah
penulis dalam penulisan skenario nantinya. Struktur cerita dalam film pendek
“Rock N’ Roll Komik” terdiri dari 3 babak yaitu babak perkenalan, babak
pertentangan, dan babak penyelesaian/solusi. Babak perkenalan memuat informasi
seputar tokoh dan latar belakang tokoh, misalnya dalam film ini digambarkan
kegiatan Iwank sebagai loper koran, komikus, menyukai musik Rock N’ Roll,
rajin mengikuti pameran, dan mengisi workshop komik. Babak pertentangan
memuat masalah atau konflik yang terjadi pada diri tokoh utama, seperti
kegagalan Iwank dalam memasukkan komiknya ke penerbit, Iwank harus rela
kontrak kerjanya dengan penerbit dibatalkan karena komiknya luntur. Selanjutnya
babak penyelesaian/solusi mengantarkan penonton ke akhir cerita.
Ada tiga macam cara mengakhiri cerita yaitu happy ending, sad ending,
dan open ending. Dalam skenario film pendek “Rock N’ Roll Komik” ini penulis
mengakhiri ceritanya dengan happy ending, yaitu tokoh Iwank berhasil bangkit
dari kegagalannya dan membuktikan bahwa ia mampu berjuang mengorbitkan
sendiri komik-komiknya dan ia cukup puas karena dengan usaha kerasnya itu
komik-komiknya disukai oleh semua kalangan.
Setelah penulisan skenario selesai, penulis kemudian menyerahkan pada
dosen pembimbing untuk dapat diberi masukan, kritikan, dan saran yang sangat
memungkinkan dapat terjadi beberapa perubahan pada adegan, dialog, dan alur
ceritanya. Untuk keseluruhan skenario film pendek “Rock N’ Roll Komik” ini
tidak mengalami banyak perubahan adegan maupun dialog. Hanya satu masukan
dari dosen pembimbing mengenai skenario film ini yaitu penambahan satu adegan
dan narasi pada bagian ending-nya agar pesan yang akan disampaikan lebih
mengena pada penonton. Namun, tidak menutup kemungkinan pada saat shooting
akan terjadi penambahan adegan maupun dialog karena sutradara memberi
kebebasan kepada para pemain untuk melakukan improvisasi sejauh tidak keluar
dari skenario aslinya.
Secara garis besar, skenario film pendek “Rock N’ Roll Komik”
menceritakan tentang perjuangan seorang komikus bernama Iwank dalam
memperjuangkan hidup dan mewujudkan obsesinya untuk menjadi komikus
memasukkan komik-komiknya ke penerbit. Selama ini, Iwank berusaha
memproduksi dan mengorbitkan sendiri komik-komiknya, tetapi bagi Iwank
keinginannya belum tercapai karena hanya sebagian orang yang tahu komiknya.
Dukungan dari Gudir, Tejo, dan Cosy yang membuat Iwank kuat. Permasalahan
kembali muncul saat Cosy, kekasihnya memutuskan untuk bekerja di Jakarta.
Semenjak kepergian Cosy, semangat Iwank kembali menurun. Namun, di
tengah-tengah kesedihannya itu, tiba-tiba Iwank mendapat tawaran dari penerbit untuk
segera membuat komik dalam 2 hari dan akan langsung diterbitkan. Semangat
Iwank kembali bangkit karena kesempatan itulah yang diharapkannya selama ini.
Akan tetapi, kebahagiaan Iwank hanya berlangsung singkat. Komik yang telah
dibuatnya tiba-tiba luntur terkena tetesan air hujan yang berasal dari atap
kamarnya yang bocor. Iwank pun kehilangan kontrak kerjanya saat itu juga dan
Iwank mengalami kekecewaan yang hebat. Kegagalannya itu justru membuat
Iwank sadar bahwa keberhasilannya ada di tangannya sendiri. Akhirnya Iwank
berjuang sendiri mencari uang untuk memproduksi dan mengorbitkan
komik-komiknya kembali hingga masyarakat mengetahui karyanya.
2.2 Sutradara dan Produser
Dalam pembuatan sebuah film pendek, sutradara bisa memiliki beberapa
jabatan sekaligus. Begitu juga dengan pemeran, mereka juga bisa merangkap
sebagai kru dalam produksi film tersebut. Biasanya hal ini dilakukan untuk
penghematan biaya yang akan dikeluarkan. Dalam proses film pendek “Rock N’
bertanggung jawab penuh secara segi artistik dan modal yang dibutuhkan untuk
pembuatan film. Bahkan semua kru yang terlibat merangkap menjadi pemeran
dalam film ini, tetapi hanya sebagai pemeran pembantu saja.
2.3 Modal
Modal atau budget yang akan dikeluarkan dalam pembuatan film pendek
“Rock N’ Roll Komik” ini bisa dikatakan cukup terbatas yaitu Rp. 1.700.000,00.
Namun, film dengan budget yang rendah belum tentu menghasilkan film dengan
kualitas yang rendah. Oleh karena itu, produser memperhitungkan dengan matang
anggaran biaya yang akan dikeluarkan agar pada saat proses pembuatan film tidak
kehabisan modal.
Pertama-tama budget dihitung dengan cara membagi terlebih dahulu
elemen-elemen dalam beberapa kategori, seperti jumlah peralatan shooting yang
dipakai, properti, kru, para pemain, lokasi, serta lamanya shooting akan
berlangsung. Dalam perencanaan biaya, elemen-elemen itulah yang harus
diperhatikan karena yang menentukan berapa banyak jumlah biaya yang akan
dikeluarkan. Setelah mengkalkulasi jumlah biaya yang akan dikeluarkan selama
proses pembuatan film, barulah sutradara menyusun jadwal shooting.
2.4 Hunting Lokasi
Hunting lokasi merupakan proses pencarian lokasi yang akan digunakan
untuk shooting sebuah film. Dalam hunting lokasi juga harus diperhitungkan
yang ada, sekaligus masalah perijinan lokasi shooting. Biasanya hunting lokasi
dilakukan oleh sutradara, penata fotografi, juru kamera, tata artistik, dan
koordinasi lokasi. Tujuannya untuk mempelajari dan menguasai lokasi yang akan
digunakan untuk shooting film.
Proses hunting lokasi dalam film pendek “Rock N’ Roll Komik” dilakukan
selama 1 minggu. Jarak lokasi satu dengan yang lainnya kebanyakan relatif dekat
sehingga bisa menghemat biaya dan tenaga. Setelah menemukan lokasi yang
cocok untuk shooting, lokasi tersebut difoto agar kru dan pemain dapat
mempelajarinya terlebih dahulu sehingga mereka mempunyai gambaran tentang
lokasi yang akan digunakan untuk shooting.
2.5 Storyboard
Storyboard merupakan sejumlah sketsa yang menggambarkan aksi,
deskripsi, dan suasana adegan. Karakter pemain dalam film telah coba
digambarkan begitu juga aksi pemain yang akan ditampilkan dengan background
dan suasana pendukung. Dengan adanya storyboard sangat membantu kerja
sutradara, kameramen, dan penata artistik pada saat proses shooting nantinya.
Melalui storyboard sutradara dapat menuangkan semua imajinasi dan pandangan
akan apa yang nantinya ditampilkan di layar. Selain itu, storyboard dapat menjadi
panduan bagi kameramen dalam pengambilan gambar meski sangat
memungkinkan terjadi improvisasi sudut pengambilan gambar. Sedang bagi
penata artistik, storyboard memandu kerja mereka dalam mengatur seting lokasi
Dalam film pendek “Rock N’ Roll Komik”, hanya adegan-adegan yang
dianggap penting saja yang dibuat storyboard. Untuk adegan-adegan yang lainnya
biasanya improvisasi dari sutradara, kameramen, dan penata fotografi saat di
lokasi shooting.
2.6 Penata Fotografi dan Juru Kamera
Penata fotografi seringkali disalahartikan sebagai juru kamera atau
kameramen. Secara teknis, penata fotografi menentukan kualitas gambar yang
terekam dalam sebuah film. Singkatnya, penata fotografilah yang mengkoordinasi
dan merancang apa yang harus dilakukan oleh para kameramen. Sedang
kameramen adalah orang yang bertanggung jawab mengoperasikan kamera saat
shooting. Jadi keduanya merupakan dua kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
Dalam proses film pendek “Rock N’ Roll Komik” digunakan satu penata
fotografi, satu kameramen, dan satu petugas clapper. Ada dua tugas yang
dilakukan penata fotografi yakni mencari sudut paling artistik untuk pengambilan
gambar dengan menggunakan kamera foto digital lalu didiskusikan terlebih
dahulu dengan sutradara, penata artistik, dan kameramen. Setelah menentukan
sudut-sudut gambar yang akan diambil, penata fotografi lalu bertugas merancang
tata cahaya dan tata kamera yang sesuai dengan kualitas gambar yang terekam
dalam film. Barulah penata cahaya bertugas menciptakan komposisi lampu sesuai
dengan rancangan penata fotografi dan kameramen merekam setiap adegan sesuai
berfungsi sebagai penanda adegan yang akan direkam sehingga memudahkan
dalam proses pengeditan.
2.7 Tata Artistik
Segala yang tampak dalam sebuah film tentunya dipersiapkan oleh penata
artistik, mulai dari setting waktu dan lokasi, baju, rambut, aksesoris, hingga
sepeda. Kerja sama dan komunikasi yang baik antar penata artistik, sutradara,
penata fotografi, dan juru kamera adalah penting, guna menghasilkan gambar
yang sesuai. Penata artistik ini membawahi bagian properti, penata rias, dan
penata kostum.
2.7.1 Setting
Tenaga penata artistik dalam film pendek “Rock N’ Roll Komik” ini
hanya bertugas menyeting lokasi di dalam ruang saja. Sebelumnya sutradara
membuat rancangan dalam bentuk sket gambar terutama pada lokasi dalam ruang.
Selanjutnya sket gambar tersebut diserahkan pada bagian tata artistik untuk segera
melakukan penataan ruang dan tata letak perabot seperti yang dirancang. Namun,
jika lokasi sudah dianggap memenuhi gambaran sutradara, lokasi tersebut tidak
perlu di-setting oleh penata artistik sehingga dibiarkan apa adanya.
Untuk setting di luar ruang, dibiarkan apa adanya agar terkesan natural
jika tertangkap kamera. Dengan begitu, untuk pemilihan lokasi di luar ruang yang
paling penting harus memperhitungkan unsur-unsur artistiknya, seperti kondisi
artistik bangunan dan lingkungan sekitarnya, jalan raya, dan suasana alam.
untuk mencari sudut-sudut artistik untuk pengambilan gambar lalu didiskusikan
dengan sutradara dan kameramen.
Setting waktu yang digunakan dalam film pendek “Rock N’ Roll Komik”
ialah kota Yogyakarta pada tahun 2008. Lokasi yang digunakan dalam film ini
meliputi jalan raya perempatan Taman Sari, jalan raya Pasar Serangan, sepanjang
jalan perumahan Nagan, sepanjang gang perumahan Patangpuluhan, sepanjang
jalan Gamelan, sepanjang pertokoan jalan Solo, perempatan Malioboro, sepanjang
jalan Kapas, rumah kontarakan di Nitiprayan, Griya Patangpuluhan, Ndalem
Gamelan, Jogja National Museum, Gedung Purna Budaya, Kedai 3 Ceret, Distro
Roof Store Jalan Magelang, Toko Buku “Betania”, Toko Buku “Shopping”,
Cozy.Com Internet, Pasar Beringharjo, Alun-Alun Utara, Stasiun KA Tugu, depan
gedung Bank Indonesia, halaman kantor Pro XL, Rumah Sie “Z” di Nitiprayan,
Wisma Putri Sonopakis, dan Foto Copy “Amalia”.
2.7.2 Properti
Untuk properti dalam produksi film pendek “Rock N’ Roll Komik” ini
sebagian besar menggunakan properti yang sudah ada di lokasi shooting karena
sudah sesuai dengan rancangan sutradara. Properti utama yang digunakan dalam
film ini, misalnya sepeda onthel, tas pinggang, koran, buku komik, rokok, gitar,
komputer, peralatan gambar, kanvas, cat minyak, dan lain sebagainya.
2.7.3 Tata Rias atau Make Up
Tata rias atau make up digunakan untuk menambah sentuhan artistik pada
wajah tiap tokoh sehingga semakin menunjang karakter yang akan diperankan.
Komik”, akan dibuat senatural mungkin yaitu hanya menggunakan bedak saja.
Hal ini bertujuan agar para pemeran terlihat lebih natural dan wajahnya tidak
terkesan berminyak jika tampak di depan kamera. Namun, ada pula
adegan-adegan tertentu yang menuntut pemeran untuk tidak menggunakan make up,
misalnya pada saat tokoh Iwank bangun tidur, selesai mandi, atau saat Iwank
terlihat letih berkeringat.
2.7.4 Kostum
Kostum dalam film “Rock N’ Roll Komik” dirancang terlebih dahulu oleh
sutradara dengan bentuk sket gambar. Dalam merancang kostum, sutradara harus
memperhitungkan latar belakang setting cerita, keadaan waktu, faktor usia, dan
harus sesuai dengan karakter tiap tokoh. Setelah sket rancangan kostum jadi,
kemudian tugas penata kostumlah yang mencari model kostum yang diinginkan.
Kostum yang dikenakan para pemeran dalam film ini gaya berpakaian pada tahun
2008 antara lain gaya berpakaian anak muda ala Rock N’ Roll, gaya berpakaian
kantoran, gaya berpakaian anak-anak kecil, dan gaya berpakaian orang tua pada
masa itu.
2.8 Tata Suara dan Cahaya
Pada tahap perencanaan kegiatan, penata suara bertugas merancang tata
suara sehingga mampu menghasilkan suasana yang diinginkan oleh sutradara dan
sesuai dengan skenario. Dalam hal ini penata suaralah yang mengatur komposisi